Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian formasi adalah kegiatan pengumpulan data-data reservoir yang
dilakukan sebelum pemboran, saat pemboran dan sesudah pemboran berlangsung
yang nantinya akan digunakan dalam perencanaan pengembangan suatu lapangan
minyak dan gas.

Ada beberapa tahapan yang dilaksanakan pada proses penilaian formasi


antara lain:

1. Pada tahap eksplorasi formasi untuk menilai lokasi dari lapangan yang
mengandung hidrokarbon
2. Pada tahap deliniasi untuk menilai batas reservoir yang digunakan untuk
menentukan volume bulk batuan reservoir dan ketebalan formasi produktif
3. Pada tahap pengembangan dipergunakan untuk melaksanakan program
perencanaan pengembangan.

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data
yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam
sebuah sumur (Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut
‘logging’. Logging memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara
kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi
sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
mengetahui sifat – sifat batuan dan cairan.

Well logging dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang


berarti “electrical coring”, hal itu merupakan definisi awal dari
well logging ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Saat ini well
logging diartikan sebagai “perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan
yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor” (Ellis & Singer, 2008).
Kemudian dalam penilaian formasi ada metode yang digunakan baik itu
pada saat sebelum pemboran, pada saat pemboran dan setelah pemboran. Yang
menjadi fokus utama dalam laporan ini ialah metode penilaian formasi yang
digunakan pada saat pemboran berlangsung. Pada saat pemboran ada 3 analisa
yang dilakukan yakni analisa logging, analisa cutting dan analisa coring/core.
Dalam analisa logging ada dua metode yang digunakan untuk logging yakni WL
(wireline logging) dan LWD (logging while drilling).

Wireline Logging adalah proses perekaman data yang dilakukan setelah


kegiatan pemboran selesai dilakukan atau pada saat drill string telah dicabut
kemudian diturunkan alat elektronik dengan kabel kebawah lubang bor.

Logging While Drilling adalah proses perekaman yang dilakukan disaat


pemboran berlangsung dan merupakan bagian dari drill string. Pengukuran ini
disimpan pada memori dibawah yang akan diambil ketika alat-alat diangkat
kepermukaan. Pengukuran ini bisa juga langsung dikirimkan informasinya ke
permukaan secara langsung menggunakan mud pulse (gelombang lumpur).

Analisa cutting adalah proses pengambilan dan penganalisa serbuk bor


(cutting) selama pelaksanaan pemboran berlangsung. Setelah dilakukan analisa
cutting didapat sumber informasi dalam menentukan tanda adanya sumber
minyak dan gas. serta untuk deskripsi litologi batuan. Dalam proses analisa
cutting yang diperhatikan ialah tipe batuan, warna sample, tekstur dan porositas
sample, sementasi, mineral-mineral tambahan dan fosil dan tanda-tanda adanya
hidrokarbon.

Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan dari formasi
di bawah permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan secara langsung.
Sedangkan analisa coring ialah kegiatan pengukuran sifat fisik batuan di lab.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat fisik batuan yang ditembus selama
proses pemboran. Ada dua metode coring yakni conventional coring dan side wall
coring. Conventional coring ialah metode pengambilan core yang dilakukan pada
saat pemboran berlangsung. Lalu, side wall coring ialah metode pengambilan core
yang dilakukan setelah pemboran selesai atau berhenti. Dari analisa coring ini kita
akan dapat informasi tentang porositas, permeabilitas, saturasi dan tekanan
kapiler.

Ada 4 jenis log yang digunakan dalam penilaian formasi. Yakni, log
radioaktif, log mekanik, log listrik dan log akustik. Pada log radioaktif terdiri atas
log gamma ray, log neutron dan log density. Pada log mekanik hanya terdiri atas
log calliper. Lalu, pada log listrik terdiri atas log resistivity dan log sp
(spontanieous potential) dan pada log akustik hanya terdiri atas log sonic.

2.1 Log Radioaktif


2.1.1 Log Gamma Ray
Log gamma ray adalah log yang digunakan untuk mengukur kandungan
radioaktif yang terdapat dalam batuan formasi seperti potassium (K), uranium
(U), thorium (Th), dll. Fungsi log gamma ray:
1. Korelasi well to well
2. Membedakan lapisan permeable dan impermeable
3. Mendeteksi adanya mineral radioaktif
4. Untuk mengetahui lapisan shale dan non shale

Pengukuran gamma ray dilakukan dengan menurunkan instrument gamma


ray log ke dalam lubang bor dan merekam radiasi sinar gamma untuk setiap
interval tertentu. Biasanya interval perekaman gamma ray sebesar 0.5 feet. Untuk
memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma
ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy
dan intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda. Gamma ray
memiliki satuan API (American Petroleum Institute), dimana tipikal kisaran API
biasanya berkisar antara 0 s/d 150. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan
nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.

Untuk menghitung volume shale dapat dirumuskan sebagai berikut:

Vsh = (GRlog – GRmin) / (GRmax – GRmin)

Keterangan:

GRlog = Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang dihitung

GRmin = Hasil pembacaan GR log miniman (Zona non Shale)

GRmax = Hasil pembacaan GR log maksimal (Zona shale)

GambaGambar 2.1 Gamma Ray Log(Rider, 2000)


2.1.2 Log Neutron

Log neutron adalah log yang digunakan untuk merekam Hidrogen index
(HI) dari formasi. HI merupakan indikator kelimpahan kandungan hidrogen
dalam formasi. Satuan pengukuran dinyatakan dalam satuan PU (Porosity Unit)
(Rider, 1996). Prinsip kerja dari log ini adalah menembakan partikel neutron
berenergi tinggi ke dalam formasi, tumbukan neutron dengan atom H (dengan
asumsi atom H berasal dari HC atau air) akan menyebabkan energi neutron
melemah, kemudian detektor akan mengukur jumlah partikel neutron yang
kembali dari formasi. Semakin banyak atom H dalam formasi, maka partikel
neutron yang kembali akan semakin sedikit. Batubara pada log neutron biasanya
akan memberikan respon defleksi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
batupasir, karena batubra lebih kompak (densitas batuan besar) daripada
batupasir.

Besarnya porositas batuan sama dengan jumlah energi netron yang hilang,
karena atom hidrogen berkonsentrasi pada pori yang terisi fluida (water atau oil).
Pori yang terisi oleh gas akan memiliki pola kurva log netron akan lebih rendah
dari yang seharusnya (gas effect). Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen
dalam gas lebih kecil dibandingkan pada minyak dan air.

Gambar 2.2 Density and Neutron Log (Rider, 2000)


2.1.3 Log Density

Log densitas adalah log yang digunakan untuk merekam bulk density dari
batuan formasi. Densitas yang diukur merupakan semua densitas dari batuan
termasuk batubara. Prinsip pengukuran log densitas adalah menembakan sinar
gamma yang membawa partikel foton ke dalam formasi batuan, partikel-partikel
foton akan bertumbukan dengan elektron yang ada di dalam formasi. Banyaknya
energi sinar gamma yang hilang setiap kali bertumbukan menunjukkan densitas
elektron dalam formasi yang mengindikasikan densitas formasi.

Masuknya sinar gamma ke dalam batuan akan menyebabkan benturan


antara sinar gamma dan elektron sehingga terjadi pengurangan pada sinar gamma
tersebut. Sisa energi sinar gamma ini akan direkam detektor sinar gamma.
Semakin lemah energi yang diterima detektor maka semakin banyak jumlah
elektron di dalam batuan yang berarti semakin padat butiran penyusup batuan per
satuan volume yang menjadi indikasi densitas batuan.

Untuk menghitung porositas berdasarkan density digunakan rumus


sebagai berikut:

𝚽𝑫 = (𝝆𝒎 − 𝝆𝒃)/(𝝆𝒎 − 𝝆𝒇)

Keterangan:

𝜌𝑚 = Densitas matriks dari batuan

𝜌𝑏 = Densitas bulk batuan

𝜌𝑓 = Densitas fluida
Tabel 2.1 Harga densitas matriks batuan(Harsono,1997)

Tabel 2.2 Variasi harga densitas batuan dengan kandungan fluida tertentu

dari beberapa lapangan minyak bumi (Harsono,1997)

Untuk perhitungan porositas total digunakan rumus sebagai berikut:


Jika tidak ada gas : Φ = (ΦN + ΦD)/2

Jika ada gas : Φ = √(ΦN + ΦD)/2

Keterangan:
ΦN = Porositas Neutron
ΦD = Porositas Densitas

2.2 Log Listrik


2.2.1 Log Resistivity

Log resistivity adalah log yang digunakan untuk merekam sifat kelistrikan
fluida. Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan resistivitas yang besar,
sedangkan untuk kandungan air akan menunjukkan resistivitas yang kecil.
Kandungan fluida yang ada juga menunjukkan besaran porositas yang dimiliki
batuan tersebut. Karena volume fluida akan berbanding lurus terhadap besaran
porositasnya. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm meter, dan
biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan
2000 ohm meter. Tujuan resistivity log :

1. Kandungan fluida dalam batuan reservoir


2. Mengidentifikasi zona permeable
3. Menentukan porositas dan menunjukkan litologi batuan
2.2.2 Log SP (Spontaneous Potential)

Log SP (Spontaneous Potential) adalah suatu rekaman perbedaan potensial


listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan elektroda yang bergerak
di dalam lubang bor. Lubang sumur harus diisi dengan lumpur yang bersifat
konduktif. Log SP tidak dapat diukur pada sumur yang di bor menggunakan oil
base mud. Satuan dari log SP adalah milivolts. Log SP digunakan untuk :

1. Identifikasi lapisan permeable


2. Mencari batas-batas lapisan permeable dan korelasi antar sumur
berdasarkan lapisan itu
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi (Rw)
4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Gambar 2.4 Karakteristik Log SP(geologinesia.com)

2.3 Log Mekanik


2.3.1 Log Calliper

Log Calliper adalah log penunjang dalam interpretasi log dimana kurva ini
dapat menunjukkan kondisi diameter lubang bor. Manfaat utama dari log calliper
untuk mengetahui diameter lubang bor terhadap kedalaman yang nantinya
berguna untuk perhitungan volume lubang bor dalam kegiatan penyemenan. Log
Calliper berfungsi untuk :

1. Menentukan setting packer yang tepat pada DST


2. Estimasi ketebalan mud cake
3. Perhitungan kecepatan lumpur di annulus untuk pengangkatan cutting
Gambar 2.3(Rider, 2000)

2.4 Log Akustik


2.4.1 Log Sonic

Log sonic merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu
tempuh gelombang bunyi pada jarak tertentu di dalam lapisan batuan. Prinsip
kerja alat ini adalah bunyi dengan interval yang teratur dipancarkan dari sebuah
sumber bunyi (transmitter) dan alat penerima akan mencatat lamanya waktu
perambatan bunyi di dalam batuan, lamanya waktu perambatan tergantung kepada
litologi batuan dan porositas batuannya. Alat sonic yang sering dipakai pada saat
ini adalah BHC (Borehole Compensated Sonic Tool), dimana alat ini sangat kecil
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan lubang bor maupun posisi alat sewaktu
pengukuran antara lain kepadatan, komposisi serpih, hidrokarbon, rekahan, serta
pengaruh dari lubang bor.

Gambar 2.5 Sistem BHC(geologinesia.com)

Anda mungkin juga menyukai