Anda di halaman 1dari 16

Hubungan magnet dengan listrik telah diamati oleh Christian Oersted (1777-1851).

Oerstad menemukan bahwa ketika kompas diletakkan di dekat kawat penghantar berarus listrik,
jarum kompas segera menyimpang dari arah semula. Selain itu, jarum kompas juga dapat
menyimpang ketika berada di dalam medan magnet. Oersted menyimpulkan bahwa arus listrik
menghasilkan medan magnet.
1. Hukum Biot-Savart
Besar induksi magnet di suatu titik tergantung pada beberapa faktor, yaitu jarak titik dengan
kawat berarus, kuat arus, maupun arah arus terhadap sumbu magnet. Induksi magnet sering
disebut kuat medan magnet. Induksi magnet menyatakan kepadatan fluks atau kerapatan fluks
magnet (B).

Hukum Biot-Savart menyatakan sebagai berikut.


Besarnya induksi magnet di suatu titik dalam medan magnet:
1. Berbanding lurus dengan arus listrik (I)
2. Berbanding lurus dengan panjang elemen kawat (dl)
3. Berbading lurus dengan sinus sudut antara arah arus dan garis penghubung titik
itu ke elemen kawat
4. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik itu ke elemen kawat (r).
Berdasarkan faktor-faktor di atas, hukum Biot-Savart dirumuskan:

Keterangan:
I = kuat arus (A)
dl = elemen kawat (m)
α = sudut antara elemen arus dengan garis hubung ke elemen kawat
k = teteapan, dalam SI k = 107 weber/amapere meter (Wb/Am)
dB = induksi magnet di P yang disebabkan oleh elemen arus, dinyatakan dalam
Wb/m2 atau Tesla (T)
r = jarak titik ke elemen kawat (m)
2. Medan Magnet di Sekitar Kawat Lurus Panjang
Besar medan magnet kawat lurus sangat panjang dirumuskan:

Dengan:
B = besar medan magnet (T)
I = arus listrik (A)
a = jarak titik ke kawat (m)
μ0 = 4π x 10-7 T Wb/Am
Satuan medan magnet dalam SI adalahtesla (T). Medan magnet juga dapat dinyatakan dalam
satuan newton per ampere meter (N/Am) atau webber per meter persegi (Wb/m2). Satuan lain
medan magnet yang bukan dalam SI adalah gauss (G).
3. Medan Magnet di Pusat Arus Melingkar
Medan magnet oleh kawat melingkar di sebuah titik yang memiliki jarak tertentu terhadap pusat
lingkaran dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
B = kuat medan magnet (T)
a = jari-jari lingkaran penghantar (meter)
x = jarak pusat lingkaran dengan titik (m)
Di pusat lingkaran x = 0

Apabila ada N lilitan berlaku rumus:

4. Medan Magnet di Sekitar Selenoid dan Toroid


a. Medan Magnet dalam Selenoid
Selenoid adalah kumpulan kawat yang terdiri atas banyak lilitan. Medan magnet di dalam
selenoid merupakan resultan medan magnet yang dihasilkan oleh setiap lilitan. Ujung kanan,
tempat garis-garis B keluar, berperan sebagai kutub utara jarum kompas, sedangkan ujung kiri
berperan sebagai kutub selatan. Besar induksi magnetik diujung selenoid maupun di pusat
selenoid dapat dirumuskan sebagai berikut.
Di pusat selenoid:

Di ujung selenoid:

Keterangan:
B = besar induksi magnetik (T)
N = banyak lilitan selenoid
I = kuat arus (A)
l = panjang selenoid (A)
μ0 = 4π x 10-7 T Wb/Am
b. Medan Magnet dalam Toroid
Toroid adalah selenoid yang dilengkungkan sehingga sumbunya membentuk lingkaran. Besar
induksi magnetik pada sumbu toroid dirumuskan:

Keterangan:
B = besar induksi magnetik (T)
N = banyak lilitan toroid
I = kuat arus (A)
A = jari-jari efektif (m)
μ0 = 4π x 10-7 T Wb/Am
rd = jari-jari dalam
rl = jari-jari luar
5. Gaya Lorentz
Jika sebuah muatan bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medan magnetik, muatan tersebut
akan mengalami gaya magnetik, muatan tersebut akan mengalami gaya magnetik yang disebut
gaya Lorentz. Arah gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah gerak dan medan magnetik.
Arah gaya Lorentz ini dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika kuat arus listrik I dan
induksi magnetik B membentuk sudut 90o terhadapa arah arus serta panjang kawat lurus yang
panjangnya l, besar gaya Lorentz adalah:

Jika kawat penghantar berarus membentuk sudut α antara arah arus dan arah medan magnetik ,
gaya Lorentz dirumuskan menjadi:

Keterangan:
Fl = gaya Lorentz (N)
I = kuat arus melalui penghantar (A)
l = panjnag kawat pengahantar
B = medan magnet (Wb/m2)
Demikianlah pembahasan tentang materi Medan Magnet oleh Arus Listrik, semoga bermanfaat.
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Gaya Gerak Listrik
Gaya gerak listrik merupakan beda potensial antara ujung-ujung penghantar sebelum dialiri arus
listrik. Gaya gerak listrik disingkat dengan GGL, dengan satuan volt.
Gaya gerak listrik adalah suatu energy yang diberikan pada setiap muatan listrik untuk bergerak
antara dua kutub baterai atau generator. Sebuah electron-elektron bermuatan e yang bergerak
dari kutub negative ke kutub positif melalui konduktor di luar baterai dengan gaya gerak listrik
sebesar V, akan mendapat energy sebesar e x V joule.

Pada dasarnya sumber GGL itu segala jenis alat yang muatan positif sama negatifnya terpisah.
Kedua ujung dari alat tersebut di sebut dengan terminal. Muatan positif numpuknya di terminal
positif, sementara pada muatan negatif, pastinya di terminal negatif.

Terminal positif namanya anoda. Terminal negatif namanya katoda. Dalam mengingat nya
simpel saja yaitu. Kalau positif itu ga ada noda. Ga ada noda kan anoda, seperti gak ada tuhan,
kan disebut dengan ateis. Huruf a didepannya itu. Positif gak ada noda, negatif katoda. Simpel
kan dalam menghapalnya.

2. Fluks magnetik
Kuat medan magnetik dinyatakan dengan lambang B yang disebut dengan induksi magnet,
induksi magnetik menyatakan kerapatan garis gaya magnet. Sedangkan fluks magnetik
menyatakan banyaknya jumlah garis gaya yang menembus permukaan bidang secara tegak
lurus, yang dapat dinyatakan dalam persamaan, sebagai berikut.

Gambar a Gambar b

Dalam hal ini , fluks magnetik didefinisikan sebagai pekalian medan magnetik B dengan luasan
A yang dibatasi oleh rangkaiannya :

Karena medan magnetik sebanding dengan jumlah garis medan magnetik per satuan luas, fluks
magnetik tersebut sebanding dengan jumlah garis yang melalui luasan tersebut .

Jika medan magnetik tidak tegak lurus terhadap permukaannya, seperti pada gambar b , fluks
magnetik didefinisikan sebagai ,

Φ = fluks magnetik (Wb = weber)

B = induksi magnet (T atau WB.m-2)


A = luas permukaan bidang (m2)

θ = sudut yang dibentuk antara arah B dengan garis normal (radian atau derajat)

3. GGL(Gaya Gerak Listrik) induksi


Istilah GGL Induksi sering kita dengar dalam metode Induksi Elektromagnetik dengan
menggerakkan batang magnet dalam kumparan. Ketika kutub utara batang magnet digerakkan
masuk kedalam kumparan, maka jumlah garis-garis gaya magnet yang terdapat pada kumparan
akan bertambah banyak. Bertambahnya jumlah garis gaya pada ujung-ujung kumparan inilah
yang dinamakan Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-
ujung kumparan terdapat GGL Induksi. Namun, jarum galvanometer yang dihubungkan pada
kumparan hanya bergerak saat magnet digerakkan keluar masuk kumparan. Sehingga Arus
listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, maka di
ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.
Faktor yang Mempengaruhi Besar GGL Induksi :

a. Kecepatan gerakan magnet atau kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya


magnet.
b. Jumlah lilitan kumparan.
c. Medan magnet.
Perumusan GGL Induksi :
Penghantar yang bergerak dalam medan magnet dengan kecepatan (v) akan menyapu luasan
yang terus berubah. Perubahan luas inilah yang menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada
ujung-ujung penghantar. Induksi magnetik ini juga disebut sebagai GGL Induksi Perumusan
GGL Induksi yang terjadi pada penghantar yang bergerak dalam medan magnet dinyatakan
sebagai berikut:

: GGL induksi (Volt)

: induksi magnet (Wb/m2)

: panjang penghantar (m)

: kecepatan gerak penghantar (m/s)

4. Hukum Faraday
Telah kita ketahui bahwa sebuah atau GGL akan mengalirkan arus listrik melalui suatu
rangkaian tertutup. jika arus listrik mengalir didalam suatu rangkaian, disekitar arus tersebut
akan timbul fluks magnet.
dari percobaan yang dilakukan faraday, diketahui bahwa GGL hasil induksi bergantung
pada laju perubahan fluks magnet yang melalui suatu rangkaian. kesimpulan ini disebut hukum
faraday, yang berbuyi :

“Ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung suatu penghantar atau kumparan sebanding dengan
laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar atau kumparan tersebut”

Dari persamaan GGL Induksi yang terjadi pada penghantar yang bergerak dalam medan magnet
dinyatakan sebagai berikut :

, sehingga

jika bayaknya lilitan kumparan = N, maka indusi pada ujung ujung kumparan :

: GGL induksi antara ujung-ujung penghantar (Volt)

: Banyak lilitan kumparan

: Perubahan fluks magnet (Wb)

: Selang waktu untuk perubahan fluks magnet (s)

5. Hukum Lenz
Hukum Lenz ditemukan oleh ilmuwan fisika bernama Friederich Lenz pada tahun 1834.
Hukum Lenz merupakan hukum fisika yang memberikan pernyataan tentang GGL (Gaya Gerak
Listrik) Induksi. Hukum ini menjelaskan arah arus induksi akibat adanya GGL induksi tersebut.
Berdasarkan hukum Faraday, perubahan fluks magnetik akan menyebabkan timbulnya
beda potensial antara ujung kumparan. Apabila kedua ujung kumparan itu dihubungkan dengan
suatu penghantar yang memiliki hambatan tertentu, maka akan mengalir arus yang disebut arus
induksi dan beda potensial yang terjadi disebut ggl induksi. Faraday pada saat itu baru dapat
menghitung besarnya ggl induksi yang terjadi, tetapi belum menentukan ke mana arah arus
induksi yang timbul pada kumparan. Lenz menyatakan bahwa :

“Jika ggl induksi timbul pada suatu rangkaian, maka arah arus induksi yang dihasilkan
sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnetik induksi yang menentang perubahan
medan magnetik (arus induksi berusaha mempertahankan fluks magnetik totalnya konstan)”

Arah arus induksi berdasarkan hukum Lenz

(a) magnet mendekati kumparan, (b) magnet menjauhi kumparan.

Ketika kedudukan magnet dan kumparan diam, tidak ada perubahan fluks magnet dalam
kumparan. Tetapi ketika kutub utara magnet digerakkan mendekati kumparan, maka timbul
perubahan fluks magnetik yang semakin membesar akibatnya timbul fluks magnetik yang
menentang pertambahan fluks magnetik awal. Oleh sebab itu, arah fluks induksi harus
berlawanan dengan fluks magnetik. sehingga fluks total yang dilingkupi kumparan selalu
konstan.

Begitu juga pada saat magnet digerakkan menjauhi kumparan, maka akan terjadi
pengurangan fluks magnetik dalam kumparan, akibatnya pada kumparan timbul fluks induksi
yang menentang pengurangan fluks magnet, sehingga fluks totalnya selalu konstan.

Menentukan arah simpangan jarum galvanometer :

Arah simpangan galvanometer sesuai dengan arah arus yang masuk galvanometer

Karena ujung kumparan A didekati kutub magnet utara (U), maka ujung kumparan A
menjadi kutub utara (U) dan B menjadi kutub selatan (S). Dengan aturan tangan kanan diperoleh
arah arus listrik keluar dari ujung kumparan A. Sehingga jarum galvanometer menyimpang ke
arah kanan.
Karena ujung kumparan A dijauhi kutub magnet utara (U), maka ujung kumparan A
menjadi kutub selatan (S) dan B menjadi kutub utara (U). Dengan aturan tangan kanan
menggenggam diperoleh arah arus listrik keluar dari ujung B. Sehingga jarum galvanomter
menyimpang ke arah kiri.

Arah arus induksi dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan yaitu jika arah ibu jari
menyatakan arah induksi magnet maka arah lipatan jari-jari yang lain menyatakan arah arus
induksi.

Pengertian GGL Induksi

Gaya gerak listrik induksi adalah beda potensial yang timbul pada ujung-ujung kumparan karena
pengaruh induksi elektromagnetik.

Ada empat cara untuk membangkitkan GGL induksi. Adapun cara-cara tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Menggerak-gerakkan magnet keluar masuk kumparan


b. Memutar magnet di dekat kumparan
c. Memutar kumparan dalam medan magnet
d. Memutus-sambungkan arus listrik searah yang melalui kumparan untuk menginduksi
kumparan yang ada di dekatnya.

Rumus GGL Induksi

Jika jumlah garis gaya magnet yang melingkupi kumparan bertambah, jarum galvanometer
menyimpang ke kanan dan jika jumlah garis gaya magnet yang dilingkup berkurang, jarum
galvanometer menyimpang ke kiri. Penyimpangan jarum galvanometer ke kanan dan ke kiri
tersebut menunjukkkan bahwa GGL induksi yang dihasilkan kumparan berupa tegangan bolak-
balik.

Oleh karena itu, arus induksi yang dihasilkan juga berupa arus bolak-balik (AC). Jika GGL
induksi lebih besar, kuat arus induksi yang timbul juga lebih besar.

Menurut Michael Faraday, besar GGL induksi pada kedua ujung kumparan sebanding dengan
laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi kumparan. Adapun yang dimaksud dengan fluks
magnetik adalah banyaknya garis gaya magnet yang menembus suatu bidang.

Besarnya GGL induksi yang timbul pada ujung-ujung kumparan bergantung pada 3 faktor.

1. Jumlah lilitan kumparan. Makin banyak lilitan kumparan, makin besar GGL induksi yang
timbul.
2. Kecepatan keluar-masuk magnet dari dan ke dalam kumparan. Makin cepat magnet
dimasukkan dan dikeluarkan dari kumparan, makin besar GGL induksi yang timbul pada
ujung-ujung kumparan.
3. Kekuatan magnet batang yang digunakan. Makin kuat magnet batang yang digunakan,
makin besar GGL induksi yang timbul.

Jika antara bidang dan medan magnet saling tegak lurus, maka fluks magnetik dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan seperti berikut.

Keterangan:
Φ = fluks magnetik dengan satuan Weber (Wb)
B = induksi atau kuat medan magnet dengan satuan Tesla (T)
A = luas bidang dengan satuan m2 (m pangkat 2)

Makin cepat perubahan garis gaya magnet, makin besar fluks magnetiknya dan kekuatan
magnetnya juga makin besar. Pernyataan Michael Faraday lebih dikenal dengan hukum Faraday,
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
Ei = GGL induksi dengan satuan volt (V)
N = banyak lilitan
ΔΦ = perubahan garis gaya magnet dengan satuan weber (Wb)
Δt = selang waktu dengan satuan sekon (s)

Tanda ( - ) menunjukkan arah arus induksi berlawanan dengna arah penyebabnya.

Penerapan Induksi elektromagnetik

1. Transformator

Transformator (trafo) adalah alat untuk memperbesar atau memperkecil tegangan listrik arus bolak-balik yang
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.Tranformator penurun tegangan " trafo step down, sedangkan
transsformator penaik tegangan " trafao step up. Transformator pada dasarnya terdiri atas lilitan primer dan
lilitan sekunder yang dihubungkan dengan menggunakan inti besi. Lilitan primer yang mendapat tegangan AC
akan menginduksi inti besi hingga menjadi magnet. Perubahan arah arus AC membuat medan magnet yang
terbentuk berubah-ubah, sehingga menghasilkan tegangan AC pada ujung-ujung kumparan sekunder.

Besar kecilnya tegangan keluaran yang dihasilkan transformator sangat dipengaruhi oleh jumlah lilitan pada
kumparan primer dan sekunder. Jika jumlah lilitan primernya lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,
maka tegangan pada kumparan sekunder juga akan lebih kecil daripada tegangan pada kumparan sekunder,
dan transformator tersebut disebut transformator step down. Namun jika jumlah lilitan primernya lebih sedikit
daripada jumlah lilitan sekunder, maka tegangan pada kumparan sekunder akan lebih besar daripada tegangan
pada kumparan primer, dan transformator tersebut disebut transformator step up.

Pada transformator ideal, energi listrik yang masuk ke dalam kumparan primer akan dipindahkan seluruhnya
ke dalam kumparan sekunder. Hal ini mengakibatkan besar efisiensi transformator menjadi 100% atau secara
matematis dituliskan sebagai berikut.

Wp = Ws
Vp Ip t = Vs Is t
Vp I s
=
Vs Ip
Is V p N p
Maka = =
Ip Vs Ns
Keterangan:
Np= lilitan primer
Wp= energi primer
Ns= lilitan sekunder
Ws= energi sekunder
Vp= tegangan primer
Ip= arus primer
V s = tegangan sekunder
I s = arus sekunder

Pada kenyataannya, tidak pernah dapat dibuat tranformator dengan efisiensi sebesar 100%,
karena biasanya sebagian energi listrik yang masuk ke dalam kumparan primer akan diubah
menjadi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer selalu lebih
besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya, daya primer lebih besar
daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo ditentukan oleh
besarnya efisiensi trafo. Perhitungan efisiensi trafo (η) yang tidak ideal tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan :
Pout Pout = daya listrik pada kumparan sekunder.
η= x 100% Pin = daya listrik pada kumparan primer
P in
Vs.Is
η= x 100%
Vp.Ip

Contoh Soal Transformator


Sebuah transformator memiliki 300 lilitan primer dan 30 lilitan sekunder. Jika tegangan pada
lilitan primer adalah 220 volt, tentukan:
 Tegangan pada lilitan sekunder
 Jika arus listrik yang mengalir pada lilitan primer sebesar 0,5 mA, berapakah arus listrik yang
mengalir pada lilitan sekunder?
 Efisiensi transformator
 Jenis transformator

Diketahui:
Np = 300 lilitan
Ns = 30 lilitan
Vp = 220 volt
Ip = 0,5 mA
Ditanya:

 Tegangan sekunder (Vs)


 Arus sekunder (Is)
 Efisensi transformator (η )
 Jenis transformator
a. Tegangan sekunder (Vs) b. Arus sekunder (I s)
Np Vp Np Is
Vs= = Is= =
Ns Vs Ns Ip
300 220 300 I s
= = = =
30 V s 30 0,5
220 x 30 300 x 0,5
Vs= = 22 volt Is= = 5 mA
300 30

c. Efisensi transformator (η )
Pout Vs.Is 5 x 22
η= x 100% = x 100% = = x 100%
P in Vp.Ip 0,5 x 220
Catatan : dalam kehidupan sehari-hari tidak ada transformator yang efisiensinya 100%

d. Karena Vp > Vs dan Np > Ns maka transformator tersebut adalah transformator step down.
2. Generator
Generator adalah alat yang digunakan untuk merubah energi gerak (kinetik) menjadi energi
listrik. Energi gerak yang dimiliki generator dapat diperoleh dari berbagai sumber energi
alternatif, misalnya dari energi angin, energi air, dan sebagainya. Generator dibedakan menjadi
generator AC (Alternating Current) dan generator DC (Direct Current). Generator AC atau
alternator dapat menghasilkan arus listrik bolak-balik dengan cara menggunakan cincin ganda,
sedangkan generator DC dapat menghasilkan arus listrik searah dengan cara menggunakan
komutator (cincin belah).

3. Dinamo AC-DC
Dinamo adalah generator yang relatif kecil seperti yang digunakan pada sepeda. Cara kerja
dinamo dan generator hampir sama, termasuk penggunaan satu cincin yang dibelah menjadi dua
(komutator) pada dinamo DC dan cincin ganda pada dinamo AC. Perbedaan dinamo dengan
generator terletak pada dua komponen utama dinamo, yaitu rotor (bagian yang bergerak) dan
stator (bagian yang diam).

ARUS BOLAK – BALIK


A. PENGERTIAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK
1. Membedakan Tegangan Ac Dan Teganga Dc
Arus bolak-balik atau alternating current (AC) sangat berbeda dengan arus searah. Besarnya
tegangan arus searah atau direct current (DC) selalu tetap terhadap waktu, sedangkan besarnya
tegangan AC selalu berubah terhadap waktu. Tegangan pada listrik arus bolak-balik membentuk
sinusoidal sedangkan tegangan pada listrik arus searah membentuk garis lurus. Perbedaan
tegangan DC dan AC dapat kita amati dengan menggunakan alat ukur yang disebut osiloskop.

Pada tegangan AC terdapat tegangan puncak dan tegangan efektif. Tegangan puncak
yaitutegangan maksimal dari listrik AC sedangkan tegangan efektif yaitu tegangan yang terukur
saat diukur dengan voltmeter. Hubungan matematis antara tegangan puncak atau tegangan max
dengan tegangan efektif yaitu:

2. Arus Dan Tegangan Sinusoidal

Sumber arus bolak-balik adalah generator ac yang dapat menghasilkan ggl induksi sebesar
Pada rangkaian arus bolak-balik yang mempunyai hambatan R berlaku juga hukum Ohm.
Dengan demikian

B. IMPEDANSI, TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK


Dalam rangkaian sederhana bolak-balik umumnya terdapat komponen resistor, inductor dan
kapasitor. Pada masing-masing komponen tersebut bila dialiri arus listrik AC akan timbul
impedansi, tegangan dan arus.
1. Impedansi
Impedasnsi yaitu hambatan atau reaksi pada rangkaian arus bolak-balik. Hambatan pada resistor
dinamakan reaktansi resistantif ( XR ), pada kapasitor dinamakan reaktansi kapastiif ( XC ), dan
pada inductor dinamakan reaktansi induktif ( XL ). Besarnya masing-masing hambatan tersebut
adalah :
Jika komponen tersebut dalam rangkaian seri seperti di atas, maka impedansinya adalah :

2. Tegangan Dan Arus Bolak – Balik

Besarnya tegangan total pada rangkaian arus bolak – balik di atas yaitu:

Rangkaian di atas merupakan rangkaian seri, sehingga besarnya arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut sama besar :

3. Hubungan Impedansi, Tegangan Dan Arus Bolak-Balik


Secara matematis, hubungan hambatan, tegangan dan arus AC sama dengan pada arus DC
berlaku hukum Ohm :

Diagram Pashor

Hubungan antara R, L, C dan Z dapat dinyatakan dalam suatu diagram yang dinamakan diagram
pashor. Hubungan XR, XL. Dan XC di gambarkan dalam suatu system sumbu koordinat seperti
pada gambar:
θ = beda fase antara tegangan ( V ) dan arus ( I ) pada rangkaian listrik AC
Resonansi
Resonansi yaitu keadaan dimana XL = XC . keadaan ini dapat terjadi pada frekuensi tertentu.
Frekuensi saat terjadinya resonansi disebut frekuensi resonansi besarnya ;

C. KAPASITOR DALAM RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

1. Pada Ragkaian Kapasitif Arus Mendahului Tegangan


Sebuah kapasitor ( C ) yan dihubungkan dengan sumber arus bolak-balik ditunjukkan pada
gambar. Rangkaian seperti ini disebut rangkaian kapasitif.
Besarnya arus dan tegangan pada rangkaian kapasitif dinyatakan dengan persamaan:

2. Beda Fase Pada Rangkaian Kapasitif


Dengan melihat grafik sinusoidal dapat dinyatakan bahwa beda fase atau selisih fase anatara
arus dan tegangan pada rangkaian kapasitif adalah 90 derajat ½ π , dengan tegangan ketinggalan
oleh arus atau arus mendahului tegangan.

3. Reaktansi Kapasitif
Hambatan yang timbul pada kapasitor yang dihubungkan dengan rangkaian arus bolak-balik
disebut reaktansi kapasitif. Besarnya reaktansi kapasitif di rumuskan :
D. DAYA PADA RANGKAIAN AC
Inductor murni L dan kapasitor murni C yang berbeda dalam rangkaian AC tidak pernah
membuang energy listrik, tetapi hanya melakukan pengalihan bolak-balik energy dari rangkaian
ke medan magnetic atau medan listrik. Lain halnya dengan arus yang mengalir melaui
penghambat R . di dalam R , energy di ubah menjadi kalor yang tidak dapat di ubah kembali
,menjadi listrik.
Besarnya energy listrik per satuan waktu yang di ubah menjadi kalor disebut daya listrik. Daya
listrik pada rangkaian AC identik dengan daya lisrik pada rangkaian DC yaitu :

Dalam hal ini VR adalah komponen tegangan yang sefase dengan arus, dengan demikian maka :

besaran cos θ disebut factor daya pada rangkaian. Karena θ dapat berubah, maka daya rangkaian
AC pun dapat berubah menurut besarnya sudut fase. Jika pada rangkaian hanya ada R, atau tidak
ada L dan C, maka θ = 0 sehinggan cos θ = 1 . dalam keadaan itu , P = V . i

E. PEMAKAIAN ARUS LISRIK AC


1. Transmisi Tenaga Listrik
Listrik dari PLN yang kita pakai di rumah adalah listrik arus bolak-balik ( AC ) .Listrik bisa
masuk ke rumah kita melalui suatu cara yang disebut transmisi tenaga listrik
2. Pemakaian Listrik Di Rumah Kita
Arus listrik masuk ke rumah kita melalui kWh meter dan pembatas daya. Alat kWh meter
berfungsi untuk mengatur banyaknya energy listrik yang digunakan, sedangkan pembatas daya
berfungis untuk membatasi daya maksimum yang dapat di gunakan di rumah kita.
Magnet dan Induksi Elektromagetik

Medan magnet
-medan magnet dengan arus listrik
-Hukum Biot Savart
-Medan magnet di sekitar kawat lurus panjang
-Medan magnet di sekitar soloneic dan Toroid
-Gaya Lorenz
Induksi elektromagnetik
-GGL
-Hukum Faraday
-Hukum Lenz
-GGL Induksi
-Penerapan Induksi Elektromagnetik
Arus Bolak-balik
-besaran arus dan tegangan bolak balik
-Rangkaian Arus Bolak-balik

1. Cara membuat/menghasilkan listrik dari magnet


2. Cara membuat magnet dari Listrik

Anda mungkin juga menyukai