Anda di halaman 1dari 4

RANDES OKTAZEN/PBM/FB

Tradisi Perahu Beganduang dari Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi


Di daerah Riau terdapat banyak kebudayaan dan tradisi daerah, mulai dari
daerah pelosok sampai perkotaan, dimana antara kebudayaan dan tradisi
terdapat suatu keterkaitan dengan seni, yang membuat dalam pelaksanaan
budaya tradisi terasa lebih bermakna. Sebagai salah satu contoh kebudayaan
yang terdapat di Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau adalah
Tradisi Perahu Baganduang .Tradisi Perahu Baganduang merupakan sebuah
atraksi budaya khas masyarakat Kuantan Mudik berupa parade sampan
tradisional yang dihiasi berbagai ornamen dan Warna - warni yang menarik.
Festival menghias sampan tradisional ini diselenggarakan pada saat memasuki
Hari Raya Idul Fitri.Perahu baganduang mempunyai arti dua atau tiga perahu
yang dirangkai atau diikat menjadi satu (diganduang) menggunakan bambu dan
dihiasi oleh berbagai simbol adat yang berwarna - warni. Tiap desa yang ada di
daerah Kuantan Mudik dalam festival ini biasanya mengirimkan perwakilan
perahunya untuk dinilai. Dewan jurinya terdiri dari tokoh adat dan ninik mamak
yang akan menilai keindahan dan kelengkapan adat yang ada pada perahu
peserta. Perahu peserta yang memiliki kriteria lebih, dari sisi keindahan dan
adat, akan ditetapkan sebagai pemenang.
Tradisi Perahu Baganduang merupakan acara lomba yang terbilang ramai dan
sekaligus merupakan ritual yang mencerminkan kebesaran adat masyarakat
Kuantan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme kedatangan masyarakat Kuantan,
pernak-pernik hiasan perahu yang digunakan dalam festival ini serta di atas
perahu dibangun rumah-rumahan yang dihiasi dengan berbagai simbol adat
yang berwarna-warni, yang sering dinamakan oleh masyarakat setempat dengan
nama gulang -gulang.
Rumah-rumahan yang dibangun diatas perahu tersebut juga dilengkapi dengan
umbul-umbul dan peralatan pusaka tradisional yang ikut menambah cita rasa
tersendiri bagi perayaan festival ini.
Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya
memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang
telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai
oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian
dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam
tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan,
memang terdapat kebiasaan ritua mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol
perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Nah, kebiasaan
menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan
kini diwujudkan melalui Tradisi Perahu Baganduang . Tradisi perahu baganduang
yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai saat ini masih
dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung nilai-nilaibudaya,
etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di jelaskan kepada
generasi berikutnya.
Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal
yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyaraktnya, agar tidak hilang begitu
saja karena perkembangan zaman, maka dari itu saya sebagai generasi
penerus ingin memperkenalkan kepada publik dan

melestarikan budaya yang sudah


turun temurun ini. Dan saya juga
menginginkan masyarakat kuantan tahu dengan budaya daerah sendiri dan
mampu menjelaskan apa saja yang terkandung dan tersurat dengan budaya
sendiri.

PERAHU BAGANDUANG
Budaya adalah suatu kebiasaan kegiatan yang sering dilakukan oleh
suatumasyarakat. Sedangkan tradisi adalah sebuah adat kebiasaan yang di
lakukansuatu daerah tertentu yang dilakukan secara turun temurun.Didaerah
Indonesia terdapat banyak kebudayaan dan tradisi. Mulai daridaerah pelosok
sampai perkotaan, dimana antara kebudayaan dan tradisi terdapat suatu
keterkaitan dengan seni, yang membuat dalam pelaksanaan budaya
tradisiterasa lebih bermakna.Kebudayaan itu ibarat sebuah lensa dimana seperti
halnya saat kitamenggunakan lensa untuk meneropong sesuatu, kita harus
memilih suatu objek tertentu yang akan dilihat secara
focus
. Beberapa orang awam mengartikankebudayaan merupakan sebuah seni.
Padahal sebenarnya kebudayaan itu bukanhanya sekedar seni. Kebudayaan
melebihi seni itu sendiri karena kebudayaaanmeliputi sebuah jaringan kerja
dalam kehidupan antar manusia, karena terdapat banyak keragaman antara satu
daerah dengan daerah lain.Sebagai salah satu contoh kebudayaan yang terdapat
di KabupatenKuantan Singingi tepatnya di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan
Mudiak adalah
PERAHU BAGANDUANG.
Festival Perahu Baganduang merupakan acaraperlombaan antar masyarakat
setempat yang terbilang ramai sekaligusmerupakan ritual yang mencerminkan
kebesaran adat masyarakat Kuantan,khususnya Kecamatan Kuantan Mudik itu
sendiri. Hal ini dapat dilihat dariantusiasme kedatangan masyarakat Kuantan
serta pernak-pernik hiasan perahuyang digunakan dalam festival ini.Perahu
Baganduang merupakan sebuah atraksi budaya khas masyarakat Kuantan Mudik
berupa parade sampan tradisional yang dihiasi berbagai ornamendan warnawarna yang menarik. Perahu baganduang mempunyai keunikantersendiri,
disamping menggunakan dua atau tiga perahu yang dirangkai / diikat menjadi
satu (diganduang) menggunakan bamboo, perahu baganduang jugadihiasi oleh
berbagai simbol adat yang berwarna-warni

A.
Sejarah Perahu Baganduang
Tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masakerajaankerajaan
dahulu.
Perahu
ini
biasanya
dipakai
oleh
raja
sebagai
saranatransportasi. Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai
festivalpada tahun 1996.RISALAH PERAHU BAGANDUANGBeratus tahun silam
keadaan penduduk Kuantan Mudik khususnya, Riau padaumumnya sangatlah
serba kekurangan/ketinggalan bila di banding dengan negeri-negeri lainnya.
Walaupun demikian, para penghuni Kuantan Mudik terutamaKenegerian Lubuk
Jambi para pemuda/pemudinya terdiri dari orang-orangkreatif, dan mempunyai
gagasan yang luas, suka bergotong royong untuk membangunn desa serta
mensejahterakan penduduk.Para pemuda/pemudi beserta orang tua-tua bahu
membahu untuk mengerjakansesuatu, contohnya turun ke sawah, untuk
mengerjakan sawah yang begituluasnya, mereka mendirikan perkumpulan kerja
yang disebut
batobo. Tobo ini
terdiri dari anak bujang, anak gadis dan orang tua untuk mengatur pekerjaan
disawah.Alat pertanian di masa lalu adalah alat yang sangat unik dan sangat
tradisional,mesin-mesin seperti sekarang belum ada. Para petani hanya
menggunakanbinatang ternak kerbau, dan untuk membajak hanya satu-satu saja
dengan artikata tenaga kerbau di gunakan untuk meroncah, menghancurkan
rumput menjadibubur tanah, sehingga para petani dapat bantuan tenaga
pengelolaan tanah. Kalautanah kering, maka muda/mudi tadi membanting tulang
bersama-sama
batobomencakul
tanah.Begitulah
kerja
muda/mudi
di
kampungnya sepanjang tahun, pekerjaan apapunmereka kerjakan bersama baik
menanam, menyiang, dan terakhir menuai.Didalam kelompok tobo inilah
masing-masing muda/mudi mulai menjalin masa

perkenalan untuk saling mencintai, tapi semua percakapan ini sangat


rahasiasekali, antara pemuda dengan pemuda tak tahu sedikitpun, yang
pemudinyaantara satu sama lain juga tidak ada yang mengetahui, semuanya
sama-samarahasia.Kalau anak muda/mudi sekarang saling membeberkan baik
sesama temanmaupun sama orangtuanya, bertolak belakang dengan
muda/mudi yang dulu.Untuk lebih akrabnya hubungan mereka itu, di waktu
batobo siangnya merekamembuat suatu persetujuan yang berikut ini adalah
dialognya :Abang : abang ingin datang ke sini untuk membicarakan hubungan
kita agarlebih serius lagi. Apakah adik bersedia?Adik : ambo satuju bonar (saya
setuju sekali)Abang : kok lai satuju, abang datang beko malam kerumah adik/
mancaliak

.(kalau setuju, abang nanti malam datang kerumah adik/mengunjungi.Adik :


datanglah.Abang : dimano tompek adiak tiduar? (dimana tempak adik tidur?)Adik
: dokek
balobek ujuang
. (dekat jendela paling ujung sekali)Abang : yolah tarimo kasiah.( iyalah terima
kasih)Ketika hubungan mereka semakin erat tidak ada satu orang teman pun
yangmengetahui hal tersebut. Ketika memanen padi mereka terus melaksanakan
batobo
.
Tuo tobo
menyampaikan kepada
anak tobo
. Yang laki-laki mencari
pikan tuai
, yang perempuan mengisi bersama-sama, untuk kemudian diteruskan
untuk mengisi
kombuik
. Di waktu menuai inilah lahir pemikiran baru, para pemudatidur bersama-sama
di surau. Mereka berunding lagi untuk menghadapi hari raya.Biasanya sudah
sejak dahulu kala bagi kaum muslim akan menghadapi hari raya,mereka
melaksanakan
mandi balimau
setelah berpuasa satu bulan penuh. Bagipara pemuda tadi, yang akan membuat
limau dengan limau di beli, maka merekatidak akan berhasil membuatnya.
Keputusan perundingan tahun ini si anu kitaperintahkan untuk menjemput limau
kerumah si anu gadis tobo kita.Dalam perundingan tadi, semua masalah telah
diselesaikan secara bersamasegala sesuatunya akan ditanggung bersama-sama
pula. Bak kata orang-orangdulu, berat sama di pikul, ringan sama dijinjing. Pada
malam hari raya itu para

Anda mungkin juga menyukai