Anda di halaman 1dari 12

Tradisi pesta laut di basisir

(Hari nelayan Pelabuhan Ratu)

Anggota kelompok :
 Niken

 Desvita
 Fajar

 Anfal
ABSTRAK

Keberagaman budaya di Indonesia merupakan salah satu warisan bangsa.


Kegiatan yang mencerminkan keberagaman budaya harus selalu diterapkan,
karena demi tetap lestarinya budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan di setiap
daerah berbeda-beda. Dengan demikian, budaya di setiap wilayah memiliki
keunikan masing-masing, mulai dari pembawaan acara, isi acara, prosesi
kegiatan dari awal sampai akhir, hingga makna yang terkandung. Artikel
pengamatan yang kami buat ini mengkaji tentang gelar budaya salah satu
wilayah Pelabuhanratu Kab.Sukabumi Jawa Barat, yaitu Gelar Budaya “Hari
Nelayan” yang dilaksanakan pada setiap acara perayaan 6 April warga sekitar
selalu berpartisipasi dalam acara Gelar Budaya “Hari Nelayan” tersebut. Gelar
Budaya “Hari Nelayan” ini juga diadakan dengan tujuan adanya perwujudan
rasa syukur atas rezeki melimpah yang telah diberikan kepada warga sekitar
pantai pesisir in

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak keberagaman.


Keberagaman di Indonesia mulai dari suku, ras, agama, bahasa, etnis, adat
istiadat, dan budaya. Keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan
sebagian akibat dari jumlah pulau di Indonesia yaitu sekitar lebih dari 17.000
pulau dan hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni. Secara astronomis
terletak di antara dua benua dan samudra, yaitu Benua Amerika dan Benua
Australia serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia juga terletak
tepat pada jalur khatulistiwa sehingga beberapa alasan itu menjadi penyebab
keberagamannya. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki semboyan pemersatu
yaitu Bhineka Tunggal Ika yakni “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, memiliki
makna keberagaman bukan menjadi masalah untuk tidak menyatukan aspirasi
bangsa, sebab perbedaaan merupakan sebuah hiasan untuk mempersatukan
bangsa dan tidak terpecah belah.

Keberagaman budaya di Indonesia merupakan salah satu warisan bangsa.


Kegiatan yang mencerminkan keberagaman budaya harus selalu diterapkan
karena demi tetap lestarinya budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan di setiap
daerah berbeda-beda. Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk
dari banyak unsur yang rumit (agama, poltik, adat istiadat, bahasa, seni, dan
lain-lain) serta berkembang pada sebuah kelompok orang atau
masyarakat .Dengan demikian, budaya di setiap wilayah memiliki keunikan
masing-masing mulai dari pembawaan acara, isi acara, prosesi kegiatan dari
awal sampai akhir, hingga makna yang terkandung.

Gelar Budaya Hari Nelayan merupakan salah satu bentuk keberagaman budaya
di salah satu wilayah Pelabuhanratu Kab.Sukabumi  Acara ini biasanya selalu
diadakan oleh warga sekitar Pelabuhanratu Kab.Sukabumi setiap satu tahun
sekali, yaitu pada tanggal 6 April, sebagai bentuk rasa syukur kepada sang
Pencipta atas hasil tangkap nelayan selama bekerja. Pada acara Gelar Budaya
Hari Nelayan ini dilaksanakan dalam beberapa prosesi mulai dari Pawai Budaya
yang menampilkan berbagai bentuk pertunjukkan masing-masing . Hadrah
yang memiliki keunikan,  becak hias, kendaraan hias, dan masih banyak lagi.
Prosesi yang paling menarik dalam Gelar Budaya Hari Nelayan yaitu Larung
Sesaji. Setiap prosesi acara Gelar Budaya Hari Nelayan Pelabuhanratu
Kab.Sukabumi diikuti oleh setiap warga sekitar dan kepala desa wilayah
tersebut. Dalam setiap tahunnya diharapkan sesi acara demi acara
memberikan kesan menarik bagi yang berpartisipasi maupun tidak sehingga
kritik dan saran dalam setiap acaranya selalu ada untuk mengembangkan Gelar
Budaya Hari Nelayan di tahun-tahun berikutnya.

Topik pembahasan dalam artikel yang kami buat, ini yaitu bagaimana bentuk
keunikan-keunikan dalam acara Gelar Budaya Hari Nelayan Pelabuhanratu
Kab.Sukabumi sehingga mampu mengenalkan budaya lokal ini kepada setiap
masyarakat di wilayah Indonesia yang sebelumnya masih asing dengan budaya
ini.

Tradisi pesta laut di basisir (Pesta nelayan Pelabuhan Ratu )


Pesta hari nelayan adalah pesta syukuran hajatan laut masyarakat nelayan Pelabuhan
Ratu, Sukabumi, Tatar Pasundan. Pesta nelayan ini dilaksanakan dengan prosesi budaya
bahari masyarakat Sunda pesisir dan turut dimeriahkan dengan serbaneka kesenian lokal
seperti disimbolkan dalam tari-tarian yang mengiringi sepasang raja dan ratu yang diarak di
atas pedati sebagai simbol penguasa Ratu Pantai Selatan. Pesta syukuran atas
keberlimpahan hasil laut yang berada pada titik koordinat 6° 58' 53" S, 106° 32' 17" E ini
dipungkas dengan acara puncak yaitu pelepasan ribuan tukik, anak penyu, ke lautan bebas.

Gebyar Hari Nelayan Pelabuhanratu merupakan rangkaian perayaan Hari Nelayan yang
diperingati setiap tanggal 6 April 2022.

Namun dengan alasan bulan Ramadhan, Gebyar Hari Nelayan akhirnya diperingati dibulan
berikutnya yaitu pada 21 Mei 2022.

Gebyar Hari Nelayan ini merupakan kegiatan rutin yang selalu diadakan oleh masyarakat di
Kabupaten Sukabumi khususnya di Palabuhanratu sebagai daerah pesisir pantai.

Gebyar Hari Nelayan biasanya dimeriahkan dengan adanya pawai bersama masyarakat yang
ada di daerah Palabuhanratu atau pesisir pantai.

Setelah dua tahun libur, perayaan hari nelayan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi akan


kembali berlangsung. Puncak acaranya akan diadakan pada Sabtu, 21 Mei 2022 dengan gaya
yang berbeda dari helaran yang sama pada tahun-tahun sebelum pandemi covid-19.Tahun
ini, upacara adat yang menjadi puncak perayaan akan sepenuhnya berlangsung di dalam
kawasan dermaga Palabuhanratu Sukabumi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,
dimana karnaval budaya, berlangsung di jalan raya dari Pendopo Palabuhanratu ke
Dermaga.

"Tahun ini karnaval atau pawai budayanya hanya berlangsung di dalam kawasan dermaga.
Pawai budaya start dari dermaga 1 ke dermaga 2 Palabuhanratu," ungkap Silvana Yunita,
Putri Nelayan Palabuhanratu tahun 2020 kepada sukabumiupdate.com, melalui pesan
singkat, Jumat 20 Mei 2022.

Sisil panggilan akrab Silvana Yunita akan diarak oleh peserta karnaval budaya dengan
berjalan kaki, menuju Dermaga 2 yang menjadi lokasi utama perayaan upacara adat pesta
nelayan Palabuhanratu ke 62 kali ini. "Kalau tahun-tahun sebelum pandemi kan naik kereta
kencana, tahun ini pawai budayanya jalan kaki," lanjut Sisil.
Dalam pawai awai tersebut masyarakat biasanya membawa dan mengarak persembahan
berupa makanan, sayuran hasil bumi dan lain-lain yang nantinya akan dibagikan kembali
untuk masayarakat.

Contoh gambar :

Salah satu rombongan terlihat membawa aneka hasil tanaman pertanian dan hasil bumi
lainnya.

Seperti jagung, padi, kacang panjang, dan sayur-sayuran lainnya yg dibawa dengan gerobak
dalam barisan pawai dari kelompok sawah. Rombongan lain memperlihatkan ajakan peduli
hutan dari kelompok hutan dan kelompok air yang diwakili grup nelayan, peragaan angsa
dan ikan.

Fenomena kali ini lumrah, mengingat tema karnaval yang berupa eco cultural city yang
mengacu pada potensi lingkungan serta hasil alam.

Pawai Budaya

Pawai budaya merupakan salah satu bentuk keragaman budaya Indonesia. Pelaksanaan
pawai budaya bukan hanya ada di acara-acara besar  seperti Peringatan Hari Ulang Tahun
(HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) saja pada setiap tahunnya, melainkan juga pada
acara-acara kecil yang diadakan oleh dusun, desa, maupun kota. Pawai budaya merupakan
iring-iringan sekelompok orang yang biasanya dilakukan di jalan raya, umumnya dilakukan
dengan menggunakan kostum unik ciri khas budaya, diiringi musik dalam suatu upacara
ataupun acara tertentu. Pawai budaya yang dilakukan oleh warga sekitar pada saat acara
Gelar Budaya Hari Nelayan Pelabuhanratu Kab.Sukabumi dengan menampilkan beberapa
aneka pertunjukkan dari perwakilan masing-masing . Rute pada saat acara Pawai Budaya
yaitu mengelilingi jalan. Banyak warga desa sekitar yang tidak berpartisipasi dalam acara
ikut memeriahkan dengan menonton di bahu-bahu jalan . Dalam pawai budaya ini setiap
warga perwakilan yang berpartisipasi harus mempersembahkan berbagai sesaji dari hasil
bumi setempat yang pada prosesi akhir nantinya akan dilarungkan di laut.

Foto pawai :

Larung sesaji juga salah satu bentuk prosesi acara yang dilakukan pada saat Gelar Budaya Hari
NelayanPelabuhanratuKab.Sukabumi. Larung sesaji ini dilaksanakan pada akhir prosesi acara. Pada
larung sesaji ini dilakukan dengan mengarak sesaji mengelilingi jalan, kemudian warga menggunakan
kapal besar untuk melarungkan sesaji dengan isi seluruh hasil bumi mulai dari sayur-mayur, buah-
buahan, ikan, hewan ternak, dan lain sebagainya ke tengah laut. Kapal yang digunakan adalah milik
nelayan warga desa sekitar Pelabuhanratu bertindak sebagai tuan rumah.

Foto arak arak kan putri nelayan:


Menurut
Sisil,
walaupun
konsepnya
akan lebih
sederhana
namun tidak
menyurutkan
semangat
panitia dan
para nelayan

Palabuhanratu. Ajang ini merupakan panggung bagi Sisil karena


setelah terpilih menjadi Putri Nelayan di tahun 2020 silam, pesta nelayannya 2 tahun tidak
bisa digelar akibat pandemi. 

Jadi tahun 2021 dan 2022 ini tidak ada pemilihan putri nelayan, karena saat saya terpilih di
tahun 2022 acara pesta nelayan yang seharusnya menjadi rangkaian puncak dari pemilihan
tersebut tidak bisa berlangsung karena pandemi covid-19. Alhamdulilah tahun 2022 ini bisa
berlangsung," beber Sisil.

Perasaannya sangat bahagia sekali, akhirnya setelah sekian lamanya, momen yang ditunggu-
tunggu ini dilaksanakan juga, rasanya belum sah saja ketika belum di arak. Meskipun
memang perayaan tahun ini ada beberapa keterbatasan dibanding tahun-tahun
sebelumnya," ucap Sisil.

"Tpi dgn ini tetap saya bersyukur atas terlaksana nya, perayaan hari nelayan ini karena
bagaimanapun hal ini merupakan adat tradisional yg  harus tetap kita jaga. Harapan nya
semoga Diberi keselamatan, diberi kelancaran, keberkahan dan tradisi ini tetap terlaksana
setiap tahunnya. Seperti biasanya," sambung perempuan yang pada Juli 2022 nanti genap
berusia 20 tahun.

Foto Gelar acara pembukaan Hari nelayan:


Setelah upacara dan pembukaan kita berlanjut untuk melaksanakan Labuh saji di tengah
laut yang menggunakan kapal .

Salah satu bentuk atau wujud dari adat istiadat adalah upacra tradisional. Ada beberapa
jenis upacara tradisional, pertama adalah upacara tradisional yang bertalian dengan
pertanian. Biasanya upacara ini dilakukan menjelang tanam padi dan pada saat panen.
Kedua, upacara tradisional yang bertalian dengan daur hidup manusia, upacara ini dilakukan
pada fase kehamilan, kelahiran, akil baligh, perkawinan, serta kematian. Ketiga upacara
tradisional yang bertalian dengan alam, upacara ini biasanya dilakukan pada saat suatu
daerah terkena bencana atau bisa juga untuk menolak bencana. Keempat, upacara yang
berkaitan dengan sistem religi. Upacara ini biasanya dilakukan untuk memperingati hari-hari
besar keagamaan dan memperingati jasa leluhur. Upacara tradisional oleh banyak ahli
didefinisikan sebagai berikut. Menurut antropolog S. Budhisantoso, yang dimaksudkan
dengan upacara tradisional adalah tingkah laku resmi yang dilakukan untuk peristiwa-
peristiwa yang tidak ditujukan pada kegiatan teknis sehari-hari. Akan tetapi mempunyai
kaitan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan di luar kemampuan manusia atau
kekuatan supernatural. Seperti roh nenek moyang atau leluhur. Terlepas dari tujuan
pelaksanaan upacara tersebut, ditilik secara budaya, sesungguhnya upacara tradisional
adalah suatu bentuk sarana sosialisasi, khususnya bagi musyawarah tradisional.
Penyelenggaraan upacara penting artinya bagi pembinaan sosial budaya masyarakat yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena salah satu fungsinya sebagai pengokoh norma-
norma serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku turun-temurun yang dilakukan secara
khidmat oleh pendukungnya dan dirasakan sebagai bagian yang integral serta komunikatif
dalam kehidupan kulturalnya, dapat membangkitkan rasa aman bagi setiap pendukungnya
di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Maksud diadakannya perekaman dan
pendokumentasian upacara-upacara tradisional ini adalah untuk memperkenalkan kepada
masyarakat akan arti pentingnya nilai-nilai budaya daerah yang positif dan relevan yang
terkandung dalam upacara tersebut, dan agar masyarakat mengetahui dan memahami akan
adanya keanekaragaman budaya sekaligus menghargai keanekaragaman tersebut. Adapun
tujuannya adalah untuk melestarikan upacara tradisional yang ada di jawa barat sekaligus
memanfaatkannya untuk daya tarik wisatawan. Perekaman upacara adalah suatu kegiatan
pengambilan data mengenai suatu upacara yang dilakukan dengan melalui pemotretan,
rekaman video, serta pengamatan/penelitian dan wawancara. Upacara Labuh Saji adalah
upacara ritual masyarakat nelayan “Pelabuhan Ratu”. Tradisi ini hampir sepanjang tahun
dilaksanakan oleh penduduk setempat bertepatan dengan hari nelayan yang jatuh pada
tanggal 6 april 2002. Nama “Labuh Saji” mempunyai makna yang sama dengan “Melabuh
Saji” , berasal dari kata ngalabuh (Labuh) artinya menjatuhkan sesuatu (Benda, sesajen,
kepala kerbau) ke dalam laut, dengan harapan agar hasil tangkapan ikannya berlimpah
setiap tahun. Upacara labuh saji disebut juga dengan istilah Nadran yang berasal dari kata
nadar yang artinya janji hendak berbuat sesuatu apabila telah tercapai maksudnya.
Sedangkan maksud dari nadran itu sendiri adalah memelihara hubungan baik antarmanusia
di daratan dengan penghuni lautan (Nyi Dewi Roro Kidul). Hubungan baik ini harus tetap
dijaga. Yaitu dengan diadakan upacara tersebut para nelayan menitipkan nyawanya ingin
diselamatkan oleh yang berkuasa di lautan yang dipercayanya sebagai Nyi Roro Kidul.
Sedangkan tujuannya ialah : nurutkeun galur catur nu turun tumurun ti sepuh baheula,
“mematuhi cerita orang tua secara turun temurun”.
KESIMPULAN

Kesimpulannya yaitu keberagaman budaya merupakan salah satu warisan bangsa yang
harus di jaga dan tetap di lestarikan. Keberagaman budaya pada setiap wilayah memiliki ciri
khas dan keunikan masing-masing. Salah satu keberagaman budaya yang berada di wilayah
tinggal kami yaitu Gelar Budaya Hari Nelayan Pelabuhanratu Kab.Sukabumi Dengan prosesi
acara yang menarik dari awal hingga akhir. Prosesi acara mulai dari Pawai Budaya yang
menampilkan berbagai bentuk pertunjukkan masing-masing perwakilan , yang memiliki
keunikan ,  Larung Saji. Tiap-tiap prosesi acara memiliki pesan yang tersirat dan bermakna.

Kita sebagai salah satu penerus bangsa harus tetap melestarikan setiap budaya lokal yang
ada di sekitar kita, berani menyuarakan pendapat demi mengenalkan budaya lokal kepada
yang lainnya sehingga budaya yang ada di sekitar kita tetap lestari sampai keturunan yang

berikutnya.

Daftar pustaka

https://sukabumiupdate.com/posts/100305/21-mei-2022-jadwal-dan-lokasi-upacara-adat-hari-
nelayan-palabuhanratu-sukabumi

Anda mungkin juga menyukai