Anda di halaman 1dari 24

PERALIHAN AWAL BAYI BARU LAHIR

DAN INISIASI MENYUSUI DINI

Dosen Pengampu : Cahyaning Setyohutomo,S.ST.,M.KES

Disusun Oleh :
Dian Asterina Perwira Utami (130002)
Faulina Elsa Wijaya (130009)
Resti Agustin (130010)
Nur Afifah (130015)
Oda Erika Safitri (130021)
Rista Lutri Tantia (130024)
Putri Dwi Hartati (130033)
Samanta Dio Laksari (130040)
Yulaili Mar’atus Stalis (130043)
Ika Nur Elis Wahyu I (130050)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2014/2015
A. PERALIHAN AWAL BAYI BARU LAHIR
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat
keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga kali yakni pada
saat lahir di kamar bersalin, dalam 24 jam di ruang perawatan dan pemeriksaan pada
waktu pulang.

1. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin.
Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya
dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan
hangat.
a. Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke
luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan
segera.
3) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat
gabung) atau tempat perawatan khusus.

2. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :


a. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952
dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai
Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh
waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain
pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk
menilai respon resusitasi.
b. Cara menentukan nilai APGAR :

Tanda 0 1 2

Warna kulit Biru , pucat Kemerahan Semua kemerahan


ekstremitas biru
>100
<100
Denyut jantung Tidak ada Baik (menangis
Tidak teratur
kuat)
Tidak ada

Upaya bernafas
Fleksi pada
Gerakan aktif
Lemah ekstremitas

Tonus otot Tidak beraksi Meringis


Batuk , bersin

Reflek

(kateter di lubang
hidung)

3. Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi
atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan
bawaan keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit
yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma
broinkial dan sebagainya.
4. Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume >
2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.
5. Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi
baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada
mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
6. Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah
ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga
perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada
perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
7. Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.
8. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.
9. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh
adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara
memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung,
masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml
pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis
hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor
aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut
mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
10. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-
vaginal.

11. Pemeriksaan garis tengah tubuh


Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel
dan lain-lain.
12. Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis
kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
kromosom.
13. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi
berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang
mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
a. Pemeriksaan ini meliputi :
1) Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan
aktif dan simetris.
2) Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3) Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4) Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan
sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis
dan sagitalis.
5) Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah
wajah dan simetris.
6) Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata
dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7) Telinga
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8) Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9) Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh
berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan
berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah,
reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10) Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11) Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12) Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13) Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu
vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di
bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat
teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi
perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14) Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra
ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum
penuh.
15) Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16) Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan
reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa
berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di
kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri
simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
b) Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput,
jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku
melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai,
lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada
dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu
sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada
sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di
tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan
pada usia 6 bulan.
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan
mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah
ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah
atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi
reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di
telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4
bulan.
d. Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan
pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama
selama tidur
Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi
reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
e. Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang
keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala
agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki
ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik
pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi
kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
20. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk
menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma
yang terlewati perlu di perhatikan :
Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
Kulit : adanya ikterus, piodermia.
Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian. Abdomen : adanya tumor
yang tidak terdektesi sebelumnya. Tali pusat : adanya infeksi.
di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.
B. INISIASI MENYUSUI DINI

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri dan tidak disodorkan
langsung ke puting susu Ibu. Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan lama menyusui. Manfaatnya adalah,
membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit-penyakit yang
berisiko kematian tinggi, misalnya kanker syaraf, leukimia, dan beberapa penyakit
lainnya. Tidak hanya itu, Inisiasi Menyusui Dini juga dinyatakan menekan Angka
Kematian Bayi (AKB) baru dilahirkan hingga mencapai 22%, bayi akan terpenuhi
kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah ia mengalami kurang gizi.

Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir
di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu
untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan
kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi
dan ibu.

WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai


tindakan ‘penyelamatan kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat
menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan.
Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu
dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia,
dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di
semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat
mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut,
sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.

Dengan melakukan menyusu sendiri segera setelah lahir, atau kontak kulit
setidaknya 1 jam setelah lahir, 22% kematian bayi dapat diselamatkan. Berdasarkan
penelitian, bayi lahir normal yang diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan
kulit ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1jam, maka dalam usia 20 menit
bayi akan merangkak kearah payudara, dan usia 50 menit bayi akan mulai menyusu.
Bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, 50% tidak akan
bisa menyusu sendiri. Sedangkan bayi lahir dengan tindakan/obat-obatan dan
dipisahkan dari ibu, 100% tidak akan bisa menyusu sendiri. Oleh karena itu dalam 10
langkah keberhasilan menyusui, langkah ke 4 nya adalah bantu ibu menyusui sedini
mungkin dalam waktu setengah jam.

Tahapannya adalah setelah bayi diletakkan, dia akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya, maka kemungkinan saat pertama kali diletakkan di dada ibu, bayi
belum bereaksi. Kemudian berdasarkan bau yang dicium dari tangannya, ini
membantu dia menemukan puting susu ibu. Dia akan merangkak naik dengan
menekankan kakinya pada perut ibu. Bayi akan menjilati kulit ibunya yang
mengandung bakteri baik sehingga kekebalan tubuh bayi dapat bertambah. Ingat,
bahwa dalam IMD, Anda tidak boleh memberikan bantuan apapun pada bayi tapi
biarkan bayi menyusu sendiri. Biasanya, bayi dapat menemukan puting susu ibu dalam
jangka waktu 1 jam pertama.

Program ini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang
baru melahirkan. Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun
keengganan untuk melakukannya membuat Inisiasi Menyusu Dini masih jarang
dipraktekkan.

Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya seorang bayi yang
baru lahir dapat mencari sendiri susu ibunya. Ataupun rasa malu untuk meminta
dokter yang membantu persalinan untuk melakukannya. Begitu juga dengan dokter
atau bidan yang tidak mau direpotkan dengan kegiatan ini sehingga akhirnya bayi
tidak diberi kesempatan untuk melakukan ini. Untuk dapat memperoleh bantuan
dokter, hendaknya Anda membicarakan keinginan Anda ini saat baru awal
mengandung. Pastikan agar dokter dan rumah sakit bersedia melakukannya, bila tidak
Anda dapat mencari dokter atau rumah sakit lainnya yang mendukung program IMD.

1. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini menurut WABA dan UNICEF

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan


b. Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi
mempergunakan obat kimiawi
c. Bayi dikeringkan secepatnya terutama kepalanya, kecuali tangannya , tanpa
menghilangkan lemak putih (vernix). Mulut dan hidung dibersihkan,tali pusat
diikat.
d. Bila tak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi.
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
Biarkan bayi mencari puting sendiri
f. Ibu didukung dan bilaperlu dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
g. Biarkan kulit Bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak selama 1
jamatau lebih sampai proses menyusu awal selesai
h. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, dekatkan puting ke bayi tapi
jangan memasukkan puting ke mulut bayi. beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi
i. Setelah kontak kulit ibu-bayi sekitar 1 jam, atau lebih, bayi baru dipisahkan
untuk ditimbang, diukur, diberi vit K dan dicap/tanda.
j. Rawat gabung Bayi: Ibu– bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu
selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali
atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

2. Prosedur Inisiasi Menyusui dini


a. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu
dalam proses inisiasi menyusu dini.
b. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan
melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika
ibu harus menjalani operasi caesar.
c. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
d. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
e. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan
dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan
oleh bayi.
g. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusu pertama selesai.
h. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
i. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan
ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan
batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu
merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui.

3. Cara Melakukan Inisiasi Menyusui Dini

Proses inisiasi menyusui dini ternyata merupakan proses alami yang


seharusnya dilakukan setelah seorang ibu melahirkan bayinya.

a. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada
si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit ketemu kulit.
Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun
jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan
jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah
mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan
kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya
akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi
sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
b. Gerakan kedua yang terjadi yaitu, setelah si bayi merasa lebih tenang, maka
secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak
merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena
ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak2 perut ibunya di atas
rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama
dari proses ini tergantung dari si bayi. Untuk gerakan ini, ternyata si dokter
punya pengalaman. Pernah ada dukun beranak melakukan proses melahirkan,
dan ternyata si ibu mengalami pendarahan hebat. Pada saat itu si dukun
meletakkan anaknya di dada si ibu, dan anak tersebut menggerak-gerakkan
kakinya memasage perut ibunya bahkan lebih dari satu jam, sampai
pendarahan si ibu berhenti.
c. Setelah melakukan gerakan di kakinya, si bayi akan melanjutkan dengan
mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban.
Dan ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama,
jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu si bayi untuk
mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati
puting ibu denga ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan
menjilat2 dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi utk membersihkan dada si
ibu dari bakteri2 jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi
bakteri2 yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari
si bayi karena hanya si bayi yang tau seberapa banyak dia harus membersihkan
dada si ibu.
d. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu yang
bertujuan untuk merangsang supaya air susu si ibu segera berproduksi dan bisa
keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu

4. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu

a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko
kematian karena hypothermia (kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI
ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
d. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
e. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga
menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
f. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang
bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna
dengan baik oleh usus bayi.
g. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
h. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnyaoksitosin yang penting karena:

1) Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan


mengurangi perdarahan ibu.
2) Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan
mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon
meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
3) Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang
berwarna putih) dapat lebih cepat keluar

5. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya

kontak dini kulit ibu dengan bayi, padahal tidak terbukti kebenarannya, justru

sebaliknya harus melaksanakan inisiasi menyusu dini. Berikut pendapat di

masyarakat dan bantahannya.

Pendapat yang pertama adalah karena bayi kedinginan, hal ini tidak benar.

Bergman, N (2005) menjelaskan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan satu

derajat lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang

diletakkan di dada ibu kepanasan maka suhu dada ibu akan turun satu derajat dan

jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk

menghangatkan bayi.

Pendapat yang kedua adalah suntikan vitamin K dan tetes mata untuk

mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir. Menurut

American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding

Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu

jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

Pendapat yang ketiga, bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang

dan diukur. Padahal, menunda memandikan bayi berarti menghindarkan

hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan

dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

Pendapat yang keempat, bayi masih kurang siaga, padahal tidak demikian.

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah
itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang di

asup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan

lebih untuk bonding.

Pendapat yang kelima, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.

Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi.

Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir,

kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan

cairan lain/cairan pre-laktal (tidak benar). Kolostrum cukup dijadikan makanan

pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat

dipakai pada saat itu.

Pendapat yang keenam, setelah melahirkan ib terlalu lelah untuk menyusui

bayinya. Ini tidak benar, seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya,

segera setelah lahir, keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi

menyusu dini membantu menenangkan ibu. Pendapat yang ketujuh, ibu harus

dijahit. Sebenarnya tidak masalah, kegiatan merangkak mencari payudara terjadi

di area payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah perut ibu.

Pendapat yang selanjutnya, tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani

ibu. Hal tidak jadi masalah, karena saat bayi di dada ibu, penolong persalinan

dapat melanjutkan tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu.

Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi

dukungan pada ibu. Pendapat yang terakhir, kamar bersalin atau kamar operasi

sibuk. Hal ini juga tidak masalah, karena dengan bayi di dada ibu, ibu dapat

dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi

untuk meneruskan usahanya mencari payudara dan menyusu dini.

6. Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini.


Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan inisiasi
menyusu dini, baik kondisi ibu maupun kondisi bayi. Namun biasanya kondisi
seperti ini hanya ditemui di Rumah Sakit karena kondisi ini
merupakan kondisi kegawatdaruratan yang penanganan persalinannya pun
hanya dapat dilakukan oleh dokter-dokter yang ahli dibidangnya (Roesli, 2008).

a. Kontra indikasi untuk ibu


Kontra indikasi pada ibu antara lain: yang pertama, ibu dengan fungsi
kardio respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung klasifikasi II
dianjurkan untuk sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup
baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu.
Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit
jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme
oksitosin dapat merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja
dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusu dapat memunculkan kontraksi
karena kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras sehingga
bisa timbul gagal jantung.
Kedua, ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu
biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit.
Biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar
betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula
darahnya. Konsultasikan pada dokter mengenai boleh- tidaknya pemberian
ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan
yang dikonsumsi.
Ketiga, ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan
pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka
merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk
dan tidak akan mampu menyusu. Banyak perdebatan mengenai penyakit
infeksi apakah dibenarkan menyusu atau tidak. Ibu yang positif mengidap
AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang
mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.
Keempat, ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan
sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya.
Apabila menyusu, ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si
bayi. Kalau semasa menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker,
disarankan menghentikan pemberian ASI. Obat- obatan antikanker yang
dikonsumsi, bersifat sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-
obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan
mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi.
Kelima, ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak
dapat dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang
pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat
cedera pada bayinya.
Keenam, ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami
gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi
obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan
obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat
kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.
Ketujuh, ibu dengan tuberculosis. Pengidap tuberkulosis aktif tetap
boleh menyusu karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat
ASI, agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusu, ibu harus
menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara
tuntas.
Kedelapan, ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama
hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang
ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya
tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama. Sedangkan untuk
ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasarkan hasil
konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa
ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya tergolong
parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan
bisa menularkan pada si bayi.

b. Kontra indikasi untuk bayi.


Kontra indikasi pada bayi, antara lain: pertama, bayi kejang. Kejang -

kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan

untuk menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu.

Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.

Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru

atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan

untuk menyusu, namun setelah keadaan membaik tentu dapat disusui.

Misalnya bayi dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat
Rendah (Very Low Birth Weight) . Refleks menghisap dan refleks lain pada

BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.

Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu

untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang

mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan

seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih

memungkinkan untuk menyusu.

Anda mungkin juga menyukai