Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PRA LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI DI RW 24 KELURAHAN
PRINGGOKUSUMAN GEDONG TENGEN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
ANNISA NURSYAHIDAH
201210201006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PRA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI RW 24 KELURAHAN
PRINGGOKUSUMAN GEDONG TENGEN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada
Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
ANNISA NURSYAHIDAH
201210201006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PRA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI RW 24 KELURAHAN
PRINGGOKUSUMAN GEDONG TENGEN
YOGYAKARTA¹
Annisa Nursyahidah², Tiwi Sudyasih³

INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah sangat serius. Hipertensi disebut juga sebagai silent killer. Dampak hipertensi yang
tidak ditangani dengan baik atara lain stoke, gangguan pada ginjal dan serangan jantung.
Penatalaksanaan hipertensi ada dua, yaitu penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan non farmakologis salah satunya dapat menggunakan teknik relaksasi
progresif, yakni relaksasi otot yang memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan.
Tujuan: Diketahuinya pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap perubahan tekanan darah
pra lansia penderita hipertensi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimen dengan rancangan one
grup pretest postest, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling , berjumlah 12
orang, data dianalisis dengan uji wilcoxon.
Hasil: Dari hasil uji wilcoxon diperoleh nilai signifikan pada tekanan darah sistolik 0,026
(sig<0,05) dan tekanan darad diastolik 0,011 (sig<0,05), artinya terdapat pengaruh teknik
relaksasi progresif terhadap perubahan tekanan darah.
Kesimpulan dan Saran: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi
progresif dapat menurunkan tekanan darah. Bagi responden diharapkan dapat menerapkan
teknik relaksasi progresif sebagai terapi komplementer hipertensi.

Kata Kunci : Relaksasi Progresif, Tekanan Darah, Pra Lansia


Kepustakaan : 25 Buku, 7 Skripsi, 7 Jurnal, 5 Website
Jumlah Halaman : xiii, 72 Halaman, 7 Tabel, 3 Gambar, 15 Lampiran

¹ Judul Skripsi.
² Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
³ Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
Latar Belakang Masalah farmakologis dengan menggunakan obat
dan terapi nonfarmakologis. Besarnya efek
Menurut WHO perkembangan samping yang diakibatkan oleh pengobatan
populasi lansia di negara berkembang secara farmakologi membuat banyak orang
mencapai 75%. Pada tahun 2000 jumlah beralih menggunakan pengobatan non
lansia di Indonesia diproyeksikan farmakologi. Pengobatan non farmakologi
sebanyak 7,28% dan pada tahun 2020 yang dapat dilakukan yaitu menurunkan
meningkat menjadi 11,34% (Kinsela,1993 berat badan, olahraga, mengurangi asupan
dalam Maryam dkk, 2008). garam, tidak merokok, dan hindari stress
Meningkatnya jumlah penduduk (Wahdah, 2011). Selain itu, pengobatan
lansia menandakan suatu negara berada non farmakologi dapat dilakukan dengan
pada tingkat perkembangan yang cukup latihan pernapasan sederhana dan teknik
baik karena tingginya usia harapan hidup relaksasi otot yang mana kedua terapi
(Maryam dkk, 2008). tersebut dapat menghasilkan manfaat
Adanya peningkatan populasi lansia terapi seperti detak jantung yang tenang ,
menimbulkan sesuatu hal yang perlu menurunkan tekanan darah dan
diperhatikan yakni adanya tantangan besar menurunkan tingkat hormon stress (Jain,
bagi pihak yang terkait dalam upaya 2011).
peningkatan kualitas hidup pada lansia Berdasarkan hasil studi pendahuluan
khususnya dalam lingkup kesehatan karena yang telah dilakukan oleh peneliti pada
banyak masalah yang akan terjadi akibat tanggal 6 November 2015 di RW 24
proses menua baik fisik maupun psikis Pringgokusuman Gedong Tengen
(Mubarak dkk, 2009). Yogyakarta didapatkan data penderita
Perkembangan zaman yang begitu hipertensi pra lansia sebanyak 68 orang
pesat menimbulkan dampak perubahan (51%). Hasil wawancara dari 8 orang
pola penyakit dari penyakit menular didapatkan hasil bahwa 5 orang
menjadi penyakit tidak menular. Salah satu menyatakan belum melakukan pengobatan
penyakit tidak menular yang menjadi secara optimal, hanya sebagian kecil warga
masalah sangat serius adalah hipertensi yang mengkonsumsi obat dari Puskesmas
yang disebut sebagai silent killer. dan sebagian lain hanya mendiamkan saja.
Dampak hipertensi yang serius antara Selain itu, masyarakat RW 24 Kelurahan
lain memicu terjadinya stroke, beberapa Pringgokusuman belum mengetahui bahwa
kasus stroke yang terjadi merupakan kasus teknik relaksasi progresif dapat digunakan
yang dipicu oleh tekanan darah yang sebagai terapi alternatif untuk menurunkan
tinggi. Dampak lain dari hipertensi yakni tekanan darah. hal inilah yang membuat
gangguan pada ginjal, terutama pada kasus peneliti tertarik melakukan penelitian di
hipertensi yang tidak terkontrol akan RW 24 Kelurahan Pringgokusuman
menimbulkan berbagai gangguan pada Gedong Tengen Yogyakarta.
ginjal. Gangguan pada ginjal yang sering
terjadi adalah gagal ginjal, yang pada Rumusan Masalah
umumnya timbul akibat hipertensi yang
berlanjut. Dampak buruk lain yang terjadi Dari uraian latar belakang maka
pada komplikasi hipertensi yaitu rumusan masalah penelitiannya adalah
munculnya serangan jantung, jika hal “Adakah pengaruh teknik relaksasi
tersebut tidak tertangani dengan baik dapat progresif terhadap perubahan tekanan
mengarah hingga ke kematian mendadak darah pada pra lansia penderita hipertensi
(HaloSehat, 2015). di RW 24 Kelurahan Pringgokusuman
Pada prinsipnya ada dua macam terapi Gedong Tengen Yogyakarta?”
yang bisa dilakukan untuk mengobati
penyakit hipertensi, yaitu terapi
Tujuan Penelitian Teknik pengambilan sampel ini
menggunakan metode purposive sampling
Tujuan umum dilakukannya penelitian yaitu teknik penentuan sampel dengan
ini adalah diketahuinya pengaruh teknik beberapa pertimbangan tertentu yang
relaksasi progresif terhadap perubahan dibuat oleh peneliti sendiri, berdasakan ciri
tekanan darah pada pra lansia penderita atau sifat-sifat populasi yang sudah
hipertensi di RW 24 Kelurahan diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2012).
Pringgokusuman Gedong Tengen Setelah didapatkan data dianalisis
Yogyakarta.Tujuan khusus dilakukannya menggunakan analisis statistik. Analisis
penelitian ini adalah diketahuinya statistik yang peneliti gunakan adalah uji
karakteristik responden; usia, jenis Wilcoxon Match Pairs Test. Wilcoxon
kelamin dan pendidikan. Diketahuinya Match Pairs Test adalah uji nonparametris
tekanan darah sistolik dan diastolik untuk mengukur signifikansi
sebelum diberikan teknik relaksasi perbedaan antara 2 kelompok data
progresif.Diketahuinya tekanan darah berpasangan berskala ordinal atau interval
sistolik dan diastolik sesudah diberikan tetapi berdistribusi tidak normal
teknik relaksasi progresif.Diketahuinya (Sugiyono, 2012).
signifikansi teknik relaksasi progresif Adapun rumusnya sebagai berikut
terhadap perubahan tekanan darah. (Riwidikdo, 2012):

METODE PENELITIAN [ ]
Penelitian ini merupakan penelitian
pre experiment design dengan rancangan √
One Group Pretest Post Test Design yaitu Keterangan:
rancangan yang tidak ada kelompok z : Standart skor untuk a yang
pembanding (kontrol), tetapi paling tidak dipiih
sudah dilakukan observasi pertama T : Jumlah jenjang yang
(pretest) yang memungkinkan menguji terkecil
perubahan-perubahan yang terjadi setelah n : Banyaknya sampel
adanya eksperimen Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan taraf
Populasi yang digunakan dalam kesalahan 0,050, apabila (p) hitung lebih
penelitian ini adalah pra lansia penderita kecil dari taraf signifikan (p<0,05) maka
hipertensi yang berjumlah 29 orang di RW Ha diterima dan Ho di tolak artinya ada
24 Kelurahan Pringgokusuman Gedong pengaruh teknik relaksasi progresif
Tengen Yogyakarta. Sampel pada terhadap perubahan tekanan darah pada
penelitian ini adalah pra lansia yang pra lansia penderita hipertensi di RW 24
berusia 45 s.d 59 tahun yang mengalami Kelurahan Pringgokusuman Gedong
hipertensi. Menurut Sugiono (2010) Tengen Yogyakarta. Sebaliknya jika (p)
jumlah sampel pada penelitian sederhana hitung lebih besar dari taraf signifikan
berjumlah 10-20 orang. Pada penelitian ini (p>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak
peneliti mengambil sebanyak 12 sampel artinya tidak ada pengaruh teknik relaksasi
yang memenuhi kriteria. Teknik sampling progresif terhadap perubahan tekanan
yang dilakukan oleh peneliti adalah non darah pada pra lansia penderita hipertensi
random (non probality sampling), yaitu di RW 24 Kelurahan Pringgokusuman
teknik pengambilan sampel yang bukan Gedong Tengen Yogyakarta.
secara acak atau pengambilan sampel yang
tidak didasarkan atas kemungkinan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata Penelitian ini dilakukan di RW 24
hanya berdasarkan kepada segi-segi Kelurhan Pringgokusuman.
kepraktisan belaka (Notoatmojo, 2012). Pringgokusuman adalah sebuah kelurahan
yang terletak di Kecamatan Gedongtengen, cenderung meningkat, hal ini disebabkan
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa karena hilangnya elastisitas jaringan dan
Yogyakarta. Memiliki luas wilayah 0,46 arterosklerosis serta pelebaran pembuluh
km² dengan jumlah penduduk 15.617 jiwa. darah (Elisa, Nunung & Uken, 2009,
Batas-batas wilayah Pringgokusuman, dalam Arfiani, 2011). Setelah berusia 45
bagian utara berbatasan dengan Kelurahan tahun, dinding arteri akan mengalami
Bumiijo dan Kelurahan Sosromenduran, penebalan oleh karena adanya
bagian timur berbatasan dengan Kelurahan penumpukan zat kolagen lapisan otot,
Sosromenduran, bagian selatan berbatasan sehingga pembuluh darah akan mengalami
dengan Kelurahan Ngampilan, bagian penyempitan secara berangsur-angsur dan
barat berbatasan dengan Sungai Winongo menjadi kaku (Anggraini, 2009). Hasil
dan Kelurahan Tegalrejo. penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa tekanan darah sistolik
Karakteristik Responden Penelitian meningkat sesuai dengan peningkatan usia,
Responden dalam penelitian ini akan tetapi tekanan diastolik meningkat
berjumlah 12 responden. Responden pada seiring dengan tekanan darah sistolik ±
penelitian ini adalah pra lansia penderita sampai usia 55 tahun yang kemudian
hipertensi di RW 24 Kelurahan menurun karena terjadinya proses
Pringgokusuman Gedongtengen kekakuan arteri akibat aterosklerosis.
Yogyakarta. Responden dikarakteristikkan Ketika seseorang memasuki usia 60 tahun
berdasarkan umur, jenis kelamin dan ⅔ pasien dengan hipertensi sistolik
pendidikan. Berikut karakteristik terisolasi, sedangkan pada usia diatas 75
responden penelitian : tahun ¾ dari seluruh pasien mempunyai
Tabel 4.1 Karakteristik Responden hipertensi sistolik (Sudoyo&Aru, 2006).
Penelitian Berdasarkan jenis kelamin, dapat
diketahui bahwa responden yang paling
Karakteristik N f banyak berjenis kelamin perempuan
(12) (%) berjumlah 7 orang (58%). Alasan
Usia 45-49 tahun 3 25 terjadinya perbedaan tekanan darah
50-54 tahun 4 33 berdasarkan jenis kelamin belum
55-59 tahun 5 42 diketahui, namun diduga karena adanya
penurunan hormon estrogen pada
perempuan setelah mengalami menopause.
Jenis kelamin Perempuan 7 58 Dari survey kesehatan rumah tangga
Laki-laki 5 42 (SKRT) tahun 2004, seseorang yang
Pendidikan SD 5 42 berusia 25 tahun keatas menunjukkan
terakhir SMP 3 25 bahwa 27% laki-laki dan 29% perempuan
SMA 3 25 menderita hipertensi (Akhmad, 2010,
PT 1 8 dalam Arfiani, 2011).
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui Berdasarkan pendidikan dapat
bahwa usia responden yang paling banyak diketahui bahwa pendidikan terakhir
yaitu 55-59 tahun yakni 5 responden responden paling banyak yakni SD
(42%). Hal ini disebabkan oleh perubahan sebanyak 5 responden (42%) Hal ini
alami pada jantung, pembuluh darah dan didukung oleh penelitian yang dilakukan
hormon, akan tetapi bila perubahan ini Murti (2007) yang menyatakan bahwa
disertai faktor-faktor lain maka dapat wanita yang berpendidikan SMP atau
meningkatkan terjadinya hipertensi. SMA mempunyai resiko seperlima lebih
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kecil untuk mengalami hipertensi
bahwa semakin bertambahnya usia dibandingkan dengan yang berpendidikan
seseorang maka tekanan darah akan SD atau tidak sekolah. Selain itu, menurut
Syafiq (2013) dalam Rahmawati (2016), minimum sebesar 130 mmHg dan skor
mengatakan bahwa tingkat pendidikan maksimum 160 mmHg. Mean sebesar
dapat mempengaruhi kemampuan 142,75 dan standar deviasi 7,61.
menerima dan mengolah informasi yang Hasil perhitungan tekanan darah
diperoleh menjadi perilaku yang dapat diastolik sebelum dilakukan teknik
mempengaruhi kesehatan seseorang. relaksasi progresif diperoleh skor
Tingkat pendidikan seseorang dapat minimum sebesar 90 mmHg dan skor
mempengaruhi kemampuan mendengar, maksimum 100 mmHg. Mean sebesar
menyerap informasi, menyelesaikan 94,41 dan standar deviasi 4,81. Hasil
masalah, perilaku dan gaya hidup. Latar perhitungan tekanan darah diastolik
belakang pendidikan akan mempengaruhi sesudah dilakukan teknik relaksasi
pola pikir seseorang tentang kesehatan progresif diperoleh skor minimum sebesar
dalam menjaga kesehatannya. 85 mmHg dan skor maksimum 100
mmHg. Mean sebesar 91,25 dan standar
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik deviasi 4,57.
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Dari hasil penelitian, dapat
Teknik Relaksasi Progresif disimpulkan bahwa terdapat perubahan
1) Deskripsi tekanan sistolik sebelum rerata tekanan sistolik dan diastolik pada
dan sesudah intervensi pra lansia penderita hipertensi di RW 24
Tabel 4.4 deskripsi tekanan sistolik sebelum dan Kelurahan Pringgokusuman Gedong
sesudah intervensi
Tengen Yogyakarta setelah diberikan
Descriptive Statistic
N Min Max Mean Std. perlakuan teknik relaksasi progresif.
Deviation
Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif
Sistolik 12 140 160 148,50 5,91 Terhadap Perubahan Tekanan Darah
pre Pra Lansia Penderita Hipertensi
Sistolik 12 130 160 142,75 7,61 Menurut Corey, Gerald (Nasihah,
post 2012) relaksasi progresif adalah suatu
Sumber: data primer diolah
teknik dalam terapi perilaku untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan
2) Deskripsi tekanan darah diastolik
dengan menggunakan sekelompok otot
sebelum dan sesudah intervensi
Tabel 4.5 deskripsi tekanan diastolik sebelum dan tertentu. Pra lansia akan diberikan
sesudah intervensi kesempatan untuk mempelajari bagaimana
cara menegangkan sekelompok otot
Descriptive Statistic tertentu kemudian melepaskan ketegangan
N Min Max Mean Std.
Deviation tersebut. Bila sudah dapat merasakan
keduanya, pra lansia mulai membedakan
Diastolik 12 90 100 94,41 4,81 sensasi pada saat otot dalam keadaan
pre tegang dan rileks. Sesuatu yang diharapkan
Diastolik 12 85 100 91,25 4,57
adalah pra lansia secara sadar untuk belajar
post merilekskan otot-ototnya sesuai dengan
Sumber: data primer diolah keinginannya melalui suatu cara yang
Hasil perhitungan tekanan darah sistematis. Pra lansia juga belajar
sistolik sebelum dilakukan teknik relaksasi menyadari otot-ototnya dan berusaha
progresif diperoleh skor minimum sebesar untuk sebisa mungkin mengurangi atau
140 mmHg dan skor maksimum 160 menghilangkan ketegangan otot tersebut.
mmHg. Mean sebesar 148,50 dan standar Menurut teori yang dikemukakan oleh
deviasi 5,91. Hasil perhitungan tekanan Edmund Jacobson (Gunawan, 2009 dalam
darah sistolik sesudah dilakukan teknik Guntari, 2012) bahwa teknik relaksasi
relaksasi progresif diperoleh skor progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan dan sugesti. Relaksasi fisik Tabel 4.6 Hasil uji Wilcoxon
yang sistematis dimulai dari bagian atas Tekanan
Darah Asymp.Sig.
tubuh (misalnya dari kepala kemudian Pre-Post
Z
(2-tailed)
Keterangan
turun ke kaki atau bisa juga sebaliknya) Test
yang disertai dengan visualisasi untuk Sistolik -2,228ᵇ 0,026 Sig
memperdalam kondisi rileks sehingga Diastolik -2,546ᵇ 0,011 Sig
mendapatkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan hasil analisis dengan uji
Pada kondisi relaksasi seseorang wilcoxon diperoleh nilai signifikan 0,026
berada dalam keadaan sadar namun rileks, pada tekanan darah sistolik (sig<0,05) dan
tenang, istirahat pikiran, otot-otot rileks, nilai signifikan 0,011 pada tekanan darah
mata tertutup dan pernapasan teratur. diastolik (sig<0,05), sehingga Ho ditolak
Keadaan ini menurunkan rangsangan dari dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
luar (Khare, 2000 dalam Anonim, 2010). disimpulkan bahwa terdapat perubahan
Respon dari teknik relaksasi progresif tekanan darah sistolik dan diastolik
yaitu melawan pelepasan impuls secara sebelum dan sesudah perlakuan teknik
masal. Respon stress dari sistem saraf relaksasi progresif.
simpatis. Kondisi pada tahanan perifer Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
menurun total akibat vasokonstriksi bahwa manfaat teknik relaksasi progresif
arteriol (Arnes, 1999;Udjiati, 2002, dalam dapat menurunkan ketegangan otot,
Anonim, 2010). Penurunan vasokonstriksi kecemasan, insomnia, depresi, kelelahan,
arteriol dan kapiler, sehingga memberi iritabilitas, spasme otot, nyeri leher dan
cukup waktu untuk mendistribusikan punggung, tekanan darah tinggi dan fobia
oksigen dan nutrien ke dalam sel, terutama ringan (Bemstein dan Borkovic, 1973
otak atau jantung dan menyebabkan dalam Anonim, 2010).
metabolisme sel menjadi lebih baik karena Penelitian yang serupa, Timio (Idrus,
produksi energi ATP meningkat. 2015) mencatat tekanan darah setiap empat
Perasaan rileks akan diteruskan ke tahun dari 126 wanita awam Italia dan
hipotalamus untuk menghasilkan membandingkannya dengan tekanan darah
Corticotropin Releasing Factor (CRF), yang didapatkan dari sekelompok
selanjutnya CRF merangsang kelenjar biarawati yang menyendiri selama 20
pituitari untuk meningkatkan produksi tahun. Semua biarawati tinggal didalam
Propioidmelanocortin (POMC) sehingga biara menghabiskan seluruh waktunya
produksi enkephalin oleh medulla adrenal terpencil dalam doa dengan interaksi sosial
meningkat. Kelenjar pituitari juga yang sangat sedikit, sebagaimana aturan
menghasilkan endorphin sebagai agama mereka. Tidak seorangpun dari
neurotransmiter yang mempengaruhi kedua kelompok ini yang merokok,
suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya menggunakan kontrasepsi oral atau
enkephalin dan β endorphin yang berpindah tempat tinggal selama periode
berpengaruh pada kebutuhan tidur, ini. Diet pada kedua kelompok juga tidak
kebutuhan tidur akan terpenuhi dan pra dibatasi. Setelah 20 tahun, tekanan darah
lansia akan merasa lebih rileks dan pada kelompok kontrol (wanita awam
nyaman dalam tidurnya. Italia) meningkat dari 127 mmHg menjadi
Pernapasan yang dilakukan secara 167 mmHg, tetapi pada kelompok
lambat dan panjang lalu menghembuskan biarawati yang menyendiri tetap 127
napas secara pelan dan perlahan juga mmHg, ini mendukung bahwa stres
memicu sinkronisasi getaran seluruh sel memegang peranan penting dalam
tubuh dan gelombang medan bioelektrik perkembangan hipertensi.
pun menjadi sangan tenang (Setiawan, Hubungan antara tingkat stres dengan
2000 dalam Guntari, 2012). tekanan darah diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, yang dapat meningkatkan Pringgokusuman Gedong Tengen
tekanan darah secara bertahap. Stres atau Yogyakarta sesudah diberikan intervensi
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, berupa teknik relaksasi progresif reratanya
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa adalah 142,75 mmHg dan tekanan darah
marah, dendam, rasa takut dan rasa diastolik pada pra lansia penderita
bersalah), dapat merangsang kelenjar anak hipertensi di RW24 Kelurahan
ginjal melepas hormon adrenalin dan Pringgokusuman Gedong Tengen
memacu jantung berdenyut lebih cepat Yogyakarta didapatkan rerata sebesar
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah 91,25 mmHg.
akan meningkat (Saputri, 2010). Penderita Terdapat perbedaan yang signifikan
hipertensi yang dapat penatalaksanaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik
hipertensi atau tidak cenderung memiliki pada pra lansia penderita hipertensi di RW
tekanan darah yang tinggi meski ada 24 Kelurahan Pringgokusuman Gedong
kalanya tekanan darah pada lansia berada Tengen Yogyakarta sebelum dan sesudah
dalam batas normal. Kondisi akan diberikan intervensi berupa teknik
diperburuk dengan adanya peningkatan relaksasi progresif. Hasil uji analisis
tekanan darah akibat stres, maka tekanan wilcoxon didapatkan nilai p=0,026 dan
darah akan menjadi semakin tinggi. p=0,011 (p<0.05), dapat diartikan bahwa
Apabila kondisi ini terus menerus dalam teknik relaksasi progresif dapat
waktu yang lama tanpa penanganan yang mempengaruhi perubahan tekanan darah
tepat maka tekanan darah tinggi tersebut yakni berupa penurunan yang signifikan.
akan sulit dikontrol. Tekanan darah yang
tidak terkontrol, akan menjadikan Saran
penyebab utama penyakit stroke 1. Bagi Puskesmas
(Prasetyorini, 2012). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Dari penjelasan di atas, dapat menjadi tambahan materi dalam promosi
disimpulkan bahwa teknik relaksasi kesehatan terkait dengan terapi non
progresif dapat menurunkan tekanan darah farmakologi pada penderita hipertensi.
pada pra lansia penderita hipertensi di RW 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
24 Kelurahan Pringgokusuman Gedong Memperbanyak jumlah responden dan
Tengen Yogyakarta. melakukan pengukuran tekanan darah
secara kontinyu.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis data dan
Anonim. (2010). Teknik Relaksasi
pengujian hipotesis dapat disimpulkan
Progresif Terhadap Insomnia Pada
bahwa:
Lanjut Usia dalam
Tekanan darah sistolik pada pra lansia
http://herodessolutiontheogeu.wordpre
penderita hipertensi di RW 24 Kelurahan
ss.com/2012/11/teknik-relaksasi-
Pringgokusuman Gedong Tengen
progresif-terhadap-html. Diakses pada
Yogyakarta sebelum diberikan intervensi
tanggal 29 Mei 2016.
berupa teknik relaksasi progresif reratanya
Anggraini, D.A., Waren, A., Situmorang,
adalah 148,50 mmHg dan tekanan darah
E. (2009). Faktor-Faktor yang
diastolik pada pra lansia penderita
Berhubungan dengan Kejadian
hipertensi di RW24 Kelurahan
Hipertensi pada Pasien yang Berobat
Pringgokusuman Gedong Tengen
di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Yogyakarta didapatkan rerata sebesar
Bangkinang Periode Januari sampai
94,41 mmHg.
Juni 2008 dalam
Tekanan darah sistolik pada pra lansia
http://yayanakhyar.files.wordpress.co
penderita hipertensi di RW 24 Kelurahan
m/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian- Guntari, N.A. (2012). Pengaruh Teknik
hipertensi.pdf. Diakses tanggal 22 Mei Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat
2016. Nyeri Pada Lanjut Usia Penderita
Ardiani. (2009). Pengaruh Terapi Musik Asam Urat di Posyandu Krikilan
Gamelan Jawa Terhadap Tingkat Sleman. Skipsi Tidak Dipublikasikan.
Depresi Pada Lanjut Usia di Panti STIKES „Aisyiyah Yogyakarta.
Sosial Tresna Wredha Budhi Dharma Halosehat. (2015). 11 Bahaya Darah
Yogyakarta. Skripsi Tidak Tinggi-Akibat Sangat Mematikan.
Diterbitkan. Program Studi Ilmu Diakses di
Keperawatan. STIKES Surya Global http://halosehat.com/penyakit/darah-
Yogyakarta. tinggi/bahaya-darah-tinggi pada 28
Arfiani. (2011). Pengaruh Pemberian Februari 2016.
Seduhan Rosella dan Madu Terhadap Handoyo. (2006). Manfaat Relaksasi Otot
Tekanan Darah Pada Penderita Progresif. Jakarta : EGC.
Hipertensi di RW 1 Kelurahan Harmono, R. (2010). Pengaruh Latihan
Notoprajan Ngampilan Yogyakarta, Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Skripsi tidak dipublikasikan. STIKES Penurunan Tekanan Darah Klien
„Aisyiyah, Yogyakarta. Hipertensi Primer Di Kota Malang.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Tesis Tidak Diterbitkan Fakultas Ilmu
Suatu Pendekatan Praktek, ed.revisi. Keperawatan Program Studi Magister
Jakarta: Rineka Cipta. Ilmu Keperawatan Universitas
Ari, P._____ Pengaruh Relaksasi Indonesia.
Progresif Terhadap Tingkat Hidayat, A. A., (2007). Metode Penelitian
Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia Keperawatan Dan Teknis Analisis
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Data. Jakarta: Salemba Medika.
Surakarta. Surakarta. Idrus, M., F. (2015). Hubungan Stress dan
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Hipertensi. Di akses di
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu. http://www.artikelkedokteran.com/291
Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi /hubungan-stress-dan-
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: hipertensi.html#sthash.eQLc41P1.dpb
Rineka Cipta. s. Diakses pada tanggal 18 juli 2016.
Charlesworth., Edward. A., Nathan, R. G. Jain, R. (2011). Pengobatan Alternatif
(2004). Stress Management: A untuk Mengatasi Tekanan Darah
Comprehensive Guide To Wellness. Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Edisi revisi. Ballantine Books. Kompas. (2011). Hipertensi, The Silent
Dahlan, M., S. (2009). Statistik Untuk Killer of Death dalam
Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 4. http://www.kompasiana.com/de-
Jakarta: Salemba Medika. be/hipertensi-the-silent-killer-of-
Departemen Agama Republik Indonesia. death54f8930ba33311ce098b46cb
(2004). Al-Qur‟an dan Terjemahnya. diakses tanggal 7 November 2015.
Bandung: Jumanatul „Ali-ART (J- Kusyati. (2007). Ketrampulan dan
ART). Prosedur Laboratorium Ketrampilan
Depkes RI. (2013). Hipertensi penyebab Dasar. Jakarta: EGC.
kematian nomor tiga dalam Lisnawati, E. (2010). Efektivitas Konsumsi
http://www.depkes.go.id, diakses Semangka Terha dap Tekanan Darah
tanggal 22 November 2015. pada Usia Lanjut Penderita
„Abdullah Bin Muhammad Bin Hipertensi di Dusun Ploso Wonolelo
„Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh. Pleret Bantul. Skripsi Tidak
(2004). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6. Dipublikasikan. STIKES „Aisyiyah
Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i. Yogyakarta.
Maryam, R., S., .Jubaedi, A., Batubara, I. Safitri, W., & Agustin, W., W. (2015).
(2008). Mengenal usia lanjut dan Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif
perawatannya. Jakarta: Salemba Terhadap Penurunan Tingkat
Medika. Insomnia Pada Lansia Di Panti Wreda
Martuti, A. (2009). Merawat & Dharma Bakti Kasih Surakarta, Jurnal
Menyembuhkan Hipertensi Penyakit KesMaDaSka. 56-59.
Tekanan Darah Tinggi. Bantul: Kreasi Saputri, D., E., (2010). Hubungan Stres
Wacana Offset. Dengan Hipertensi Pada Penduduk Di
Mubarak, W., I., Chayatin, N. (2009). Ilmu Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data
Keperawatan Komunitas 2 Teori Dan Riskesdas 2007). Tesis Tidak
Aplikasi Dalam Praktik Dengan Diterbitkan Fakultas Kesehatan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Masyarakat Program Pasca Sarjana
Komunitas, Gerontik Dak Keluarga. Universitas Indonesia.
Jakarta: EGC. Sari, D., N. (2010). Efektifitas Rosella
Murti. (2007). Hubungan Antara Tingkat Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pendidikan dan Hipertensi Wanita di Pada Penderita Hipertensu Di RT 3
Kabupaten Sukoharjo dalam Dan 4 Candikarang Sardonoharjo
http://leonard.files.wordpress.com, Ngaglik Sleman Yogyakarta. Skripsi
diakses pada tanggal 29 Mei 2016. tidak dipublikasikan. STIKES
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi „Aisyiyah Yogyakarta.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Shadine, M. (2010). Buku Kedokteran:
cipta. Mengenal Penyakit Hipertensi,
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Diabetes, Stroke, Dan Serangan
Gerontik Edisi 3. Jakarta: EGC. Jantung Edisi VI. Jakarta: EGC.
Palmer, A dan William. (2007). Simple Stanley, M., & Beare, P., G. (2007). Buku
Guiden Tekanan Darah Tinggi. Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Jakarta: Erlangga. Jakarta: EGC.
Rahajeng, E. dan Tuminah, S. (2009). Syahrani, E. (2013). Wah Ribuan Anak
Prevalensi Hipertensi dan Muda Jogja Terserang Tekanan
Determinannya di Indonesia. Majalah Darah Tinggi dalam
Kedokteran Indonesia. 59 (12). 581- http://www.harianjogja.com, diakses
582. tanggal 1 November 2015.
Rahmawati, N. (2016). Hubungan Asupan Sudoyo dan Aru W. (2006). Buku Ajar
Lemak dan Rasio Lingkar Pinggang Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Panggul (RLPP) Dengan Kadar Low Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Density Lipoprotein (LDL) pada Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Wanita Menopause di Posyandu Kedokteran Universitas Indonesia.
Ngudi Waluyo Surakarta (Doctoral Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Disestation, Universitas Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Muhammadiyah Surakarta. cet.17. Bandung : Alfabeta.
Ramba, Ghani, dan Hendrik. (2005). Sustrani, L., Alam, S. & Hadibroto, I.
Efektifitas Relaksasi Progresif untuk (2006). Hipertensi, Vita Health
Menurunkan Tekanan Darah pada Informasi Lengkap untuk Penderita
Penderita Hipertensi Essensial. dan Keluarganya. Jakarta: Gramedia
Makasar. Pustaka Utama.
Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan Udjianti. (2010). Keperawatan
(Dengan Aplikasi SPSS Dalam Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba
Prosedur Penelitian). Yogyakarta: Medika.
Rohima Press.
Utami. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Luhur Yogyakarta. Skripsi tidak
Hipertensi. Jakarta: Agromedia dipublikasikan. STIKES „Aisyiyah
Pustaka. Yogyakarta.
Wahdah, N. (2011). Menakhlukkan William. (2007). Tekanan Darah Tinggi.
Hipertensi Dan Diabetes. Yogyakarta: Jakarta: Erlangga.
Multi press. Williams, Lipponcott dan Wilkins. (2008).
Wibowo, M.A. (2010). Pengaruh Nursing: Memahami Berbagai
Pemberian Jus Mentimun Terhadap Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks.
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Yundini. (2006). Faktor Resiko Terjadinya
Dan Diastolik Penderita Hipertensi Hipertensi. Jakarta: EGC.
Esensial Pada Lansia Di Pstwbudi

Anda mungkin juga menyukai