Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Reading

Konsentrasi Interleukin-27 Dalam Cairan Pleura


Pasien Dengan Efusi Pleura Eksudatif dan Nilai
Diagnostiknya Dalam Membedakan Antara Efusi
Pleura Jinak dan Ganas
Mohammad Reza Hashempour,Ali Aryannia,Mahshid Mehrjerdian,
Seyyed Sadegh Baniaghil,Arash Rezaie,Reza Alipoor
Bali Medical Journal (Bali Med J) 2018, Volume 7, Number 1: 205-209
P-ISSN.2089-1180, E-ISSN.2302-2914
Isty Fakhrunnisa, S.Ked
Sri Dianova, MD, Sp.PD
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

ABSTRAK

Introduksi: Akumulasi dari cairan pleura yang berlebihan pada rongga pleura
menghasilkan efusi pleura, yang bersifat eksudatif atau transudatif. Pengobatan
efusi pleura yang efektif memerlukan diagnosis banding efusi pleura jinak (BPE)
dan efusi pleura ganas (MPE). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur
konsentrasi IL-27 dan nilai diagnostik dalam membedakan BPE dari MPE pada
cairan pleura pasien dengan efusi pleura eksudatif.
Metode dan Bahan Penelitian: Sampel diperoleh dari 130 pasien dengan efusi
pleura eksudatif. Konsentrasi IL-27 dalam cairan pleura diukur menggunakan
ELISA. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan tes statistik deskriptif
dan t-test independen di SPSS 19. Tingkat signifikansi dalam semua perhitungan
ditetapkan menjadi 0,05. Analisis dari kurva ROC dilakukan untuk menentukan
sensitivitas IL-27 untuk mendiagnosis efusi pleura jinak.
Hasil Penelitian: Dari 130 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, 88 adalah
MPE dan 42 adalah BPE. Usia rata-rata kelompok MPE dan BPE adalah 57 dan
59 tahun, masing-masing. Konsentrasi IL-27 rata-rata dalam kelompok BPE
(344,15 ± 236,42) secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok MPE (203,05
± 76,03) (P = 0,000). Area bawah kurva ROC adalah 0,803, yang mencerminkan
kemampuan pengukuran IL-27 untuk membedakan antara BPE dan MPE.
Kesimpulan: Mengingat perbedaan yang signifikan antara tingkat IL-27 dalam
dua kelompok studi, pengukuran biomarker ini pada kasus efusi pleura eksudatif
dapat membedakan antara BPE dan MPE dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
baik.

1
2

PENDAHULUAN

Efusi pleura mengacu pada kondisi dimana terjadi akumulasi cairan yang
berlebihan setelah terganggunya keseimbangan dari produksi dan ekskresi cairan
pleura dalam rongga pleura. Meskipun kondisi tersebut tidak dianggap sebagai
penyakit, namun kejadian itu dapat mencerminkan sebuah gangguan patologis.
Oleh karena berbagai faktor seperti masalah paru dan gangguan sistemik yang
terlibat dalam terjadinya gangguan ini, pengobatan yang efektif dari efusi pleura
sebenarnya adalah diagnosis dari penyebabnya kondisi itu sendiri. Setiap tahun
lebih dari 1,5 juta orang mengalami efusi pleura di Amerika Serikat. Efusi pleura
telah menjadi tantangan medis dikarenakan berbagai penyakit dan faktor. Langkah
pertama dalam mengobati pasien dengan efusi pleura adalah untuk membedakan
antara efusi pleura jinak (BPE) dan efusi pleura maligna (MPE). Namun, sebelum
mengambil langkah tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah efusi pleura tersebut jenis eksudatif atau transudatif.
Beberapa penyebab dari efusi pleura transudatif termasuk gagal jantung,
hipoproteinemia, dan atelektasis. Di sisi yang lain, efusi pleura eksudatif yang
membutuhkan lebih banyak kasus dan pemeriksaan daripada jenis transudatif, hal
itu mungkin disebabkan proses peradangan atau keganasan yang meningkatkan
permeabilitas kapiler atau mengganggu proses drainase limfa. Beberapa metode
non-invasif untuk menentukan jinak atau keganasan dari efusi pleura adalah
computed tomography (CT) dan positron emission tomographi (PET). Tidak perlu
melakukan metode diagnostik invasif pada jaringan pleura pada pasien dengan
penggunaan pleura transudatif. Namun, apabila pasien didiagnosis dengan efusi
pleura eksudatif, pemeriksaan tambahan dan lebih invasif seperti biopsi pleura
tertutup dan thoracoscopy diperlukan untuk diagnosis yang lebih akurat dari
penyebab latar belakang. Kebanyakan kasus MPE (90-97%) bersifat eksudatif,
yang disebabkan oleh kerusakan pada membran pleura. Perkembangan MPE
disertai dengan prognosis yang sangat buruk, dan dengan demikian harapan hidup
bervariasi dari 4 bulan sampai kurang dari satu tahun pada pasien-pasien ini.6
Keganasan yang paling umum pada pria dan wanita dengan penggunaan pleura
maligna adalah kanker paru dan payudara. Dari perspektif medis, sangat penting
untuk mendiagnosa keganasan sesegera mungkin menggunakan metode yang
paling dapat diandalkan.
Perbedaan antara BPE dan MPE masih dalam diperdebatkan. Selain itu,
analisis sitologi cairan pleura adalah metode paling umum untuk membuktikan
keganasan dan penggunaan metode invasif diperlukan untuk mendapatkan sampel
yang diperlukan untuk analisis. Meskipun spesifitas dari temuan sitologi adalah
100%, hanya sekitar 60% dari efusi pleura maligna yang didiagnosis dengan
metode tersebut. Lebih perlu menggunakan metode invasif untuk mendiagnosis
penggunaan pleura eksudatif dengan sitologi negatif yang dicurigai memiliki
keganasan. Biopsi pleura tertutup dan thoracoscopy adalah salah satu metode
3

invasif yang lebih baik untuk tujuan ini, tetapi mereka tidak tersedia di semua
pusat.
Mengingat konsekuensi dari metode invasif, tes diagnostik noninvasif yang
mampu secara akurat membedakan BPE dari MPE sangat diperlukan. Oleh karena
itu, banyak penelitian telah meneliti potensi dari biomarker untuk memperbaiki
diagnosis MPE. Namun, tidak terdapat biomarker yang diteliti yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang memadai yang diperlukan untuk diagnosis MPE.
Hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa interleukin-27 (IL-27), sebagai
anggota dari keluarga Interleukin-12, terlibat dalam keganasan dan jenis infeksi
yang berbeda seperti tuberkulosis, yang merupakan penyebab umum dari efusi
pleura eksudatif bersama dengan kanker. Rupanya, IL-27 memainkan peran dalam
patogenesis efusi pleura, dan molekul ini juga dapat digunakan sebagai penanda
potensial dari efusi pleura maligna. Satu studi mengungkapkan bahwa IL-27 dari
MPE dengan sensitivitas dan spesifisitas yaitu 92,7% dan 98,4% untuk masing-
masing.
Mengingat pentingnya membedakan antara BPE dan MPE dalam diagnosis
awal dan pengobatan pasien dan perlunya keberadaan penanda diagnostik yang
memuaskan untuk mencapai tujuan ini, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengukur konsentrasi IL-27 dalam cairan pleura pasien dengan penggunaan
pleura eksudatif dan menilai nilai diagnostiknya dalam membedakan antara BPE
dan MPE.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Sebanyak 130 pasien dengan efusi pleura eksudatif yang datang ke Shahid
Sayad Shiraz dan 5 rumah sakit Azar dari Gorgan City dari tahun 2015 hingga
2016 dipilih menggunakan metode simple convenience samplingdansebelum
dilakukan penelitiankita telah mendapatkan informed consent mereka.Sebelum
penelitian, prosedur diagnostik umum seperti pemeriksaan radiografi, CT scan,
dan ultrasonografi diambil untuk semua pasien. Kriteria inklusi penelitian adalah
adanya efusi pleura eksudatif, dan kriteria eksklusi adalah efusi pleura transudatif,
diabetes mellitus, penyakit autoimun, dan penyakit rematik.Untuk menganalisis
cairan pleura, thoracocentesis dilakukan untuk memperoleh informasi pasien dan
melakukan pemeriksaan yang tepat. Oleh karena itu, 5 mL cairan pleura setiap
pasien dikumpulkan. Sampel disimpan pada suhu -20 ° C untuk pemeriksaan lebih
lanjut setelah 15 menit sentrifugasi.
Untuk membedakan apakah suatu efusi pleura eksudatif atauefusi pleura
transudatif, maka dilakukan analisis biokimia dari sampel termasuk pengukuran
pH, kadar glukosa, dan tingkat protein.Pasien dengan efusi pleura transudatif
dikeluarkan dari penelitian. Dengan menggunakan teknik VATS (video-assisted
thoracoscopic surgery) dan juga hasil pemeriksaan mikrobiologis, patologis, dan
sitologi, pasien-pasien dengan efusi pleura eksudatif dibagi menjadi kelompok-
4

kelompok malignant pleural efusion (MPE) dan efusi pleura jinak (BPE).Tingkat
IL-27 diukur menggunakan metode ELISA dan perangkat komersial Padtan Zist
Pajooh sesuai dengan pedoman pabrik. Analisis dilakukan untuk menentukan
sensitivitas IL-27 dalam mendiagnosis keganasannnya. Analisis dari data statistik
dilakukan dengan menggunakan tes statistik deskriptif, uji Kolmogorov-Smirnov,
uji Mann-Whitney, dan uji t independen pada SPSS 19. Tingkat signifikansi
dalam semua perhitungan ditetapkan menjadi 0,05.

HASIL PENELITIAN

Dari total 130 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, 88 (67,7%) pasien
dimasukkan ke dalam kelompok MPE sebagai kelompok eksperimen, di antaranya
44 adalah laki-laki, dan 44 adalah perempuan (50%). Sebanyak 42 pasien (32,3%)
termasuk 26 pria (61,9%) dan 16 wanita (38,1%) dimasukkan ke dalam kelompok
BPE sebagai kelompok kontrol.Usia rata-rata pasien dari kelompok MPE dan
BPE adalah 57 dan 59 tahun, masing-masing. Sebanyak 62 pasien (47,7%) adalah
perokok, dan 68 pasien (52,3%) adalah non-perokok. Mengenai distribusi perokok
dalam dua kelompok, 41 pasien (46,6%) dalam kelompok MPE dan 21 (53,4%)
pada kelompok BPE memiliki riwayat merokok. Tabel 1 menunjukkan frekuensi
penyebab efusi pleura eksudatif. Selain itu, 66 pasien (50,8%) memiliki riwayat
keganasan seperti yang disajikan dalam tabel 2. Tingkat IL-27 rata-rata dalam
cairan pleura pasien di MPE dan juga kelompok BPE adalah 203,05 ± 76,03 dan
344,15 ± 236,42, masing-masingnya. Perbedaan diantara tingkat IL-27 adalah
signifikan (P = 0,000).
Rata-rata tingkat IL-27 pada pasien dengan dan tanpa riwayat keganasan
adalah 202,9 ± 36,6 dan 321 ± 75,5, masing-masing. Perbedaan ini juga secara
statistik signifikan (P = 0,001). Perbandingan antara rata-rata tingkat IL-27 pada
perokok (280,76 ± 80,15) dan bukan perokok (250,78 ± 19,59) mengungkapkan
tidak ada perbedaan signifikan (P = 0,35). Adapun jenis kelamin, tingkat IL-27
rata-rata pada pasien pria dan wanita adalah 256.719 ± 36.43 dan 274.838 ± 76.42
masing-masingnya. Perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (P = 0,33). Pada
penelitian ini, tingkat protein cairan pleura juga diukur pada pasien. Hasilnya
menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata protein dalam cairan pleura pasien MPE
dan kelompok BPE adalah 4373,8 ± 419,3 dan 4411,7 ± 493,0 mg/dl, masing-
masingnya.
Korelasi antara konsentrasi IL-27 dan konsentrasi protein cairan pleura juga
dianalisis, tetapi itu tidak signifikan secara statistik (r = 0,15). Juga tidak ada
hubungan yang signifikan secara statistic antara usia pasien dan tingkat IL-277 (r
= 1,00). Gambar (1) menggambarkan analisis ROC yang dilakukan untuk
menentukan sensitivitas IL-27 dalam diagnosis keburukan.Area di bawah kurva
sama dengan 0,803 (dengan 95% CI = 0,716-0,890), yang mencerminkan
kekuatan diferensiasi dari tes ini. Dalam kurva ini, sensitivitas menunjukkan
5

kemampuan untuk mendiagnosis gangguan jinak secara akurat dan juga spesifik
menunjukkan potensi untuk mendiagnosis gangguan ganas secara akurat.
6

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Kehadiran sel-sel neoplastik dalam cairan pleura menunjukkan efusi pleura


malignansi (MPE). Diperkirakan sekitar 40.000 orang di Inggris mengalami MPE
setiap tahunnya. Namun, tingkat insidensi untuk Amerika Serikat adalah lebih dari
1,5 juta orang per tahun.Diperkirakan sekitar 50% pasien dengan penyebaran
keganasan berhubungan dengan MPE dan tidak memiliki prognosis yang baik.
Mendiagnosis penyebab efusi pleura diperlukan untuk pengobatan yang efektif.
Oleh karena itu, investigasi eksperimental membantu menentukan apakah kondisi
tersebut eksudatif atau transudatif. Perawatan efusi pleura eksudatif sepenuhnya
tergantung pada penyebabnya
Apabila pasien menderita efusi pleura eksudatif, percobaan invasif mungkin
diperlukan untuk temuan diagnosis yang lebih akurat. Diagnosis tersebut penting
karena sebagian besar kasus MPE dari efusi pleura eksudatif adalah kurangnya
prognosis yang memuaskan, dan memerlukan diagnosis dini yang akurat.Di sisi
lain, meskipun analisis sitologi cairan pleura adalah metode yang biasa digunakan
untuk membuktikan keganasan, metode ini bisa gagal mendiagnosis MPE secara
akurat pada 40% kasus. Karena MPE yang berbeda dari BPE tetap merupakan
tantangan diagnostik yang masih diperdebatkan, identifikasi dan juga penemuan
biomarker yang dapat diakses dan menyediakan sensitivitas dan spesifisitas yang
memuaskan diperlukan. IL-27, yang diproduksi sebagai respons dari kontaminasi
7

mikroba, adalah sitokin heterodimerik. Hasil beberapa penelitian mengungkapkan


peran substansial IL-27 dalam mengatur kinerja makrofag manusia dalam infeksi.
Sitokin ini terlibat dalam berbagai penyakit kekebalan karena efeknya ganda
sebagai pro-inflamasi dan anti-inflamasi pada respon kekebalan. Dalam penelitian
ini, nilai diagnostik konsentrasi IL-27 dalam cairan pleura dinilai pada 130 pasien
dengan efusi pleura eksudatif untuk membedakan antara MPE dan BPE. Pasien
diperiksa berdasarkan dari usia, jenis kelamin, riwayat keluarga kanker, riwayat
merokok, dan juga tingkat protein cairan pleura.Temuan utama dari penelitian ini
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara konsentrasi IL-27
dalam kelompok MPE dan BPE (P = 0,02), dengan konsentrasi IL-27 yang lebih
tinggi pada pasien BPE. Sepengetahuan kami, tidak ada penelitian yang meneliti
perbedaan antara konsentrasi IL-27 pada kedua kelompok ini dan nilai diagnostik
IL-27 dalam membedakan MPE dari BPE.
Yang dkk.memeriksa konsentrasi IL-27 dalam cairan pleura pasien dengan
efikasi pleura TB, MPE, efusi pleura infeksi, dan efusi pleura transudatif.Temuan
mereka mengungkapkan konsentrasi IL-27 yang lebih tinggi dalam kelompok
TPE dibandingkan dengan kelompok lain. Oleh karena itu, IL-27 diperkenalkan
sebagai biomarker diagnostik yang sesuai yang dapat membedakan TPE dari efusi
pleura non-tuberculous pleura dengan cut-point, sensitivitas, dan spesifisitas 1,007
ng/L, 92,7%, dan 99,1%, masing-masingnya. Namun demikian, dalam studi oleh
Valdes et al. IL-27 kurang efektif dibandingkan ADA (adenosine deaminase)
dalam mendiagnosis TPE. Namun, penggunaan ADA dengan IL-27 meningkatkan
sensitivitas. Sebuah penelitian yang dilaporkan Liu et al.Menemukan efektivitas
diagnostik yang lebih tinggi dari IL-27 dalam membedakan TPE dari efusi pleura
non-TPE dibandingkan dengan interferonγ (IFN-γ) atau ADA. Selanjutnya, jika
IL-27 digunakan dengan ADA atau IFN-γ, keakuratan diagnosis yang berbeda
akan meningkat.
Xu et al. menilai nilai prognostik dan diagnostik IL-17 di MPE. Temuan
mereka menunjukkan bahwa tingkat IL-17 di MPE secara signifikan lebih tinggi
daripada efusi nonmalignant dan TPE. Oleh karena itu, para peneliti menyatakan
bahwa IL-17 dapat menjadi penanda tumor yang cocok untuk mendiagnosis MPE.
Mengenai IL-17, temuan dari studi oleh Klimatsidas et al. (2012) menunjukkan
tingkat tinggi serum dan cairan pleura IL-17 pada pasien MPE.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel seperti usia, jenis kelamin, merokok, riwayat
kanker, dan tingkat protein cairan pleura tidak signifikan mempengaruhi tingkat
IL-27. Namun, perbedaan signifikan antara tingkat IL-27 dalam dua kelompok
studi mencerminkan potensi IL-27 untuk membedakan antara BPE dan MPE,
tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

Anda mungkin juga menyukai