BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pasca persalinan merupakan masa transisi bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Perhatian utama lebih sering
diberikan bagi ibu pada masa kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan dan
keluarga menganggap bahwa setelah melahirkan ibu dalam kondisi yang sehat.
Periode yang paling penting adalah masa nifas karena risiko kesakitan dan kematian
ibu lebih sering terjadi pada masa setelah persalinan. Bidan harus mewaspadai
keadaan pasien dalam waktu 4 jam pertama setelah persalinan karena sebagian besar
kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan (Saifuddin, 2014).
Tujuan asuhan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik
secara fisik maupun psikologis ; melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi
dini, mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi ;
memberikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari- hari ; memberikan pelayanan
Keluarga Berencana (KB) ; mendapatkan kesehatan emosi (Maritalia, 2012).
Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2016, angka kematian pada ibu
sebagian besar terjadi pada waktu nifas yaitu sebesar 63, 12 persen, pada waktu hamil
sebesar 22, 92 persen, dan pada waktu persalinan sebesar 13, 95 persen.
2
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai asuhan nifas patologis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008).Merupakan masa yang
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu
atau 42 hari (Saifuddin, 2010).
Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Kemenkes RI, 2007)
b. Tujuan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009), asuhan yang diberikan kepada ibu bertujuan
untuk :
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
2) Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu
3) Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu
untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan
anak
4
2) Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu
dan keluarga
3) Pelaksanaan asuhan kepada kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi
masanifas
c. Periode Masa Nifas
Menurut Sofian (2014), masa nifas (puerperium) dapat dibagi dalam tiga
periode yaitu:
1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermediate yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Puerperium lanjut adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali
sehat sempurna terutama jika ibu mengalami komplikasi saat persalinan.
d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Pengerutan rahim (Involusi Uterus)
Pada uterus terjadi proses involusi yaitu proses kembalinya uterus
seperti saat sebelum hamil setelah melahirkan. Involusi uterus meliputi
reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat
perlengketan plasenta yang ditandai dengan adanya penurunan ukuran dan
berat uterus(Varney, 2007).
Tabel 2.1.Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Sofian (2011)
5
2) Lochea
Menurut Sofian (2011), lochea adalah cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi menjadi
beberapa macam yaitu:
a) Lochea rubra (Cruenta) yang berisi darah segar, sisa selaput ketuban,
sel-sel
b) Lochea Sanguinolenta yang berwarna merah kuning, berisidarah,
lendir, keluar pada hari ke 3-7.
c) Lochea Serosa yang berwarna kuning, tidak mengandung darah, dan
keluar pada hari ke 7 sampai 14.
d) Lochea Alba yang berwarna putih dan keluar setelah 2 minggu pasca
persalinan.
3) Serviks
Saat persalinan, batas serviks luar biasanya mengalami laserasi.
Pembukaan serviks berkontraksi perlahan dan beberapa hari pasca
persalinan sebesar dua jari. Akhir minggu pertama pembukaan menyempit,
serviks menebal (Cunningham, 2012).
4) Vagina
Setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar. Setelah satu hingga dua
hari postpartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar.
Ukuran vagina menurun dengan kembalinya ruggae vagina sekitar minggu
ketiga postpartum (Varney, 2007).
5) Payudara
Setelah melahirkan, payudara menyekresi kolostrum yaitucairan
berwarna kuning lemon tua yang keluar dari papilla mammae pada awal
postpartum (Cunningham, 2012).
6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi janin melalui plasenta
akan terputus sehingga volume darah ibu relatif akan meningkat. Keadaan
ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban kerja jantung sedikit
meningkat namun hal tersebut segera diatasi oleh sistem homeostatis tubuh
dengan mekanisme kompensasi berupa timbulnya homo konsentrasi
sehingga volume darah akan kembali normal (Maritalia, 2012). 1 - 2
6
minggu setelah persalinan, volume darah telah hampir kembali ke nilainya
ketika tidak hamil (Cunningham, 2013).
e. Perawatan Masa Nifas
1) Ambulasi dini
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan kecuali apabilaada
kontraindikasi. Komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis vena
masa nifas, dan embolisme paru jarang terjadi pada wanita yang menjalani
ambulasi dini (Saifuddin, 2009).
2) Gizi
Ibu menyusui harus memenuhi gizinya antara lain konsumsi tambahan
500 kalori tiap hari, makan dengan gizi seimbang, minum sedikitnya 3 liter
air tiap hari, minum pil zat besi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
dan minum kapsul vitamin A 200.000 unit (Saifuddin, 2009).
3) Perawatan Payudara
Perawatan dapat dilakukan dengan menjaga payudara tetap bersih dan
kering, menggunakan bra yang menyokong payudara, mengoleskan
kolostrum atau ASI pada sekitar puting susu sebelum dan selesai menyusui
dan apabila puting lecet, menyusui dilakukan mulai dari puting susu yang
tidak lecet (Saifuddin, 2009).
4) Kebersihan Diri
Menurut Saifuddin (2009), beberapa langkah dalam perawatan kebersihan
diri ibu nifas meliputi :
a) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh ibu.
b) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air dari sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang.
Menganjurkan ibu untuk membersihkan diri setiap selesai buang air
kecil atau besar serta mencuci tangan setiap kali selesai
membersihkannya.
c) Menyarankan ibu mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari serta
menghindari menyentuh daerah luka episiotomi.
5) Istirahat
Ibu nifas dianjurkan agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan serta disarankan untuk kembali kekegiatan sehari-hari
secara perlahan (Saifuddin, 2009).
7
f. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu dalam masa nifas.
Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pemeriksaan untuk
deteksi dini, pencegahan, intervsi, dan penanganan masalah-masalah yang
terjadi pada saat nifas, seperti berikut (Kemenkes RI, 2015) :
1) 6 jam sampai 3 hari pasca persalinan
a) Memastikan involusi uterus
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
e) Bagaimana perawatan bayi sehari-hari
2) 4 sampai 28 hari pasca persalinan
a) Bagaimana persepi ibu tentang persalinan dan kelahiran bayi
b) Kondisi payudara
c) Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
d) Istirahat ibu
3) 29 sampai 42 hari pasca persalinan
a) Permulaan hubungan seksual
b) Metode KB yang digunakan
c) Latihan pengencangan otot perut
d) Fungsi pencernaan, konstipasi, dan bagaimana penanganannya
e) Hubungan bidan, dokter, Rumah sakit dengan masalah yang ada
f) Menanyakan pada ibu apakah sudah haid
g. Tanda Bahaya Masa Nifas
1) Perdarahan Postpartum dibagi menjadi dua yaitu:
a) Perdarahan Postpartum Primer yang terjadi dalam 24 jam pertama
pasca persalinan
b) Perdarahan Postpartum Sekunder terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan
c) Pengeluaran pervaginam (PPV) yang berbau busuk (menyengat)
d) Rasa sakit yang hebat di perut bagian bawah dan punggung
e) Rasa sakit kepala yang terus menerus dan gangguan penglihatan
f) Pembengkakan di wajah maupun ekstremitas
8
g) Payudara menjadi bengkak, merah dan nyeri
h) Salah satu tanda bahaya masa nifas adalah perdarahan postpartum.
Apabila perdarahan berlangsung lama dan tidak mendapatkan
penanganan yang baik, hal ini akan menimbulkan terjadinya anemia
(Varney, 2007).
2. Hipertensi pada Masa Nifas
a. Pengertian
Hipertensi adalah timbulnya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg tidak
disertai proteinuria atau oedema pada umur kehamilan sebelum 20 minggu
atau lebih dan atau pada masa nifas (Cunningham, 2013). Hipertensi yang
terjadi pada masa nifas mencakup hipertensi gestasional (karena kehamilan),
hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20
minggu), dan hipertensi yang terjadi secara akut pada waktu nifas (Saifuddin,
2014)
b. Etiologi
Penyebab hipertensi pada masa nifas secara pasti tidak diketahui
(Indriyani, 2013). Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran
beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah,
pelepasan renin, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan. Kondisi
stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula
(Mochtar, 2015)
c. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi Gestasional
Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau toksemia (Sartono,
2005). Diagnosis hipertensi ditegakkan pada perempuan yang memiliki
tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan
kehamilan. Jika tidak timbul sindrom preeklamsia dan hipertensi
menghilang pada 12 minggu postpartum, diagnosis diganti menjadi
hipertensi transisional (Cunningham , 2013).
2) Sindrom Preeklamsi dan Eklamsi
Preeklamsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema,dan protein urine yang timbul karena kehamilan dan
umumnya terjadi pada trimester 3 (Cunningham, 2013). Eklamsia yang
9
didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam
kondisi preeklamsia tanpa ada kondisi neurologis lain, dianggap sebagai
tahap akhir preeklamsia (William, 2008).
3) Sindrom preeklamsia yang tumpang tindih pada hipertensi kronis
Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit <100.000/μL pada perempuan yang mengalami hipertensi dan
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu (Indriyani,2013).
4) Hipertensi Kronis
Hipertensi biasanya sudah terjadi pada waktu sebelum hamil dan
menetap setelah 12 minggu postpartum dengan TD ≥140/90 mmHg
(Saifuddin,2010).
d. FaktorPredisposisi
Menurut Saifudin (2010) faktor predisposisi hipertensi nifas antara lain:
1) Keturunan
2) Biasanya terjadi pada usia >35tahun
3) Kebiasaan makan yang banyak mengandunggaram
4) Obesitas
5) Stress
e. Faktor Resiko
Menurut Saifuddin (2010) faktor risiko hipertensi nifas antara lain:
1) Primigravida
2) Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, gemeli, diabetes
mellitus,makrosomia
3) Riwayatkeluarga
4) Riwayat hipertensisebelumnya
5) Obesitas
g. Diagnosis Hipertensi
Secara empiris apabila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg atau tekanan diastolik melebihi 90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah dilakukan sekurang- kurangnya 2 kali selang 4 jam (Cunningham,
2013).
10
h. Penatalaksanaan
Menurut Robson dan Waugh (2012) penatalaksanaan hipertensi postpartum
yakni:
1) Observasi keadaan umum, pengukuran vital sign, pemeriksaan
laboratorium, pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus, masalah pada
payudara, pengawasan intake dan output cairan dan makanan
(Sulistyawati,2009).
2) Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk
pemberian antihipertensi dan infus yang aman untuk ibu nifas, yakni
nifedipin dari golongan antagonis kalsium sebagai vasodilator.
Penggunaan per oral 3 kali sehari 10 – 20 mg. Nifedipin dapat
dikombinasikan dengan obat golongan beta-bloker, seperti Labetalol per
IV dengan dosis Labetalol awal 50 mg dan selanjutnya 25 – 50 mg atau
dengan infus 20 mg/jam (Sartono, 2005) serta pemberian infus RL atau
Dekstrosa 5% (Saifuddin, 2010). Pemberian antihipertensi untuk penderita
hipertensi kronis dilakukan apabila tekanan darah mencapai >160/110
mmHg (WHO,2013).
3) Atasi cemas. Mengkaji penyebab cemas, melibatkan keluarga dalam
mengkaji penyebab cemas dan alternatif penanganannya, serta berikan
dukungan mental dan spiritual pada pasien dan keluarga (Sulistyawati,
2009).
4) Pemberian KIE mengenai gizi, personal hygiene, istirahat, ambulasi
bertahap, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, KB yang sesuai
dengan pengontrolan tekanan darah, perawatan bayi, dan perawatan
payudara (Sulistyawati,2009).
Obat penunjang untuk rawat jalan atau inap:
(1) Vitamin BKomplek
(2) Vitamin C atau VitaminE
(3) Zatbesi
i. Tanda dan Gejala
Menurut Indriyani (2013) tanda dan gejala hipertensi pada masa nifas yaitu:
1) Tekanan darah ≥ 140/90mmHg
11
2) Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan
tekanan darah diastolik 15 mmHg ataulebih
3) Sakit kepala daerah frontal disertai rasa tegang padatengkuk
4) Anoreksi, mual, nyeriepigastrik
5) Mudah lelah dan sukartidur
j. Cara Persalinan
1. Diutamakan pervaginam, kecuali ada indikasi SC
2. Jika belum inpartu pertahankan sampai aterm
3. Jika inpartu, persalinan diteruskan seperti lazimnya
4. Jika telah bebas dari gejala PEB, pasien masih tetap dirawat 3 hari lagi
baru diizinkan pulang.
3. Seksio Sesarea
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Saifuddin, 2010). Menurut Oxorn (2010), seksio
sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
1) Indikasi Ibu
c) Stenosis serviks/vagina
d) Disporposi sefalopelvik
e) Ruptura uteri
2) Indikasi Janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
12
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung
janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban
13
persalinan saat ini. Kemudian ditanyakan saat ini kehamilan yang
ke berapa, usia kehamilan, tanggal persalinan, tempat persalinan,
jenis persalinan, penolong persalinan. Ditanyakan pula keadaan
anak, jenis kelamin, berat dan panjang badan, permasalahan pasca
persalinan, seperti perdarahan, syok haemoragik, masalah
menyusui, atau komplikasi-komplikasi yang lain (Hidayat dan
Wildan,2010).
(3) Riwayat Persalinan Sekarang
Data yang perlu dikaji antara lain Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT), Hari Perkiraan Lahir (HPL), Antenata Care (ANC)
meliputi keluhan, apakah ibu telah mengalami tekanan darah tinggi
disertai bengkak pada ekstremitas atas atau bawah sejak hamil,
tempat dan frekuensi, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), apakah
mendapat obat hipertensi selama hamil, serta penyuluhan kesehatan
yang pernah didapat selama hamil (Mochtar, 2015)
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi :
(1) Riwayat kesehatan sekarang, apakah pasien mengalami nyeri
kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium
dan kenaikan progresif tekanan darah (Saifuddin,2010)
(2) Riwayat kesehatan yang lalu, apakah pasien pernah mengalami
hipertensi sebelum dan selama kehamilan serta apakah ibu pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya (Varney,2008)
(3) Riwayat kesehatan keluarga, dalam kasus ini dikaji apakah ada
anggota keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi
(Varney,2006)
d) Pola Makanan dan Minum
Beberapa hal yang perlu dikaji adalah menu, frekuensi, banyaknya,
pantangan. Penulis juga harus memperoleh data mengenai kebiasaan
pasien mencukupi kebutuhan cairannya apalagi pada masa nifas sangat
dibutuhkan cairan yang cukup. Yang perlu ditanyakan tentang pola
minum adalah frekuensi, jumlah per hari dan jenis minuman
(Sulistyawati, 2009)
e) Pola istirahat dan Aktifitas
14
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu postpartum untuk pemulihan dari
persalinan sedangkan aktivitas berguna bagi tubuh terutama untuk
melatih gerak tubuh dan mencegah pembekuan pada pembuluh darah
di tungkai (Sulistyawati, 2009).
b. Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, peneliti harus
mengetahui data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi (Sulistyawati, 2009)
1) Pemeriksaan Umum
Pada pemeriksaan umum dilakukan pengkajian untuk mengetahui keadaan
umum dan kesadaran, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam, TFU, dan
pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi. Tekanan darah pada ibu nifas dengan hipertensi yaitu sistolik ≥
140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Saifuddin, 2014)
2) Peneriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dapat membantu menegakkan diagnosis,
namun pada kasus hipertensi tidak ditemukan tanda pasti saat pemeriksaan
fisik. Hanya saja komplikasinya dapat terlihat tanda-tanda seperti edema
paru yaitu napas pendek, sianosis dan pada mata terdapat edema serta
kelainan mata (Saifuddin,2010)
c. Data Penunjang
Menurut Edwin (2013) pasien dengan hipertensi nifas perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa:
1) Analisis urin, proteinuria biasanya menunjukkan adanya preeklampsia
yang terjadi bersamaan dengan hipertensikronik.
2) Pemeriksaan darah mencakup hemoglobin, hematokrit pada hipertensi
hematokrit meningkat karena hipovolemia, hitung trombosit diduga kadar
menurun padahipertensi.
3) Fungsi ginjal dengan mencatat peningkatan kreatininserum.
4) Fungsi hati untuk melihat peningkatan LDH, SGOT, danSGPT.
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
15
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dalam studi kasus ini : Ny. X tahun PxAx nifas dengan hipertensi.
Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif.
1) Subyektif :
a. Ibu mengatakan telah melahirkan secaraspontan.
b. Ibu mengatakan sakitkepala
c. Ibu mengatakan kaku pada tengkuk dan nyeri ulu hati menetap
(Varney, 2007)
2) Objektif :
a. Hipertensi dengan tekanan darah 140/900 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 4 jam pada keadaan istirahat
b. Oligouria, urin 400 ml/24 jam ataukurang
c. Adanya HELLP Syndrome (H=Hemolysis, ELL=Elevated Liver
Enzym, P=Low Platelet Count) (Maryunani dan Yulianingsih, 2009)
b. Masalah
Masalah yang dapat terjadi pada ibu nifas dengan hipertensi adalah ibu
cemas (tidak tenang) dengan keadaannya yaitu nyeri kepala menetap
(Varney et al,2007)
c. Kebutuhan
Kebutuhan pada ibu nifas dengan hipertensi menurut Varney (2006)
antaralain :
1) Bedrest total dengan posisi semi fowler serta menjauhkan ibu dari
rangsangancahaya
2) Mengobservasi tekanan darah ibu tiap 1jam
3) Mengobservasi tekanan darah ibu tiap 1jam
4) Memberikan informasi pada ibu tentang hipertensi dan penanganannya
3. Langkah III: Identifikasi Diagnosa dan Antisipasi MasalahPotensial
Hipertensi postpartum dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, gangguan
pada jantung, cedera retina, gagal ginjal, dan stroke. Tindakan antisipasi yang
dilakukan bidan adalah menganjurkan ibu melakukan tirah baring serta
mengobservasi tanda-tanda vital secara teratur tiap 1 jam sekali (Varney,2007)
4. Langkah IV: Kebutuhan Terhadap TindakanSegera
16
Tindakan segera yang dapat dilakukan oleh bidan pada kasus ibu nifas dengan
hipertensi adalah kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi untuk
menentukan jenis tindakan atau terapi yang akan dilakukan pada ibu nifas dengan
hipertensi, yaitu dalam penanganan hipertensi dalam hal monitoring balance
cairan, diet yang tepat, pemberian obat antihipertensi (Saifuddin, 2014)
5. Langkah V: Perencanaan Asuhan yangMenyeluruh
Rencana asuhan untuk ibu nifas dengan hipertensi meliputi
a. Lakukan observasi keadaan umum. Melakukan pengukuran vital sign,
pemeriksaan laboratorium, pengeluaran pervaginam, kontraksi uterus, masalah
pada payudara, pengawasan intake dan output cairan dan makanan
(Sulistyawati,2009)
b. Berikan konseling mobilisasi dini (Sulistyawati,2009)
c. Atasi cemas. Mengkaji penyebab cemas, melibatkan keluarga dalam mengkaji
penyebab cemas dan alternatif penanganannya, serta berikan dukungan mental
dan spiritual pada pasien dan keluarga (Sulistyawati, 2009)
d. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yaitu:
1) Berikan antihipertensi. Sangat penting untuk membantu menstabilkan
tekanan darah
2) Berikan terapi sirkulasi berupa infus RL atau Dekstrosa 5%
(Saifuddin,2014)
6. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan dengan Efisien danAman)
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh pada ibu nifas dengan hipertensi
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan dalam tindakan
mandiri, kolaborasi dan pengawasan, pasien atau anggota keluarga yang lain
(Varney, 2007)
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada evaluasi asuhan kebidanan dikatakan efektif jika ibu nifas dengan hipertensi
keadaan umumnya baik, tekanan darah >140/90 mmHg secara menetap dan
teratasi keluhannya sehingga hipertensi tidak berlanjut ke komplikasi yang lebih
serius (Varney et al, 2006)
17
mengetahui apa yang telah dilakukan tenaga kesehatan melalui proses berpikir
sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Diagnosis/masalah
b. Antisipasi diagnosis/masalahpotensial
(Varney, 2007)
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ruang : Teratai 1
Tanggal masuk: 22 Februari 2019
No Register : 457417
19
2. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 12 th
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 5-6 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut per hari
e. Teratur / tidak teratur : Teratur
f. Sifat darah : Encer, berwarna merah
g. Dismenorhoe : Tidak ada nyeri yang sangat
mengganggu aktifitas
3. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu mengatakan belum pernah menggunakan
alat kontrasepsi jenis apap
4. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Menikah sah, kawin :1 kali
Umur 19 tahun, dengan suami umur 21 tahun
Lamanya : 4 tahun, jumlah anak - orang
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
N Tgl/Th Tempat UK Jenis Penolong Anak Nifas Keadaan
o Partus Partus (Bula Partus JK BB PB Kead Laktasi Anak
n) (gr) (cm) Sekarang
Nifas ini
6. Riwayat Hamil
a. HPHT : 20 Mei 2018
b. HPL : 27 Februari 2019
c. Keluhan keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan sering merasa mual
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakantidak ada keluhan
d. ANC : 7 kali, teratur
e. Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah
mendapatkan penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan
persalinan.
20
f. Imunisasi TT : 5 kali, lengkap
g. Pergerakan janin : ±15 kali dalam 24 jam terakhir
7. Riwayat Persalinan Ini
a. Tempat Persalinan : RSUD Karanganyar Penolong : dr.SPOG
b. Tanggal / Jam Persalinan : 22 Februari 2019/10.00 WIB
Umur Kehamilan : 39+3 minggu
c. Jenis Persalinan : SC
d. Tindakan Lain : Tidak ada
e. Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : Tidak ada
f. Perinium
1) Ruptur / tidak : Tidak ada ruptur
2) Dijahit / Tidak : Tidak dijahit
8. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit
apapun seperti demam, batuk maupun pilek.
b. Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak sedang berdebar-debar, tidak nyeri
pada dada sebelah kiri dan berkeringat dingin pada telapak
tangan
b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri tekan pada
punggung bawah kanan maupun kiri dan tidak pernah nyeri
atau sakit saat BAK.
c) Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan tidak pernah
batuk lebih dari 2 minggu secara terus menerus.
d) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kuku, dan kulit tidak pernah
mengalami perubahan warna menjadi kuning.
e) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa mudah lapar, haus,
dan BAK lebih dari 7 kali pada malam hari.
f) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg
sejak usia kehamilan 6 bulan.
g) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan mengeluarkan
busa dari mulutnya.
h) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius
lainnya.
21
a. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari keluarganya maupun
keluarga suami tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular, menurun dan
menahun.
b. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
c. Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi
apapun.
9. Pola Kebiasaan Saat Nifas
a. Nutrisi
1) Diet makanan : 1 piring (nasi, sayur, lauk), 1 gelas teh hangat
dan air putih.
b. Perubahan Pola Makan : tidak ada
c. Eliminasi
1) BAB : Belum BAB
2) BAK : 150 cc (kateterisasi)
d. Istirahat / Tidur : Ibu mengatakan belum tidur setelah proses persalinan
selesai.
e. Personal Hygiene : Ibu mengatakan sudah mengganti baju dan pembalut
1x
f. Keadaan Psikologis : Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran anaknya
g. Riwayat sosial budaya
a) Dukungan keluarga : Ibu mengatakan keluarga mendukung
masa nifasnya
b) Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal bersama
suami, anak dan orang tuanya.
c) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada
pantanganmakanan yang dikonsumsi selama masa nifasnya.
d) Kebiasaan adat istiadat : Ibu mengatakan tidak ada adat yang
diikutiselama masa nifas.
h. Penggunaan obat – obatan / rokok :Ibu mengatakan hanya mengkonumsi
vitamin dan obat-obatan yang diberikan bidan dan tidak pernah merokok.
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF )
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
22
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :TD: 160/90 mmHg, N: 84 x/menit,
S: 36,8°C, R:22x/menit
d. TB : 158 cm
e. BB sebelum hamil : 55 kg
f. BB sekarang : 68 kg
g. LLA : 26 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1). Rambut : Hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
2). Muka : Simetris, tidak pucat, tidak ada oedema
3). Mata
a). Oedema : Tidak ada oedema
b). Conjungtiva : Berwarna merah muda, tidak anemis
c). Sklera : Berwarna putih, tidak ikterik
4). Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
5). Telinga : Simetris, tidak ada serumen
6). Mulut / gigi / gusi : Bibir tidak pecah-pecah, tidak ada caries dentis, gusi
tidak epulis.
b. Leher
1). Kelenjar Gondok : Tidak dilakukan
2). Tumor : Tidak dilakukan
3). Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak dilakukan
c. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Pembengkakan : Tidak ada
b) Tumor : Tidak ada
c) Simetris : Simetris kanan dan kiri
d) Areola : Hiperpigmentasi
e) Puting susu : Menonjol
f) Kolostrum / ASI : Sudah keluar
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri
23
d. Punggung
1) Pembengkakan : Tidak ada
2) Deformitas tulang belakang : Tidak ada kelainan
3) CVAT : Tidak ada nyeri tekan
e. Ektremitas
1) Varices : Tidak ada varices
2) Oedema : Oedema pada kedua kaki
3) Reflek Patella : Tidak dilakukan
4) Betis merah / Lembek / Keras : Tidak merah, lembek, ataupun keras
5) Homan’s Sign : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )
a. Abdomen
1) Inspeksi
a). Pembesaran Perut : Normal
b). Linea alba / nigra : Linea nigra
c). Strie Albican / Livide : Strie albican
d). Kelainan : Tidak ada
2) Palpasi
a). Kontraksi : Baik dan keras
b). TFU : setinggi pusat
c). Kandung Kencing : Kosong
b. Anogenital
1) Vulva Vagina
a). Varices : Tidak ada varices
b). Kemerahan : Tidak ada kemerahan
c). Nyeri : Tidak nyeri
d). Lochea : Lochea rubra, ±20cc
2) Perineum
a). Keadaan Luka : Tidak ada luka
b). Bengkak / kemerahan : Tidak ada
3) Anus
a). Haemorhoid : Tidak ada
b). Lain – lain : Tidak ada
4) Inspekulo :
24
a). Vagina : Tidak dilakukan
b). Portio : Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : tanggal 21 Februari 2019
Hasil : Hb : 12,8 g/dL
Leukosit : 176 10^3/uL
HbsAg : Non Reaktif
Protein Urin : (+)
b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Tanggal : 22 Februari 2019 Pukul 16.30 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. L P1A0 Umur 23 tahun Post partum 6 jam normal
Data Dasar :
DS : - Ibu mengatakan berusia 23 tahun
- Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya secara SC pada tanggal
22 Februari 2019 pukul 10.00 WIB dan belum pernah keguguran.
- Ibu mengatakan nyeri luka pada jahitan
DO : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 160/90 mmHg N: 84x/menit
S: 36,8°C R: 22x/menit
Kontraksi Uterus : Baik dan keras
TFU : 2 jari di bawah pusat
PPV : Lochea rubra, berwarna merah, jumlah
darah ±10cc
B. MASALAH
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan
C. KEBUTUHAN
Informasikan tentangnyeri yang fisiologis
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI
PENANGANANNYA (Mandiri Oleh Bidan)
Potesnsial terjadi eklampsi
IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA (Kolaborasi dan Rujukan)
25
Pemantauan KU DAN VS
Kolaborasi dengan dr. SPOG dalam pemberian terapi
V. PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal: 22 Februari 2019 Pukul: 16.35 WIB
1. Berikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
2. Observasi KU dan TTV ibu.
3. Observasi TFU, kontraksi uterus dan PPV ibu.
4. Informasikan pada ibu mengenai rasa mules yang dirasakan.
5. Anjurkan ibu melakukan mobilisasi dini.
6. Berikan terapi obat pada ibu.
7. Dokumentasikan tindakan.
VI. PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DAN AMAN
Tanggal: 22 Februari 2019 Pukul: 16.45 WIB
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu
dalam masa nifas dengan tensi tinggi.
2. Mengobeservasi KU dan TTV ibu setiap 30 menit.
3. Mengobservai TFU, kontraksi uterus dan PPV ibu.
4. Menginformasikan kepada ibu mengenai mules yang dirasakan adalah hal yang
normal. Rasa mules disebabkan karena proses involusi uterus atau kembalinya
keadaan rahim seperti sebelum hamil dan ibu tidak perlu khawatir. Rasa mules
menandakan kontraksi uterus ibu baik.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dimulai dengan miring kanan dan
miring kiri kemudian duduk.
6. Memberikan terapi obat kepada ibu :
Cefotaxime 1g/12 jam
Ranitidin 50 mg/ 12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ciprofloxacin 500 mg 3x1
Asam Mefenamat 500 3x1
Livron 60 mg 1x1, X tab
Vit A 200.000 IU 1x1, II caps
7. Mendokumentasikan tindakan
VII. EVALUASI
26
Tanggal : 22 Februari 2019 Pukul : 17.05 WIB
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui bahwa ibu dalam masa nifas disertai dengan
tensi tinggi.
2. Telah dilakukan observasi KU dan TTV ibu dengan hasil:
KU : Baik
Keasadaran : Composmentis
TTV : TD : 160/90 mmHg R : 22 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,80C
3. Telah dilakukan observasi TFU, kontraksi uterus dan PPV
TFU : setinggi pusat
Kontraksi uterus : Baik dan keras
PPV : Lochea rubra, warna merah ± 20cc
4. Ibu telah memahami dan mengetahui bahwa rasa mules yang dirasakan adalah hal
yang normal.
5. Ibu telah melakukan mobilisasi dini yaitu miring kanan dan miring kiri kemudian
duduk.
6. Telah diberikan terapi obat pada ibu, dan ibu bersedia untuk mengonsumsinya.
7. Tindakan telah didokumentasikan.
27
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
1. Mengajarkan ibu cara perawatan
payudara (breast care) untuk menghindari
28
bendungan ASI dan membantu lancarnya
keluarnya ASI
Hasil: Telah dilakukan breast care dan
pengeluaran ASI sudah lancar
2. Menganjurkan ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya dan
menyusui bayinya secara on demand atau
sesering mungkin
Hasil: Ibu bersedia memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya dan menyusui
bayinya sesering mungkin.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup dengan cara tidur saat bayinya
tertidur.
Hasil : Ibu bersedia untuk istirahat yang
cukup.
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi
nutrisinya dengan mengonsumsi makanan
yang tinggi kalori seperti nasi, ubi,
kentang, tinggi serat seperti sayur-
sayuran, buah-buahan, dan tinggi protein
seperti telur, ikan, tahu, tempe
Hasil: Ibu bersedia untuk memenuhi
nutrisinya dengan makanan bergizi.
5. Menginformasikan kepada ibu untuk
tetap mengonsumsi obat yang diberikan
sesuai anjuran yaitu :
Ciprofloxacin 500 mg 3x1
Asam Mefenamat 500 mg 3x1
Livron 60 mg 1x1, X tab
Hasil : Ibu bersedia mengonsumsi obat
yang telah diberikan sesuai anjuran.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter
29
umum, advice :
Ibu diperbolehkan untuk pulang
Hasil : Kolaborasi telah dilakukan.
7. Mendokumentasikan tindakan,
Hasil : Semua tindakan telah
didokumentasikan.
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
1. Memotivasi ibu untuk ber-KB sesuai
30
dengan kondisi kesehatan ibu, karena
dengan ber-KB ibu bisa mengatur jarak
kelahiran anak dan mencegah terjadinya
kebobolan. Menjelaskan tentang macam-
macam alat kontrasepsi yang dapat
digunakan ibu, yaitu ketika ibu sedang
menyusui, ibu dapat memilih alat
kontrasepsi IUD, pil laktasi atau suntik 3
bulan yang aman untuk ibu maupun
proses menyusuinya.
Hasil : Ibu telah memahami pentingnya
ber-KB dan bersedia untuk menimbang
kembali alat kontrasepsi yang akan
digunakan.
2. Menginformasikan kepada ibu dan
keluarga bahwa ibu dan bayinya boleh
pulang.
Hasil : Ibu dan keluarga telah mengetahui
bahwa ibu dan bayinya sudah
diperbolehkan untuk pulang.
3. KIE cara menjaga kebersihan diri bayi
kepada ibu :
a. Mandikan bayi 2x per hari setiap pagi
dan sore
b. Ganti popok bayi secepatnya ketika
bayi BAK atau BAB dengan
membersihkan area genetalia dan
anus bayi menggunakan air bersih
terlebih dahulu dan mengeringkannya
sebelum menggunakan popok yang
baru.
c. Perawatan tali pusat :
(1) Buka kasa penutup tali pusat
31
ketika akan memandikan bayi.
(2) Jangan membilas tali pusat
dengan air maupun
membersihkannya dengan sabun.
(3) Ketika tali pusat terkena air saat
memandikan bayi atau kasa tali
pusat lembab, maka buka kasa
penutup tali pusat sebelumnya
kemudian keringkan tali pusat dan
tutup kembali menggunakan kassa
steril yang baru tanpa diberi
tambahan apapun seperti bedak
maupun betadine.
Hasil : Ibu telah memahamicara menjaga
kebersihan diri bayi dan melakukan
perawatan tali pusat yang benar.
4. Mendokumentasikan tindakan,
Hasil : Semua tindakan telah
didokumentasikan.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara praktek
yang dilakukan di RSUD Karanganyar. Penjelasankesenjangantersebut menurut langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney. Pembahasan ini dimaksudkan
agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahanmasalahdankesenjangan-
kesenjanganyangterjadisehinggadapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yang meliputi:
1. Pengkajian
Sesuai dengan teori Varney, pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasikeadaanpasien
merupakanlangkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, dkk, 2008). Dari
data pengkajian tidak ditemukan kesenjangan antara teori denganpraktik.
2. Interpretasi Data
Pada tinjauan kasus dalam interpretasi data permasalahan yang muncul
berdasarkan pernyataan pasien (Sulistyawati, 2009). Pada interpretasi data yang
sudah dikumpulkan diperoleh diagnosa kebidanan Ny. L P1A0 post partum 6 jam,
normal. Pada kasus Ny. L dengan nifas masalah yang ditemukan pada ibu yaitu
ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. Kebutuhan ibu adalah penjelasan
tentang rasa mules yang dirasakan adalah hal yang wajar karena proses involusi
uterus.Berdasarkan pada kasus di atas diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan
yang timbul sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktik.
3. Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya
Melakukan identifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifikasi
(Varney, 2004). Pada kasus ini tidak ditemukan masalah atau diagnose potensial
sehingga tidak dilakukan antisipasi penanganan oleh bidan. Dalam langkah ini
tidak ditemukan kesenjangan teori dengan praktik.
4. Kebutuhan terhadap Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi
dan menetapkan perlunya tindakan segera
33
olehbidanataudokterdanatauuntukdikonsultasikanatauditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien(Sulistyawati,2009).Pada
kasus ini tidak ada diagnose atau masalah potensial sehingga tidak dilakukan
tidakan segera oleh bidan untuk dikolaborasikan dengan dokter atau tenaga
kesehatan yang lain. Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan teori
dengan praktik.
5. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-
langkahsebelumnyaataudiagnoseyangtelahdiidentifikasi atau antisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney,2007).
Perencanaan asuhan pada ibu nifas normal post partum 6 jam, adalah:
1. Berikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya
2. Observasi KU dan TTV ibu
3. Observasi TFU, kontraksi uterus dan PPV
4. Informasikan pada ibu mengenai rasa mules yang dirasakan
5. Anjuran ibu melakukan mobilisasi dini
6. Berikan terapi pada ibu
7. Dokumentasikan tindakan
Dalamlangkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori danpraktik.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan
keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
aman (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan rencana asuhan sesuai dengan
pelaksanaan, yaitu:
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu
dalam keadaan baik
2. Mengobeservasi KU dan TTV ibu setiap 30 menit
3. Mengobservai TFU, kontraksi uterus dan PPV
4. Menginformasikan kepada ibu mengenaai mules yang dirasakan adalah hal
yang normal. Rasa mules disebabkan karena proses involusi uterus atau
kembalinya keadaan rahim seperti sebelum hamil dan ibu tidak perlu khawatir
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dimulai dengan miring kanan
miring kiri.
6. Memberikan terapi pada ibu :
34
Cefotaxime 1g/12 jam
Ranitidin 50 mg/ 12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ciprofloxacin 500 mg 3x1
Asam Mefenamat 500 3x1
Livron 60 mg 1x1, X tab
Vit A 200.000 IU 1x1, II caps
7. Mendokumentasikan tindakan
Dalamlangkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori danpraktik.
7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana (Sulistyawati, 2009). Evaluasi pada ibu nifas normal post partum 6 jam
yaitu:
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi ibu dalam keadaan baik
2. Telah dilakukan observasi KU dan TTV ibu dengan hasil:
KU : baik
Keasadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 22 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,80C
3. Telah dilakukan observasi TFU, kontraksi uterus dan PPV
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus: baik, keras
PPV : Lochea rubra, warna merah ± 10cc
4. Ibu telah memahami dan mengetahui bahwa rasa mules yang dirasakan adalah
hal yang normal
5. Ibu telah melakukan mobilisasi dini yaitu miring kanan miring kiri
6. Ibu telah memahami pentingnya ber-KB dan bersedia untuk menimbang
kembali alat kontrasepsi yang akan digunakan
7. Telah diberiakn terapi pada ibu, dan ibu bersedia untuk mengonsumsinya
8. Tindakan telah didokumentasikan
Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan teori dengan praktik.
35
Dari tinjauan kasus tersebut dapat diketahui bahwa Ny. L P1A0 umur 23 tahun
dengan nifas normal. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny. L tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
36
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kasus Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6 Jam Dengan PEB Di RSUD
Karanganyar dapat disimpulkan bahwa :
1) Pengkajian data dasar yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada Ny.L
P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6 Jam Dengan PEB Di RSUD Karanganyar sudah
dilakukan pengkajian sesuai dengan teori.
2) Diagnosa dan masalah kebidanan pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6 Jam
Dengan PEB Di RSUD Karanganyar telah sesuai dengan data dasar.
3) Diagnosa dan masalah potensial pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6 Jam
Dengan PEB Di RSUD Karanganyar adalah potensi terjadi eklampsia.
4) Kebutuhan terhadap tindakan segera pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6
Jam Dengan PEB Di RSUD Karanganyar yaitu pemantauan KU DAN VS, dan
kolaborasi dengan dr. SPOG dalam pemberian terapi.
5) Rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6
Jam Dengan PEB Di RSUD Karanganyar telah sesuai dengan masalah dan advice dari
dokter Sp.OG
6) Pelaksaanaan rencana secara efisien dan aman pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post
Partum 6 Jam Dengan PEB Di RSUD Karanganyar telah sesuai perencanaannya.
7) Evaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6
Jam Dengan PEB Di RSUD Karanganyar telah sesuai dengan perencanaan dan
pelaksanaan asuhan.
8) Kasus “ Ny.L P1A0 Umur 23 Tahun Post Partum 6 Jam Dengan PEB Di RSUD
Karanganyar”, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
B. SARAN
1) Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya menggali ilmu lebih dalam tentang asuhan kebidanan nifas
patologis dan dapat menerapkan dengan baik pada setiap kasus yang ditemukan, serta
lebih aktif lagi untuk mendapatkan ilmu dari lahan praktik.
2) Bagi Institsusi Pendidikan
Dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dan pembelajaran dalam bimbingan
asuhan kebidanan.
37
3) Bagi RSUD Karanganyar
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan dan penanganan yang sudah sesuai
dengan SOP dan teori serta evidence based terbaru pada penatalaksanaan asuhan nifas
patologis.
38