NIM : 1705521009
PRODI : ARSITEKTUR
MATKUL : ARSITEKTUR DAN PRILAKU
TINJAUAN TEORI
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Tipe kepribadian
4. Latar Belakang Budaya
5. Rasa Aman/Ketakutan
6. JarakSosial
7. Trauma
8. Gangguan Psikologi atau Kekerasan
9. Kondisi Kecacatan
10. Persaingan/Kerjasama
11. Kekuasaan dan Status
12. Pengaruh Lingkungan Fisik
Gifford dan Price (1979) mengusulkan adanya 2 jenis ruang personal, yaitu ruang personal alfa
dan ruang personal beta.
Edward Hall (1963) membshi jarak-jarak ruang personal dalam empat jenis yaitu :
Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang personal ini merupakan
bagian dari kemanusiaan seseorang. Berbagai rumusan menjelaskan kurangnya ruang personal
berarti kurangnya jarak interpersonal. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak
aman, stress, adanya ketidakseimbangan, komunikasi yang buruk, den segala kendala pada rasa
kebebasan. Jadi, ruang personal berperan dalam menentukan kualitas hubungan seorang individu
dengan individu lainnya.
Pengetahuan akan ruang personal dapat melengkapi informasi bagi seorang arsitek agar
lebih peka terhadap kebutuhan ruang para pemakai ruang. Terhadap sejumlah penelitian yang
memusatkan pengamatannya pada peran ruang personal dalam lingkungan dan kebanyakan
mencakup pengamatan pada tatanan perabot, terutama di ruang-ruang public, seperti perpustakaan,
bandara, sekolah, dan perkantoran.
Peran suatu ruang personal terhadap desain arsitektur dapat dibagi menjadi dua, sebagai
berikut:
Karakter Teritorial
Menurut Lang (1987), terdapat 4 karakter dari territorial tersebut yaitu meliputi:
Teritorial Primer Territorial yang dipergunakan untuk secara khusus dari kepemilikannya.
Teritorial Sekunder Territorial yang dipergunakan untuk setiap orang dengan pemakaian dan
pengontrolan oleh perorangan.
Teritorial Umum Territorial yang dipergunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-
aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana territorial umum itu berada.
Menurut Altman teritorialitas dibagi berdasarkan derajat privasi, afiliasi, dan kemungkinan
pencapaian menjadi tiga; teritori primer, teritori sekunder, dan teritori publik:
Teritori primer, adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh
orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapatkan izin khusus. Jenis teritori ini
dimiliki serta dipewrgunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama
ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk
mempertahankan teritori ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis
pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Contoh : pekarangan, ruang tidur, ruang
kerja.
Teritori sekunder, adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah
cukup saling mengenal. Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh
perorangan. Sifat territorial sejunder adalah semi-publik. Contoh : toilet, sirkulasi lalu intas di
dalam kantor
Teritori publik, adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. teritorial umum dapat digunakan
secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Pada prinsipnya setiap orang
diperkenankan untuk berada di tempat tersebut. Contoh : gednung bioskop, ruang kuliah, pusat
perbelanjaan dll
Fungsi Teritorialitas
Menurut Heimstra dan Mc Farling (dalam Prabowo, ) kepadatang memberikan akibat bagi
manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis.
a. Akibat fisik
Reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan
penyakit fisik lain.
b. Akibat sosial Adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya
kriminalitas dan kenakalan remaja.
c. Akibat psikis
Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif, rasa cemas, stres dan perubahan
suasana hati. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik
diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Perilaku menolong (perilaku prososial), kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu
untuk menolong atau meberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang
tidak dikenal.
Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk
mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu.
Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan
kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi.
DATA OBJEK
STUDI KASUS
Salah satu contoh dari personal distance adalah hubungan antara penjual dan pembeli. Pada Pasar
Banyuasri Buleleng terjadi interaksi antara pembeli dan penjual. Interaksi antara pembeli dan
penjual merupakan salah satu contoh dari
personal distance karena adanya sentuhan
kontak fisik antara pembeli dan penjual
dalam interaksinya. Hubungan ini bisa
dipengaruhi karena faktor kebudayaan dan
daerah asal yang sama.
Selain area pedagangan dan jual beli, teritori juga terdapat pada area
parkir. Teritori yang terjadi adalah teritori publik. Area ini di
khususkan untuk parkir kendaraan dari pengunjung. Hanya kendaraan
roda 2 yang diperbolehkan parkir area ini. Jika terdapat mobil yang
parkir pada area ini, maka akan terjadi pelanggaran teritori.
Austin, Daniel; Cross, Robin M; Hayes, Tamara; Kaye, Jeffrey. (2014). Regularity and
Predictability of Human Mobility in Personal Space. Scholarly Journals. 9(2).
Kusyanto, Mohammad. “Kajian Area Parkir Sepeda Motor Plaza Simpanglima SemarangDitinjau
dari Perilaku Pengunjung.” Tatal 6.1 (2015)
Altman, Irwin. “The environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, And
Crowding.” (1975)