Anda di halaman 1dari 5

Budi Pradono

Budi Pradono adalah seorang arsitek muda yang memenangkan banyak penghargaan lewat konsep
‘arsitektur hijau’. Pada tahun 2005 karyanya pernah diliput a+u, majalah arsitektur dan urbanisme Jepang
yang menjadi benchmark bagi para arsitek. Bukan saja karena publikasi tersebut selalu mengangkat isu
terkini dan menampilkan karya spektakuler arsitek dunia, tapi juga karena penyebarannya yang
mendunia.

Selain itu hasil desainnya, Tetaring, sebuah restoran di Nusa Dua, Bali, masuk deretan Honourable
Mention dalam Architectural Review Award 2005, sebuah penghargaan bergengsi di dunia. Lalu melalui
karya yang sama, arsitek lulusan Universitas Duta Wacana Yogyakarta ini menyabet penghargaan The City
Scape Architectural Review Awards 2004 di Dubai.

Sederet penghargaan lainnya antara lain: Honorable mention di AR Awards dalam Emerging
Architecture, London. Silver Medal and Honorary Diploma from UIA pada World Triennial of Architecture
Interarch ke 11 di Bulgaria (2006), dan terpilih menjadi peserta dalam World Architecture Festival di
Barcelona pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 Budi Pradono mendapatkan penghargaan lewat sayembara yang bertema Gotong
Royong City/Reciprocity. Sayembara yang diselenggarakan dalam rangkaian International Architecture
Biennale Rotterdam (IABR) 2009 dimenangkan Budi lewat karya Eco Gate as Border Device.

Masih di tahun yang sama, yang sangat membanggakan, Budi berhasil memenangkan juara kedua dalam
kompetisi Sichuan School International Conceptual Architecture Design di Cina. Kompetisi ini diikuti oleh
lebih dari 400 arsitek muda maupun berpengalaman, juga para desainer dari 35 negara.

Budi Pradono2

Dengan bendera Budi Pradono Architects (BPA) studio yang didirikannya pada tahun 1999, BPA
merupakan studio arsitektur yang mendasarkan rancangannya lewat penelitian dengan ahli lintas
disiplin. BPA fokus pada desain urban yang ramah dan kontemporer melalui metodologi riset yang ketat,
eksperimen yang intensif dan juga kolaborasi.
Karya mereka berkembang melalui analisis riset melingkupi tipologi, material, struktur dan kegunaan
untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan, juga budaya. Riset tersebut kemudian terus berlangsung
mengikuti proyek yang memiliki karakter dan kondisi yang berbeda. Strategi ini menjadikan BPA
berpartisipasi desain dalam skala yang berbeda dari desain produk sampai rumah pribadi, dari
pengerjaan instalasi sampai institusi budaya atau infrastruktur kota urban dalam skala besar.

Menurut Budi profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan
besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat
menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture),
yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek
dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energi, dan pengelolaan lingkungan yang lebih
bertanggungjawab.

Budi Pradono3

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia
hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk
melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus
diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria. ‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai
sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan
dengan performa sangat baik). Ukuran ‘green‘ ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat
peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau.

Di negara-negara maju, terdapat award pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-
bangunan yang tergolong ‘green‘. Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah
bangunan yang ‘green‘ sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan
memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang
menarik.

Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang ‘green‘ juga bisa menuntut lebih
banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi ‘green‘ tidak murah, misalnya
penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi ‘green‘
biasanya tidak murah. Konsep ‘green‘ juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi
(misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup
bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbaru seperti energi matahari, air, biomass, dan
pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep ‘green‘ dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada
rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat
bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami
untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi
pencahayaan.

Pada ‘K-house‘ yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing,
konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah
lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah ‘kandang’ dengan jeruji-
jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan
artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Budi Pradono4

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan
agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-
tetangganya. Rumah ini juga ‘menggunakan dinding tetangga’ untuk penghematan resource, serta
memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu
sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden
dibuat pada tiap lantai hingga atapnya. Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi
Pradono untuk menghadirkan ‘green design’ dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak ‘green‘ pada
tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada.

Biodata

Nama : Budi Pradono

Lahir : Salatiga, Jawa Tengah 1970

Pendidikan dan karir :


• 1995 lulusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

• 1995 – 1996 Bekerja di Biro Arsitek Beverley Garlick Architects, Sydney

• 1996 – 1999 Bekerja di Konsultan Desain Internasional

• 1999 Mendirikan Biro Arsitek Budi Pradono

• 1999 – 2000 Mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia, Jakarta

• 2000 – 2002 Bekerja di Kengo Kuma & Associates, Tokyo

• 2002 – 2003 Menyelesaikan program Pasca Sarjana di Berlage Institute, laboratory of

architecture, Rotterdam

Penghargaan :

• 1993 Meraih Juara kedua untuk Dani Tropy in the National Student Architecture

Competition. “Conservation Of The Dani tribe settlement”, Irian Jaya, Indonesia

• 1993 Pemenang hadiah utama dari National Architectural Design Competition for

the Loji Kecil Area of Yogyakarta

• 2000 Penghargaan sebagai Arsitek Muda Berbakat dalam The Bunka Cho fellowship (Japan
Architecture Institute)

• 2000 Finalis The “City for All “Desain Kota Dirgantara – Halim, Jakarta

• 2004 Pemenang Proyek Leisure Future Project, City Scape Architectural Review

Award Dubai for Restaurant at Jimbaran, Bali

• 2004 Pemenang Proyek komersial, City Scape Architectural Review Award

Dubai for Tetaring Kayumanis Restaurant Nusa Dua, Bali

• 2005 Meraih Juara ketiga One Stop Shopping Gallery Jakarta Kota, Architectonia

Indonesia Design Magazine

• 2005 Honourable mention, Penghargaan AR untuk Emerging Architecture, London

Pameran :
• 1996 Architecture Go Public, Galleria Mall, Yogyakarta

• 1999 Architectural Photography of current European Architecture, Twilight Café,

Jakarta

• 1999 perayaan 10 tahun berdirinya AMI (Arsitek Muda Indonesia) Le Bo Ye, Jakarta

• 1999-2000 Toward the New era of Architecture in Indonesia, Erasmus Huis, Jakarta

• 2000 La Biennalle di Venezia 7 th International Exhibition Competition of

Ideas; Citta: Third millennium City, The Giardini di Castello, Venezia, Italy

• 2003 Tether Satellite City, International Architecture Exhibition, Roterdam

Biennale

• 2004 “Imagining Jakarta” proyek kolaborasi dengan Irwan Ahmeet, Cemara 6

Gallery, Jakarta

• 2004 Kayumanis Architectural Exhibition Nusa Dua, Bali 2004

• 2005 UIA Congress Exhibition, Istambul

• 2005 CP Bienalle, Jakarta

• 2005 California College of The Arts, Eighth Street, San Fransisco

• 2005 ‘Secondary Skin‘ Budi Pradono Architecture Exhibition, Gedung Arsip Nasional,

Jakarta

• 2005-2006 AR Awards for Emerging Architecture, Royal Institute British Architect,

London

Anda mungkin juga menyukai