Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan panduan ini dengan judul :
“Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Permata Hati.” Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing
umatnya dari segala bentuk kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral
serta menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Panduan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi RSU Permata Hati
Tahun 2019. Meskipun panduan ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam pelaksanaannya,
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.

Muara Bungo, Agustus


2019

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN .............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR… .............................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup ......................................................................... ...............................................2
1.3 Batasan Operasional .................................................................. ...............................................2
1.4 Landasan Hukum .....................................................................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAKERJAAN
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia......................................................................................... 6
2.2 Distribusi Ketenagakerjaan..................................................................................................... 6
2.3 Pengaturan Jaga ...................................................................................................................... 7
BAB III STANDAR FASILITAS
Denah Ruangan ...................................................................................................................... 10
Standar Fasilitas ..................................................................................................................... 11
BAB IV KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4.1 Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ....................................................................... 19
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
5.1 Tata Laksana Pendaftaran Pasien .................................................................................... 20
5.2 Tata Laksana Sistem Pelayanan ....................................................................................... 21
5.3 Tata Laksana Sistem Komunikasi ................................................................................... 12
5.4 Tata Laksana Sitem Pelayanan Triase ............................................................................. 22
5.5 Tata Laksana Pengisian Lembar Informend Consent....................................................... 24
BAB VI LOGISTIK
6.1 Logistik Standar Pelayanan Prosedur .................................................................................................... 28
BAB VII KESELAMATAN PASIEN
Pengertian .............................................................................................................................................. 30

iv
Tujuan ....................................................................................................................................... 30
Standar Keselamatan Pasien ..................................................................................................... 30
Kejadian Tidak Diharapkan...................................................................................................... 31
Kejadian Nyaris Cidera ............................................................................................................ 31
Kesalahan Medis ...................................................................................................................... 31
BAB VIII KESELAMATAN KERJA
Pengertian ................................................................................................................................. 33
Tujuan ....................................................................................................................................... 34
Tindakan Yang Beresiko Terpajan ........................................................................................... 34
BAB IX PENGENDALIAN MUTU
9.1 Pengendalian Mutu .............................................................................................................. 35
BAB X PENUTUP
10.1 Penutup .............................................................................................................. 36

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RSU PERMATA HATI khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di
IGD RSU PERMATA HATI harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RSU
PERMATA HATI.
B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya pedoman pelayanan instalasi gawat darurat
RSU PERMATA HATI BUNGO ini adalah untuk memberikan arah atau standar bagi seluruh
petugas yang bekerja diinstalasi gawat darurat dalam memberikan pelayanan pada pasien
khususnya pelayanan gawat darurat.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba–tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolonngan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan : Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, keadaan
gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, keadaan tidak gawat dan tidak
darurat.

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta
kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba–tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya.
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat–tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain–lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain–lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
system/organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) System /organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma/cedera
b. Infeksi
c. Keracunan (poisoning)
d. Degerenerasi (failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolit)
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4–6), sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama. Dengan
demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1) Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
4) Ditempat kejadian
5) Dalam perjalanan ke rumah sakit
6) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E. Landasan Hukum
1. Undang–undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701/YANMED/RSKS/GDE
/VII/1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat.
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Undang-undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Tabel 2.1
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Ka.Instalasi Gawat Darurat Dokter umum Bersertifikat


ACLS/ATLS

2 Ka Ru IGD D III Keperawatan Bersertifikat BTCLS

3 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan Bersertifikat BTCLS

4 Dokter jaga IGD Dokter umum Bersertifikat


ACLS/ATLS

5 Logistik Semua team -

6 Administrasi SMU -

7 Kebersihan dan Non medis -


pemeliharaan

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 1 (Satu) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS Kategori :

a. 1 orang Perawat pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan ruangan)
2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 1 (satu) dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS
Kategori :
a. 1 orang Perawat Pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat/bidan ruangan)
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 1 (satu) dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS.
Kategori :

a. 1 orang Perawat Pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh


perawat/bidan ruangan).
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang
(Karu) IGD dan disetujui oleh Kepala IGD Rumah Sakit Umum PERMATA HATI.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan kepala perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan ijinkepada Kepala Ruang IGD. Pemberian ijin akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat
daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Kepala Ruangan IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Kepala Ruangan IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah
mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka Kepala Ruangan IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang
hari itu libur.

2. Pengaturan Jaga Dokter IGD RSU PERMATA HATI


a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat Darurat dan
disetujui oleh Direktur rumah sakit.
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Kepala
Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Kepala Instalasi Gawat Darurat dan diharapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Kepala Instalasi
Gawat Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh
dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak didapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.

3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen di RSU PERMATA HATI


a. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
b. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan maka :

1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Manager


Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut sudah
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen
pengganti.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Ponex

Isolasi

Observasi

Non Bedah
Non Bedah

Bedah

Bedah

Resusitasi
B. Standar Fasilitas
Sebagai Instalasi Gawat Darurat yang bertanggung jawab di bidang pelayanan, sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan kasus kegawat daruratan
harus mampu menjangkau berbagai pelayanan kegawatdaruratan antara lain :
1. Pelayanan sumber daya meliputi tenaga, sarana, dan prasarana serta pelayanan yang diperlukan
untuk pelayanan medis dan asuhan keperawatan kepada pasien gawat darurat yang dirujuk ke
IGD RSU PERMATA HATI.
2. Penyediaan ruangan tempat kerja lengkap dengan sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan pelayanan.
3. Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga tentang rencana tindakan yang akan
dilaksanakan.
4. Pemberian informasi tentang asuhan keperawatan IGD dan rencana program selanjutnya di unit
terkait.
5. Fasilitas pelatihan dan pendidikan untuk tenaga staf rumah sakit di lingkup IGD.
a. Fasilitas &sarana
IGD RSU PERMATA HATI berlokasi di gedung utama yang terdiri dari ruangan triase,
ruang resusitasi, ruangan tindakan dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi terdiri dari 1
(satu) tempat tidur, ruangan tindakan terdiri-dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan observasi
terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.
Ruang dekontaminasi di IGD sesuai peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1) Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau terpisah dengan
ruangan gawat darurat.
2) Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam dan dilengkapi
dengan alat penutup pintu otomatis.
3) Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan brangkar.
4) Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
5) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
6) Ruangan dilengkapi dengan wastafel dan pancuran air (shower)
b. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat daruratan. Untuk
menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik maka perlu :
1) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
2) Ruangan dilengkapi dengan wastafel dan pancuran air (shower)
c. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat daruratan. Untuk
menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik maka perlu :
d. Sarana dan prasarana :
1) Obat dan cairan infuse untuk emergency
2) Peralatan emergency set
3) Alat komunikasi
4) Alat tulis kantor
5) Buku pelayanan dan prosedur tetap di IGD
6) Buku pedoman pelaksanaan pelayanan kegawat daruratan medis
7) Ruang kerja lengkap dengan mebel air
8) Kendaraan ambulans siap 24 jam
e. Tenaga :
1) Satu tenaga untuk menjabat sebagai Kepala IGD
2) Beberapa tenaga paramedik perawatan dan non perawatan yang diperlukan Tim Reaksi
Cepat.
3) Tenaga medis perbantuan dari staf medis fungsional yang diperlukan untuk
pelayanan medis gawat darurat.
f. Dana :
Dana operasional Instalasi Gawat Darurat dibebankan pada anggaran operasional Rumah
sakit.
Fasilitas peralatan dan obat yang harus tersedia di IGD tergantung pada klasifikasi Instalasi
Gawat Darurat rumah sakit.
g. Alat–alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction (1 set)
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter (2 set)
3) Laringoskope anak dan dewasa (1 set)
4) Spuit semua ukuran (masing–masing 20 buah)
5) Oropharingeal air way
6) Infus set / transfusi set (10 / 5 buah)
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus dan penghalang
(2 buah)
8) Gunting besar (2 buah)
9) Trolly Emergency yang berisi alat–alat untuk melakukan resusitasi (1 buah)
10) Ambu bag (1 buah)
11) Monitor EKG (1 buah)
12) Stetoskop (1 buah)
13) Tensi meter (1 buah)
14) Thermometer (1 buah)
15) Tiang Infus (2 buah)
16) Otoscope
h. Alat–alat untuk ruang tindakan bedah
1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set).
2) Verban segala ukuran :
a) 4 x 5 em (5 buah)
b) 4 x10 em (5 buah)
3) Vena seksi set (1 set)
4) Benang–benang/jarum segala jenis dan ukuran :
a) Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
b) Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
c) Jarum (1 set)
5) Lampu sorot (1 buah)
6) Kassa (1 tromol)
7) Ganti verban set (1 set)
8) Stomach tube / NGT semua ukuran
9) Spuit sesuai kebutuhan
a) 50 cc (5 buah)
b) 20 cc (5 buah)
c) 10 cc (10 buah)
d) 5 cc (10 buah)
e) 3 cc (10 buah)
f) 1 cc (10 buah)
10) Infus set (1 buah)
11) Dower Catheter segala ukuran
12) Emergency lamp (1 buah)
13) Stetoskop (1 buah)
14) Tensimeter (1 buah)
15) Thermometer (1 buah)
16) Elastis verban sesuai kebutuhan
a) 6 inchi (1 buah)
b) 4 inchi (2 buah)
c) 3 inchi (1 buah)
17) Tiang infus (2 buah)
i. Alat–alat untuk ruang tindakan non bedah :
1) Stomach tube / NGT semua ukuran
2) Urine bag (3 buah)
3) Nebulizer (3 buah)
4) Infus set (1 buah)
5) IV catheter semua nomer (1 set)
6) Spuit sesuai kebutuhan
7) Tensimeter (1 buah)
8) Stetoskop (1 buah)
9) Thermometer (1 buah)
10) Tiang infus (1 buah)
j. Alat–alat untuk ruang observasi
1) Tensi meter (1 buah)
2) Oxygen lengkap dengan flow meter (1 buah)
3) Termometer (1 buah)
4) Stetoskop (1 buah)
5) Standar infus (1 buah)
6) Infus set (1 set)
7) IV catheter segala ukuran (1 set)
8) Spuit sesuai kebutuhan
k. Alat–alat dalam trolly emergency
1) Obat Life saving (pada standar obat IGD RSU PERMATA HATI
2) Obat penunjang (pada standar obat IGD RSU PERMATA HATI

l. Alat–alat kesehatan
1) Ambu bag/Air viva anak (1 buah)
2) Laringoscope anak (1 set)
3) Face mask (1 buah)
4) Urine bag non steril (5 buah)
5) Spuit semua ukuran
6) Infus set (1 set)
7) Endotracheal tube (dewasa dan anak)
a) Nomer 2.5 (1 buah)
b) Nomer 3 (1 buah)
c) Nomer 4 (1 buah)
d) Nomer 7 (1 buah)
e) Nomer 7.5 (1 buah)
f) Nomer 8 (1 buah)
8) Slang oksigen sesuai kebutuhan
9) Stomach tube/NGT
a) Nomer 3,5( 10 buah )
b) Nomer 5 ( 10 buah )
c) Nomer 8 ( 5 buah )
10) IV catheter sesuai kebutuhan
a) Nomer 24 Cath (1inch dan 3/4 inchi)
6. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSU PERMATA HATI saat ini memiliki 2
(dua) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
a. Fasilitas dan Sarana untuk Ambulance
1) Perlengkapan Ambulance
a) Sabuk pengaman
b) AC
c) Sipine
d) Sumber listrik/stop kontak
e) Lampu ruangan
2) Alat dan Obat untuk Ambulence
a) Tabung Oksigen (1 buah)
b) Mesin suction (1 buah)
c) Tas Emergency yang berisi :
 Obat–obat untuk life saving
 Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % (5 / 10 kolf )
 Senter (1 buah)
 Stetoskop (1 buah)
 Tensimeter (1 buah)
 Gunting verban (2 buah)
 Tongue Spatel (1 buah)
 Reflex hummer (1 buah)
 Infus set (1 buah)
 Spuit semua ukuran (masing masing 3 buah)
b. Standar Obat IGD RSU PERMATA HATI
1) Obat Live Saving

a) Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1 Adona AC 10 ml Ampul Haemostatic

2 Aminophilin Ampul Anti asmatic dan COPD


preparations
3 Ampicillin Vial Antibotik

4 Catapres Ampul Other Anti hypertensive

5 Ceftriaxone Vial Antibiotik

6 Cefotaxime Vial Antibotik


7 Meropenem Vial Antibiotik

8 Clatak Vial Antibiotik

9 Diazepam Ampul Minor Transquillier

10 Dexamethasone Ampul Anti radang

11 Ephinephrin Ampul Asnastetic lokal &


general
12 Lasik Ampul Diuretics

13 Lidocain Ampul Anastetic lokal

14 Metro clopramide Ampul Anti emetik

15 Metrodinazol Vial Antibiotik

16 Phenobarbital Ampul Sedatif

17 Benutrion Botol

18 Ranitidine Ampul Antacida

19 Vit K Ampul Anti perdarahan

20 Meylon 25 ml Flacon

21 Kanamiccin Vial

22 Glibotik Vial Antibiotik

23 Streptomiccin Vial

24 Phental Ampul

25 Colsancetine Vial Antibiotik

26 Genthamicine ampul

27 Paracetamol infus Botol

28 Neurobion Ampul

29 Piracetam Ampul

30 Ondancetron Ampul

31 Ceterolax Ampul

b) Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Asering Kolf

2. Dextrose 5 % 500 ml Kolf

3. Dextrose 5 % 250 ml Kolf

4. Dextrose 10 % 500 ml Kolf

5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf

6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf


7. Kaen 3 B Kolf

8. Kaen 3 A Kolf

9. Manitol 250 cc Kolf

10. Nacl 0,9 % 100 ml Kolf

11. Nacl 0,9 % 500 ml Kolf

12. Ringer Dextrose Kolf

13. Ringer Lactat Kolf

14. Nacl Kolf

15. DS1/4S Kolf

16. Aqua irrigator Kolf

c) Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif

2. Stesolid 10 mg rect Tube 5 Sedatif

3. Dumin 125 mg rect Tube 5 Anti piretik,


Analgetik
4. Dumin 250 mg rect Tube 5 Anti piretik ,
Analgetik

d) Obat Tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Aspilet Tablet

2. Inderal Tablet

3. Dobutamin Tablet

4. Isorbit Tablet

5. Merislon Tablet

6. Propanolol Tablet

7. Strocain Tablet

8. Norit Tablet

9. Asam Traexsamat Tablet


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab Perawat IGD
a. Petugas Administrasi
b. Perangkat Kerja Status Medis

2. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD

a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien/keluarga dibagian


admission/pendaftaran.
b. Bila keluarga tidak adapetugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari identitas
pasien.
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status untuk
diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan di IGD,
sementara keluarga/penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian admission.
e. Bila pasien tidur di IGD penuh, maka akan dilakukan penambahan tempat tidur untuk pasien
gawat darurat. Sementara untuk pasien yang tidak gawat tidak darurat akan disediakan kursi
dan diminta untuk duduk terlebih dahulu, kemudian petugas IGD akan melakakukan
anamnesa sambil menunggu bed tersedia untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
f. Bila pasien IGD penuh, sedangkan petugas IGD saat itu tidak mencukupi, maka petugas akan
melapor ke kepala keperawatan atau SPV untuk meminta bantuan.
g. Bila tempat tidur atau ruangan untuk pasien rawat inap penuh, maka pertugas harus
menstabilkan kondisi pasien dan mengarahkan pasien kepelayanan kesehatan lain yang sesuai
dengan kebutuhan pasien/petugas akan melakukan rujukan pelayanan kesehatan yang dapat
memenuhi kebutuhan pasien.

h. Pasien rawat inap yang akan ditranfer keruang rawat inap akan dipindahkan sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pasien dengan sesak dalam proses pemindahannya menggunakan
oksigen portabel dan petugas IGD berkordinasi dengan perawat ruangan untuk menyiapkan
oksigen di ruangan.
i. Kamar operasi dan labor, radiologi dan unit pasca anestesi RSU PERMATA HATI
mendahulakan pasien yang membutuhkan penanganan segera atau cyto.
j. Untuk efisiensi layanan logistik misalnya prosedur operasi yang berkesinambungan untuk
penggelolaan sampah medis dapat digunakan satu plastik untuk 2 pasien.
k. Efisiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan kepada klien misalnya akses
pelayanan yang bersifat mendukung atau bantuan spritual tertuang dalam panduan HPK.
ALUR PENUMPUKAN INTERNAL IGD

Pasien di IGD

TRIASE

Merah Kuning Hijau Hitam

Poli RS. Poli RS. K.


Resusitas R.OBS
Umum Lain Umum Lain Jenazah

OK Dirujuk
ALUR PENUMPUKAN EKSTERNAL

Apabila terjadi keadaan darurat Lapor kepada security/IPSRS agar dapat


kebakaran/gempa bumi memberikan bantuan/meminta bantuan

Tenang, jangan panik. Jalan


dengan tertib

Gunakan tangga darurat dan


jangan menggunakan lift. Ikuti
arah panah jalur evakuasi/ikuti
arahan dari petugas evakuasi
(security/IPSRS)

Amankan titik kumpul


B. Tata Laksana Pelaksanaan Sistem Instalasi Gawat Darurat

1. Petugas Penanggung Jawab


a. Petugas Operator
b. Dokter / perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Pesawat telpon
b. Hand phone

C. Tata Laksana Sistem Komunikasi Instalasi Gawat Darurat

1. Antara IGD dengan unit lain dalam Rumah Sakit Umum Permata Hati adalah dengan nomor
extension masing-masing unit (untuk IGD 107).
2. Antara IGD dengan dokter konsulen rumah sakit lain yang terkait dengan pelayanan diluar
rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD dengan menggunakan
kode PIN yang dimiliki oleh masing masing unit.
3. Dari luar Rumah Sakit PERMATA HATI dapat langsung melalui operator langsung.
D. Tata Laksana Pelayanan Triase
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensimeter
c. Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke bagian admission (SPO–IGD-107)
b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama (I merah, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
d. Prioritas kedua (II kuning, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah/non bedah.
e. Prioritas ketiga (III hijau, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang non
bedah.
f. Prioritas 0 (Hitam) kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah, hanya perlu
terapi supertif contoh : henti jantung kritis, trauma kepala kritis.
4. Skema Triase Rumah Sakit
Skema masuk ke Instalasi Gawat
Darurat

Label Merah Label Kuning Label Hijau Label Hitam


Ruang Ruang Observasi Ruang Kamar Jenazah
resusitasi dan Pemeriksaan Observasi
Penunjang

E. Tata Laksana Pengisian Lembar Informend Consent


1. Petugas Penangung Jawab
a. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
Pelaksanaan informed consent dianggap benar jika memenuhi :
a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk dilakukan tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik.
b. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan.
c. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh pasien yang sehat mental dan
memang berhak memberikannya dari segi hukum.

d. Persetujuan atau penolakan tidakan medis diberikan setelah diberikan cukup adekuat
informasi atau penjelasan yang diperlukan.

e. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan :

1) Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab utama
memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi
dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan pada dokter lain dengan
sepengetahuan dokter yang bersangkutan.

2) Perawat hanya bertindak sebagai saksi dalam informed consent. Isi informasi :
a) Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medic yang
akan dilakukan.
b) Cara yang dilakukan.
c) Resiko dan komplikasi yang terjadi.
d) Alternative tindakan medis yang tersedia dan serta resiko masing- masing.
e) Prognosis kasus bila tindakan medis itu dilakukan.
f) Diagnosis.
Cara menyampaikan informasi :
a) Informasi diberikan secara lisan. Pemberian informasi secara tertulis hanya sebagai
pelengkap penjelasan.
b) Cara menyampaikan tujuan dapatsecara lisan maupun tertulis. Untuk yang memiliki
resiko tinggi harur tertulis dan memiliki prosedur yang berlaku.
c) Demi kepntingan pasien informed consent tidak diperlukan untuk penderita gawat
darurat yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga yang berhak memberikan
persetujuan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

F. Tata Laksana Pasien Transportasi Instalasi Gawat Darurat


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Supir Ambulans
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulance RSU PERMATA HATI sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD.
b. Perawat IGD menuliskan data-data penggunaan ambulan (nama pasien, ruang rawat inap,
waktu penggunaan dan tujuan penggunaan).
c. Perawat IGD menghubungi bagian dan supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan.
d. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

G. Tata Laksana Pelayanan False Emergensi


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat Admission
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensi meter
c. Alat Tulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat/observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang.
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

H. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Rekam Medis
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Formulir Visum Et Repertum IGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medis.
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang menangani
pasien terkait.
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli diberikan
pada pihak kepolisian
I. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA)
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
b. Petugas Satpam
2. Perangkat Kerja
a. Senter
b. Stetoscope
c. Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD (DOA)
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah.
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal.
d. Jenazah dipindahkan/diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum/keamanan.
J. Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulance
b. Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang akan
dibawa, kepada perawat IGD RSU PERMATA HATI.
b. Isi informasi mencakup :
1) Keadaan umum (kesadaran dan tanda–tanda vital)
2) Peralatan yang diperlukan di IGD (suction, monitor, oksigen)
3) Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
4) Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD dan Penanggung Jawab Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas
ambulan.
K. Tata Laksana Sistem Rujukan
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter IGD
b. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Formulir persetujuan tindakan
c. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a. Alih Rawat
1) Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan mengenai
keadaan umum pasein

4. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RSU PERMATA
HATI bulan 118 sesuai kondisi pasien
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RSU PERMATA HATI.
b. Spesimen
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
BAB V
LOGISTIK

Setiap jenis pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI dilaksanakan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). yang tersedia sehubungan dengan kegiatan
persediaan alat kesehatan dan obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI.
Standar Prosedur Operasional permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan ditetapkan
sebagai acuan melaksanakan alur permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan, sehingga
alur permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan yang teratur akan membantu
kelancaran aktivitas Instalasi Gawat Darurat.

Pengajuan Cek Stok Bon permintaan ke Persetujuan kepala


permintaan alkes obat- farmasi IGD

Buku Tempat Petugas IGD Petugas


penerimaan penyimpana farmasi
alkes & obat- n
obatan

Gambar 6.1 Alur permintaan dan penerimaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan

Berdasarkan alur tersebut diatas, maka prosedur permintaan reagensia dibuat dengan format
yang seragam sebagai berikut :

1. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan mengecek yang perlu diadakan.
2. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan, menulis permintaan reagensia pada
formulir “Bon permintaan ke Farmasi” yang berisi : Nomor urut, nama barang, satuan,
permintaan (diminta / dikoreksi), diberikan dan keterangan.
3. Formulir tersebut diserahkan kepada petugas Farmasi setelah disetujui oleh kepala IGD.
Sedangkan prosedur penerimaan reagensia adalah :
1. Petugas instalasi Farmasi menyerahkan alat kesehatan dan obat-obatan yang sudah dibeli kepada
petugas IGD yang bertugas.
2. Petugas IGD yang menerima alat kesehatan dan obat-obatan menulis pada buku penerimaan,
kemudian ditanda tangani oleh yang menerima dan memberikan alat kesehatan dan obat-obatan.
3. Petugas IGD yang menerima permintaan melaporkan kepada petugas bagian pengajuan pembelian
reagensia, untuk dicatat dalam buku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehinggatidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse Event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir.
E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC/Near Miss)
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi :
1. Karena “ keberuntungan”
2. Karena “ pencegahan ”
3. Karena “ peringanan ”

F. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

G. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi pada
kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

H. Tata Laksana

1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan”
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15
- 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara
- negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat
melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dan lain-lain).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RSU PERMATA HATI dalam memberikan pelayanan adalah
angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita gawat darurat
yang dilayani >10 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP

Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI Jambi merupakan salah satu unit pelayanan
medis yang memberikan pelayanaan prima kepada masyarakat pemakai jasanya dan banyak berperan
dalam membantu dokter dan klinisi lain dalam pemberian terapi yang akurat dan rasional, mambantu
dalam mengikuti perkembangan suatu penyakit dan untuk menegakkan diagnosis dan tindak lanjut
pengobatan terhadap pasien. Senantiasa meningkatkan kinerja agar dapat berjalan searah dengan
kemajuan dibidang pelayanan medis yang ada sekarang.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI Jambi ini mempunyai
peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari- hari tenaga IGD yang bertugas
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan di IGD.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini adalah langkah awal ke suatu proses
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam
penerapannya.untuk mencapai tujuan. Kami menyadari bahwa Pedoman Pelayanan ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami menerima saran dan kritik guna menyempurnakan pedoman ini.
Akhir kata semoga Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.

Anda mungkin juga menyukai