Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

AUDITING II (A462)
Bp. Sudarmadi, SE.,CPSAK.,M.Ak
PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP
TIMBULNYA PERILAKU FRAUD

DISUSUN OLEH:

PUTRI INDAH KARTIKA 2014122314

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6


2.1 Landasan Teori .................................................................... 6
2.1.1 Fraus .................................................................... 6
2.1.2 Pengertian Fraud ............................................................. 6
2.1.3 Perbedaan Fraud dan Error ............................................. 6
2.1.4 Pengklasifikasian Fraud .................................................. 7
2.1.5 Pengertian Audit ............................................................. 8
2.1.6 Jenis-jenis Audit.............................................................. 8
2.1.7 Audit Internal .................................................................. 9
2.1.8 Pengertian Audit Internal ................................................ 9
2.1.9 Unsur-unsur Audit Internal ............................................. 9
2.1.10 Tujuan dan Fungsi Audit Internal ................................. 10
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 11
3.1 Teori-Teori Prilaku Fraud ........................................................ 11
3.1.1 Fraud Triangle ................................................................. 11
3.1.2 Fraud Diamond ............................................................... 12
3.1.3 Fraud Crowe Pentagon .................................................... 13
3.2 Tanda-tanda Fraud ................................................................... 14
3.3 Pengendalian Internal............................................................... 14

1
3.3.1 Fungsi Audit Internal ...................................................... 15
3.3.2 Tujuan Audit Internal ...................................................... 15
3.3.3 Ruang Lingkup Audit Internal ........................................ 16
3.4 Peran Audit Internal dalam Pencegahan Prilaku Fraud ........... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 17
4.1 Kesimpulan ....................................................................... 17
4.2 Saran … ................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA………………… ......................................................... 18

2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-NYA serta keluasan ilmu-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
Auditing II ini dengan baik.

Makalah yang mengambil tema “Pengaruh Audit Internal terhadap timbulnya perilaku fraud”
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing II yang diampu oleh Bapak Sudarmadi,
SE.,CPSAK.,M.Ak. Makalah ini saya susun dengan landasan teori dari seluruh referensi yang
terkumpul. Tidak pula dipungkiri bahwa bantuan dari banyak pihak yang dengan sukarela membantu
saya sehingga mempermudah proses penyusunan makalah ini.

Saya sebagai penyusun menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam susunan
makalah saya, sehingga saran dan masukan dari pembaca saya harapkan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam susunan makalah ini di penyusunan makalah berikutnya.

Besar harapan saya bahwa makalah ini bisa bermanfaat bagia siapapun yang membacanya,
serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan pengetahuan bagi para pembaca.

Tangerang, 06 Oktober 2019

Penyusun

Putri Indah Kartika

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam era globalisasi,persaingan yang terjadi antar individu menjadi lebih ketat. Setiap
individu berusaha mencari peluang dan kesempatan untuk dapat menjadi yang terbaik diantara
individu lain. Perilaku ini juga terjadi dalam perkembangan dunia akuntansi. Seseorang dapat
melakukan tindakan ilegal yang disengaja untuk merugikan orang lain. Tindakan tersebut tentunya
dipicu oleh beberapa faktor. Hal tersebut akan berdampak negatif bila dalam suatu organisasi
terdapat seorang ataupun beberapa orang yang melakukan tindakan tersebut. Untuk itu perlu
dilakukan pengendalian dan pencegahan. Dalam Akuntansi dikenal Audit Internal yang pada
prinsipnya merupakan pemeriksaan intern yang independen dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk memastikan
apakah tugas dan tanggung jawab yang diberikan telah dilaksanakan dengan sesuai.Oleh karena itu,
keberadaan Audit Internal sangat diperlukan demi meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
pencapaian tujuan organisasi. Audit Internal mempunyai tanggung jawab untuk membuat kebijakan
dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan prosedur yang telah berlaku.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Fraud?
2. Apa yang dimaksud dengan Audit Internal?
3. Apa saja tugas ,fungsi ,dan tujuan Audit Internal?
4. Apa saja teori –teori perilaku Fraud?
5. Bagaimana pengaruh audit internal terhadap timbulnya perilaku Fraud

1.3.Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui definisi fraud,bentuk-bentuk fraud
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Audit Internal
3. Untuk mengetahui tugas ,fungsi,dan tujuan dari Audit Internal
4. Agar mengenal macam-macam teori-teori perilaku Fraud
5. Untuk dapat menganalisis dan mengetahui kaitan antara audit internal dengan timbulnya
perilaku Fraud

1.4.Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Bagi
penulis sebagai bahan atau sumber referensi dalam tulisannya. Sebagai bahan perbandingan

4
mahasiswa dalam studi teori dan lapangannya. Dijadikan pertimbangan informasi bagi tenaga
pengajar,akuntan,auditor maupun pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori
2.1.1. Fraud
Fraud merupakan suatu fenomena yang mungkin akan ditemukan oleh auditor dalam suatu
audit.Fraud berbeda dengan error. Fraud akan ditemukan oleh auditor dalam berbagai macam bentuk.
Bukan hanya bermacam bentuk, bahkan motif dan tujuan seseorang dalam melakukan fraud.
Mengungkapkan fraud dan melaporkan sesuai dengan kebenaran dengan apa yang sebenarnya
terjadi merupakan tugas dan tanggung jawab auditor dalam suatu asersi. Namun perilaku fraud dapat
dicegah dengan membentuk suatu manajemen yang baik.

2.1.2. Pengertian Fraud


The institude of internal auditor di Amerika mendefinisikan Fraud sebagai suatu
ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja.
“Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau dalam
organisasi(Karni,2000;34)”.
G.Jack Bologna,Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells “Fraud is criminal deception intended
to financially benefit the deceiver”(1993,hal 3) yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang
bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada penipu.
(Tjahjono,Josua,Budi,Jap,dan Yohana;2003) “Fraud dilakukan oleh perorangan dan organisasi
untuk memperoleh uang, properti, ataupun jasa dengan cara menghindari pembayaran, kerugian,
kenyamanan pribadi, ataupun keuntungan bisnis).
Kesimpulannya Fraud merupakan tindakan ilegal yang dilakukan oleh sekelompok atau
seseorang secara sengaja yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mendapat
keuntungan dan seseorang atau sekelompok lain mengalami kerugian.

2.1.3. Perbedaan Fraud dan Error


Dalam penyajian laporan keuangan terdapat 2 kesalahan. Yaitu error dan Fraud. Error
merupakan kekeliriuan dalam penyajian laporan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan
merupakan tindakan kesalahan yang disengaja. Walaupun secara sederhananya kedua kesalahan
tersebut hanya terlihat berbeda dari unsur kesengajaannya. Pada prakteknya, dibutuhkan keahlian
profesional untuk bisa membedakan jenis kesalahan tersebut. Mendeteksi kecurangan seringkali
lebih sulit dibandingkan dengan kekeliriuan yang tidak disengaja karena bisa saja pihak manajemen
dan karyawan berkerjasama untuk menyembunyikan kecurangan tersebut.

6
2.1.4. Pengklasifikasian Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau dikenal dengan asosiasi
pemeriksa kecurangan yang bersertifikat yang bergerak dibidang pemeriksaan atas kecurangan di
Amerika Serikat yang memiliki tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan Fraud
dalam beberapa klasifikasi (Fraud Tree) yaitu Sistem klasifikasi mengenai hal-hal yang ditimbulkan
oleh kecurangan yang sama (Uniform Occuptional Fraud Classification System)
1. Penyimpangan atas aset (Asset Missapropriation), berupa penyalagunaan, pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Jenis ini paling mudah dideteksi karena sifatnya yang
tangiable.
2. Pernyataan Palsu(Fradulent Statement), tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutup kondisi keuangan yang sebenarnya
dengan melakukan manipulasi atau rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangan
untuk memperoleh keuntungan.
3. Korupsi, jenis fraud ini sangat sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak
lain yang sama-sama menikmati keuntungan. Bentuk tindakan korupsi dapat meliputi
penyalagunaan wewenang, suap, pemerasan, penerimaan yang tidak sah atau ilegal.

Pengklasifikasian Fraud menurut Johnstone et al (2014;34-35)


1. Misstatement Arising from Misappropriation of Assets
Asset misappropriation occurs when a perpetrator steals or misuses an organization’s assets.
Asset misappropriations are the dominant fraud scheme perpetrated againts small
businesses an the perpetrators are usually employees. Asset misappropriation commonly
occurs when employees:
a. Gain acces to cash and manipulate accounts to cover up cash thefts
b. Manipulate cash disbursements through fake companies
c. Steal inventory or other assets and manipulate the financial records ti cover up the
fraud
2. Misstatement arising from Fraudulent Financial Results Reporting
The intentional manipulation of reported financial results to misstate the economic condition
of the organization is called fraudulent financial reporting. Three common ways which
fraudulent financial reporting can take place include:
a. Manipulation,falsification,or alteration of accounting records or supporting
document
b. Misappropriation or omission of events,transactions or other significant information
c. Intentional misapplication of accounting principles

7
Fraud dapat terjadi apabila:
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan
tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan
kecurangan.
d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak
taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan, biasanya
masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.

2.1.5. Pengertian Audit


Mulyadi (2002), auditing adalah proses sistematis demi memperoleh dan mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif atas kegiatan ekonomi suatu entitas dengan tujuan menetapkan
kesesuaian antara laporan dengan kriteria yang telah ditentukan serta penyampaian hasil
pemeriksaan kepada pengguna yang bersangkutan.
Sawyer(2005), audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
oleh auditor (orang yang melakukan audit ) terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi.
PSAK –Tim Sukses UKT Akuntansi 2006, audit adalah suatu proses sistematik yang
bertujuan untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas asersi atau pernyataan
tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi dan melihat bagaimana tingkat hubungan
antara pernyataan dengan kenyataan yang terjadi.

2.1.6. Jenis-jenis Audit


Menurut Arens et al (2008;16-19) Ada 3 jenis Audit:
1. Financial Statement Audits, pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan
keuangan suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan dengan tujuan memberikan
pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut sesuai dengan kriteria yang
berlaku atau kriteria tertentu.
2. Operational Audits, pemeriksaan atas suatu tinjauan terhadap setiap bagian dan prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan entitas
tersebut.Pada akhir pemeriksaan operasional biasanya diajukan saran-saran dan rekomendasi
pada manajemen untuk meningkatkan kualitas operasi perusahaan.
3. Compliance audits, pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan atas ketaatan
pelaksanaan suatu prosedur atau peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang ,baik atasan maupun pemerintah.Untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan

8
perusahaan akan tercapai ,pengendalian intern secara terus menerus memerlukan
pengawasan dari manajemen untuk menentukan apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang
dikehendaki.

2.1.7. Audit Internal


Dengan semakin berkembangnya perusahaan ,fungsi pengawasan tentunya perlu
ditingkatkan lagi mengingat jangkauan dan ruang lingkup yang semakin luas. Manajemen
memerlukan bagian khusus dalam perusahaan untuk melakukan penilaian atas pengendalian intern
dan aktivitas-aktivitas perusahaan. Bagian ini disebut sebagai Audit Internal. Audit internal harus
dilakukan oleh seseorang yang bebas dari pengaruh departemen atau bagian–bagian lain yang
diperiksanya. Auditor harus memahami segala pandangan dan tujuan manajemen selain itu,ia juga
harus bersikap Independen. Dengan sikap Independen diharapkan akan memberikan rekomendasi,
saran dan penilaian yang akan berguna bagi manajemen dan direksi untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian intern perusahaan.

2.1.8. Pengertian Audit Internal


Menurut surat keputusan Ketua Bapepam &Lembaga Keuangan No.Kep-496/BL/2008, audit
internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat
independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional
perusahaan ,melalui pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen resiko, pengendalian ,dan proses tata kelola perusahaan.
Mulyadi, Internal audit adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan untuk mengevaluasi
apakah prosedur serta kebijakan yang dibuat oleh pihak manajemen atau entitas perusahaan sudah
benar-benar diterapkan dan mengukur apakah aktivitas kegiatan operasi perusahaan sudah benar-
benar efektif dan efisien.

2.1.9. Unsur-unsur Audit Internal


Unsur-unsur Audit Internal menurut (Hiro Tugiman;2005)
1. Memastikan atau menverifikasi (Verification),merupakan suatu aktivitas penilaian dan
pemeriksaan atas kebenaran data dan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem akuntansi
sehingga dapat dihasilkan laporan akuntansi akurat
2. Menilai atau mengevaluasi (Evaluation),aktivitas penilaian secara menyeluruh atas
pengendalian akuntansi keuangan dari kegiatan menyeluruh berdasarkan kriteria yang sesuai
untuk memperoleh kesimpulan yang menyeluruh dari kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan.
3. Rekomendasi (Recomendation),suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan
pelaksanaan dan prosedur operasi ,akuntansi ,kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan (tindakan korektif kepada manajemen)

9
2.1.10. Tujuan dan fungsi Audit Internal
Menurut Robert Tampubolon dalam bukunya “Risk and system-Based Internal Auditing”
(2005 : 1) bahwa :
“Fungsi audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh
kepastian bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara
menyimpang”.
Sedangkan tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para anggota organisasi agar mereka
dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor intern akan
memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan
kegiatan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biaya yang wajar.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Teori-teori perilaku Fraud


3.1.1 Fraud Triangle
Fraud triangle adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah
melakukan penelitian untuk tesis doktor-nya pada tahun 1950. Cressey mengemukakan hipotesis
mengenai fraud triangle untuk menjelaskan alasan mengapa orang melakukan fraud.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, Cressey menemukan bahwa orang melakukan fraud ketika mereka
memiliki masalah keuangan yang tidak bisa diselesaikan bersama, tahu dan yakin bahwa masalah
tersebut bisa diselesaikan secara diam-diam dengan jabatan/pekerjaan yang mereka miliki dan
mengubah pola pikir dari konsep mereka sebagai orang yang dipercayai memegang aset menjadi
konsep merekasebagai pengguna dari aset yang dipercayakan kepada mereka. Cressey juga
menambahkan bahwa banyak dari pelanggar kepercayaan ini mengetahui bahwa tindakan yang
mereka lakukan merupakan tindakan yang ilegal, tetapi mereka berusaha memunculkan pemikiran
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang wajar. Dari penjelasan di atas, Cressey
mengungkapkan bahwa ada 3 faktor yang mendukung seseorang melakukan fraud, yaitu pressure
(dorongan), opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar
berikut ini:

Gambar.1.1 Merupakan Fraud Triangle

1. Tekanan (Pressure), memiliki berbagai arti, di antaranya keadaan di mana kita merasa ditekan,
kondisi yang berat saat kita menghadapi kesulitan, sesuatu yang dapat membuat kita
meningkatkan perhatian dalam melakukan tindakan, meningkatkan ingatan dan kemampuan
untuk mengingat. Dengan kata lain, pressure dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, di
lain pihak dapat menjadi salah satu sumber dari munculnya fraud dan akhirnya menjadi salah
satu elemen dari fraud triangle. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pressure adalah
sebuah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan fraud, contohnya

11
hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada
umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi
banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.
2. Kesempatan (Opportunity), Opportunity adalah peluang / kesempatan yang dapat kita
pahami sebagai situasi dan kondisi yang ada pada setiap orang atau individu. Situasi dan
kondisi tersebut memungkinkan seseorang bisa berbuat atau melakukan kegiatan yang
memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi
yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3
elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling mendasari terjadinya
kecurangan. Peluang ini dapat muncul kapan saja, sehingga pengawasan dan kontrol internal
perusahaan sangat diperlukan untuk mengantasipasi kemungkinan adanya peluang seseorang
melakukan kecurangan. Seseorang yang tanpa tekanan sekalipun dapat melakukan
kecurangan dengan adanya peluang ini, meskipun pada awalnya tidak ada peluang untuk
melakukan ini.
3. Rasionalisasi (Rationalize), secara garis besar rasionalisasi dapat diartikan sebagai tindakan
yang mencari alasan pembenaran oleh orang-orang yang merasa dirinya terjebak dalam suatu
keadaan yang buruk. Pelaku akan mencarialasan untuk membenarkan kejahatan untuk
dirinya agar tindakan yang sudah dilakukannya dapat diterima oleh masyarakat. Menurut
Spillane (2003), rasionalisasi adalah sebuah gaya hidup dalam masyarakat yang tidak sesuai
dengan prinsip yang menyatukan, secara tidak langsung rasionalisasi menyediakan cara
untuk membenarkan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan yang ada.

3.1.2. Fraud Diamond

Gambar.1.2 Merupakan Fraud Diamond

Pada awalnya Cressey melakukan penelitian kepada 113 orang yang melakukan pelanggaran
hukum dibidang penggelapan uang di perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa

12
alasan yang mendorong seseorang melakukan fraud ada 3 yang tergabung dalam Fraud Triangle
yang sudah dijelaskan diatas.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan 1 faktor lagi yang merupakan
alasan seseorang melakukan kecurangan.
Kemampuan (Capability)
Dalam kenyataannya ternyata ada satu faktor lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu Individual
capability. Individual capability adalah sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai
peranan besar yang memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan.
Pada elemen Individual Capability terdapat beberapa komponen kemampuan (Capability) untuk
menciptakan fraud yaitu :
1. posisi/fungsi seseorang dalam perusahaan,
2. kecerdasan (brain)
3. tingkat kepercayaan diri/ego (confident/ego),
4. kemampuan pemaksaan (coercion skills)
5. kebohongan yang efektif (effective lying), dan
6. kekebalan terhadap stres (immunity to stress).
Dalam fraud diamond, sifat-sifat dan kemampuan individu memainkan peran utama dalam
terjadinya fraud. Banyak kecurangan-kecurangan besar tidak akan terjadi tanpa orang-orang yang
memiliki kemampaun individu/capability. Intinya teori ini menjelaskan bahwa walaupun alasan
seseorang dalam melakukan fraud karena adanya faktor Tekanan, peluang, dan rasionalitas, namun
fraud dapat terjadi karena seseorang tersebut memiliki kemampuan (capability).

3.1.3. Fraud Crowe Pentagon


Sesuai dengan perkembangan zaman teori fraud juga mengikuti perubahan. Dari awal
Cressey mencetuskan teori Fraud Triangle dengan 3 hal yang mendukung terjadinya fraud,
kemudian menjadi Fraud Diamond dengan ditambah 1 faktor lagi yaitu capability dan yang terbaru
dewasa ini adalah “Fraud Crowe Pentagon”. Kondisi perusahaan yang kini semakin berkembang
dan kompleks dibanding dulu, serta para pelaku fraud yang kini lebih cerdik dan mampu mengakses
berbagai informasi perusahaan. Hal ini menyebabkan teori fraud perlu dikembangkan dari fraud
triangle menjadi fraud pentagon. 5 elemen dalam fraud pentagon adalah pressure, opportunity,
rationalization, competence/capability, and arrogance.

13
Gambar.1.2 Merupakan Fraud Crowe Pentagon

Arrogance adalah sikap superioritas dan keserakahan dalam sebagian dirinya yang
menganggap bahwa kebijakan dan prosedur perusahaan sederhananya tidak berlaku secara pribadi.
Dengan sifat seperti ini, seseorang dapat melakukan kecurangan dengan mudah karna
merasa/menganggap dirinya paling unggul diantara yang lain dan menganggap kebijakan tidak
berlaku untuknya.

3.2. Tanda-tanda Fraud


Amin Widjaja Tunggal (1992;61-62) menyatakan bahwa beberapa tanda fraud antara lain:
1. Terdapatnya perbedaan angka keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya,hal
ini disebabkan karena laporan keuangan dimanipulasi untuk menutupi kecurangan sehingga
timbul perbedaan-perbedaan angka
2. Tidak adanya pembagian tugas-tugas dan tanggung jawab yang jelas,akan menimbulkan
karyawan bertindak semena-mena tanpa memperdulikan tanggung jawabnya.
3. Tidak adanya rotasi pekerjaan karyawan,akan memperbesar kemungkinan terjadinya
kecurangan karena karyawan mengetahui rahasia seta hal-hal penting yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
4. Pengendalian operasi yang tidak baik ,akan menimbulkan kegiatan operasi berjalan tidak
efisien
5. Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan,karena ketidakefisienan kegiatan operasi
perusahaan karyawan merasa tertekan dan frustasi karena merasa diperlakukan tidak adil

3.3. Pengendalian Internal


Untuk dapat mencegah atau mengurangi perilaku fraud diperlukan pengendalian internal
yang baik. Pengendalian internal meliputi 5 kategori yang dirancang dan diimplementasikan oleh
manajemne untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan
terpenuhi .
Komponen pengendalian menurut Arens (2008)

14
1. Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan,kebijakan ,prosedur yang mencerminkan
sikap dari manajemen puncak,para direktur,dan pemilik suatu entitas mengenai pengendalian
internal dan pentingnya komponen bagi entitas itu.
2. Penilaian Resiko adalah identifikasi manajemen dan analisis resiko yang relevan dengan
persiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip yang berlaku umum
3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksananakan
4. Informasi dan Komunikasi ,sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan
yang meliputi sistem akuntansi
5. Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern sepanjang
waktu.

3.3.1. Fungsi Audit Internal


Seperti telah dikemukakan bahwa Internal Auditing merupakan salah satu unsur daripada
pengawasan yang dibina oleh manejemen, dengan fungsi utama adalah untuk menilai apakah
pengawasan intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi Internal Auditing
secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Adapun fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Internal Auditing
dalam mencapai tujuannya adalah:
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi,
keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang
ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggungjawabkan dengan baik
dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam
organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

3.3.2. Tujuan Audit Internal


Adapun tujuan Internal Auditing yang dikemukanan oleh ahli yang lain adalah:
1. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang paling efisien
dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.
2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan kefektifan dari prosedur intern.
3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja.
5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta kekayaan
perusahaan terhadap penyelewengan.

15
6. Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan manajemen

3.3.3. Ruang Lingkup Audit Internal


Ruang lingkup audit internal meliputi penilaian terhadap efektivitas sistem pengendalian
Intern serta pengevaluasian tanggung jawab yang diberikan.
Menurut Hery (2010:39) bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor
internal harus melakukan beberapa aktivitas (Ruang lingkup audit internal) yaitu sebagai berikut :
• Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi
lainnya.
• Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan
prosedur yang telah ditetapkan.
• Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan dipertanggung jawabkan dan dijaga dari
berbagai macam bentuk kerugian.
• Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan.
• Menilai prestasi kerja para pejabat/ pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang
telah ditugaskan.

3.4. Peran Audit Internal dalam pencegahan perilaku Fraud


Secara garis besar pencegahan dan pendeteksian serta investigasi merupakan tanggung jawab
manajemen, akan tetapi audit internal diharapkan dapat memberi manfaat tersebut. Internal auditor
harus bertindak pro aktif dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud, khususnya keterlibatan
secara aktif dalam struktur pengendalian intern perusahaan dan status organisasi. Internal auditor
memonitor secara terus–menerus struktur pengendalian intern perusahaan melalui identifikasi dan
investigasi tanda-tanda fraud yang terindikasi. Internal auditor berada pada posisi yang dapat
memahami seluruh aspek tentang struktur organisasi .
Peranan internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi fraud diatur dalam kewenangan
pelaporan dan standar profesi. Fraud biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan tingkat bawah,
tetapi dapat juga dilakukan oleh jajaran direksi baik secara individual ataupun kelompok (bekerja
sama). Internal auditor harus mengkomunikasikan segala tanda-tanda kemungkinan terjadinya fraud
kepada komite audit. Sehingga hubungan kerjasama yang erat antar komite audit dengan fungsi audit
internal dapat semakin baik. Auditor internal membantu dalam upaya pendeteksi fraud. Dalam
organisasi yang paling bertanggung jawab adalah pimpinan. Kunci utamanya dari pimpinan.
Sehingga review dari manajemen puncak adalah hal yang paling penting untuk mendeteksi fraud.
Auditor jangan hanya menjadi asesoris bagi perusahaan tetapi harus dapat berfungsi dengan bantuan
manajemen puncak untuk melakukan fungsinya dalam upaya meminimalisasi tindakan fraud.

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
Fraud adalah tindakan ilegal yang melanggar hukum. Seiring perkembangan zaman teori-
teori fraud terus berkembang dari Triangle (Tekanan, peluang, rasionalitas), Diamond (Tekanan,
peluang, rasionalitas, kemampuan), Crowe Pentagon (Tekanan, peluang, rasionalitas, kemampuan,
arogan).
Fraud dapat dicegah apabila suatu perusahaan mempunyai manajemen pengendalian yang
baik.Fungsi pengawasan juga perlu diperhatikan mengingat fraud dapat saja ditemukan dalam
sebuah audit. Audit internal diperlukan dalam membantu manajemen untuk melakukan penilaian
atas pengendalian intern dan aktivitas-aktivitas perusahaan. Audit interal harus bersikap independen
dan tidak memihak agar dapat memberikan saran dan rekomendasi yang berguna bagi manajemen,
direksi-direksi dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Pencegahan dan pendeteksian perilaku
fraud merupakan manfaat dari adanya internal auditor .Audit internal diharapkan mampu mendeteksi
tanda-tanda terjadinya fraud dan mengungkapkan atau mengkomunikasikan hal tersebut kepada
pihak menajemen. Pada intinya peran audit internal dapat membantu mengurangi timbulnya perilaku
kecurangan dalam suatu perusahaan.

4.2.Saran
Walaupun auditor sangat berperan dalam membantu mengurangi timbulnya perilaku
kecurangan dalam suatu perusahaan. Tetap diharapkan juga kontribusi dari pihak manajemen dalam
melakukan pengendalian. Pengendalian yang baik didukung dengan audit internal yang reliable
dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Asep Suryana,Dadang Sadeli 2015 “Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan”


2. Ety Meikhati,Istiyawati Rahatu “Peranan Audit Internal dan Pencegahan Fraud dalam
menunjang efektivitas Pengendalian Internal”
3. http://arezky125.wordpress.co.id
4. http://id.wikipedia.org/wiki/URL
5. https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/
6. jurnalmanajemen.com/audit-internal
7. materi inisiasi 3
8. www.akuntansilengkap.com
9. www.belajarakuntansionline.co.id
10. www.contohsurat.co.id › Akuntansi › Pengertian
11. www.ditafalah.blogspot.co.id
12. www.jobdeskripsi.blogspot.co.id
13. www.makalahmahasiswa2016.blogspot.co.id
14. www.melga93.blogspot.co.id
15. www.sarjanaku.com

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Putri Indah Kartika
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Putri Indah Kartika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Putri Indah Kartika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Putri Indah Kartika
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Putri Indah Kartika
    Belum ada peringkat