Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Health Education (Pendidikan Kesehatan)

1.1.1 Definisi

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan secara umum adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pengertian tersebut menandung tiga

unsur pendidikan yang meliputi Input (sasaran dan pelaku pendidikan), Proses

(upaya yang direncanakan), dan Output (perilaku yang diharapkan). Disimpulkan

bahwa pendidikan pada dasarnya adalah segala upaya yang terencana untuk

mempengaruhi, memberikan perlindungan dan bantuan sehingga peserta memiliki

kemampuan untuk berperilaku sesuai harapan (Maulana, 2009).

Dengan demikian, pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup

dimensi dan kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan sosial yang diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara

sadar dam mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat. Proses ini

disadarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang memberikan kemudahan

untuk belajar dan perubahan perilaku, baik tenaga kesehatan maupun bagi pemakai

jasa pelayanan termasuk anak-anak dan remaja (Maulana, 2009).

Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi

keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,

maupun masyarakat dalam mengatasi maslaah kesehatannya melalui kegiatan


pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian bebutuhan

belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan pendidikan

kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan,

dan dokumentasi pendidikan kesehatan(Uha Suliha, Herwani, Sumiati, 2002).

1.1.2 Tujuan

Secara Umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku

individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang dikutip oleh

Notoatmojo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat srana pelayanan

kesehtaan yang ada.

(Maulana, 2009).

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong (1974)

yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:

1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya.

2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya

sakit, mencagah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah

keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh

penyakit.
3. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan

perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan

efektif.

4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana

caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan

yang formal.

(Uha Suliha, Herwani, Sumiati, 2002).

1.1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,

antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau

aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi sasarannya,

pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:

1. Pendidikan kesehatan indivisual, dengan sasaran individu.

2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran luas.

Dimensi tempat pelaksanaanya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di

berbagai tempat, dengan sendirinya sasaran berbeda pula, misalnya:

1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran

murid.

2. Pendidikan kesehtan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit-rumah sakit

dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di puskesmas dan sebagainya.

3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersangkutan.


Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention)

dari leavel and clark, sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehata diperlukan misalnya dalam

peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygine

perorangan dan sebagainya.

2. Perlindungan Khusus (Specifik Protection)

Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan

khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-

negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang

pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya

maupun pada anak-anaknya masih rendah.

3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt

Treatment)

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-

penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang

masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini

akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan

yang layak. Oleh sebabitu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada

tahap ini.

4. Pembatasan Cacad (Disability Limitation)

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tetag

kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan


pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan

pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.

Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang

yang bersangkutan cacad atau ketidakmampuan. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang

menjadi cacad. Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang

diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan

kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan

yang dianjurkan. Di samping itu orang yang cacad setelah sembuh dari

penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi

pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebgaai anggota masyarakat

yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan

saja untuk orang yang cacad tersebut, tetapi juga perlu pendidikan

kesehatan kepada masyarakat (Uha Suliha, Herwani, Sumiati, 2002).

1.1.4 Sasaran

Sesuai dengan program pembangunan Indonesia, sasaran pendidikan

kesehatan meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan, kelompok tertentu (misalnya, wanita, pemuda, remaja, termasuk

lembaga pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual

(Maulana, 2009).

1.2 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Di dalam proses belajar,

pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau
relevan, sesuai dengan kondisi stempat. Menurut Notoatmojo (1993) dan WHO (1992)

metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu metode pendidikan

individu, kelompok, dan massa(Maulana, 2009).

1.2.1 Metode Pendidikan Individu

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan

untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah tertarik pada perubahan

perilaku atau inovasi. Metode atau pendekatan individual ini adalah:

1. Bimbingan dan konseling (guidance and counseling)

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah

pendidikan, pekerjaaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam

bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan

perubahan merupakan tujuan tidak langsung.

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkaskan konseli

(peserta didik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realitas dalam proses

penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi

strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas

pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konseli

memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau ekonomi), mengerti diri,

mengeksploitasi diri, dan dapat memimpindiri sendiri dalam suatu masyarakat

serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan

tingkah laku.

2. Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.

Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa


ia tidak atau belum menrima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap

perubahan dan untuk mengetahui apakah perlaku yang sudah atau belum

diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

(Maulana, 2009).

1.2.2 Metode Pendidikan Kelompok

Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang). Dapat

dgunakan metode ceramah dan seminar.

1. Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan

sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada

dalam kondisi berikut.

a. Waktu untuk penyampaian informasi terbatas.

b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi.

c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata.

d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain

e. Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari.

f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran atau

aktivitas.

g. Sasaran dapat memehami kata-kata yang digunakan.

2. Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di

masyarakat. Metode ini hanya cocok dgunakan untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas.


Untuk kelompok kecil (sasaran berjumlah kurang dari lima belas orang),

dapat dilakukan diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), snowball,

Buzz gruop (kelompok studi kecil), bermain peran (role play), dan simulasi.

3. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang diencakanakan atau di

persiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dan salah

seorang di antaranya memimpin diskusi tersebut.

4. Curah Pendapat

Curah pendapat adalah semacam pemecahan masalah ketika setiap anggota

mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemcahan yang dipiirakan.

Kritik evaluasi atas semua pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota

kelompok mencurahkan pendapatnya.

Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif,

merangsang partisipasi, mencaru kemungkinan pemecahan masalah,

mendahului metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru, dan menciptakan

suasana yag menyenangkan dalam kelompok.

5. Snowball

Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang

dua orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernytaan atau

masalah, setelah lebih kurang 5 menit setiap dua pasang bergabung menjadi

satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari

kesimpulannya. Selanjutnya, setiap dua pasang yang sudah beranggotakan

empat orang lain bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya

akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

6. Buzz Group ( Kelompok Study Kecil)


Metode ini dilakukan dengan membagi kelompok sasaran yang lebih besar

menjad kelompok-kelompok kecil yang kemungkinan membalas suatu tugas

tertentu tiap-tiap kelompok kecil setelah melakukan tugas melaporkan hasilnya

kepada kelompok besar.

7. Bermain Peran

Bermain peran (role play) adalah permainan sebuah situasi dalam manusia

dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya. Metode ini dimainkan oleh

beberapa orang untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Dalam

metode ini, peserta diminta memainkan atau memerankan bagian-bagian

sebagai karakter dalam suatu kasus. Para peserta diminta membayangkan diri

sendiri tentang tindakan atau peranan tertentu yang diciptakan bagi mereka oleh

pelatih. Peserta harus mengambil alih perasaan dan sikap-sikap dari orang yang

ditokohkan.

8. Simulasi

Simulasi adalah cara meniruan karakteristik-karakteristik atau perilaku-

perilaku tertentu dari dunia riil sehingga para peserta latihan dapat beraksi

seperti pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian, jika peserta latihan kembali

ketempat kerjanya telah biasa melakukan pekerjaan yang disimulasikan. Metode

ini mrupakan gambaran antara bermain peran dan diskusi kelompok.

(Maulana, 2009).
1.2.3 Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat

umu, dalam arti tidak membeda-bedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan. Umumnya, bentuk pendekatan

massa diberika cara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media

massa. Salah satu contoh metode ini adalah ceramah umum (publik speaking).

1. Ceramah Umum (Public Speaking)

Metode ini dilakukan dengan memberikan pidato di hadapan massa dengan

sasaran yang sangat besar, misalnya pejabat berpidato di hadapan rakyat. Safari

KB (keluarga berencana) merupakan bentuk pendekatan massa. Hal ini

membutuhkan partisipasi masyarakat, kelompok koordinasi antarsektor dan

media cetak serta elektronik.

1.2.4 Media atau Alat Peraga

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan ataupun pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai

alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses

pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembantuan alat peraga atau media

pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melui pancaindra.

Manfaat alat peraga adalah sebagai berikut:

1. Menimbulkan minat sasaran.

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3. Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

4. Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain.


5. Memudahkan penyampaian informasi.

6. Memudahkan penerimaan informasi.

Macam alat bantu secara umum:

1. Alat bantu lihat (visual aids), seperti: slide, overhead projector/OHP, film strip,

leafled, poster, dan lain-lain).

2. Alat bantu dengar (audio aids), seperti: piringan hitam, radio , CD, TV, Film,

dan video)

3. Media cetak, seperti: Buklet, leaflet, Poster, dll.

4. Media elektronik, seperti: TV, Radio, Video, dll.

5. Media papan (billboard)

6. Media hiburan

(Maulana, 2009).

1.3 Konsep Metode Audio Visual

1.3.1 Pengertian

Media audiovisual adalah jenis meda yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam

satu proses tau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media

ini berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan

maupun pendengaran. Beberapa contoh media visual adalah film, video, program

TV dan lain-lain (Arsyad, 2014).

Menurut Rusman (2012) menjelaskanbahwa media audio visual yaitu media

yang merupakan kombinas audio dan visual atau bisa disebut media pendengar-

denga. Contoh dari media audio-visual adalah program slide suara (sound slide).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan baha media audio visual

merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan

melibatkan pendengaran da penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.

Contoh media audio visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound

slide) dan lain-lain.

1.3.2 Karakteristik Media Audio-visual

Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah salah satu cara

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis

untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Arsyad 2014 mengemukakan bahwa

media audio visual memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Mereka bersifat linear

b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

c. Mereka digunakan dengan cara yng telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/ pembuatanya.

d. Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.

e. Mereka dkembangkan menurut psinsip psikologis behaviourisme dan

kognitif.

f. Umunya mereka berorientasi pada guru dengan tingkat murid yang

rendah.

1.3.3 Jenis-jenis Media Audio-visual

Adapun jenis-jenis media yang termasuk dalam golongan audio visual antara

lain (Arsyad, 2014):

a. Televisi
Televisi selain sebagai media hiburan dan informasi juga dapat digunakan

sebagai media pendidikan. Hal ini dikarenakan televisi mempunyai karakteristik

tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh media massa lainnya. Televisi sebagai

lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan

dan pengajaran. Makin banya siaran televisi yang khusus menginformasikan

atau penyiaran pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran. Televisi

pendidikan adalah penggunaan program vidio yang direncanakan untuk

mencapai tujuan pengajran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya.

Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah

mendidik.

b. Video

Video adalah gambar bergerak yang disertai unsur suara, dapat ditayangkan

melalui medium video dan video compact disk (VCD). Sama seperti medium

audio program vidio yang disiarkan (broadcasted) sering digunakan lembaga

pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Vidio

dan televisi mempu menayangkan pesan pembelajaran. Video memiliki

beberapa features yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses

pembelajaran. Salah satu features tersebut adalah slow motion dimana gerak

obyek atau peristiwa tertentu yang berkembang sangat cepat dapat diperlambat

agar mudah di pelajari oleh peserta didik. Slow motion, adalah kemampuan

teknis untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung cepat.

Video dan dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari obyek

dan mekanisme kerja dalam mata kuliah.

Media video-VCD, sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik

sebagai berikut:
a) Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara.

b) Dapat digunakan untuk sekoalah jarak jauh.

c) Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses

atau peristiwa yang berlangsung.

c. Proyektor Transparansi (OHP)

Overhead projektor adalah alat audio-visual yang sangat sering digunakan

dalam berbagai program pendidikan orang dewasa. Beberapa pendidikan

merencanakan seluruh program pengajaran merekan dengan menggunakan

transparansi atau overhead projector. Overhead projector sebaiknya tidak

dianggap sebagai pengganti papan tulis atau media yang lain, tetapi sebagai

pelengkap saja.

Transparansi yang di proyeksikan adalah visual baik berupa huruf,

lambang, gambar, grafik, atau gabungannya pada lembaran bahan tembus

pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar

atau dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar

gambar yang besar dan pada semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat

digunakan didepan kelas segingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap

siswanya. Penataan letak proyeksi bayangan sering menimbulkan layar yang

berbentuk trapesium (keystone) yang sering menganggu penampilan tayangan

dan pandangan siswa. Akan tetapi hal itu dapat diatasi dengan memiringkan

layar.

d. Komputer

Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi

informasi yang diberikan kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan

pekerjaan dan perhitungan sederhana rumit. Satu unit komputer terdiri atas empat
komponen dasar yaitu input (misalnya; keyboard, dan writing pad), prosesor

(CPU; unit pemroses data yang diinput), penyimpanan data memori yang

menyimpan data yang akan di proses oleh CPU baik secara permanen (ROM)

maupun untuk sementara (RAM) dan output ( misalnya monitor, printer).

Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan

pengajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa

format, antara lain drills and practice, teoritis, simualsi, permainan, dan

discovery. Komputer telah pula digunakan untuk mengadministrasikan tes dan

pengolahan administrasi sekolah.

e. Sound Slide ( Slide Bersuara)

Sound slide merupakan media pembelajaran yang bersifat audio visual.

Secara fisik, slide suara adalah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus

pandang yang dilengkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Pada saat

penggunaannya dapat dikombinasikan dengan audio-visual atau juga dapat

digunakan secara tunggal tanpa suara.

Sebagai media pembelajaran, slide suara dapat menyakijikan gambar yang

tetap dengan urutan yang tetap, sehingga menjamin keutuhan pelajaran tentang

cara mengerjakan shalat, maka perlu dikemas secara berurutan yang dimulai

dari takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam.

1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Media Audiovisual

Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki

kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual. Arsyad (2014:

50-51) mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan metode audiovisual

dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. Kelebihan media audio visual


a. Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.

b. Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan berulang-ulang jika perlu.

c. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan vidio

menanamkan sikap-sikap dan segi efektif lainnya.

d. Film dan vidio yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengandung

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Film dan vidio dapat menyajikan pristiwa yang berbahay jika dilihat secara

langsung.

f. Film dan vidio dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok

kecil, kelompok yang heterogen maupun homogenmaupun perorangan.

g. Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat

ditampilkan dalam satu atau dua menit.

2. Kelemahan media audio visual

a. Pengadaan film dan vidio umumnya memrlukan biaya mahal dan waktu yang

cukup banyak.

b. Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan

melalui vidio tersebut.

c. Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk

kebutuhan sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media

audio visual yang berupa film dan vidio bukan merupakan suatu kendala dalam

suatu proses pembelajaran.


1.3.5 Fungsi dan Manfaat Media Audiovisual

Secara umum manfaat praktis media dalam proses pembelajaran disampaikan

oleh Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2013) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan

motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,

mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain.

1.4 Konsep Pengetahuan

1.4.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan itu terjadi setelah orang melakukan

pengindraan suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia

yakni: Indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagai besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan presepsi terhadap objek

(Notoatmojo, 2010).
1.4.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu menyebutksn, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dimana menginterpretasikan secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkn, contoh: menyimpulkan meramalkan, dan

sebagainya.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartika sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ril. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi

terebut da masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang dimaksudkan menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan

yang baru.

6. Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

1.4.3 Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2011) pengetahuan atau kognitif merupakan domian

yang sangat penting untuk terbentukanya tindakan seseorang (overt behavior). Dan

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa pelaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lannggeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum

orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri seseorang terjadi proses yang

berurutan yakni:

1. Kesadaran (awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam diri

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Ketertarikan (interest) yaitu objek merasa tertarik terhadap stimulasi atau objek

tersebut.

3. Evaluasi (evaluation) yaitu subjek mempertimbangkan baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini menunjukkan kemajuan sikap responden.

4. Percobaan (trial), yaitu objek mulai mencobah melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adopsi (adoption), yaitu dimana objek berperilaku baru sesuai dngan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.


1.4.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengatahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menima informasi, dan pada

akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang teserbut terhadap penerimaan informasi dan nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalam perubahan aspek

fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas

empat kategoru perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi dan

hilangnya ciri-ciri lama. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ.

Pada spek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin

matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagi suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,

sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan

pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut

menyenangkan, maka secra psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaan baik ini

akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan dan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pibadi atau

sikap seorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hisup pribadi atau sikap

seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam

suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru.

1.4.5 Pengukuran Pengatahuan

Menurut Arikunto, (2006) dalam pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

Baik: Hasil presentase 76%-100%

Cukup: Hasil presentase 56%-75%

Kurang: Hasil presentase <56%


1.4.6 Cara memperoleh pengetahuan

1. Cara Tradisional atau Non Ilmiaah

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Digunakan manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui

cara coba-coba atau yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum ada

peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila tersebut tidak berhasil, di coba

kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga , dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan ke-empat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabna maka cara ini disebut metode trial (coba) and

error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).

b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secra kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh

orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat

baik formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan

maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan yang pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan

penalaran pribadi.
d. Beedasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Oleh karena itu

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada amsa

lalu.

e. Cara Akal Sehat

Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishmen) merupakan

cara yang masih dianut oleh bayak orang untuk mendisplinkan anak dalam

konteks pendidikan.

f. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dan Tuhan

melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-

pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kbenaran tersebut

rasional atau tidak.

g. Kebenaran Secara Intuitif

Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran

dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

h. Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui indikasi maupun deduksi. Pada

dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung

melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari

hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

i. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke kenyataan yang bersifat umum. Dalam

berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-

pengalan yang empiris yang di tangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan

ke dalam suatu konsep yang memunginkan seseorang untuk memahami suatu

hal.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuat kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke

khusus. Berarti, bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas

tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu (Notoatmojo, 2010).

1.5 Konsep Diare

1.5.1 Definisi

Diare merupakan keadaan dimana seseorang buang air besar 3 kali atau lebih

dalam sehari dan kotoran tinja yang keluar encer atau sedikit berampas kadang

disertai darah atau lendir. Diare ada dua macam, yaitu diare akut dan kronis. Diare

akut terjadi sampai dengan 7 hari atau bisa berlanjut sampai 14 hari. Sedangkan,

diare kronis terjadi lebih dari 2 minggu. Penyebab diare adalah infeksi bakteri,virus,

parasit, alergi makanan, obat, atau pemanis buatan.

Hal yang harus diperhatikan jika terserang diare adalah menjaga jangan sampai

tubuh kekurangan cairan. Hal tersebut dapat dinilai dari aktvitas berkurang rasa haus,

cekungan kelopak mata, jarang buar kecil (lebih dari 8 jam), kulit lambat kembali

setelah cubit (lebih dari 2 detik, normal dalam 2 detik kembali).


Diare merupakan cara tubuh mengeluarkan racun, bakteri, dan virus yang

terlanjur masuk ke dala tubuh. Itu sebabnya penolong harus hati-hati dan jangan

buru-buru menghentikan diarenya. Hal yang penting diperhatikan adalah penderita

diberikan cairan lebih dari biasanya terutama yang mengandung cairan elektrolit

(natrium, kalium) dan kalori. Penderita harus tetap makan seperti biasa dan jangan

puasakan. Sayur buah dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin,

pektin, dan kalium yang berfungsi memadatkan tinja dan menyerap racun (Junaidi,

2011).

1.5.2 Patofisiologi

1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang

berlebihan.

2. Cairan, sodium, potasium, dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler

ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan

dapat terjadi asidosismetabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari;

1. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam

usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya

sekresi cairan dan elektrolit. Mikoorganisme yang masuk akan merusak sel

mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan

kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

2. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan

dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.

3. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absobsi

intestinal.
Menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan akibat:

muntah, diare, demam, hiperventilasi

Cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intraseluler

Disfungsi seluler

Syok Hipovolemik

Kematian

(Suriadi, 2010).

1.5.3 Penyebab

1. Faktor Infeksi

a. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus

b. Parasit: Giardia lambnia, Entamoeba hystolitica, trikomonas hominis,

Isospora sp, Cacing (A lumbricoides, A. Duodenale, N. Americanus, T.

Trichiura, O. Vermicularis, S. Strecolaris, T.Saginata, T.sollium).

c. Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli, V

cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus

(Shingella, Salmonella spp, Yersinia)


d. Protozoa (Kusuma, 2016).

2. Bukan Faktor Infeksi

a. Alergi makanan; susu, protein

b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada

pankreas

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

d. Obat-obatan; antibiotik

e. Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis

f. Emosional atau stress

g. Obstruksi usus

(Suriadi, 2010).

1.5.4 Manifestasi Klinis

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Tendapat tanda gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),

ubub-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

3. Keram abdominal

4. Demam

5. Mual dan muntah

6. Anorexia

7. Lemah

8. Pucat

9. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine (Suriadi, 2010).

Manifestasi menurut NIC-NOC 2016:

1. Diare Akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

b. Onset yang tak terduga dari buang besar encer, gas-gas dalam perut, rasa

tidak enak, nyeri perut

c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut

d. Demam

2. Diare Kronik

a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

b. Penurunan BB dan nafsu makan

c. Demam indikasi terjadi infeksi

d. Dehidrasi tanda-tanya hipotensi dan denyut lemah. (Kusuma, 2016).

1.5.5 Derajat Dehidrasi Termasuk Tanda dan Gejala

Tanda dan Geajala Presentase Penurunan Berat Badan

Ringan (5%) Sedang (10%) Berat (15%)

Membran Mukosa Kering Sangat kering, pecah Kering

dan bibir

Turgor kulit Normal Agak menurun Nyata menurun

Ubun-ubun depan Normal Cekung Cekung

Bola Mata Normal Cekung Cekung

Air Mata Normal Menurun Tidak ada

Frekuensi Jantung Normal atau agak Meningkat Meningkat

meningkat
Pernafasan Normal atau agak Meningkat Meningkat

meningkat

Tekanan darah Normal Normal Menurun

Perfusi Kulit Normal, Pucat Bercak-bercak, Waktu pengisian

dingin ulang kapiler lambat,

dingin, sianosis

1.5.6 Komplikasi

1. Dehidrasi

2. Hipokalemia

3. Hipokalsemia

4. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi

5. Hiponatremia

6. Syok hipovolemik

7. Asidosis

(Suriadi, 2010).

1.5.7 Penatalaksanaan Terapeutik

1. Penanganan fokus pada penyebab

2. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi

parenteral (Suriadi, 2010).

1.5.8 Penatalaksanaan Perawatan

1. Instruksikan pasien untuk terus meminum cairan jernih selama 12 sampai 24

jam.
2. Instruksikan pasien untuk meningkatkan diet halus pada hari kedua bila

pengeluaran feses menurun.

3. Pasien harus meningkatkan diet regular bila ia mampu menoleransi makanan

halus dan haluaran feses tetap berkurang

4. Instruksikan pasien tentang dosis dan pemberian medikasi yang tepat bila

diresepkan.

5. Anjurkan tindak lanjut ke dokter pribadi atau ke klinik.

1.5.9 Pencegahan

Menurut Aden R (2010) diare mudah dicegah antara lain dengan cara:

1. Mencuci tangan pakai sabun

2. Makanan sehat

Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada tahap produksi,

persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan benar, pisahkan

makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak, pisahkan pula makanan

yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan jaga makanan dari serangga

seperti lalat.

3. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah antara lain dengan cara

merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.

4. Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat,

kecoa, kutu, lipas, dan lin-lain).

5. Buang air besar dan buang air kecil pada tempatnya.

(R, 2010).
1.5.10 Tindakan Pertolongan Pertama

1. Usaha untuk menolong penderita adalah memberikan sebanyak mungkin cairan

sebelum dibawa kedokter atau rumah sakit. Bila penderita masih sadar dan dapat

minum, berikanlah cairan melalui mulutnya.

2. Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus diberi larutan garam oralit yang

dapat dibeli di toko obat/apotek.

3. Bila oralit tidak tersedia maka dapat diberikan campuran garam dapur dan gula

dengan perbandingan 1 sendok teh gula: 5 sendok teh garam dapur (Junaidi,

2011).
1.6 Kerangka Teori
Faktor yang Pengetahuan
Baik 76%-100%
mempengaruhi Siswa:
pengetahuan:
1. Tahu
1. Pendidikan 2. Memahami Cukup 56%-75%

2. Pekerjaan 3. Aplikasi
3. Umur 4. Analisis
Kurang <56%
4. Minat 5. Sintesis
5. Pengalaman 6. Evaluasi
6. Kebudayaan
7. Lingkungan
sekitarnya

Pendidikan Alat bantu


Kesehatan melali pendidikan
Audiovisual: Kesehatan:

1. Pengertian Diare 1. Alat bantu lihat


2. Penyebab (visual aids)
3. Tanda dan 2. Alat bantu dengar
Geajala diare (Audio aids)
4. Dampak Diare 3. Alat bantu lihat
5. Tindakan dengar (Audio
Pertolongan visual aids)
Pertama
1.7 Kerangka Konsep

Faktor yang Pengetahuan Baik 76%-100%


mempengaruhi tenang
pengetahuan: penanganan
pertama diare: Cukup 56%-75%
1. Pendidikan
2. Pekerjaan 1. Pengertian
3. Umur Diare Kurang <56%
4. Minat 2. Penyebab
5. Pengalaman 3. Tanda dan
6. Kebudayaan Gejala diare
7. Lingkungan 4. Dampak
sekitarnya Diare
5. Tindakan
Pertolongan Pendidikan Kesehatan
Pertama melalui audiovisual
1.8 Hipotesis Sementara

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah:

H1: Ada pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual terhadap pemahaman

penanganan pertama diare pada siswa SMP.

Anda mungkin juga menyukai