Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa skor kemampuan

berpikir kritis dan skor hasil belajar matematika. Kedua data tersebut diperoleh

dengan memberikan post-test pada akhir penelitian. Hasil dari post-test tersebut

terlampir pada lampiran 07. Berikut disajikan tabel rekapitulasi data hasil

penelitian.

Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Matematika

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Data
Kemampuan Kemampuan
Hasil Hasil
Statistik Berpikir Berpikir
Belajar Belajar
Kritis Kritis
Mean 85,62 68,28 77,68 58,98
Median 86 68 79 58
Modus 76 68 66 54
Varian 135,18 212,90 178,51 228,75
Standar Deviasi 11,63 14,59 13,36 15,12
Jumlah Siswa 50 50 50 50
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen

Data kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran

inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mempunyai rentang

skor47 dengan jumlah peserta didik sebanyak 50 orang, rata-rata sebesar 85,62;

60
61

median 85,50; varians 135,18; standar deviasi 11,63; skor minimum 60; serta

skor maksimum 107.

Perhitungan distribusi frekuensi data kemampuan berpikir kritis peserta

didik yang mengikuti pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT) terlampir pada lampiran 08. Berikut disajikan tabel distribusi

frekuensi data hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen

Frekuensi Relatif
No. Kelas Interval xi f
(%)
1 60 - 67 63.5 3 6
2 68 - 74 71 4 8
3 75 - 81 78 12 24
4 82 - 88 85 10 20
5 89 - 95 92 10 20
6 96 - 102 99 8 16
7 103 - 107 105 3 6
Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 50 peserta didik terdapat peserta didik

20% memperoleh skor di sekitar rata-rata, 42% peserta didik memperoleh skor di

atas rata-rata, dan 38% peserta didik memperoleh skor di bawah rata-rata. Rincian

lebih jelas data disampaikan pada tabel 4.2 dapat disajikan pada gambar berikut.
62

14

12 

10  
Frekuensi

8 

4 
 
2

0
63,5 71 78 85 92 99 105
Skor Tengah

Gambar 4.1
Histogram dan Poligon Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukan bahwa sebanyak 3 orang peserta didik

berada pada kelas interval 60 – 67 dengan titik tengah 63,5 , sebanyak 4 orang

peserta didik berada pada kelas interval 68 – 74 dengan titik tengah 71, sebanyak

12 orang peserta didik berada pada kelas interval 75– 81 dengan titik tengah 78,

sebanyak 10 orang peserta didik berada pada kelas interval 82– 88 dengan titik

tengah 85, sebanyak 10 orang peserta didik berada pada kelas interval 89– 95

dengan titik tengah 92, sebanyak 8 orang peserta didik berada pada kelas interval

96– 102 dengan titik tengah 99, sebanyak 3 orang peserta didik berada pada kelas

interval 103– 107 dengan titik tengah 105.Dengan demikian pola gambar di atas

membentuk kurva berdistibusi normal yang menunjukan ke data normal.


63

2. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol

Data kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran

konvensional mempunyai rentang skor 65 dengan jumlah peserta didik sebanyak

50 orang, rata-rata sebesar 77,68; median 79; varians 178,51; standar deviasi

13,36; skor minimum 40; serta skor maksimum 105.

Perhitungan distribusi frekuensi data kemampuan berpikir kritis peserta

didik yang mengikuti pembelajaran konvensional terlampir pada lampiran 08.

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi data hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol

No. Kelas Interval xi f Frekuensi Relatif (%)


1 40 - 49 44.5 1 2
2 50 - 59 54.5 2 4
3 60 - 69 64.5 13 26
4 70 -79 74.5 11 22
5 80 - 89 84.5 15 30
6 90 - 99 94.5 5 10
7 100 - 105 102.5 3 6
Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 50 peserta didik terdapat 22% peserta

didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, 46% peserta didik memperoleh skor di

atas rata-rata, dan 32% peserta didik memperoleh skor di bawah rata-rata. Rincian

lebih jelas data disampaikan pada tabel 4.3 dapat disajikan pada gambar berikut.
64

16

14

12

Frekuensi

10
8
6

4

2 

0
44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 102,5
Skor Tengah

Gambar 4.2
Histogram dan Poligon Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.2 menunjukan bahwa sebanyak 1 orang peserta didik

berada pada kelas interval 40–49 dengan titik tengah 44,5 , sebanyak 2orang

peserta didik berada pada kelas interval 50 – 59 dengan titik tengah 54,5,

sebanyak 13orang peserta didik berada pada kelas interval 60– 69 dengan titik

tengah 64,5, sebanyak 11orang peserta didik berada pada kelas interval 70– 79

dengan titik tengah 74,5 , sebanyak 15orang peserta didik berada pada kelas

interval 80– 89 dengan titik tengah 84,5 , sebanyak 5orang peserta didik berada

pada kelas interval 90– 99 dengan titik tengah 94,5 , sebanyak 3 orang peserta

didik berada pada kelas interval 100– 105 dengan titik tengah 102,5.Dengan

demikian pola gambar di atas membentuk kurva berdistibusi normal yang

menunjukan ke data normal.


65

3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Data hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran

inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mempunyai rentang

skor 72 dengan jumlah peserta didik sebanyak 50 orang, rata-rata sebesar 68,28;

median 68; varians212,90; standar deviasi14,59; skor minimum 28; serta skor

maksimum 100.

Perhitungan distribusi frekuensi data hasil belajar matematika peserta didik

yang mengikuti pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) terlampir pada lampiran 08. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi

data hasil penelitian.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Frekuensi Relatif
No. Kelas Interval xi f
(%)
1 28 - 38 33 3 6
2 39 - 49 44 0 0
3 50 - 60 55 11 22
4 61 - 71 66 17 34
5 72 - 82 77 12 24
6 83 - 93 88 5 10
7 94 - 100 97 2 4
Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 50 peserta didik terdapat 43% peserta

didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, 38% peserta didik memperoleh skor

di atas rata-rata, dan 28% peserta didik memperoleh skor di bawah rata-rata.

Rincian lebih jelas data disampaikan pada tabel 4.4 dapat disajikan pada gambar

berikut.
66

18

16
14
12 

Frekuensi

10
8
6

4 

2

0
33 44 55 66 77 88 97
Skor Tengah

Gambar 4.3
Histogram dan Poligon Skor Hasil Belajar Matematika
Kelompok Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.3 menunjukan bahwa sebanyak 3 orang peserta didik

berada pada kelas interval 28–38 dengan titik tengah 33, sebanyak 0 orang peserta

didik berada pada kelas interval 39 – 49 dengan titik tengah 44, sebanyak 11

orang peserta didik berada pada kelas interval 50– 60 dengan titik tengah 55,

sebanyak 17orang peserta didik berada pada kelas interval 61– 71 dengan titik

tengah 66, sebanyak 12orang peserta didik berada pada kelas interval 72– 82

dengan titik tengah 77, sebanyak 5 orang peserta didik berada pada kelas interval

83– 93 dengan titik tengah 88, sebanyak 2orang peserta didik berada pada kelas

interval 94– 100 dengan titik tengah 97.Dengan demikian pola gambar di atas

membentuk kurva berdistibusi normal yang menunjukan ke data normal.


67

4. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol

Data hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran

konvensional mempunyai rentang skor 72 dengan jumlah peserta didik sebanyak

50 orang, rata-rata sebesar 58,98; median 58; varians 228,75; standar deviasi

15,12; skor minimum 20; serta skor maksimum 92.

Perhitungan distribusi frekuensi data hasil belajar matematika peserta didik

yang mengikuti pembelajaran konvensional terlampir pada lampiran 08. Berikut

disajikan tabel distribusi frekuensi data hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol

No. Kelas Interval xi f Frekuensi Relatif (%)


1 20 - 30 25 4 8
2 31 - 41 36 2 4
3 42 - 52 47 7 14
4 53 - 63 58 15 30
5 64 - 74 69 14 28
6 75 - 85 80 7 14
7 86 - 92 89 1 2
Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 50 peserta didik terdapat 30% peserta

didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, 44% peserta didik memperoleh skor

di atas rata-rata, dan 26% peserta didik memperoleh skor di bawah rata-rata.

Rincian lebih jelas data disampaikan pada tabel 4.5 dapat disajikan pada gambar

berikut.
68

16

14 
12
Frekuensi

10

8
 
6

4 
2 

0
25 36 47 58 69 80 89
Skor Tengah

Gambar 4.4
Histogram dan Poligon Skor Hasil Belajar Matematika
Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa sebanyak 4 orang peserta didik

berada pada kelas interval 20–30 dengan titik tengah 25, sebanyak 2 orang

peserta didik berada pada kelas interval 31 – 41 dengan titik tengah 36, sebanyak

7 orang peserta didik berada pada kelas interval 42– 52 dengan titik tengah 47,

sebanyak 15 orang peserta didik berada pada kelas interval 53– 63 dengan titik

tengah 58, sebanyak 14 orang peserta didik berada pada kelas interval 64– 74

dengan titik tengah 69, sebanyak 7 orang peserta didik berada pada kelas interval

75– 85 dengan titik tengah 80, sebanyak 1 orang peserta didik berada pada kelas

interval 86– 92 dengan titik tengah 89.Dengan demikian pola gambar di atas

membentuk kurva berdistibusi normal yang menunjukan ke data normal.


69

B. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

dan homogenitas sebagai prasyarat dari perhitungan dengan menggunakan uji t (t-

test) dan analisis MANOVA.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak, karena jika data tidak normal maka hipotesis tidak dapat

dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kormogorov

Smirnov pada keempat kelompok data yaitu :

X1 : Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen

X2 : Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol

Y1 : Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Y2 : Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol

Perhitungan uji Kormogorov Smirnov pada keempat data tersebut

menunjukan bahwa Dhitung< Dtabel, maka keempat kelompok data tersebut

berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 09 sedangkan ringkasan uji normalitasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas

Kelompok Jumlah
No. Dhitung Dtabel Kesimpulan
Sampel Sampel
1 X1 50 0,1923 0,0656 Normal
2 X2 50 0,1923 0,0867 Normal
3 Y1 50 0,1923 0,1450 Normal
4 Y2 50 0,1923 0,1622 Normal
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)
70

b. Uji Homogenitas Varian

Pengujian homogenitas varian bertujuan untuk meyakinkan perbedaan yang

terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar

kelompok, bukan karena perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas dilakukan

terhadap data kemampuan berpikir kritis antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol serta data hasil belajar matematika antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian homogenitas varian dalam

penelitian ini menggunakan uji Uji X2 dari Bartlett dimana perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.

Pada perhitungan uji homogenitas varian diperoleh X2hitung = 3,940 ,

sedangkan X2tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan k – 1 = 3

adalah 7,815 makaX2hitung<X2tabel yaitu 3,940 < 7,815, sehingga H0 diterima (gagal

tolak) dan H1 ditolak. Dapat disimpulkan keempat kelompok data tidak memiliki

varian yang berbeda atau kelompok data homogen.

c. Uji Homogenitas Matriks Varian/Kovarian

Pengujian homogenitas matriks varian/kovarian dilakukan untuk menguji

matriks varian/kovarian dan variabel terikat sama. Pengujian homogenitas

matriks varian/kovarian dapat dilihat dari hasil uji Box’s M yang dibantu program

IBM SPSS Statistics 23 for windows. Perhitungan homogenitas matriks

varian/kovarian selengkapnya disajikan pada lampiran 11 sedangkan ringkasan

hasil uji matriks varian/kovarian disajikan pada gambar berikut.


71

Gambar 4.5
Hasil Uji Box.s M

Dari hasil pengujian diperoleh nilai sig = 0,663 > 0,05. Menurut pengujian

yang dilakukan dengan IBM SPSS Statistics 23 for windows.matriks

varian/kovarian antar kelompok sama, sehingga analasis MANOVA dapat

dilanjutkan.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (t-test) untuk menguji

hipotesis I dan II, serta uji analisis MANOVA untuk menguji hipotesis III.

a. Uji Hipotesis I

Uji hipotesis dalam penelitian ini diajukan hipotesis H1 yang menyatakan

bahwa “Ada pengaruh penerapan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap kemampuan berpikir kritis pada

peserta didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran

2016/2017”. Untuk menguji hipotesis yang pertama menggunakan rumus t-


72

test.Perhitungan uji t selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 sedangkan

ringkasan hasil uji t untuk hipotesis I disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Uji t Hipotesis I

Varian
Kelompok Rata-rata Varian thitung ttabel
Gabungan
Eksperimen 85,62 135,18
12,52 2,241 1,984
Kontrol 77,68 178,51
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Interprestasi hasil penelitian, hasil perhitungan hipotesis pertama

menggunakan uji t, menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 2,241, sedangkan ttabel

pada derajat kebebasan (db) = 98 dan taraf signifikansi 5% sebesar 1,984.

Ternyata thitung> ttabel, ini berarti H0 ditolak dan sebaliknya H1 diterima, dengan

demikian dapat diinterprestasikan bahwa ada pengaruh penerapan pembelajaran

inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap

kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan

Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017.

b. Uji Hipotesis II

Uji hipotesis dalam penelitian ini diajukan hipotesis H1 yang menyatakan

bahwa “Ada pengaruh penerapan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap hasil belajar matematika pada

peserta didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran

2016/2017”. Untuk menguji hipotesis yang pertama menggunakan rumus t-test.

Perhitungan uji t selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 sedangkan

ringkasan hasil uji t untuk hipotesis II disajikan pada tabel berikut.


73

Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Uji t Hipotesis II

Varian
Kelompok Rata-rata Varian thitung ttabel
Gabungan
Eksperimen 68,28 212,90
14,86 2,213 1,984
Kontrol 58,98 228,75
(Sumber : Data Primer Diolah, 2017)

Interprestasi hasil penelitian, hasil perhitungan hipotesis pertama

menggunakan uji t, menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 2,213, sedangkan ttabel

pada derajat kebebasan (db) = 98 dan taraf signifikansi 5% sebesar 1,984.

Ternyata thitung> ttabel, ini berarti H0 ditolak dan sebaliknya H1 diterima, dengan

demikian dapat diinterprestasikan bahwa ada pengaruh penerapan pembelajaran

inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap hasil

belajar matematika pada peserta didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan

Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017.

c. Uji Hipotesis III

Pada uji hipotesis ketiga akan digunakan uji MANOVA dengan langkah-

langkah berikut.

1 ) Menentukan Hipotesis

H1 : “Ada pengaruh penerapan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) secara simultan terhadap

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika pada peserta didik

kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017”.

H0 : “Tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) secara simultan terhadap


74

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika pada peserta didik

kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017”.

2 ) Menentukan Kriteria Keputusan

Kriteria keputusan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel sebagai

berikut.

Jika angka Fhitung  Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika angka Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Berdasarkan perhitungan manual dan dengan bantuan program IBM SPSS

Statistics 23 for windows selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12. Pada

perhitungan uji MANOVA secara manual diperoleh hasil yaitu Fhitung sebesar

92,83 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan yaitu

 n 
v1  2( g  1)  2(2  1)  2 serta v 2  2  ni  g  1  299  2  1  192
 i 1 

diperoleh Ftabel = F2,192(0,05) = 3,04. Karena Fhitung>Ftabel , maka H0 ditolak dan

H1diterima. Sedangkan analisis uji MANOVA dengan bantuan program IBM

SPSS Statistics 23 for windows secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9
Multivariate Testsa
75

Interprestasi hasil penelitian, hasil perhitungan hipotesis ketiga

menggunakan uji MANOVA secara manual, menunjukan bahwa nilai 92,83>3,04

yaitu Fhitung > Ftabel , ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sejalan dengan hasil

perhitungan uji MANOVA menggunakan bantuan program SPSS diperoleh angka

signifikansi 0,000 < 0,05 yang juga berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan

demikian dapat diinterprestasikan bahwa ada pengaruh penerapan pembelajaran

inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) secara simultan

terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika pada peserta

didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017.

C. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

1. Pembahasan Hipotesis I

Berdasarkan pengujian hipotesis I diperoleh bahwa ada pengaruh

kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran

inovatif berbasisDeep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dengan peserta didik

yang mengikuti pembelajaran konvensional kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan

Denpasar tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan perhitungan uji t dengan taraf

signifikansi 5% dan derajat kebebasan 98 diperoleh thitung = 2,241 dan ttabel =

1,984, sehingga thitung> ttabel. Hasil analisis data juga menunjukan bahwa rata-rata

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran inovatif

berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) yaitu 85,62; lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata peserta didik yang mengikuti pembelajaran

konvensional yaitu 77,68.


76

Proses pelaksanaan pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan

memberikan pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) kepada kelas eksperimen yaitu kelas VIII C, serta memberikan

pembelajaran konvensional kepada kelas kontrol yaitu kelas VIII B. Dimana kelas

eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan cara dirandom. Kegiatan belajar

mengajar di kelas eksperimen dengan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diberikan oleh peneliti sendiri sedangkan

pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional diberikan oleh guru

pelajaran matematika di sekolah. Pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diberikan pada kelas eksperimen selama 8

kali pertemuan dengan enam tahap atau fase pembelajaran.

Fase pertama yaitu keterbukaan, dimana peneliti membuka kelas dengan

salam ceria dan semangat agar mengajak peserta didik semangat memulai

pelajaran matematika. Pembelajaran dimulai dengan pembagian kelompok

sebanyak 5 orang dilanjutkan dengan memberikan gambaran dan tujuan dari

materi pembelajaran pada layar LCD misalkan ditampilkan beberapa

gambarbangun datar sisi datar dan peneliti memberikan pertanyaan seperti

“apakah persegi dan persegi panjang itu sama, berikan alasan dari jawaban

kalian?”. Pertanyaan dari peneliti direspon dengan bervariasi jawaban oleh peserta

didik. Respon yang disampaikan oleh peserta didik dapat merangsang ketelitian

dan keingintahuan terhadap materi yang akan dibahas, sedangkan bagi peneliti

respon yang disampaikan dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui sejauh
77

mana pemahaman awal sebagai prasyarat peserta didik terhadap materi yang akan

diajarkan.

Fase kedua yaitu bersikap jujur, disini peneliti menyajikan terkait materi

yang dibahas secara ringkas. Peserta didik menyimak penyajian yang disampaikan

oleh peneliti. Selanjutnya peneliti memotivasi peserta didik untuk menanyakan

hal-hal yang belum dipahami dari masalah yang disajikan, misalkan peneliti

memberi pertanyaan “Menurut kalian, dapatkah kita mengitung berapa liter air

yang dapat ditampung pada kolam renang?. Peserta didik menanggapi pertanyaan

yang disampaikan oleh peneliti.

Fase ketiga yaitu kerjasama, dimana peserta didik diberikan kesempatan

untuk memperoleh pengetahuan dengan mengalaminya langsung. Peneliti

memberikan permasalahan berupa LKS terkait dengan materi yang telah

disampaikan. LKS diperoleh pada masing-masing kelompok sebanyak satu

lembar. Permasalahan yang diberikan dapat diselesaikan dengan cara berdiskusi

dan bekerja sama antar sesama kelompok. Peneliti mengintruksikan bahwa peserta

didik secara individu akan diundi untuk mejelaskan jawaban dari satu pertanyaan

di depan kelas. Selanjutnya peneliti menganjurkan agar jawaban dikerjakan

dengan kata-katanya sendiri langsung pada LKS. Peserta didik masing-masing

kelompok mencari jawaban atas pertanyaan pada buku panduan dan diberikan

waktu yang cukup untuk berdiskusi.

Fase keempat yaitu menjunjung nilai-nilai moral Deep Dialogue/Critical

Thinking(DD/CT),disini peneliti menghampiri setiap masing-masing kelompok

dan mencermati tanggapan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang


78

mengalami kesulitan serta memberi kesempatan mempertanyakan hal-hal yang

belum dipahami. Disini, mengalami kendala yaitu peserta didik yang ingin

bertanya menghampiri peneliti secara bersama-sama antar kelompok dan

menyebabkan peserta didik yang lain menimbulkan keributan. Namun peneliti

mengantisipasi dengan mengintruksikan agar jika terdapat satu peserta didik

bertanya pada peneliti maka peserta didik yang lain menunggu sebelum peserta

didik itu kembali ke tempatnya.

Fase kelima yaitu saling mengakui keunggulan,peneliti sudah membuat

gulungan-gulungan kecil berisi satu nama untuk seluruh peserta didik pada kelas

eksperimen. Nama peserta didik yang keluar pada saat diundi diajak menjelaskan

jawabannyauntuk satu pertanyaan didepan kelas dengan bahasanya sendiri.

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan guna memperkuat pemahaman

terhadap materi yang disajikan kepada penyaji dan kelompoknya seperti “Apakah

sisi dan rusuk tersebut sama?”.Peserta didik yang menyajikan jawabannya

menanggapi pertanyaan dan ditambahkan oleh peserta didik kelompoknya

maupun kelompok lain. Pemberian tepuk tangan kepada peserta didik yang

menyajikan diakhir penjelasannya oleh kelompok yang belum memperoleh giliran

diharapkan mampu memberi penghargaanatas jawaban yang disajikan.

Fase keenam yaitu membangun empati, peneliti memfasilitasi peserta didik

untuk membuat butir-butir kesimpulan kegiatan pembelajaran pada masing-

masing kelompok. Peserta didik merespon pertanyaan peneliti dengan

pendapatnya dengan informasi yang diperoleh. Peneliti mengintruksikan peserta

didik kembali ke tempatnya masing-masing sebelumnya, selanjutnya peneliti


79

memberikan latihan soal. Pada akhir pelajaran peneliti memberikan umpan balik

kepada peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara

menginformasikan proses yang sudah baik dan memberi gambaran jawaban

latihan.

Secara umum kendala yang dihadapi adalah melakukan pendekatan terhadap

peserta didik yang kurang merespon proses pembelajaran. Karena pada fase

pembelajaran Deep Dialgoue/Critical Thinking (DD/CT) dituntut untuk

menciptakan suasana yang aktif baik antar sesama peserta didik maupun guru

sebagai fasilitator. Penelitian mengantisipasi dengan memberikan pertanyaan pada

peserta didik yang dianggap kurang merespon untuk menjawab dengan dibantu

oleh peserta didik yang dianggap mampu di depan kelas. Setiap peserta didik yang

berani mengemukakan pendapat serta jawabannya diberikan pujian dan nilai

tambah.

Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol disebabkan karena kelompok eksperimen yaitu peserta didik

yang mendapat perlakuan berupa pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diberikan kesempatan berdialog dengan

teman dan guru dalam mempresentasi pemecahan masalah peserta didik masing-

masing kelompok melalui tugas yang diberikan. Faktor pengajaran guru yang

menyenangkan dan kreatif pada umumnya mampu membuat peserta didik

menyukai matematika. Berdialog dalam berdiskusi di dalam kelas biasanya

digunakan dengan tujuan memperoleh pengetahuan dan pengalaman, karena

dengan dialog mendalam dan berpikir kritis mampu memasuki ranah intelektual
80

,fisikal ,sosial ,mental dan emosional. Pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) ini dapat melatih kemampuan berpikir kritis

yang menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan peserta didik mampu

melahirkan imajinatif atas ide-ide pemecahan masalah pada setiap tugas, sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karenaaktifnya proses pembelajaran di dalam

kelas, hal ini tentunya akan membuat peserta didik lebih aktif berkomunikasi

dengan teman sebayanya terutama dalam hal mencari tahu solusi dari suatu

permasalahan. Dengan terus melakukan aktivitas tersebut, tentunya peserta didik

akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.

Pada kelompok kontrol yang mendapat perlakuan berupa penerapan

pembelajaran konvensional yaitu proses pembelajaran yang digunakan oleh guru

di sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan dengan melakukan

apersepsi, yaitu menyampaikan pokok materi yang diberikan dan kompetensi

yang akan dicapai. Kegiatan inti dilakukan dengan mengamati, mengumpulkan

informasi, mengasosiasikn dan mengomunikasikan. Kegiatan penutup dengan

menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya dan memberikan salam.

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap kemampuan berpikir kritis peserta

didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar, peneliti memberikan post test

berupa angket pada tahap pengakhiran eksperimen. Angket diberikan kepada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Angket yang diberikan adalah


81

angket yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah diberikan post test,

data dianalisis dengan uji prasyarat dan dilanjutkan dengan uji t.

Hasil analisis data penelitian ini sejalan dengan dilakukan oleh Murwidarsih

(2014) tentang “Implementasi Model Pembelajaran Deep Dialogue/ Critical

Thinking (DD/CT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Minat

Belajar Peserta didik Pada Pembelajaran IPS Kelas VII C SMPN 2 Pleret

Bantul”. Menunjukan peningkatan setiap indikator kemampuan berpikir kritis dari

hasil observasi, wawancara dan disertai dengan lembar kerja bergambar

danpemberian motivasi berupa penghargaan. Peningkatan dari siklus I ke siklus II

tersebut sudah mencapai 75% ataukriteria keberhasilan yang ditentukan, sehingga

penelitian ini dikatakan berhasil.

Jadi berdasarkan uraian di atas, diketahui ada pengaruh penerapan

pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Pembahasan Hipotesis II

Berdasarkan pengujian hipotesis II diperoleh bahwa ada pengaruh hasil

belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran inovatif

berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dengan peserta didik yang

mengikuti pembelajaran konvensional kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan

Denpasar tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan perhitungan uji t dengan tarah

signifikansi 5% dan derajat kebebasan 98 diperoleh thitung = 2,213 dan ttabel =

1,984, sehingga thitung> ttabel. Hasil analisis data juga menunjukan bahwa rata-rata

hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran inovatif


82

berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) yaitu 68,28; lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata peserta didik yang mengikuti pembelajaran

konvensional yaitu 58,9.

Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaraninovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diberikan pada kelas eksperimen selama 8

kali pertemuan dengan enam tahap atau fase pembelajaran.Secara umum kendala

yang dihadapi adalah pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu. Karena pada fase

pembelajaran Deep Dialgoue/Critical Thinking (DD/CT) dituntut agar suasana

menyenangkan serta peserta didik yang aktif.Penelitian mengantisipasi dengan

meminta agar peserta didik yang tidak tertib bernyanyi, berpantun dan sebagainya

untuk menghibur di depan kelas.

Perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

disebabkan karena kelompok eksperimen yaitu peserta didik yang mendapat

perlakuan berupa pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT) diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan

mereka secara individu maupun kelompok. Pemberian tugas yang dikerjakan oleh

masing-masing peserta didik namun dalam satu kelompok yang bertujuan untuk

melakukan latihan serta interaksi antar sesama kelompok untuk saling membantu

dalam pemecahan masalah, sehingga pengalaman yang dimiliki lebih baik. Guru

disini memiliki peran sebagai penyaji masalah, pembimbing dan pengawas

sehingga peserta didik selalu terbimbing dan terawasi dalam pengerjaan tugas

yang diberikan. Sehingga melalui tugas-tugas yang diberikan peserta didik

diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dan ikut berperan aktif dalam


83

proses pembelajaran. Model pendekatan ini membantu menciptakan komunikasi

mendalam antara peserta didik dan guru dimana mampu mewujudkan sikap

kebersamaan serta memiliki rasa saling memberikan yang terbaik dalam

pembelajaran, mampu menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta

empatisitas yang lebih tinggi. Salah satu pengaruh keberhasilan suatu hasil belajar

ialah faktor internal yaitu psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat dan

bakat. Hal tersebut tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar matematika

peserta didik.

Pada kelompok kontrol yang mendapat perlakuan berupa penerapan

pembelajaran konvensional ialah proses pembelajaran yang digunakan di sekolah.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan yaitu dengan melakukan apersepsi,

yaitu menyampaikan pokok materi yang diberikan dan kompetensi yang akan

dicapai. Kegiatan inti dilakukan dengan mengamati, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikn dan mengomunikasikan. Kegiatan penutup dengan

menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya dan memberikan salam.

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) terhadap hasil belajar matematika peserta

didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar, peneliti memberikan post test

pada tahap pengakhiran eksperimen.Post test diberikan kepada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Post test yang diberikan adalah post test yang

sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah diberikan post test, data dianalisis

dengan uji prasyarat dan dilanjutkan dengan uji t.


84

Hasil analisis data penelitian ini sejalan dengan dilakukan oleh Konstantia

(2014), tentang “Pengaruh Pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking Terhadap

Hasil Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 6

Tangerang Selatan”. Berdasarkan hasil perhitungan dengan pengujian parametrik

t-testdengan kriteria≥ 0,05 dengan nilai thitungyakni 8,374dan ttabelberada pada

nilai 1,665yang artinya thitung> ttabel, sehingga disimpulkan terdapat pengaruhdari

penggunaan pendekatan DD/CT terhadap hasil belajar peserta didik kelas X.

Jadi berdasarkan uraian di atas, diketahuiada pengaruh penerapan

pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat

memberikan hasil belajar matematika peserta didik.

3. Pembahasan Hipotesis III

Berdasarkan pengujian hipotesis III, hasil perhitungan analisis manova

menunjukan bahwa nilai Fhitung sebesar 92,83, sedangkan harga Ftabelpada taraf

signifikansi 5% dan derajat kebebasan yaitu v1  2( g  1)  2(2  1)  2 serta

 n 
v2  2  ni  g  1  299  2 1  192 diperoleh Ftabelsebesar 3,04. Karena
 i 1 

Fhitung>Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (gagal tolak). Dengan demikian

berarti ada pengaruh penerapan pembelajaran inovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) secara simultan terhadap kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas VIII SMP

Kristen 1 Harapan Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017.Walapun pembelajaran

ini disyaratkan peserta didik untuk memiliki latar belakang yang cukup tentang

topik atau masalah yang didiskusikan, pembelajaran inovatif berbasis Deep


85

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) tetap memberikan pengaruh terhadap

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika peserta didik.

Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaraninovatif berbasis Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diberikan pada kelas eksperimen selama 8

kali pertemuan dengan enam tahap atau fase pembelajaran.Untuk mengetahui

pengaruh pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) secara simultan terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

matematika peserta didik kelas VIII SMP Kristen 1 Harapan Denpasar, data yang

sudah diperoleh dianalisissecara bersama dengan uji MANOVA.

Pembelajaran inovatif berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)

memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar matematika peserta didik. Pada kegiatan pembelajaran peserta didik

memberi respon baik yaitu keaktifan pada saat menanggapi pertanyaan yang

memerlukan ketelitian dengan jawaban yang bervariasi antara peserta didik.Hal

ini dikarenakan pada penerapan pembelajaran DD/CT, peserta didik dituntut

untuk menumbuhkan beberapaprinsip diantaranya komunikasi multi arah.

Komunikasi yang dilakukan pada saat berdiskusi yaitu untukmewujudkan sikap

kebersamaan serta memiliki rasa saling memberikan yang terbaik. Model

pendekatan ini dipadukan dengan pembelajaran kelompok antar peserta didik

untuk menumbuhkan sikap kebersamaan serta mampu menjalin hubungan

kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang lebih tinggi. Selain itu

latihan-latihan yang diberikan dalam kelompok belajar digunakan untuk tujuan

agar peserta didik memiliki hasil belajar yang lebih baik.


86

Keberhasilan yang diperoleh seseorang dalam pembelajaran tidak terlepas

dari respon yang didasari atas prinsip guru sebagai fasilitator terhadap proses dan

kinerja peserta didik dalam memecahkan masalah. Sehingga peserta didik dapat

membedakan mana yang disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar

dan tidak benar. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

peserta didik dapat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai