Perahu Bergandung ini merupakan salah satu kebudayaan yang
gag akan termakan oleh zaman terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi, tepatnya di Lubuk Jambi[kuantan mudik]. Perahu Bergandung ini merupakan salah satu kebudayaan yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi, tepatnya di Lubuk Jambi. Perahu Bergandung ini bermula dari sekelompok muda-mudi yang mengantarkan Limau kerumah seorang perempuan dengan menggunakan perahu yang di gandengkan. Acara mengantar limau ini sama dengan seorang yang ingin melamar seorang perempuan yang di sukainya tetapi sedikit berbeda dengan tunangan. Mengantar limau di lakukan oleh pihak lelaki sebelum shalat idul fitri. Setelah 5 hari acara pengantaran limau maka barulan tiba saat perbandingan.
Sebelum hari H nya muda-mudi akan menggandingkan dua buah perahu dan menghiasainya dengan daun kelapa, kain panjang dan mempunyai kuba di puncaknya. Kuba tersebut di buat berbentuk bulan atau bintang yang melambangkan penyambutan hari raya idul fitri. Perlombaan ini di laksanakan pada hari ke 6 dan di ikuti pula dengan talempong randai, salung, tari-tarian dan lain sebagainya.
Pada acara ini juga di hadiri oleh Bupati atau yang mewakili dan rombongan. Bupati atau yang mewakili akan naik ke atas perahu yang telah di sediakan dan bergerak dari hulu sungai kuatan tepatnya dari desa Koto Lubuk Jambi dan berlabuh pada tempat acara di adakan dan di sambut oleh penari-peneri. Selanjutnya barulah acara pertandingan di mulai dengan ledak-ledakan "bedir" (suatau bambu yang di buat untuk meledakkanya agar ia berbunyi yaitu dengan menggunakan minyak tanah). Penilaian terhadap perahu-perahu tersebut di lakukan oleh NINIK MAMAK pada masing-masing desa. Biasanya acara perahu bergandung ini di ikuti lebih kurang 15 desa yang ada di kecamatan kuantan mudik. Sistem penilaian di lihat dari kerapian dan keindahan perahunya.
Festival Perahu Baganduang merupakan sebuah atraksi budaya khas masyarakat Kuantan Mudik berupa parade sampan tradisional yang dihiasi berbagai ornamen dan warna-warni yang menarik. Festival menghias sampan tradisional ini diselenggarakan pada saat memasuki Hari Raya Idul fitri. Perahu baganduang mempunyai arti dua atau tiga perahu yang dirangkai/diikat menjadi satu (diganduang) menggunakan bambu dan dihiasi oleh berbagai simbol adat yang berwarna-warni. Tiap desa yang ada di daerah Kuantan Mudik dalam festival ini biasanya mengirimkan perwakilan perahunya untuk dinilai. Dewan jurinya terdiri dari tokoh adat dan ninik mamak yang akan menilai keindahan dan kelengkapan adat yang ada pada perahu peserta. Perahu peserta yang memiliki kriteria lebih, dari sisi keindahan dan adat, akan ditetapkan sebagai pemenang.
Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritual mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul fitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Festival Perahu Baganduang Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai festival pada tahun 1996. Dan sampai sekarang masih terus eksis dan merupakan agenda wajib setiap tahun di kuantan mudik .. Festival Perahu Baganduang merupakan acara lomba yang terbilang ramai dan sekaligus merupakan ritual yang mencerminkan kebesaran adat masyarakat Kuantan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari antusiasme kedatangan masyarakat Kuantan serta pernak-pernik hiasan perahu yang digunakan dalam festival ini. Wisatawan yang berkunjung ke festival ini dapat menyaksikan parade perahu yang di atasnya dibangun rumah-rumahan yang dihiasi dengan berbagai simbol adat yang berwarna-warni, yang sering dinamakan oleh masyarakat setempat dengan nama gulang-gulang. Rumah-rumahan yang dibangun di atas perahu tersebut juga dilengkapi dengan umbul-umbul dan peralatan pusaka tradisional yang ikut menambah cita rasa tersendiri bagi perayaan festival ini. Bagi wisatawan yang menyaksikan Festival Perahu Baganduang ini juga dapat mengunjungi obyek wisata lain yang tak seberapa jauh dari lokasi penyelenggaraan, seperti Air Terjun Guruh Gemurai dan air terjun lainnya di Desa Cengar. Kecamatan Kuantan Mudik, tempat berlangsungnya Festival Perahu Baganduang, berjarak sekitar 21 km dari Kota Teluk Kuantan. Untuk menuju Kota Teluk Kuantan wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi/umum dari Kota Pekanbaru. Jarak antara Kota Teluk Kuantan dan Kota Pekanbaru kurang lebih 150 km dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar tiga jam. Setelah tiba di Kota Teluk Kuantan, wisatawan dapat menggunakan jalur darat menuju Kuantan Mudik, tempat berlangsungnya Festival Perahu Baganduang.
Teluk Kuantan >> Kab.Kuantan Singingi >> Prov.Riau
Upacaara tradisional manjopuik Limau. Dengan kendaraan perahu yg digandeng (baganduang) di Kab Kuansing- Riau