MAKALAH
Disusun untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada Mata Kuliah Biologi
Tanaman Industri (BTI) yang diampu oleh Ibu Dr. Rini Budihastuti, M.Si.,
dan Bapak Drs. Sarjana Parman, M.Si.
Oleh :
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEPTEMBER, 2016
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
2.3.2. Diet ....................................................................................... 21
a. Meningkatkan Metabolisme ............................................ 22
b. Mengurangi Penyerapan Lemak ...................................... 22
c. Bisa Mengurangi Nafsu makan ....................................... 22
d. Dapat Menyimpan Kalori ................................................ 23
2.3.3. Mencegah Penyakit Degeneratif .......................................... 23
a. Kanker.............................................................................. 23
b. Hipertensi ......................................................................... 24
2.4. Proses Pengolahan Teh Hijau ....................................................... 24
2.4.1. Pengolahan Teh hijau di Indonesia ...................................... 26
a. Pengolahan Teh hijau Secara Sederhana ........................ 27
b. Pengolahan Teh Hijau dengan Teknologi Maju ............. 29
2.5. Olahan Teh Hijau ........................................................................... 34
2.5.1. Teh Instan ............................................................................. 34
2.5.2. Teh Herbal ............................................................................ 34
2.5.3. Teh Hijau Bubuk (Matcha) .................................................. 35
2.5.4. Minuman Fungsional ............................................................ 36
2.6. Budidaya Teh Hijau ....................................................................... 36
2.6.1 Pembibitan ............................................................................ 36
2.6.2 Penanaman............................................................................ 37
2.6.3 Pemeliharaan ........................................................................ 38
2.6.4 Pemetikan ............................................................................. 40
2.6.5 Pascapanen ........................................................................... 41
III. DISKUSI ..................................................................................................... 42
IV. PENUTUP................................................................................................... 45
4.1. Kesimpulan....................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
iv
I. PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
4
5
c. Bunga
Perkembangan bunga mengikuti tahap (fase) pertumbuhan
daun. Bunga teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari
bunga yang menyerbuk sendiri menghasilkan tanaman yang tumbuh
merana. Bunga sempurna mempunyai kelopak (calyx) dengan 5 - 7
sepala, mahkota bunga (corolla) berjumlah sama dengan kelopak,
yakni 5 - 7 petala, berwarna putih halus berlilin. Daun bunga
(mahkota) berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjangn dengan
benang sari berwarna kuning bersel kembar, menonjol 2 - 3 mm ke
atas. Putik berambut 3 - 5 helai. Hanya sekitar 2% dari keseluruhan
bunga pada sebuah pohon yang berhasil membentuk biji.
Penyerbukan buatan (artificial pollination) hanya meningkatkan
jumlah buah sampai 14%.
2.1.2. Klasifikasi
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang telah lama
dikenal dalam peradaban manusia. Penamaan botani tanaman ini
memiliki sejarah tersendiri. Dalam buku “Species Plantarum”, Linnaeus
(1753) menamakan tanaman ini sebagai Thea sinensis. Kemudian,
selama bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah oleh para ahli
botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka (Wight and Barua,
1939; Bond, 1942 dalam); dan Cohen Stuart dari Indonesia
menggunakan nama Camellia theifera. Tetapi sekarang terdapat
keseragaman nama ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia sinensis
(L) yang diperkenalkan oleh O. Kuntze (Sealy, 1950). Tanaman teh
termasuk marga (genus) Camellia dari suku (famili) Theaceae
(Setyamidjaja, 2000).
a. Klasifikasi Ilmiah
Berdasarkan sistem klasifikasi Conquist yang
merupakan salah satu sistem taksonomi bagi tumbuhan
berbunga (Angiospermae) yang dicetuskan oleh Arthur
Conquist (1981) pada laman Wikipedia (2016), klasifikasi
ilmiah tanaman teh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theacheae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia Sinensis (L) Kuntze.
b. Klasifikasi berdasarkan Varietas Teh
Menurut Setyamidjaja (2000), klasifikasi ini didasarkan atas
daerah asal tempat tumbuhnya teh, di mana dalam spesies Camellia
sinensis dikenal beberapa varietas atau jat yang penting, seperti
varietas Cina, Assam, Cambodia dan hibrida-hibridanya.
8
pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Curah
hujan yang kurang dari batas minimum, akan mengakibatkan
penurunan produksi, terutama di daerah pertanian yang letaknya
relatif rendah(Setyamidjaja, 2000).
2.) Suhu Udara
Sebagai tanaman yang berasal dari daerah subtropis, tanaman
teh menghendaki udara sejuk. Suhu udara yang baik bagi
tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 13 - 25oC, yang
diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dengan kelembapan
relatif pada siang hari tidak kurang dari 70% (Setyamidjaja,
2000).
3.) Tinggi Tempat (Elevasi)
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi.
Daerah pertanaman ini umumnhya terletak pada ketinggian lebih
dari 400 m di atas permukaan laut (mdpl). Ada kaitan erat antara
elevasi dengan suhu, yaitu semakin rendah elevasi, suhu udara
makin tinggi. Untuk mengatasi hal ini, pertanaman teh di daerah
rendah memerlukan bantuan pohon pelingung yang dapat
mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit
menurunkan suhu. Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada
ketinggian antara 400 - 1200 m mdpl. Sehingga daerah
pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan
ketinggian tempat, yaitu :
a.) Daerah dataran rendah : 400 - 800 mdpl, dengan suhu ± 23 -
24oC.
b.) Daerah dataran sedang : 800 - 1200 mdpl, dengan suhu ± 21
- 22oC.
c.) Daerah dataran tinggi : di atas 1200 mdpl, dengan suhu ±
18 - 19oC.
4.) Sinar Matahari
12
b. Tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah
tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur,
banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan
derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh
terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol.
Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu
Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang
rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan dan
pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui
klasifikasi kesesuaian tanah dan kemampuan lahan. Kesesuaian
tanah yang ada dibagi kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan
kemampuan lahan menghasilkan peta yang berisi kemiringan lahan,
ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan peta rekomendasi
penggunaan lahan (Yuono, 2013).
2.3.1. Kecantikan
20
3. Proses pan-fried, daun teh yang sudah dipetik dipanaskan dalam kuali
besar sampai mencapai tingkat kelembaban yang diinginkan. Longjing teh
hijau yang sangat terkenal dari Hangzhou, China, yang merupakan salah
satu teh yang dibuat dengan proses pan fried. Proses ini memberikan rasa
yang khas seperti kacang yang dipanggang (nutty flavor) pada tehnya.
Setelah proses penghentian oksidasi, daun teh kemudian dipanaskan
samapi kering.
5. Oven dried adalah variasi modern dari basket firing, menggunakan uap
panas yang dialirkan ke daun teh dalam oven. Metode ini memungkinkan
produksi teh dalam jumlah lebih besar dan lebih cepat.
6. Proses steming lazim digunakan pada produksi teh hijau Jepang. Ada dua
jenis steamer yang digunakan: mesin steaming yang berputar (revolving
steaming machine) dan conveyor belt steamer. Teh hijau yang diproduksi
26
dengan cara ini memiliki warna hijau, seperti daun teh segar. Ketika
diseduh, aromanya seperti bahan laut atau sayuran kukus.
Proses pembuatan teh yang unik berasal dari Jepang, yaitu tanaman
teh ditutup terlebih dahulu dengan kasa atau tirai bambu untuk mengurangi
paparan sinar matahari sebelum teh tersebut dipanen (ooishita-en). Gyokuro,
tencha (teh untuk membuat matcha), dan kabusecha adalah teh hijau
premium dari Jepang yang melalui proses unik ini. Kasa yang digunakan
untuk proses pembuatan gyokuro dan tencha bisa mengurangi paparan sinar
matahari sampai 60 persen dan prosesnya dilakukan tiga minggu sebelum
daun teh dipetik, biasanya tanaman teh sudah mulai ditutupi kasa pada
pertengahan bulan April dan teh dipetik sekitar minggu pertama sampai
kedua bulan Mei. Sementara untuk kabusecha, paparan sinar matahari hanya
dikurangi sampai 40 persen dan prosesnya hanya 10 hari sebelum daun teh
dipetik. Tujuan pengurangan paparan sinar matahari ini adalah untuk
meningkatkan kadar klorofil dalam daun teh dan mengurangi kadar tanin,
sehingga teh terasa lebih manis dan tidak pahit (Somantri, 2011).
2.6.2 Penanaman
a. Menanam Bibit Stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit
ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di
tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat dipermukaan tanah.
Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak.
Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam
diratakan.
2.6.3 Pemeliharaan
a. Pemeliharaan dan Pemangkasan
Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat
naungan sementara dari tanaman pupuk hijau
38
2.6.4 Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh
yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan berfungsi
pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu
berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang
pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan
kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan
kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-
12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih
lama yaitu 55 hari sekali. Di samping faktor luar dan dalam,
kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun
yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun
pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal
adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut
pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas
akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis
pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan,
pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
a. Pemetikan Jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan
pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk
41
b. Pemetikan Produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur
petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas
kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman
dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk
yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun
yang ditinggalkan.
2.6.5 Pascapanen
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah
komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga
menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma
yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam
daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol
(catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin.
vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.
III. DISKUSI
Dari Artikel Kedokteran karya Kartika Dewi. Univeritas Kristen Maranatha yang
berjudul :
Teh saat ini sudah menjadi bahan alam yang telah banyak sekali
dimanfaatkan. Variasi jenis teh manjadikannya salah satu jenis bahan
alam yang banyak di manfaatkan. Teh hitam, teh oloong, teh putih, dan
teh hijau merupakan variasi dari tanaman teh sendiri. Pemanfaat ini dapat
untuk bahan pangan, minuman, atau dunia kesehatan. Dalam dunia
kesehatan, teh hijau merupakan bentuk teh yang banyak dijadikan bahan
penelitian untuk selanjutnya dapat diolah menjadi bahan konsumsi yang
aman dan memiliki khasiat tersendiri. Saat ini banyak sekali dikenal
bahwa teh hijau dapat manjadi minuman untuk mengatasi obesitas.
Saat ini obesitas menjadi masalah kesehatan dunia termasuk juga
di Indonesia. WHO menyatakan, pada tahun 1998 obesitas merupakan
masalah epidemiologi global serta menjadi ancaman serius bagi
kesehatan. Di negara industri, obesitas telah menyerang sepertiga dari
jumlah penduduknya dan seringkali dihubungkan dengan penyakit-
prnyakit kronik yang merupakan pembunuh utama di negara tersebut.
berdasarkan sebuah catatan Nasional Health and Nutrition Examination
Survey II (NHANES II) pada periode tahun 1976 – 1981, telah ditemukan
26% peduduk dewasa atau sekitar 34 juta penduduk dengan umur 20 – 75
tahun menderita kelebihan berat badan (overweight). Berdasarkan data
NHANES III ditemukan sekitar sepertiga ( 58 juta ) penduduk dewasa
Amerika adalah obese. Mungkin bahaya yang lebih besar akan
42
43
4.1. Kesimpulan
45
DAFTAR PUSTAKA
Barasi, M.E, .2007. At a Glance. Ilmu Gizi. Alih Bahasa Hermin Halim.Penerbit
Airlangga. Jakarta.
Dewi, Kartika. 2008. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis Var.
Assamica) Terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigliserida
Dan Kolesterol Total Pada Tikus Jantan Galur Wistar. JKM Vol
7/No2/Febr 2008, hal.155-162, ISSN 1411-9641
Mahmood, T., Akhtar, N., Khan, B. A., Khan, H. M. S., dan Saeed, T., 2010.
Outcomes of 3% green tea emulsion on skin sebum production in
male volunteers. Bosn. J. Basic Med. Sci. Udruženje Basičnih Med.
Znan. Assoc. Basic Med. Sci., 10(3), 260–264.
Noni, S, .2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Plus. Jakarta.
Oryza Sativa Daroini. 2016. Skripsi. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal
dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle
46
(Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus
acidus (L.) Skeels.). Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Somantri, Ratna dan K, Tanti. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta. Erlangga.
Syah, Andi Nur Alam. 2006. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta :
AgroMedia Pustaka.
47