Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoporosis merupakan suatu masalah kesehatan fisik yang serius pada

wanita menopouse. Menopouse meningkatkan resiko terhadap osteoporosis,

kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita dikarenakan penurunan hormon

estrogen dan progesteron karena proses penuaan. Osteoporosis merupakan

penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan meningkatkan

kejadian patah tulang. Wanita yang telah mengalami masa menopouse beresiko

mengalami osteoporosis.

Pada saat menopouse banyak masalah yang muncul salah satunya yaitu

osteoporosis adalah penyakit metabolik dimana terjadi demineralisasi tulang yang

menyebabkan menurunnya densitas atau massa tulang dan sering mengakibatkan

patah tulang. Osteporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai,

gaya hidup seperti meroko dan alkohol serta obat-obatan bisa menurunkan massa

tulang.2

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), tahun tahun 2014

memperkirakan bahwa patah tulang panggul akibat osteoporosis akan meningkat tiga

kali lipat dari 1,7 juta menjadi 6.3 juta. Di seluruh dunia satu dari tiga wanita yang

berusia diatas 50 tahun memiliki resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis

dalam hisup mereka. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang dan Amerika adalah

sebanyak 73 juta penduduk, sedangkan di Cina 84 juta penduduk dan ada 200 juta

penderita osteoporosis di seluruh dunia.3

1
2

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016,

penduduk Indonesia yang berusia 50 sampai 70 tahun diperkirakan akan tumbuh

sebesar 20%, dari 251 juta pada tahun 2013 menjadi 300 juta pada tahun 2050,

harapan hidup akan mencapai usia 80 tahun. Orang-orang yang paling beresiko

untuk osteoporosis yaitu wanita dengan usia di atas 50 tahun, dan lebih dari 1/3

jumlah wanita di Indonesia mengalami osteoporosis.4

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKEDAS) tahun 2013,

penduduk yang beresiko terkena osteoporosis tertinggi di Sumatera Utara 27.7%,

Jawa Tengah 24.02%, Daerah Istimewa Yogjakarta 23.%, dan terendah yang

menderita osteoporosis yaitu Jawa Timur sebanyak 21.4%. Wanita lebih beresiko

terkena osteoporosis ini sangat berkaitan dengan kegagalan mencapai massa

tulang puncak dewasa yang adekuat.5

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang

mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang,

dan keropos. Faktor penyebab osteoporosis yaitu terjadinya kekurangan estrogen

atau hormon utama pada wanita yang membantu mengatur pengangkutan kalsium

kedalam tulang pada wanita.6

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shelly Nanda tentang Gambaran

Pengetahuan Ibu Usia 45-55 Tahun Tentang Menopouse Di Desa Cileuleus

Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012. Jenis penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu tentang perubahan menopouse mayoritas termasuk kurang yaitu


3

30 responden (45.3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan

responden termasuk kurang dan memiliki sikap yang negatig.7

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

melakukan wawancara di Desa Besadi Pada bulan Juli 2017 terdapat 10 ibu

menopouse. Dari 10 ibu menopouse ada 6 ibu menopouse yang mengalami

osteoporosis dan ada 4 ibu menopouse tidak mengalami osteoporosis. Ibu yang

mengalai osteoporosis disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam

mencegah osteoporosis, sedangkan ibu yang tidak mengalami osteoporosis

disebabkan karena rajin olahraga, dan sering mengkonsumsi makanan dari produk

hewani.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis

Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas adapun yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu

Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu

Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi

Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.


4

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Upaya Pencegahan Osteoporosis

Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

3. Untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse

Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian dapat ditinjau dari segi praktis dan teoritis. Dari segi

teoritis dimaksudkan untuk mengembangkan suatu teori apakah untuk

menguatkan atau melemahkan teori. Dari segi praktis manfaat penelitian untuk

praktek lapangan.

1.4.1. Manfaat Praktik

1. Bagi Responden

Menambah informasi atau sebagai masukan serta menambah Hubungan

Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis

Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat menambah wawasan dan sumber informasi bagi masyarakat

terutama bagi Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi Kesehatan Helvetia Medan

a. Sebagai referensi untuk melengkapi bahan perpustakaan dan bahan

bacaan yang bermanfaat dalam proses belajar mengajar di Institusi

Kesehatan Helvetia Medan.


5

b. Sebagai bahan publikasi oleh Institusi kepada masyarakat tentang

penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswi D-IV Kebidanan

Helvetia Medan dalam lingkup pendidikan kesehatan.

2. Bagi peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar dapat menambah

pembendaharaan bacaan sebagai perbandingan untuk penelitian

selanjutnya lebih baik lagi dan lebih mengembangkan penelitian

tentang Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis.


6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shelly Nanda tentang Hubungan

Antara Pengetahuan Dan Sikap Wanita Permenopouse Dengan Perilaku

Pencegahan Osteoporosis Di Kelurahan Srondol Kecamatan Bayuwangi

Semarang Tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah

wanita premenopouse berusia 45-50 tahun sebanyak 212 responden. Penelitian

menunjukka bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai osteoporosis

(53.8%), sikap yang positif terhadapa osteoporosis (38.2%), dan perilaku yang

aktif (57.5%). Dengan uji statistik chi-square 0,001 dengan taraf signifikan 5%,

nilai α adalah 0,05, sehingga dapat disimpulakan bahwa þ-sign< α (0,001 < 0,05)

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan ada Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Wanita Permenopouse Dengan Perilaku Pencegahan Osteoporosis Di

Kelurahan Srondol Kecamatan Bayuwangi Semarang Tahun 2012.1

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahfuzhah Deswita tentang

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Osteoporosis Dengan Upaya

Pencegahan Osteoporosis Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta

Tahun 2016.Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan

pendekatan cross sectional. Dengan uji statistik chi-square 0,017 dengan taraf

signifikan 5%, nilai α adalah 0,05, sehingga dapat disimpulakan bahwa þ-sign< α
7

(0,017 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan ada

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Osteoporosis Dengan Upaya

Pencegahan Osteoporosis Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta

Tahun 2016.4

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu Lestari tentang Hubungan

Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Osteoporosis Dengan Konsumsi Susu

Pada Pegawai Administrasi Wanita Di Universitas Lampung Tahun 2015. Jenis

penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 114 responden. Dengan uji

statistik chi-square pengetahuan 0.001 dengan taraf signifikan 5%, nilai α adalah

0,05, chi-square sikap 0.031, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima ini berarti ada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap

Osteoporosis Dengan Konsumsi Susu Pada Pegawai Administrasi Wanita Di

Universitas Lampung Tahun 2015.9

2.2. Osteoporosis

2.2.1. Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu penyakit dengan sifat khas berupa massa

tulang yang rendah disertai perubahan perubahan mikro arsitektur dan

kemunduran kualitas jaringan tulang yang akhirnya menyebabkan terjadinya

peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan kemungkinan terjadinya patah

tulang.10

Osteoporosis meupakan salah satu dampak yang paling merusak dari

monopouse, tulang yang lemah atau rapuh lebih beresiko untuk mengalami patah
8

tulang kecil. Pada tubuh manusia terjadi keseimbangan antara pembentuk kan dan

perusakan tulang. Tulang dibentuk secara optimal pada usia 25 tahun dan semakin

terjaga dengan baik karena adanya olahraga. Pembentukkan tulang secara optimal

akan berhenti pada usia 25 tahun.

Dalam pembenetukkan tulang hormon yang berperan adalah hormon

estrogen yang memacu pengeluaran kalsitonim. Jika terjadi kekurangan hormon

estrogen maka berakibat pada perusakan tulang yang lebih besar dari pada

pembentukkan tulang sehingga terjadilah osteoporosis.11

2.2.2. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu osteoporosis primer

dan osteoporosis sekunder.

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer terdapat pada wanita pasca monopouse umumnya terjadi

pada usia 50-an, hormon estrogen wanita akan turun 2-3 tahun sebelum

menopouse timbul, dan terus berlangsung sampai 3-4 tahun setelah

menopouse. Massa tulang akan berkurang 1-3% dalam 5-7 tahun pertama

setelah menopouse. Ketika 70 tahun proses pengoroposan akan berkurang,

tetapi tidak akan berhenti sampai akhirnya total seorang waanita akan

kehilangan 35-50% dari tulangnya pada usia lanjut.

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau

bisa pula akibat tindakan pembedahan atau pemberian obat yang mempercepat

pengeroposan tulang. Contohnya adalah penyakit cushing atau kelainan


9

hormon adrenal, penyakit hipertiroid, gangguan hati kronis dan kelebihan

kafein.12

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis

Ada 2 jenis faktor yang menyebabkan terjadinya osteoporosis yaitu

bersifat bawaan dan gaya hidup.

1. Faktor resiko bawaan

a. Jenis kelamin.Wanita lebih banyak yang menderita osteoporosis

dibanding pria pada usia yang sama.

b. Riwayat keluargaAnak dari ibu yang mengalami patah tulang

osteoporosis, rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah dibanding

normal usianya.

c. Usia tua diatas 70 tahun Semakin tua, kemampuan tubuh menyerap

kalsium oleh usus semakin berkurang.

d. Menopouse Penurunan hormon estrogen pada wanita menyebabkan

berkurangnya penyerapan kalsium yang bermanfaat bagi pemeliharaan

kepadatan tulang.

e. Menopouse dini. Disebabkan pengangkatan indung telur sebelum massa

menopouse yang sesungguhnya. Ini mempercepat pengeroposan tulang

atau terjadi menopouse sebelum usia 45 tahun.

f. Ukuran tubuh. Ras Afrika memiliki kerangka tubuh yang besar, mereka

tidak mudah terkena osteoporosis karena kelebihan berat badan

memberikan tekanan lebih besar pada tulang sehingga merangsang

pembentukkan tulang baru.10


10

2. Faktor resiko yang disebabkan gaya hidup

a. Kurang latihan fisik. Terutama latihan beban yang memberikan tekanan

pada kerangka tubuh, sehingga merangsang terbentuknya tulang baru.

Wanita yang melakukan olahraga teratur mempunyai resiko patah tulang

yang rendah.

b. Pecandu minuman keras. Mengkonsumsi minuman keras yang berlebihan

dalam jangka panjang menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang. Pada

wanita pasca menopouse berkurangnya kepadatan tulang akan semakin

besar ditambah lagi dengan mengkonsumsi nutrisi yang buruk.

c. Pecandu kopi. Kopi mengurangi kadar kalsium dalam tulang, sehingga

minum kopi berlebihan menyebabkan pengeroposan tulang datang lebih

cepat.

d. Diet kekurangan protein. Kekurangan protein dan vitamin D yang

berkepanjangan pada anak-anak akan berpengaruh besar pada

pembentukkan tulang, ini memicu datangnya osteoporosis lebih cepat.

e. Kekurangan asupan kalsium. Kalsium penting bagi pembentukkan tulang

terutama pada wanita pascamenopouse. Rata-rata wanita membutuhkan

asupan kalsium 450 mg/hari pada usia 45 tahun dan 1200 mg/hari pada

usia 75 tahun.

f. Kekurangan paparan sinar matahari pagi yang mengandung vitamin D.

g. Pil KB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi

pil KB memiliki tulang yang lebih kuat dibanding dengan yang lain, ini
11

disebabkan karena kontrasepsi oral mengandung estrogen dan progesteron,

estrogen sangat penting untuk mencegah osteoporosis.10

2.2.4. Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala bahkan sampai

puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga

tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri, dan perubahan bentuk

tulang. Seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau

gejala sebagai berikut

a. Tinggi badan berkurang.

b. Bungkuk atau bentuk badan tubuh berubah.

c. Patah tulang.

d. Nyeri pada tulang.12

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung yang menahun,

tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps spontan hanya karena cedera

yang ringan. biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah

tertentu seperti punggung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau

berjalan. Jika disentuh daerah tersebut akan terasa sakit, biasanya rasa sakit ini

akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.12

2.2.5. Akibat Osteoporosis

Osteoporosis atau penyakit tulang adalah salah satu penyakit yang

menimpa tulang karena berkurangnya massa dan kepadatan tulang. Ada beberapa

akibat dari osteoporosis yaitu


12

1. Nyeri tulang.

2. Tubuh makin pendek.

3. Tulang mudah patah sehingga mengakibatkan

a. Biaya perawatan menjadi besar.

b. Menimbulkan kecacatan.

c. Ketergantungan pada orang lain.

d. Kualitas hidup menurun.

e. Mengangkat barang berat sudah tidak bisa.6

2.2.6. Pencegahan Osteoporosis

Pencegahan osteoporosis adalah tindakan yang diambil terlebih dahulu

sebelum mengalami penyakit osteoporosis. Wanita beresiko lebih besar

mengalami osteoporosis, maka wanita seharusnya memperhatikan tulangnya sejak

usia anak, remaja sampai usia 30 tahun. Ada beberapa hal yang dapat membantu

tercapainya puncak massa tulang yang tinggi yaitu

1. Olahraga teratur.

Olahraga sangat penting dilakukan secara teratur secara dini, ada senam

osteoporosis untuk mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Latihan fisik

yang terbaik untuk tulang adalah weight-bear-ing exercise atau menumpu

berat badan sambil berdiri misalnya jalan, jogging, dansa dan lari.

2. Diet seimbang

Bila tidak ada penyakit hati dan ginjal, osteoporosis dapat dicegah dengan

mengonsumsi cukup kalsium, vitamin D dan protein.


13

3. Hindari merokok, alkohol dan kafein

Rokok menyebabkan terganggunya reabsorbsi dalam ginjal sehingga

mengurangi massa tulang. Alkohol dapat merusak tulang dan menyebabkan

pola makan tidak teratur sehingga timbul gangguan kecukupan zat gizi dalam

makanan seperti kalsium. Kafein dapat meningkatkan pengeluaran kalsium

melalui air seni.

4. Pencegahan timbulnya jatuh

Pada usia lanjut hati-hati timbulnya kecelakaan misalnya terjatuh akibat lantai

licin karena trauma dapat menimbulkan patah tulang.

5. Asupan kalsium 1500 mg/hari dan vitamin D 400 IU/hari, aktivitas fisik 30

menit minimal 3 kali dalam seminggu.10

2.3. Menopouse

2.3.1. Pengertian Menopouse

Menopouse adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang

berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami

menopouse alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi

tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun

berlalu.

Menopouse adalah kondisi normal yang dialami oleh para wanita seiring

dengan bertambahnya usia mereka. Ketika menopouse sudah medekat siklus dapat

terjadi dalam waktu yang tidak menentu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi

tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia empat puluhan, siklus mulai
14

memanjang lagi, meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa dua

puluh delapan hari merupakan panjang panjang siklus yang normal.13

2.3.2. Diagnosis Menopouse

Diagnosis menopouse dibuat setelah terdapat amenore sekurang-

kurangnya satu tahun berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih

panjang dengan perdarahan yang kurang. Menopouse rupanya ada hubungan

dengan menarche terjadi, makin lambat menopouse timbul sebaliknya makin lama

timbul menarche terjadi makin cepat menopouse timbul.14

2.3.3. Tahap-Tahap Menopouse

Menopouse dibagi dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut

Tahapan dalam menopouse terdapat 3 tahap dalam menopouse antara lain:

1. Premenopouse

Premenopouse adalah masa sebelum menopause yang dapat ditandai

dengan timbulnya keluhan-keluhan serta serta periode perdarahan

menstruasi yang tidak teratur masa ini dimulai sekitar usia 40tahun.

2. Perimenopouse

Perimenopouse adalah masa peralihan antara pramenopause dan

pascamenopouse yang sering terjadi pada usia sekitar 50 tahun.

3. Pascamenopouse

Pascamenopouse adalah masa yang berlangsung 3-5 tahun setelah

menopouse. Pada masa ini seseorang wanita akan rentan terhadap penyakit

seperti osteoporosis dan penyakit jantung dan lain-lain


15

Gejalanya menopause yaitu :

a. Keringat yang biasanya timbul pada malam hari.

b. Lebih mudah marah atau emosi.

c. Sulit istrihat atau tidur.

d. Haid menjadi tidak teratur.

e. Terjadi gangguan fungsi seksual.

f. Badan bertambah gemuk.

g. Terjadi gangguan pada tulang.

h. Gelisah, khawatir, sulit kosentrasi, dan mudah lupa.11

2.3.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menopouse

1. Umur saat haid pertama kali

Menarche biasanya terjadi pada usia 12 tahun di negara maju,

menunjukkan bahwa seorang wanita memasuki usia subur. Beberapa ahli

yang melakukan penelitian ada hubungan pertama kali mendapat haid

dengan usia seorang wanita memasuki menopouse, semakin muda

seseorang mengalami haid pertama kalinya semakin lama ia memasuki

masa menopouse.

2. Paritas

Beberapa peneliti menumukan bahwa semakin sering seseorang

melahirkan maka semakin tua atau semakin lama mereka memasuki

menopouse.

3. Faktor psikis
16

Keadaan seseorang yang belum menikah dan bekerja akan mempengaruhi

perkembangan psikis seorang wanita, mereka akan mengalami masa

menopouse lebih mudah dibandingkan mereka yang menikah dan tidak

bekerja.

4. Pemakaian alat kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi khususnya alat kontrasepsi hormonal hal ini bisa

terjadi karena cra kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur

sehingga tidak memproduksi sel telur, ini akan membuat wanita lama

memasuki masa menopouse.

5. Merokok. Wanita yang meroko akan lebih cepat memasuki masa

menopouse.

6. Nutrisi. Wanita yang kesehatannya dan asupan gizi yang baik cenderung

akan lebih lambat memasuki masa menopouse.15

2.3.5. Cara Mengatasi Masalah Menopouse

Beberapa cara mengatasi masalah menopouse yaitu

1. Olahraga.

2. Mengkonsumsi makanan yang bergizi.

3. Menghindari berbagai macam minuman kafein, alkohol, minuman bersoda.

4. Selalu sabar dan tenang.

5. Mengkonsumsi sayur dan buah segar.

6. Mengkonsumsi Vitamin D.

7. Pemberian hormon progesteron.16


17

2.4. Pengetahuan

2.4.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan adalah kesan didalam pemikiran manusia sebagai hasil

penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan

(believe), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru

(misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan

akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia

yang dialami. Proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga (3) aspek, yaitu proses

pendapatan informasi, proses transformasi, dan proses evaluasi.17

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang

cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


18

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara

benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisi (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan


19

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.17

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannyadan kehidupan keluarga.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

tua atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

sikap dalam menerima informasi.


20

2.4.4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76% -100%

2. Cukup : Hasil presentase 56% -75%

3. Kurang : Hasil presentase >56%.17

2.5. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Pengetahuan

Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi

Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitiaan

Desain penelitia yang digunakan survei analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Penelitian ini

bersifat Survei Analitik dengan melakukan survei dengan pendekatan Cross-

Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih. Diketahuinya hubungan variabel tersebut maka peneliti dapat menarik

kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.18

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah dilakukan di Desa Besadi Kecamatan Kuala

Kabupaten Langkat Tahun 2017, alasan peneliti mengambil dilokasi tersebut

karena ditemukannya ibu-ibu menopouse yang pengetahuannya masih kurang

dalam upaya pencegahan osteoporosis.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2017.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diolah peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.18


22

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menopouse yang

berjumlah 180 responden yang berada di Desa Besadi Kecamatan Kuala

Kabupaten Langkat Tahun 2017 dariAgustus-September 2017.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki dari populasi. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah Random Sampling yaitu menuliskan semua populasi pada

kertas, kemudian mengundinya sampai kita memperoleh jumlah yang

dikehendaki. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin..19

n= N = 180 = 64 sampel.

1 + Ne2 1 + 180 (0.1)2

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Jumlah Populasi

e = Sampling error yaitu ketidak telitian kesalahan dalam pengambilan

sample yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian

ini digunakan nilai 1%.

3.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian

“Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan

Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017

adalah sebagai berikut :


23

Variabel IndependenVariabel Dependen

Pengetahuan Pencegahan
Osteoporosis

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.5. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk

mendefinisikan variabel-variabel.19

1. Pengetahuan Ibu menopouse adalah Segala sesuatu yang diketahui Ibu

menopouse tentang upaya pencegahan osteoporosis.

2. Pencegahan osteoporosis adalah segala upaya yang dilakukan ibu untuk

mencegah penyakit osteoporosis.

TABEL 3.1.
Definisi Operaional dan Aspek Pengukuran.

Jenis
Jumlah Cara dan Skala
Variabel Value Skala
Pernyataan Alat Ukur) Pengukuran
Ukur
Independen 15 Skor max 15 Baik jika 3 Ordinal
Pengetahuan dan skor min menjawab 11-15
Ibu 1 a. Cukup jika
Benar: 1 menjawab 6-10 2
Salah: 0 b. Kurang jika
menjawab <6
1

Dependen 10 Skor max 10 Mencegah jika 1 Nominal


(Terikat) dan skor min ibu menjawab 6-
Pencegahan 1 10
osteoporosis Benar :1 a. Tidak mencegah 0
Salah:0 jika ibu
menjawab <6
24

3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dilakukan secara langsung oleh peneliti.

Data primer dalam penelitian ini menggunakan kuesionar yang diberikan

langsung kepada ibu yang menopouse di Desa Besadi Kecamatan Kuala.

Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan

pertanyaan kepada responden dengan harapan responden akan memberikan respon

atas daftar penyusunan tersebut, untuk mengetahui pengetahuan ibu menopouse.

Wawancara (interview) yaitu teknik mengumpulkan data secara langsung

oleh peneliti dengan responden atau subjek dengan cara tanya jawab.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kepala Desa di Desa Besadi

Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

3.6.3. Data Tersier

Data tersier dalam penelitian ini didapatkan dari website resmi, yang

bertujuan untuk memperkuat data dan latar belakang peneliti melakukan

penelitian ini seperti WHO, SDKI, dan Profil Kabupaten atau Kota Sumatera

Utara.

3.7. Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut.19

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.


25

2. Cheking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil

yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti.

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau Huruf) dimasukkan ke dalam program

komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for windows.

5. Data Prosesing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8. Uji Validitas dan Realibilitas

3.8.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Menentukkan derajat ketepatan dari instrumen

penelitian berbentuk kuesioner di uji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-

tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Nilai semua pertanyaan ini

mempunyai korelasi yang bermakna. Uji validitas ini akan dilakukan di Desa

Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat dengan jumlah 20 responden ibu

menopouse dengan dengan nilai r tabelnya > 0.444.19


26

Moment Test dengan rumus sebagai berikut:

N  XY   X Y 
N X  
r hitung =
  X  N Y 2  Y 
2 2 2

Keterangan:

rhitung : Koefisien korelasi

X : Skor dari butir instrumen

Y : Skor total dari butir instrumen

∑X : Jumlah skor dari butir instumen

∑Y : Jumlah skor total dari butir instrumen

∑XY : Jumlah produk dari skor butir dan skor total butir instrumen

∑X2 : Jumlah dari kuadrat skor butir instrumen

∑Y : Jumlah dari kuadrat skor total butir instrumen.19

Ketentuan kriteria pengujian apabila rhitung> rtabel (0,444) dengan 0,05

maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung< rtabel maka

alat ukur tersebut adalah tidak valid.19

Tabel 3.3.
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Ibu Menopouse di Desa
Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017

No. Item
r hitung r tabel Keterangan
Pertanyaan
1. 0.746 0,444 Valid
2. 0.779 0,444 Valid
3. 0.779 0,444 Valid
4. 0.779 0,444 Valid
5. 0.723 0,444 Valid
6. 0.579 0,444 Valid
7. 0.614 0,444 Valid
8. 0.451 0,444 Valid
9. 0.746 0,444 Valid
27

10. 0.779 0,444 Valid


11. 0.579 0,444 Valid
12. 0.746 0,444 Valid
13. 0.723 0,444 Valid
14. 0.579 0,444 Valid
15. 0.606 0,444 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung untuk pernyataan

pengetahuan ibu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15, lebih

besar dari r tabel (0,444), sehingga dapat disimpulkan pernyataan kuesioner

pengetahuan ibu nifas adalah valid dan layak digunakan untuk penelitian.

Tabel 3.4.
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pencegahan Osteoporosis Pada Ibu
Menopouse di Desa Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

No. Item r hitung r tabel Keterangan


Pernyataan
1. 0.625 0,444 Valid
2. 0.578 0,444 Valid
3. 0.766 0,444 Valid
4. 0.578 0,444 Valid
5. 0.625 0,444 Valid
6 0.578 0,444 Valid
7 0.694 0,444 Valid
8 0.766 0,444 Valid
9 0.578 0,444 Valid
10 0.694 0,444 Valid

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung untuk pernyataan kuesioner

Pencegahan Osteoporosis Pada Ibu Menopouse nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan

10 lebih besar dari r tabel (0,444), sehingga dapat disimpulkan pernyataan kuesioner

Pencegahan Osteoporosis Pada Ibu Menopouse adalah valid dan layak digunakan

untuk penelitian.
28

3.8.2. Uji Realibilitas

Menentukkan derajat ketepatan dari instrumen penelitian berbentuk kuesioner.

Tingkat realibilitas dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS melalui Uji

Cronchbach Alpha yang dibandingkan dengan tabel r. Uji validitas ini akan dilakukan

di di Desa Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkatdengan jumlah 20

responden ibu menopause, didapatkan bahwa Cronchbach Alpha>r tabel. Maka dapat

disimpulkan bahwa uji coba tersebut realibel.19

TABEL 3.6
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Pencegahan Osteoporosis Pada Ibu Menopouse
di Desa Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

Cronbach Alpha (α) N.Of Item


0.917 15
Dari tabel diatas diperoleh nilai Cronbach Alpha (reliabilitas) yang

diperoleh jika dibandingkan dengan nilai r product moment pada tabel dengan

ketentuan jika rhitung > rtabel maka uji tersebut reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas

diatas yang dilakukan pada 20 orang di peroleh koefisien Cronbach Alpha sebesar

0,917. Oleh karena itu nilai Cronbach Alpha > rtabel maka dapat dinyatakan

reliabel.

TABEL 3.7
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Pencegahan Osteoporosis Pada Ibu Menopouse
di Desa Beruam Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

Cronbach Alpha (α) N.Of Item


0.846 10
Dari tabel diatas diperoleh nilai Cronbach Alpha (reliabilitas) yang

diperoleh jika dibandingkan dengan nilai r product moment pada tabel dengan

ketentuan jika rhitung > rtabel maka uji tersebut reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas

diatas yang dilakukan pada 20 orang di peroleh koefisien Cronbach Alpha sebesar
29

0,846. Oleh karena itu nilai Cronbach Alpha > rtabel maka dapat dinyatakan

reliabel

3.9. Analisis Data

Analisis data diolah dengan menggunakan komputer dengan perangkat lunak

dengan langkah-langkah analisa datanya adalah:

3.9.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi Hubungan

Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa

Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017.

3.9.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antara

variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent variabel).

Untuk membuktikan adanya hubungan signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan analisis chi-squars, pada batas kemaknaan perhitungan

statistik pvalue (0.05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value (0.05)

maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai

hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan)

antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.19
30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah,Visi dan Misi Desa

1. Sejarah desa

Sejarah desa Besadi terletak di wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten

Langkat yang dikelilingi oleh persawahan yang kemudian diganti menjadi

persawitan. Sebelum adanya persawitan desa besadi hanya bekerja sebagai

pekerja di sawah dan di perladangan, namun sekitar tahun 90an semakin

banyaknya penduduk luar datang persawahan tersebut di bangun menjadi

perumahan dan sisanya ditanami oleh sawit hingga saat ini sudah jarang di temui

persawahan. Pada awalnya masyarakat tinggal di dekat ladang masing-masing

namun setelah saling berjumpa mereka pun memutuskan membuat perumahan

dalam satu tempat saja. Sehingga tempat tinggal mereka yang lama menjadi

ladang mereka.

Semakin banyaknya jumlah penduduk desa Besadi maka mereka

memutuskan untuk membaginya dalam beberapa dusun. Penduduk awal desa

Besadi adalah masyarakat bersuku karo, namun pada saat ini sudah ada suku yang

lain tidak hanya karo saja misalnya suku jawa. Mayoritas agama masyaraka desa

Besadi saat ini adalah beragama islam. Sebelah Timur Berbatasan dengan desa

Beruam atau PTPN, disebelah Barat berbatasan dengan desa Poncowarno


31

Kecamatan Salapian, Sebelah Utara berbatasan dengan desa Namombelin dan

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Garunggang.

Desa Besadi memiliki 5 dusun yakni dusun Mberlagan, dusun Sepirak,

dusun Besadi, dusun Lau Mentar dan dusun Durin Mulo. Luas desa besadi ±980

ha. Desa Besadi sebenarnya memiliki nama Pesadi namun lambat laun desa

Pesadi berubah nama menjadi Besadi.

2. Visi dan misi desa Besadi

a. Visi

Mewujudkan masyarakat Desa Besadi yang mandiri dengan berperan

aktif dalam pembengunan di segala bidang.

b. Misi

1) Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui

pendidikan formal dan informal.

2) Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih dalam pelayanan

masyarakat

4.1.2. Sumber Daya Manusia

Desa Besadi berada di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat dan Provinsi

Sumatera Utara dengan luas daerah 920 ha. Dengan jumlah KK 607 dengan

jumlah laki-laki sebanyak 1019 dan jumlah perempuan sebanyak 971n dengan

mayoritas penduduk bekerja sebagai petani.


32

4.1.3. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN


DESA BESADI KECAMATAN KUALA KABUPATEN LANGKAT

KEPALA DESA
BENGIS SEMBIRING,SP

SEKETARIS
MAKMUR GINTING

Kaur Kaur Kaur Kaur Keuangan


Edi Suranta
Pemerintahan Pembgunan
kesra Ginting

Ukur Malem Umar Dani


Desian

Taringan Sitepu
Kepala Kepala a widiaKepala
WAT Kepala Dusun

Dusun Dusun Dusun Besadi Lau Mentar Imat

Mberlagan Ersada Ginting Sembiring


DUSUN D.
Malem
MULO
Ukur SitepuGambar 4.1. Struktur Organisasi desa Besadi
MALEM PAGI

GINTING
33

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. UsiaResponden

TABEL 4.1
Distribusi Frekuensi Usia terhadap Wanita Menopouse Tentang
Pencegahan Osteoporosis di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
Tahun 2016.

No Umur F %
1 50-55 38 59,4
2 > 55 26 40,6
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa usia wanita menopouse pada usia

50-64 sebanyak 38 orang (59,4%) dan usia menopouse >55 tahun sebanyak 26

orang (40,6%).

4.2.2. PendidikanResponden

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi pendidikan terhadap Wanita Menopouse Tentang
Pencegahan Osteoporosis di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
Tahun 2016.

No Pendidikan F %
1 SD 31 48,4
2 SMP 19 29,7
3 SMA (Sederajat) 10 15,6
4 Perguruan Tinggi 4 6,3
Jumlah 64 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden berpendidikan SD yaitu

sebanyak 31 (48,4%) orang dan responden berpendidikan Perguruan tinggi

sebanyak 4 responden.
34

4.3. Analisis Univariat


4.3.1. Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu Menopouse Upaya
Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat Tahun 2017

TABEL 4.3
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pengetahuan Ibu Menopouse
Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat Tahun 2017
Jawaban
Total
No. Pertanyaan Salah Benar
n % n % N %
1 Apa yang dimaksud dengan menopouse 25 39.1 39 60.9 64 100
adalah
2 Seorang wanita dikatakan menopouse 30 46.9 33 51.6 64 100
setelah berhenti haid selama?
3 Apa saja yang dilakukan untuk 28 43.8 36 56.3 64 100
memperlambat terjadinya menopouse?
4 Banyak tanda-tanda atau gejala yang 25 39.1 39 60.9 64 100
dapat mengakibatkan menopouse, salah
satunya adalah
5 Berikut ini cara untuk menjaga 35 54.7 29 45.3 64 100
kesehatan di masa menopouse adalah
6 Selain gaya hidup sehat apakah yang 30 46.9 34 53.1 64 100
dapat dilakukan untuk mengurangi
keluhan-keluhan fisik dan psikis dimasa
menopouse?
7 Apakah pengaruh menopouse terhadap 27 42.2 37 57.8 64 100
kehidupan seksualitas?
8 Makanan apa saja yang harus dihindari 26 40.6 38 59.4 64 100
pada saat menopouse?
9 Bagaiaman cara untuk menghadapi sulit 23 35.9 41 64.1 64 100
tidur dalam keadaan menopouse?
10 Untuk mengurangi keluhan atau dampak 29 45.3 35 54.7 64 100
menopouse ibu harus?
11 Gejala penurunan kesehatan pada ibu 29 45.3 35 54.7 64 100
menopouse ditandai dengan
35

12 Gejala menopouse yaitu 31 48.4 33 51.6 64 100


13 Dampak dari menopouse yaitu 29 45.3 35 54.7 64 100
14 Perubahan yang sering terjadi pada ibu 22 34.4 42 65.6 64 100
menopouse yaitu
15 Ibu yang menopouse mengalami 29 45.3 35 54.7 64 100

Berdasarkan tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

berdasarkan pertanyaan pengetahuan diketahui bahwa dari 64 responden di Di

Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017, pertanyaan

nomor 1 responden menjawab benar sebanyak 39 orang (60.9%) dan menjawab

salah sebanyak 25 orang (39.1%), pertanyaan nomor 2 responden menjawab benar

sebanyak 33 orang (51.6%) dan menjawab salah sebanyak 30 orang (46.9),

pertanyaan nomor 3 responden menjawab benar sebanyak 36 orang (56.3%) dan

menjawab salah sebanyak 28 orang (43.8%), pertanyaan nomor 4 responden

menjawab benar sebanyak 39 orang (60.9%) dan menjawab salah sebanyak 25

orang (39.1%), pertanyaan nomor 5 responden menjawab benar sebanyak 29

orang (45.3%) dan menjawab salah sebanyak 35 orang (54.7%), pertanyaan

nomor 6 responden menjawab benar sebanyak 34 orang (53.1%) dan menjawab

salah sebanyak 30 orang (46.9%), pertanyaan nomor 7 responden menjawab benar

sebanyak 37 orang (57.8%) dan menjawab salah sebanyak 27 orang (42.2%),

pertanyaan nomor 8 responden menjawab benar sebanyak 38 orang (59.4%) dan

menjawab salah sebanyak 26 orang (40.6%), pertanyaan nomor 9 responden

menjawab benar sebanyak 41 orang (64.1%) dan menjawab salah sebanyak 23

orang (35.9%), pertanyaan nomor 10 responden menjawab benar sebanyak 35

orang (54.7%) dan menjawab salah sebanyak 29 orang (45.3%), pertanyaan


36

nomor 11 responden menjawab benar sebanyak 35 orang (54.7%) dan menjawab

salah sebanyak 29 orang (45.3%), pertanyaan nomor 12 responden menjawab

benar sebanyak 33 orang (51.6%) dan menjawab salah sebanyak 31 orang

(48.4%), pertanyaan nomor 13 responden menjawab benar sebanyak 35 orang

(54.7%) dan menjawab salah sebanyak 29 orang (45.3%), pertanyaan nomor 14

responden menjawab benar sebanyak 42 orang (65.6%) dan menjawab salah

sebanyak 22 orang (34.4%), pertanyaan nomor 15 responden menjawab benar

sebanyak 35 orang (54.7%) dan menjawab salah sebanyak 29 orang (45.3%),

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

TABEL 4.4.
Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Di Desa Besadi Kecamatan
Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017
No Variabel Pengetahuan F %
1 Baik 22 34.4
2 Cukup 15 23.4
3 Kurang 27 42.2
Total 64 100
Sumber : Data Penelitian 2017

Berdasarkan Tabel 4.4. bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan

variabel pengetahuan ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 27 orang

(42.2%) dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 15 (23.4%).


37

TABEL 4.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Upaya


Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
Tahun 2017
Jawaban
Total
No. Pertanyaan Salah Benar
n % N % N %
1 Apakah tubuh ibu terkena sinar 29 45,3 35 54,7 64 100
matahari sebelum jam 9 pagi.
2 Apakah ibu sering mengkonsumsi 29 45,3 35 54,7 64 100
kalsium dan zat kapur yang
mengandung protein hewani.
3 Apakah ibu mengkonsumsi sumber 26 40,6 38 59,4 64 100
kalsium yang diperoleh dari susu dan
ikan untuk memenuhi kebutuhan
kalsium..
4 Apakah ibu mengkonsumsi Vitamin D 27 42,2 37 57,8 64 100
yang sangat penting dalam mencegah
tulang keropos.
5 Apakah ibu sering olahraga seperti 31 48,4 33 51,6 64 100
jalan-jalan dan lari-lari secara teratur.
6 Apakah ibu mengkonsumsi susu 30 46.9 34 53.1 64 100
berkalsium 2 gelas per hari
7 Apakah ibu menjaga pola makan sehat 20 31,3 44 68,8 64 100
setiap hari dengan mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan..
8 Apakah ibu sering mengkonsumsi ikan, 27 42,2 37 57,8 64 100
hati, kacang kedelai yang dapat
meningkatkan kepadatan tulang.
9 Apakah ibu sering melakukan aktivitas 25 39,1 39 60.9 64 100
fisik sehingga menyebabkan tulang
menjadi kuat dan tidak rapuh
10 Apakah ibu menghindari berbagai 25 39,1 39 60,9 64 100
macam seperti minuman kafein dan
alkohol.
38

Berdasarkan tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

berdasarkan pertanyaan pencegahan osteoporosis Diketahui bahwa dari 64

responden di Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017,

pertanyaan nomor 1 responden menjawab benar sebanyak 35 orang (54.7%) dan

menjawab salah sebanyak 29 orang (45.3%), pertanyaan nomor 2 responden

menjawab benar sebanyak 35 orang (54.7%) dan menjawab salah sebanyak 29

orang (45.3%), pertanyaan nomor 3 responden menjawab benar sebanyak 38

orang (59.4%) dan menjawab salah sebanyak 26 orang (40.6%), pertanyaan

nomor 4 responden menjawab benar sebanyak 37 orang (57.8%) dan menjawab

salah sebanyak 27 orang (42.2%), pertanyaan nomor 5 responden menjawab benar

sebanyak 33 orang (51.6%) dan menjawab salah sebanyak 31 orang (48.4%),

pertanyaan nomor 6 responden menjawab benar sebanyak 34 orang (53.1%) dan

menjawab salah sebanyak 30 orang (46.9%), pertanyaan nomor 7 responden

menjawab benar sebanyak 44 orang (68.8%) dan menjawab salah sebanyak 20

orang (31.3%), pertanyaan nomor 8 responden menjawab benar sebanyak 37

orang (57.8%) dan menjawab salah sebanyak 27 orang (42.2%), pertanyaan

nomor 9 responden menjawab benar sebanyak 39 orang (60.9%) dan menjawab

salah sebanyak 25 orang (39.1%), pertanyaan nomor 10 responden menjawab

benar sebanyak 39 orang (60.9%) dan menjawab salah sebanyak 25 orang

(39.1%),

Berdasarkan hasil penelitian tentang pencegahan Osteoporosis dapat

dilihat pada tabel berikut ini:


39

Tabel 4.6.
Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat Tahun 2017
Jumlah
No Pencegahan Osteoporosis
F %
1 Tidak Mencegah 33 51.6
2 Mencegah 31 48.4
Total 64 100
Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi Pencegahan

Osteoporosis berada pada kategori tidak mencegah yaitu sebanyak 33 orang

(51.6%) dan mencegah yaitu sebanyak 31 orang (48.4%).

4.4. Analisis Bivariat

TABEL 4.7.
Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan
Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017
Pencegahan Osteoporosis
Pengetahuan Tidak
No Mencegah Total
Ibu Mencegah Sig-p
f % f % F %
1 Baik 5 7.8 17 26.6 22 34.4
2 Cukup 7 10.9 8 12.5 15 23.4
0.001
3 Kurang 21 32.8 6 9.4 27 42.2
Total 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.7. Tabulasi silang antara Hubungan Pengetahuan Ibu

Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017, diketahui bahwa dari 64 responden ibu

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 orang (34.4%) dengan tidak

melakukan pencegahan osteoporosis sebanyak 5 responden (7.8%), dan mencegah

sebanyak 17 responden (26.6%), pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (23.4%)

dengan tidak melakukan pencegahan osteoporosis sebanyak 7 responden (10.9%),

dan mencegah sebanyak 15 responden (23.4%), pengetahuan kurang sebanyak 27


40

orang (32.8%) dengan tidak melakukan pencegahan osteoporosis sebanyak 21

responden (10.9%), dan mencegah sebanyak 6 responden (9.4%),

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik di peroleh

nilai p=0.001 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan hasil

bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan antara Hubungan

Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa

Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017

4.5. Pembahasan Penelitian

Setelah melakukan penelitian terhadap 64 responden ibu tentang

Hubungan Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan

Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017,

maka diperoleh hasil sebagai berikut :

4.5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Menopause Dengan Upaya Pencegahan


Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
Tahun 2017

Berdasarkan hasil peneliti yang dilakukan Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017 tentang Hubungan Pengetahuan Ibu

Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017, Setelah dilakukan uji statistik dengan

menggunakan uji statistik di peroleh nilai p=0.001 dengan derajat kemaknaan

(α=0.05), sehingga didapatkan hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada

hubungan antara Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya

Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat

Tahun 2017.
41

Penelitian ini sejalan dengan Mahfuzhah Deswita tentang Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Osteoporosis Dengan Upaya Pencegahan

Osteoporosis Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan pendekatan cross

sectional. Dengan uji statistik chi-square 0,017 dengan taraf signifikan 5%, nilai α

adalah 0,05, sehingga dapat disimpulakan bahwa þ-sign< α (0,017 < 0,05) maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan ada Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Tentang Osteoporosis Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di

Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2016.4

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menopouse adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang

berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami

menopouse alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi

tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun

berlalu.

Osteoporosis merupakan suatu penyakit dengan sifat khas berupa massa

tulang yang rendah disertai perubahan perubahan mikro arsitektur dan

kemunduran kualitas jaringan tulang yang akhirnya menyebabkan terjadinya

peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan kemungkinan terjadinya patah

tulang.10
42

Osteoporosis meupakan salah satu dampak yang paling merusak dari

monopouse, tulang yang lemah atau rapuh lebih beresiko untuk mengalami patah

tulang kecil. Pada tubuh manusia terjadi keseimbangan antara pembentukkan dan

perusakan tulang. Tulang dibentuk secara optimal pada usia 25 tahun dan semakin

terjaga dengan baik karena adanya olahraga. Pembentukkan tulang secara optimal

akan berhenti pada usia 25 tahun.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara Hubungan Pengetahuan Ibu

Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan

Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2017, dimana masih banyak ibu yang

mengalami osteoporosis. Keadaan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu

tentang pentingnya mencegah osteoporosis, sehingga perlunya berbagai upaya

tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan

kepada ibu terutama dalam memahami dan melakukan upaya pencegahan

osteoporosis.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse

Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala

Kabupaten Langkat Tahun 2017” dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengetahuan ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 27 orang (42.2%)

dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 15 (23.4%).

2. Pencegahan osteoporosis pada ibu berada pada kategori tidak mencega yaitu

sebanyak 33 orang (51.6%) dan mencegah yaitu sebanyak 31 orang (48.4%).

3. Ada Hubungan Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya

Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten

Langkat Tahun 2017 Setelah di analisis, maka di peroleh p=0.001 dengan

derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan hasil bahwa p<α, berarti

Ha diterima artinya ada Hubungan Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan

Upaya Pencegahan Osteoporosis Di Desa Besadi Kecamatan Kuala

Kabupaten Langkat Tahun 2017.

43
44

5.2. Saran

Adapun saran yang bisa disampaikan ke beberapa pihak adalah sebagai

berikut :

5.2.1. Saran Teoritis

1. Bagi Responden

Di harapkan bagi ibu agar lebih rajin melakukan kunjungan kepada

petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan terutama mengenai

pentingnya pencegahan osteoporosis.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan untuk tempat penelitian khususnya bagi tenaga kesehatan

dan kader Di Desa Besadi Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat

untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya

mencegah osteoporosis.

5.2.2. Saran Praktis

1. Bagi Institut Pendidikan D-IV Kesehatan Helvetia Medan

Diharapkan bagi Institut Pendidikan D-IV Kesehatan Helvetia Medan

untuk melengkapi bahan perpustakaan dan bahan bacaan yang

bermanfaat dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan

penulis dalam melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan

Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan Osteoporosis.


45

2. Bagi peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih menambah

pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu di D-IV

kebidanan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan berguna untuk

melatih mahasiswa mengadakan penelitian tentang Hubungan n

Pengetahuan Ibu Menopouse Dengan Upaya Pencegahan

Osteoporosis.
46

Anda mungkin juga menyukai