Anda di halaman 1dari 42

BRIEF PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PREMARITAL


CHECKUP PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA SEGARAN
KECAMATAN WATES

PENELITIAN DESKRIPTIF
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Keperawatan Strata 1
STIKES RS.Baptis Kediri

Oleh:
WIDYA WATI
NIM: 01.2.16.00563

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : WIDYA WATI


NIM : 01.2.16.00563
Judul Skripsi : GAMBARANG TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
PREMARITAL CHECKUP PADA WANITA USIA
SUBUR DI DESA SEGARAN KECAMATAN WATES

Telah disetujui judul penelitian tersebut pada tanggal 11 Desember 2019

Oleh :

Pembimbing Ketua

Selvia David S. S.Kep.,Ns.,M.Kep

Pembimbing

Aries Wahyuningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.2 Manfaat Praktis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.2 Konsep

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

BAB 4 METODE PENULISAN

4.1 J
4.2 K
4.3 K
4.4 K
4.5 K
4.6 J
4.7 J
4.8 J

Daftar Pustaka

Lampiran 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan sebelum kawin atau sebelum hamil menjadi semakin penting,

mengingat arus informasi yang semakin memengaruhi dunia telah

menyebabkan revolusi masyarakat dalam penilaian hubungan seks pra-nikah.

Kita tidak dapat menutup mata dan telinga bahwa masalah kesehatan

reproduksi makin meningkat yang merupakan matarantai penyebaran penyakit

yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (kesakitan, kecacatan,

atau kematian bayi). Untuk menghindari terjadi masalah kesakitan, kecacatan

rohani dan jasmani, dan kematian serta menuju tercapainya well born baby

and well health mother sehingga pemeriksaan diri harus dilaksanakan dengan

penuh kesadaran dan tanggungjawab (Ayu, 2009).

Di Indonesia, Pemeriksaan kesehatan pra nikah sebenarnya sudah

diterapkan melaui Imunisasi Tetanus Toksoid. Penerapannya dilaksanakan

berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1059/Menkes/Sk/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,

Imunisasi TT di berikan kepada orang yang termasuk dalam kategori wanita

usia subur (WUS), yaitu berusia 15-49 tahun, termasuk ibu hamil dan calon

pengantin. Waktu yang tepat untuk memberikan vaksin TT sekitar 2-6 bulan
sebelum pernikahan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk antibodi

(Sudargo.2018).

Setelah keluarnya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1059/Menkes/Sk/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

tersebut, setiap calon pasangan diwajibkan melakukan suntik imunisasi

tetanus toksoid ketika akan melakukan perkawinan dengan melampirkan

bukti atau surat keterangan sudah melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid

bersama persyaratan yang lain ke Kantor Urusan Agama (KUA).

Pemeriksaan kesehatan pra nikah seharusnya tidak hanya melalui imunisasi/

vaksinasi saja ataupun hanya berkaitan dengan fertilasi (keturunan) saja tetapi

juga berkaitan dengan penyelidikan, pengamatan, dan pemeriksaan mengenai

kondisi tubuh seseorang, baik secara mental maupun medis yang berguna

untuk kelangsungan pernikahan

Pentingnya wanita dan pria usia subur dalam melakukan premarital

checkup ini perlu peran serta perawat sebgai edukator adalah dengan

memberikan penyuluhan kesehatan tentang Premarital Checkup yang wajib

dilakukan sebelum melakukan pernikahan yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan pada wanita dan pria usia subur dalam

mempersiapkan kesehatan jasmani dan rohani dalam pernikahan. Melakukan

premarital checkup sebelum melangsungkan pernikahan merupakan hal

terpenting yang harus dilakukan oleh wanita dan pria usia subur sebelum

melangsungkan pernikahan, kesehatan kedua belah pihak (wanita dan pria)

merupakan hal utama untuk mempersiapkan memiliki buah hati yang sehat.

Tujuan premarital checkup untuk menghindari terjadi masalah kesakitan,


kecacatan rohani dan jasmani, dan kematian serta menuju tercapainya well

born baby and well health mother (Ayu, 2019). Kesehatan wanita dan pria

usia subur dipersiapkan sejak sebelum menikah bila ditemukan ada masalah

ketika dilakukan premarital checkup dapat dilakukan treatment terlebih

dahulu hingga masalah kesehatan dapat ditangani dan tidak mengganggu

program untuk memiliki keturunan setelah menikah.berdasarkan uraian diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan wanita dan

pria usia subur dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang

Premarital Checkup pada Wanita dan Pria Usia Subur di Kelurahan Bangsal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-Faktor Yang Insiden pernikah tanpa melakukan


Mempengaruhi premarital checkup
Pengetahuan mencapai........responden.
1. Pendidikan
2. Media
3. Informasi
(Bagaskoro, 2019).
Edukasi kesehatan reproduksi
(Premarital Check-up)

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan Gambaran Tingkat


Pengetahuan Tentang Premarital Checkup Pada Wanita dan Pria
Usia Subur di Kelurahan Bangsal

Premarital Checkup merupakan upaya untuk menngatasi masalah-masalah

yang kemungkinan besar akan terjadi di masa depan yang berhubungan

dengan pernikahan dan keturunan. Premarital checkup merupakan faktor yang

mampu dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan-kemungkinan

konflik yang akan terjadi dalaam rumah tangga, seperti masalah psikis yang

belum matang, masalah kesehatan, dan juga masalah keturunan. Banyak hal
merugikan yang dapat terjadi bila tidak melakukan premarital checkup antara

lain psikis yng belum matang, masalah kesehatan yang tidak di ketahui

sebelumnya, infeksi menular yang muncul, dan masalah keturunan yang

timbul karenan kemandulan yang dari kesemuanya trsebut dapat menjadi

pencetus perceraian pada rumah tangga di masa depan, dan banyak hal lain

yang akan merugikan bagi kehidupan pernikahan.

Penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan wanita dan Laki-laki usia

subur tentang pengetahuan akan seberapa pentingnya premarital cheup.

Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk

menganalisis tingkat pengetahuan mereka untuk melakukan premartal

checkup.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Premarital Checkup

Pada Wanita Usia Subur di Desa Segaran

1.4 Tujuan Penelitian

Menjelaskan Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Premarital Checkup

Pada Wanita Usia Subur di Desa Segaran

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil enelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan

tentang penatalaksanaan Premarital Checkup sebelum menikah.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Wanita Usia Subur


Sebagai alternatif pencegahan masalah yang kemungkinan terjadi pada

kehidupan pernikahan dengan diberikannya edukasi tentang pentingnya

pelaksanaan Premarital Checkup

2 Bagi Desa Segaran

Meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan program kesehatan di

Desa dengan menggunakan penerapan edukasi Premarital Checkup pada

wanita usia subur

3 Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu keperawatan pada klien

Wanita Usia Subur dengan memberikan edukasi tentang Pentingnya

Premarital Checkup

4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa

tentang Premarital Checkup.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Teori

2.1 Konsep Premarital Checkup

2.1.1 Definisi Premarital Checkup

Premarital Checkup memang belum banyak dilakukan oleh calon

pengantin di Indonesia. Pemeriksaan kesehatan pra nikah kedua calon

mempelai sebenarnya sangat dianjurkan oleh dokter dan merupakan salah satu

prosedur penting yang perlu anda dan pasangan lakukan sebelum pernikahan

karena memiliki manfaat positif untuk jangka panjang sebuah pernikahan

(Artea, 2015).

Masih banyak pasangan di Indonesia yang menganggap bahwa

pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah penting. Padahal

pemeriksaan ini sangat diperlukan mengetahui kesehatan reproduksi kedua

belah pihak, untuk mengetahui kesiapan masing-masing untuk mempunyai

anak. Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit terutama

penyakit keturunan dan penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS

(Djoerban, 2012)

Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain:

1. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemoliobik yang menurun dan


terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah

dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena pembiakan

yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan mereka

kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang

hidupnya. Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat

membunuh penderita (Sudoyo et al, 2012).

2. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya

beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit

saja mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan

ini akan berpindah melalui perempuan, akan tetapi penyakitnya diderita

oleh anak laki-laki dan bukan anak perempuan. Satu bentuk penyakit

yang sulit ditemukan obatnya (Sudoyo et al, 2012).

3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini akan

terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah sang

suami yang positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu akan

menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut perlu

pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali (Sudoyo et

al, 2012).

Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dilakukan kapanpun, selama

pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya pemeriksaan kesehatan

pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkannya pernikahan.

Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan

kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling

atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita. Dengan demikian, Jangan


sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang

sebenarnya bisa disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah

ternyata harus berkali-kali mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis

yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu (DEPAG RI, 2010)..

Hasil dari pemeriksaan tersebut, baik ataupun buruk kembali kepada kedua

pasangan tersebut. Dokter hanya akan menjelaskan kemungkinan-

kemungkinan medis yang akan terjadi bila pasangan tersebut menikah

nantinya. Segalanya dikembalikan kepada kedua pasangan tersebut ingin tetap

melanjutkan pernikahannya atau tidak (DEPAG RI, 2010).

2.1.2 Manfaat Premarital Checkup

Pada umumnya manfaat test premarital checkup (Artea, 2015)

1. Mengetahui kesehatan reproduksi dan kesehatan secsra umum

kedua calon mengantin

2. Mengetahui kesiapan kedua calon pengantin untuk mempunyai

anak daari segi medis

3. Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit

menular seksual, sampai penyebaran HIV/AIDS.

Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi calon


suami dan istri yang menjalani pemeriksaan tersebut, tapi juga bermanfaat
bagi keturunan mereka guna mencegah penyakit atau kelainan yang
mungkin timbul pada keturunan mereka nantinya. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada kedua calon pengantin, karena penyakit keturunan
dapatditurunkan dari kedua belah pihak, baik dari calon suami maupun calon
istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik dan bebas dari penyakit, tetapi
masih dimungkinkan salah satu pihak mempunyai gen penyakit keturunan
yang akan berpindah kepadaanak-anaknya (Jaziri et al, 2012).
Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin bergantung
pada kualitas sel sperma yang ada pada laki-laki dan kualitas ovum (indung
telur) yang ada pada perempuan tersebut. Kemudian lahirlah anak yang
mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik tubuh (fisik) maupun akalnya (Jaziri
et al, 2012).
Dalam ilmu kedokteran terkait gen ibu, ovum berpengaruh besar
terhadap pembentukan janin. Ovum yang sakit akan menghasilkan bayi yang
cacat tubuh. Seorang dokter, Marshan namanya, menyatakan bahwa dampak
negatif dari susunan kesehatan ibu jelas memberi pengaruh terhadap ovum
sejak masih dalam ovarium. Melalui ovariumlah segala sifat-sifat ibu
berpindah kepada ovum. Kadang-kadang warisan penyakit baru mulai
tampak kecenderungannya ketika ovum itu tumbuh dalam rahim
(uterus).Menurut ilmu genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu
berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap,
buta warna, sifilis danlain-lain (Jaziri et al, 2012)..
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan
kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan(riwayat kesehatan kedua belah
pihak), termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan
juga bukan untuk mengetahui keperawanan. Manfaat tes kesehatan sebelum
menikah antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosialmasyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan
diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan yang diderita
oleh kedua calonmempelai.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing calonmempelai.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis
pada diri masing-masing calon mempelai yangdapat menghambat
tercapainya tujuan-tujuan muliapernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam
keharmonisan dan keberlangsungan hidup kedua mempelai setelah
pernikahan terjadi.
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang

mengancam kesehatan masing-masing mempelai yang akan ditimbulkan

oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka

2.1.3 Waktu Tepat dilakukannya Premarital Checkup

Waktu yang paling ideal adalah 6 bulan sebelumpernikahan. Namun

pada dasarnya Premarital Checkup ini dapat dilakukan kapan saja dan

dianjurkan. Jika ada masalah yang ditemukan dari hasil pemeriksaan,

dokter akan melakukan perawatan untuk meminimalkan resiko lebih

lanjut yang mungkin timbul dan mungkin mempengaruhi kehidupan

jangka panjang pernikahan (Artea, 2015). Premarital Checkup sebaiknya

dilakukan dalam kurun waktu 6-12 bulan sebelum menikah. Jadi, bila ada

kelainan, penyakit atau infeksi dalam pemeriksaan, maka hal itu dapat

terlebih dahulu diobati atau sembuhkan (Wahyu Hidayat, 2013).

2.1.4 Macam Test Premarital Checkup

Pada umumnya , tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan

dengan memeriksa ipe drah dan faktor rhesus, kadr hemoglobin,kadar gula

darah, virus hepaatitis B/C serta virus-virus rubella, cytomegao virus 1dan

6, sedangkan padalaki-laki dilakukan pemeriksaan pada golongan darah,


tipe darah dan faktor resus, jumlah darah termasuk hemoglobin, sel darah

merah, sel darah putih, platelet, serta hepatitis B/C

Secara umum pemeriksaan yang dilakukan adlah sebagai berikut (Artea,

2015) :

1. Premarital checkup meliputi tes darah rutin dan analisis hemoglobin untuk

memeriksa apakah ada kelaian darah, sifat thalasemia.

2. Erythrocytes Sedimentasi Rate (ESR) dilakukan untuk mengetahui proses

peradangan.

3. Tipe darah dan Tes Faktor Resus untuk mengetahui kemungkinan golongn

darah bayi. Golongan darah dan uji resus bergunan untuk janin

4. Yes urin lengkap untuk memamtau fingsi ginjal dan penyakit lain yang

berhubngan dengan ginjal dan saluran kemih.

5. Tes gula drah di lakukan untuk memaantau kemungkinan Diabetesmellitus

6. Uji HbsAG untuk mengetahui kemungkinan Hepatitis B

7. Uji VDLR/RPR dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyakit sifilis

8. Uji TORCH dilakukan untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh

Toxoplasma parasit, virus Rubella, Cytomegalo Virus (CMV), Virus

Herpes yang dapat menyebabkan cacat pada janin dan bayi prematur.

Pemeriksaan ini penting sekali dilakukaan sebelum wanita dan laki-laki

usia subur merencaanaakan kehamilan.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasik dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui


pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu perasa,

dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior (Efendi, 2009).

Proses adopsi perilaku (Efendi, 2009).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru),

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni sebagai

berikut (Efendi, 2009).

1. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari

(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

2. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada

stimulus.

3. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni

sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi.

4. Mulai mencoba (Trial),yakni orang tersebut mulai mencoba

perilaku baru.

5. Mengadaptasi (adoption), yakni orang tersebut telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

stimulus.

2.2.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan sebagai berikut (Efendi, 2009).

1. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima . Oleh sebab

itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

Kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya. Contoh, “...dapat menyebutkan tanda-tanda bahaya

penderita demam berdarah dengue” (Efendi, 2009).

2. Memahami (Comprehention). Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang akan

diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya,

“...dapatmenjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi pada

masa postpartum” (Efendi, 2009).

3. Aplikasi (Aplication). Diartikan sebagai menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situsi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Contohnya, “...dapat menggunkan rumus statistik dalam

perhitungan-perhitungan hasil penelitian (Efendi, 2009).

4. Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya(Efendi,

2009).

5. Sintesis (Synthetc). Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada. Contohnya, dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskankan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada (Efendi, 2009).

6. Evaluasi (Evaluation). Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Contohnya, dapat membandingkan antara berat badan normal dan berat

badan kurang (Efendi, 2009).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:


1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tatalaku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Makin tinggi pendidikan dan

makin banyak pelatihan-pelatihan yang diikuti tentu akan

mempengaruhi banyaknya atau luasnya pengetahuan seseorang

(Bagaskoro, 2019).

2. Media

Media-media yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang

sangat luas. Jadi contoh dari media masa ini adalah televisi, radio,

koran, dan majalah. Media-media ini akan sangat banyak

mempengaruhi pengetahuan dan wawasan seseorang (Bagaskoro,

2019).

3. Informasi

Banyak atau luasnya pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh

seberapa banyak informasi yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-

hari dan juga yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap

kehidupan disekitar (Bagaskoro, 2019).

2.2.4 Jenis Pengetahuan

Terdapat 4 jenis pengetaJhuanyakni :

1. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang tertanam dalam diri

seseorang dalam bentuk pengalaman dan berisi faktor-faktor yang


tidak bersifat nyata seperti keykinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

Pengetahuan implisit seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke

orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Kemampuan berbahasa,

mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit

membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu tampak secara eksplisit,

dan juga tidak sebegitu mudah untuk ditransferkan kepada orang lain

(Bagaskoro, 2019).

Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan

mengendarai sepeda. Pengetahuan umum dari bagaimana

mengendarai sepeda adalah bahwa agar bis seimbang, bila sepeda

olengkekiri maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok kearah

kanan , pertama belokkan duu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda

sudah condong kekanan, belokkan setir kekanan. Tapi mengetahui iyu

saja tidak cukup bagi seorang pemula unuk menyetir sepeda.

Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak

menyadari bahwa dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana

pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain. Untuk

mendapatkannya memang dibutuhkan pembelajaran dan ketrampilan,

namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan

implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak

menyadarinya (Bagaskoro, 2019).

2. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media


atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan kedalam bahasa formal

dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang

tersimpan di ensiklopedia (termasuk wikipedia) adalah contoh yang

bagus dari pengetahuan eksplisit.

Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk

penggunaan, prosedur, dan vidio how to. Pengetahuan juga bis

termediakan secara audio-visual. Haisl krja seni dan desain produk

juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit yang

yang merupakan eksternalisasi dari ketrampilan, motif dan

pengetahuan manusia (Bagaskoro, 2019).

3. Pengetahuan Empiris

Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan

pengamatan dan pengalaman indrawi atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan yang

dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut

juga bisa berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang

dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala

yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi

berulangkali.misalnya seseorang yang sering dipilih untuk memimpin

organisasi dengan sendirinya akan mendapat pengetahuan tentang

manajemen organisasi (Bagaskoro, 2019).

4. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan Rasional adalah pengetahuan yang diperolh dari akal

budi.Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat

apriori dan tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya

pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika 1+1 =2 bukan di

dapatkan melalui pengalaman dan pengamatan empiris, melainkan

melalui pemikiran logis akal budi (Bagaskoro, 2019).

2.2.5 Fungsi Pengetahuan

Ada empat fungsi pengetahuan yakni :

1. Fungsi Kontrol Diri

Menurut kamus psikologi (chaplin,2002), definisi kontrol diri atau self

kontrol adalah kemampuan individu untuk mengarahkan

tingkahlakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau

menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbum,

mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku

yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif (Bagaskoro,

2019).

2. Fungsi Prediksi

Fungsi prediksi adalah bahwa suatu teori tersebut harus dapat

memprediksi, memperkirakan atau meramalkan terjadinya sesuatu

atas dasar peristiwa sebelumnya (Bagaskoro, 2019).

3. Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan yaitu fungsi yang senantiasa merupada

menciptakan lingkungan kondusif atau memfasilitasi diri dan

lingkugan melalui saling tukar informasi (Bagaskoro, 2019).

4. Fungsi Deskriptif

Fungsi deskriptif adalah kemampuan menggambarkan, melukiskan,

dan memaparkan suatu objek atauu maslah secara runtun atau

sistematis sehingga dapat dengan mudah dimengerti atau dipelajari

oleh orang lain (Bagaskoro, 2019).

2.3 Keaslian Penelitian

No Judul Variabel Desain Hasil


1. Variabel metode Hasil yang diperoleh
Kontribusi
Independen korelasional. memerlihatkan bahwa
Determinan-
determinan- Dengan perceived behavioral
determinan
determinan teknik control memberikan
Intention Terhadap
intention pengambilan kontribusi terbesar
Intention Untuk
sampel terhadap intention
Melakukan
Variabel penelitian ini untuk melakukan
Premarital Check
Dependen: menggunakan premarital check up
Up pada Pasangan
Intention purposive yaitu sebesar 0.799.
Dewasa Awal
untuk sampling Selain itu, diperoleh
Yang Sedang
melakukan determinan yang
Mempersiapkan
Premarital memiliki hubungan
Pernikahan di
Checkup tererat adalah attitude
Bandung
toward the behavior
(Anggraeni, Nur dan perceived
Aisyah, 2015) behavioral control
sebesar 0.878.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan hasil sintesis, abstraksi, dan eksplorasi dari

berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigma

penelitian, artinya kerangka konseptual didasarkan pada tinjauan pustaka yang

telah disampaikan pada Bab 2 (Endra, 2017).

Tingkat Pengetahuan: Premarital Checkup


1. Tahu
2. Memahami Pengetahuan tentang Premarital
3. Aplikasi Checkup:
4. Analisis
5. Sintesis 1. Definisi Premarital Checkup
6. Evaluasi (Efendi,
2. Manfaat Premarital Checkup
2019)
7. 3. Waktu yang tepat dilakukan
Premarital Checkup
4. Macam Test Premarital
Checkup

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan:

1. Pendidikan
2. Media
3. Informasi (Bagaskoro, 2019)
Keterangan: : Diteliti : Tidak Diteliti

:Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


: Premarital Checkup pada Wanita dan Pria Usia Subur di
Kelurahan Bangsal

BAB 4

METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan dari

penelitian gambaraan tingkat pengetahuan Premarital checkup terhadap

waanita dan pria usia subur di kelurahan Bangsal. Desain penelitian adalah

Deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Dalam

penelitian ini adalah untuk menggambarkaan Tingkat Pengetahuan Premarital

Checkup terhadap Wanita dan Pria Usia Subur di Kelurahan Bangsal.


1.2 Kerangka Kerja

Populasi:
Warga Masyarakat (Wanita dan Laki-laki usia subur 20-29 tahun) di Kelurahan
Bangsal

Purposive Sampling

Warga Masyarakat Wanita dan Laki-laki usia 20-29 tahun di Kelurahan


Bangsal yang Memenuhi Kriteria Inklusi

Variabel diperoleh
dengan memberikan
kuesioner kepada
responden

Mengukur tingkat pengetahuan Wanita dan Pria usia subur


tentang Premarital Checkup dengan kuesioner

Hasil Penyajian Data


Distribusi Frekuensi

Gambar 4.1: Kerangka Kerja Penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan


Premarital Checkup pada Wanita dan Laki-Laki usia Subur
(20-29 tahun) di Kelurahan Bangsal

1.3 Populasi, Sampel dan Sampling


1.3.1 Populasi

Populasi penelitian yaitu semua warga masyarakat baik wanita dan pria

usia Subur (20-29 tahun) di Kelurahan Bangsal.

1.3.2 Sampel

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah warga masyarakat baik

wanita dan pria usia subur (20-29 tahun) di Kelurahan Bangsal yang

memenuhi kriteria inklusi.

1.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum yang

diharapkan peneliti untuk bisa memenuhi subjek penelitiannya (Sani,

2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Wanita yang berusia Subur (20-29 tahun)

2. Pria yang berusia Subur (20-29 tahun)

3. Wanita dan Pria usia subur yang belum menikah;

4. Bersedia menjadi responden.

1.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Wanita dan Laki-laki usia subur yang sudah menikah

1.3.2.3 Besar Sampel

Populasi yaitu warga masyarakat baik wanita dan pria usia Subur (20-29

tahun) di Kelurahan Bangsal sejumlah 20 responden untuk wanita dan 20


responden untuk laki-laki. Berdasarkan teknik pengambilan sampling

menggunakan Purposive Sampling.

n= N .

1=N(d2)

1.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2008).Teknik Pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau

maslah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,2008).

1.4 Identifikasi Variabel

Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan premarital

checkup pada wanita dan laki-laki usia subur di Kelurahan Bangsal.


1.5 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala Skor

1 Variabel Tingkat pengetahuan adalah 1. Definisi premarital Kuesioner Ordinal ..........

Independen : tingkat seberapa kedalaman checkup

Pengetahuan seseorang dapat 2. Manfaat premarital

wanita dan pria menghadapi, mendalami, checkup

usia subur tentang memperdalam perhatian 3. Waktu yang tepat

premarital checkup seperti sebagaimana dilakukan untuk

manusia menyelesaikan premarital checkup

masalah tentang konsep- 4. Macam test

konsep baru dan premarital checkup

kemampuan dalam belajar.


1.6 Pengumpulan data dan analisis data

1.6.1 Pengumpulan Data

1.6.1.1 Bentuk Instrument

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara,

atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk

mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2010). Dalam penelitian ini

meneliti mengumpulkan data tingkat pengetahuan pada wanita dan pria

usia subur. Peneliti menyiapkan 15 pertanyaan pada lemar kuesioner yang

akan diisi atau dijawab oleh peneliti. Pertanyaan tersebut berjumlah 15

soal yang terdiri dari 4 indikator yaitu Pengertian Premarital Checkup,

manfaaat Premarital Checkup, waktu yang tepat dilakukan premarital

checkup, macam tes premarital checkup.

1.6.1.2 Uji Instrument

Lembar observasi dilakukan uji instrumen dengan kalibrasi alat di

lembaga kalibrasi alat ukur

1.6.1.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal -------

1.6.1.4 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan adaata dilakukan setelah mendapatkan ijin dari

Kepala Kelurahan Bangsal, setelah mendapatkan ijin dari Kepala

Kelurahan Bangsal. peneliti mulai pengambilan data penelitian pada

tanggal-------------dengan jumlah responden 20 untuk wanita dan 20 untuk

laki-laki. Peneliti melakukan pendekatan interpersonal dan dan

menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Setelah responden


menandataangani inform concent (lembar persetujuan menjadi responden)

peneliti memberikan penjelasan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan

kuesioner yang ditanyakan kepada responden dengn lembar kuesioner

terdiri dari data umum dan data khusus. Pada saat pengambilan data

melalui wawancara di ambil langsung oleh peneliti. Tampat pengambilan

data di kelurahan bangsal dalam pengambilan data dengan wawancara

peneliti mewawancarai langsung kepada responden. Data umum yang

diberikan meliputi data usia, sudah/belum menikah, dan pendidikan

terakhir. Sedangkaan untuk data khusus meliputi 15 pertanyaan tentang

tingkat pengetahuan premaritaal checkup. Setelah itu peneliti peneliti

menganalisa data dengan menggunakan analisa distribusi frekuensi dan

disajikan dalam bentuk tabel.

1.6.2 Analisis Data

1.6.2.1 Analisa Deskriptif

Data yang diperoleh dilakukan sesuai dengan data dari hasil

wawancara sebanyak 1 kali pengukuran. Analisa deskriptif dengan

menjabarkan tingkaat pengetahuaan tentang premarital checkup meliputi

pengertian dan manfaat bagi kehidupan pernikahan dimasa depan.Data

yang diperoleh dilakukan kemudian dikumpulkan diberi skor dan

dijumlahkan kemudian dibagi menjadi 3 kategori : baik jika nilai > 75%,

cukup jika nilai 56-74%, kurang jika nilai < 55 (Budiman dkk, 2013)

1.6.2.2 Analisa Inferensial

Data yang diperoleh kemudian diolah

1.7 Etika Penelitian


1.7.1 Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti, maka responden menandatangi lembar

persetujuan tersebut, Peneliti menghormati keputusan responden untuk

menerima atau menolak

1.7.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencamtumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi

oleh responden. Lembar tersebut hanya cukup diberi nomer atau kode

tertentu.

1.7.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijaga kerahasiannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset

hanya terbatas pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah

penelitian.

1.8 Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah alat ukur pengumpulan data

dengan kuesioner memungkinkan responden memberikan pernyataan dengan

tidak jujur, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif. Oleh karena

itu, peneliti perlu mengawasi, membimbing dan menjelaskan kepada

responden saat mengisi kuesioner.


DAFTAR PUSTAKA

Artea. 2015. Prepare Your Dream Wedding. Jakarta: Kawan Pustaka

Andiasti Anjani. 2019. Fakta Wanita Usia Subur Menurut Departemen


Kesehatan.
https://glitzmedia.co/post/relationship/pregnancy/wanita-usia-subur.
diakses pada 10-12-2019 pada pukul 02.08

Ayu ida, Manuaba, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2,.
Jakarta: EGC

Bagaskoro. 2019. Pengantar Teknologi Informatika dan Komunikasi Data.


Yogyakarta: Deepiblish

Budiman dkk. 2013.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-


Syifa’, 2010

Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,


Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakartaa: Salemba Medika

Endra. 2017.

Hidayat, Wahyu. 2013. The Doctors. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Jāzirī, Abd. Rahman al, Kitāb al-Fiqh ‘Alā al-Mażāhib al-Arba’ah, Beirut: Dār al-
Fikr, t.t. 2012

Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006

Nursalam. 2008.

W. Gulo. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.


INFORMED CONSENT

(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Widya Wati

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


Premarital Checkup pada Wanita Usia Subur di Desa
Segaran

Prosedur prapenelitian ini tidak akan memberikan dampak, resiko dan


ketidaknyamanan apapun pada saya. Saya telah diberikan penjelasan mengenai
hal tersebut dan diberikan kebebasan untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dimengerti, maka saya memahami tujuan penelitian ini bermanfaat bagi
saya. Saya memahami bahwa penelitian ini akan menjamin Hak Asasi saya
sebagai responden dan saya berhak berhenti dalam keikut sertaan saya dalam
penelitian ini.

Dengan menangdatangani lembar pengesahan ini maka saya setuju/tidak


setuju*) untuk ikut sebagai responden dalam penelitian ini.

Kediri,................ 2019
Yang memberi penjelasan Yang mendapat penjelasan
Peneliti, Subjek

(Widya Wati) (............................)


Saksi,

(............................)
*)Coret yang tidak perlu
LEMBAR KUESIONER
No. Res :

Petunjuk Pengisian :

1. Mohon dijawab padakolom yang tersedia dengan cara memberi tanda

(√) pada kotak jawaban yang anda pilih (pilih satu jawaaban.

2. Mohon diteliti ulang agar jangaan sampai ada pertanyaan yang

terlewatkan untuk dijawab.

1. Usia : Tahun

2. Pendidikan Terakhir :

: Tidak Sekolah : SMP : PT

: SD : SMA

3. Status Pernikahan :

: Menikah : Belum Menikah


KUESIONER PRA PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PREMARITAL


CHECKUP PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA SEGARAN
KECAMATAN WATES

No Pernyataan Salah Benar Skor


1 Premarital Checkup adalah cek kesehatan yang penting
dan harus dilakukan sebelum menikah
2 Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah
penting
3 Premarital Checkup sangat diperlukan untuk
mengetahui kesehatan reproduksi kedua belah pihak
4 Premarital Checkup sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit terutama penyakit keturunan dan
penyakit menular seksual
5 Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan
pranikah adalah untuk membangun keluarga sehat
sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan
6 Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk
mengatasi timbulnya penyakit keturunan dan penyakit
berbahaya lain yang berpotensi menular
7 Premarital Checkup sebaiknya dilakukan dalam kurun
waktu 6-12 bulan sebelum menikah.
8 Waktu yang paling ideal adalah 6 bulan sebelum
pernikahan
9 Waktu yang paling ideal adalah 6 bulan setelah
pernikahan
10 Waktu yang paling ideal adalah ketika akan
memprogramkan kehamilan
11 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa tipe darah dan faktor rhesus
12 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa penyakit keturunan
13 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa penyakit keturunan
14 Uji TORCH dilakukan untuk mendeteksi infeksi yang
disebabkan oleh Toxoplasma parasit, virus Rubella,
Cytomegalo Virus (CMV), Virus
15 Pada laki-laki dilakukan pemeriksaan pada golongan
darah, tipe darah dan faktor resus, jumlah darah
termasuk hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih,
platelet, serta hepatitis B/C

STIKES RS BAPTIS KEDIRI


JL. MAYJEND PANJAITAN NO.3B KEDIRI
TELP/FAX (0354) 683470

KARTU BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : WIDYA WATI

NIM : 01.2.16.00563

Angkatan : 10 (SEPULUH)

Judul : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN


TENTANG PREMARITAL CHECKUP BAGI WANITA
DAN PRIA USIA SUBUR DI KELURAHAN
BANGSAL

No Tanggal Materi Masalah Tanda Tangan


Dosen

CATATAN :

Kartu ini dibawaoleh mahasiswa,


Waktu bimbingan diisi oleh Dosen Pembimbing
KETUA PANITIA PEMBIMBING KETUA
UJIAN TUGAS AKHIR

Selvia David S. S.Kep.,Ns.,M.Kep

PEMBIMBING

Aries Wahyuningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Ketua STIKES RS. BAPTIS


Kediri

Selvia David S. S.Kep.,Ns.,M.Kep


KUESIONER PRA PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PREMARITAL


CHECKUP PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA SEGARAN
KECAMATAN WATES

No Pernyataan Salah Benar Skor


1 Premarital Checkup adalah cek kesehatan yang penting
dan harus dilakukan sebelum menikah
2 Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah
penting
3 Premarital Checkup sangat diperlukan untuk
mengetahui kesehatan reproduksi kedua belah pihak
4 Premarital Checkup sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit terutama penyakit keturunan dan
penyakit menular seksual
5 Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan
pranikah adalah untuk membangun keluarga sehat
sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan
6 Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk
mengatasi timbulnya penyakit keturunan dan penyakit
berbahaya lain yang berpotensi menular
7 Premarital Checkup sebaiknya dilakukan dalam kurun
waktu 6-12 bulan sebelum menikah.
8 Waktu yang paling ideal adalah 6 bulan sebelum
pernikahan
9 Waktu yang paling ideal adalah 6 bulan setelah
pernikahan
10 Waktu yang paling ideal adalah ketika akan
memprogramkan kehamilan
11 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa tipe darah dan faktor rhesus
12 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa penyakit keturunan
13 Tes kesehatan pranikah pada perempuan diilakukan
dengan memeriksa penyakit keturunan
14 Uji TORCH dilakukan untuk mendeteksi infeksi yang
disebabkan oleh Toxoplasma parasit, virus Rubella,
Cytomegalo Virus (CMV), Virus
15 Pada laki-laki dilakukan pemeriksaan pada golongan
darah, tipe darah dan faktor resus, jumlah darah
termasuk hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih,
platelet, serta hepatitis B/C

Anda mungkin juga menyukai