A. MASALAH UTAMA
Ganguan persepsi sensori : halusinasi
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien
Tidak mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya
diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya neutransmitter
otak.
4) Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyataa menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh padapenyakit ini (Prabowo, 2014).
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan
Ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress (Prabowo, 2014).
4) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.
a) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku
klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interkasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkardiannya terganggu (Damaiyanti, 2012)
3. Jenis
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,
diantaranya:
a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine (Yosep Iyus, 2007).
g. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis.
Misalnya sering merasa diringa terpecah dua.
2) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang
dialaminya seperti dalam mimpi (Damaiyanti, 2012).
4. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon
dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon psikosossial Meliputi :
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, ada
pun respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai
suatu kecelakaan yang negative mengancam (Damaiyanti,2012).
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisa dan
menentukan diagnosa keperawatan.
Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya, apakah halusinasinya merupakan halusinasi pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, peraba, kinesthetik atau chanesthetik.
Apabila perawat mengidentifikasikan adanya tanda-tanda dan prilaku halusinasi,
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui
jenis halusinasinya saja, validasi imformasi tentang halusinasinya sangat
diperlukan meliputi :
1. Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar atau bentuk
bayangan yang dilihat oleh klien, bila halusinasinya adalah halusinasi
penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi bau atau hirup, rasa apa
yang dikecap, untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa yang
dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
2. Waktu dan frekuensi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Bila memungkinkan klien diminta menjelaskan kapan
pesisnya waktu terjadi halusinasi tersebut. Imformasi ini penting untuk
mengidentifikasikan pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien
perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
3. Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang di alami klien sebelum
mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien
kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga
dapat mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien.
4. Respon klien
Adapun data yang didapatkan pada klien dengan perubahan persepsi sensori
antara lain :
a. Data subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata,
tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan
perhatian dan konsentrasi, merasa berdosa, menyesal dan bingung
terhadap halusinasinya, perasaan tidak aman, merasa cemas, takut dan
kadang-kadang panik, kebingungan.
b. Data obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan
kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian
terhadap perawatan dirinya, sering menyangkal dirinya sakit atau kurang
menyadari adanya masalah, ekpresi wajah sedih, ketakutan atau gembira,
klien tampak gelisah, insght kurang, tidak ada minat untuk makan.
Dari data tersebut diatas, kemudian didapatkan rumusan masalah sehingga
ditemukan diagnosa keperawatan
Masalah
NO Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Gangguan sensori a. Menyatakan mendengar a. Tidak dapat
persepsi : Halusinasi suara-suara dan melihat membedakan hal yang
sesuatu yang tidak nyata nyata dan tidak nyata
b. Tidak percaya terhadap b. Pembicaraan kacau
lingkungan kadang tidak masuk
c. Sulit tidur akal
d. Tidak dapat c. Sulit membuat
memusatkan perhatian keputusan
dan konsentrasi d. Tidak perhatian
e. Merasa berdosa terhadap perawatan
f. Menyesal dan bingung dirinya
terhadap halusinasinya e. Sering menyangkal
g. Perasaan tidak aman dirinya sakit atau
h. Merasa cemas kurang menyadari
i. Takut dan kadang- adanya masalah
kadang panik f. Ekpresi wajah sedih
j. Kebingungan. g. Ketakutan atau gembira
h. Klien tampak gelisah
i. Kontak mata kurang
j. Tidak ada minat untuk
makan.
2 Harga Diri Rendah a. Mengungkapkan ingin a. Merusak diri sendiri
diakui jati dirinya b. Merusak orang lain
b. Mengungkapkan tidak c. Menarik diri dari
ada lagi yang peduli hubungan sosial
c. Mengungkapkan tidak d. Tampak mudah
bias apa-apa tersinggung
d. Mengungkapkan dirinya e. Tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
e. Mengkritik diri sendiri f. Perasaan malu
g. Tidak nyaman jika jadi
pusat perhatian
3 Risiko Tinggi a. Klien memberi kata-kata a. Mata merah, wajah
mencederai diri ancaman. agak merah, nada
sendiri, orang lain, b. Mengatakan benci dan suara tinggi dan keras,
dan lingkungan kesal kepada seseorang. bicara menguasai,
ekspresi wajah,
pandangan tajam,
merusak, dan
melempar barang-
barang.
b. Klien suka membentak
dan menyerang orang
yang mengusiknya jika
sedang kesal,
melukai/merusak
barang-barang dan
tidak mampu
mengendalikan diri.
4 Defisit perawatan a. Mengungkapkan tidak a. Badan bau
diri pernah mandi b. Pakaian kotor
b. Mengungkapkan tidak c. Rambut dan kulit kotor
pernah menyisir rambut d. Kuku panjang dan
c. Mengungkapkan tidak kotor
pernah menggosok gigi e. Gigi kotor dan mulut
d. Mengungkapkan tidak bau
pernah memotong kuku f. Penampilan tidak rapi
e. Mengungkapkan tidak g. Tidak bisa
pernah berhias menggunakan alat
f. Mengungkapkan tidak mandi
bisa menggunakan alat
mandi/kebersihan diri
B. POHON MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
2. Harga Diri Rendah (HDR)
3. Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
4. Defisit Perawatan Diri
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
Tgl No.Dx Dx. Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan Sensori TUM :
Persepi : halusinasi Klien dapat mengontrol
(lihat/dengar/penghidu halusinasi yang
/ raba/ kecap) dialaminya
2. Setelah … x interaksi, klien 2.3 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
menyatakan perasaan dan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
responnya saan mengalami untuk mengungkapkan perasaannya.
halusinasi : 2.4 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
a. Marah untuk mengatasi masalah tersebut
b. Takut 2.5 Diskusikan tentang dampak yang akan
c. Sedih dialaminya bila klien menikmati
d. Senang halusinasinya
e. Cemas
f. Jengkel
TUK 3 : 3.1 Setelah … x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
halusinasinya yang biasanya silakukan (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
untuk mengendalikan 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien :
halusinasinya a. Jika cara yang digunakan adaptif, beri
3.2 Setelah … x interaksi klien pujian.
menyebutkan cara baru b. Jika cara yang digunakan maladaptive,
mengontrol halusinasi diskusikan kerugian tersebut.
3.3 Setelah … x interaksi klien 3.3Diskusikan cara baru untuk memutus /
dapat memilih dan mengontrol timbulnya halusinasi
memperagakan cara a. Katakana pada diri sendiri bahwa ini
mengatasi halusinasi tidak nyata (“saya tidak mau
(dengar, lihat, penghidu, dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada
raba, kecap) saat halusinasi terjadi)
3.4 Setelah … x interaksi klien b. Menemui orang lain
melaksanakan cara yang (perawat/twman/anggota keluarga) untuk
telah dipilih untuk menceritakan tentang halusinasinya.
mengendalikan c. Membuat dan melaksanakan jadwal
halusinasinya kegiatan sehari – hari yang telah disusun.
3.5 Setelah … x interaksi klien d. Meminta keluarga/teman/perawat
mengikuti terapi aktivutas menyapa jika sedang berhalusinasi.
kelompok. 3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan car yang
sudah dipilih atau dilatih
3.6 Pantau pelaksanaan yang sudah dipilih dan
dilatih, jika berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikutu terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
TUK 4 : 4.1 Setelah … x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan keluarga, keluarga pertemuan
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat
mengontrol mengikuti pertemuan pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)
halusinasinya denga perawat a. Pengertian halusinasi
4.2 Setelah … x interaksi b. Tanda dan gejala halusinasi’
keluarga menyebutkan c. Proses terjasinya halusinasi
pengertian, tanda dan d. Cara yang dapat dilakukan klien dan
gejala, proses terjadunya keluarga untuk memutuskan halusinasi
halusinasi, dan tindakan e. Obat – obatan halusinasi
untuk mengendalikan f. Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi halusinasi dirumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama,
memantau obat – obatan dan cara
pemberiannya untuk mengatasi
halusinasi)
g. Beri informasi waktu kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi dirumah
TUK 5 : 5.1 Setelah … x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat
Klien dapat menyebutkan : dan kerugian tidak minum obat, nama,
memanfaatkan obat a. Manfaat minum obat warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek
dengan baik b. Kerugian tidak minum samping penggunaan obat
obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
c. Nama, warna, dosis, 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
efek terapi dan efek dengan benar
samping obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat
5.2 Setelah … x interaksi klien tanpa konsultasi dengan dokter
mendemonstrasikan 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
penggunaan obat dengan dokter/ perawat jika terjadi hal – hal yang
benar tidak diinginkan.
5.3 Setelah … x interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati & Hartono, 2012).
Kusumawati F dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.