Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan panduan ini dengan judul :
“Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Permata Hati.” Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing
umatnya dari segala bentuk kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral
serta menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Panduan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi RSU Permata Hati
Tahun 2019. Meskipun panduan ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam pelaksanaannya,
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup ......................................................................... ...............................................2
1.3 Batasan Operasional .................................................................. ...............................................2
1.4 Landasan Hukum .....................................................................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAKERJAAN
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia......................................................................................... 6
2.2 Distribusi Ketenagakerjaan..................................................................................................... 6
2.3 Pengaturan Jaga ...................................................................................................................... 7
BAB III STANDAR FASILITAS
Denah Ruangan ...................................................................................................................... 10
Standar Fasilitas ..................................................................................................................... 11
BAB IV KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4.1 Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ....................................................................... 19
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
5.1 Tata Laksana Pendaftaran Pasien .................................................................................... 20
5.2 Tata Laksana Sistem Pelayanan ....................................................................................... 21
5.3 Tata Laksana Sistem Komunikasi ................................................................................... 12
5.4 Tata Laksana Sitem Pelayanan Triase ............................................................................. 22
5.5 Tata Laksana Pengisian Lembar Informend Consent....................................................... 24
BAB VI LOGISTIK
6.1 Logistik Standar Pelayanan Prosedur .................................................................................................... 28
BAB VII KESELAMATAN PASIEN
Pengertian .............................................................................................................................................. 30
iv
Tujuan ....................................................................................................................................... 30
Standar Keselamatan Pasien ..................................................................................................... 30
Kejadian Tidak Diharapkan...................................................................................................... 31
Kejadian Nyaris Cidera ............................................................................................................ 31
Kesalahan Medis ...................................................................................................................... 31
BAB VIII KESELAMATAN KERJA
Pengertian ................................................................................................................................. 33
Tujuan ....................................................................................................................................... 34
Tindakan Yang Beresiko Terpajan ........................................................................................... 34
BAB IX PENGENDALIAN MUTU
9.1 Pengendalian Mutu .............................................................................................................. 35
BAB X PENUTUP
10.1 Penutup .............................................................................................................. 36
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RSU PERMATA HATI khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di
IGD RSU PERMATA HATI harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RSU
PERMATA HATI.
B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya pedoman pelayanan instalasi gawat darurat
RSU PERMATA HATI BUNGO ini adalah untuk memberikan arah atau standar bagi seluruh
petugas yang bekerja diinstalasi gawat darurat dalam memberikan pelayanan pada pasien
khususnya pelayanan gawat darurat.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba–tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolonngan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan : Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, keadaan
gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, keadaan tidak gawat dan tidak
darurat.
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta
kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba–tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya.
10. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat–tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain–lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain–lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
system/organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) System /organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma/cedera
b. Infeksi
c. Keracunan (poisoning)
d. Degerenerasi (failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolit)
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4–6), sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama. Dengan
demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1) Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
4) Ditempat kejadian
5) Dalam perjalanan ke rumah sakit
6) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E. Landasan Hukum
1. Undang–undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701/YANMED/RSKS/GDE
/VII/1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat.
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Undang-undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Tabel 2.1
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
6 Administrasi SMU -
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 1 (Satu) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS Kategori :
a. 1 orang Perawat pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan ruangan)
2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 1 (satu) dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS
Kategori :
a. 1 orang Perawat Pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat/bidan ruangan)
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 1 (satu) dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS.
Kategori :
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Ponex
Isolasi
Observasi
Non Bedah
Non Bedah
Bedah
Bedah
Resusitasi
B. Standar Fasilitas
Sebagai Instalasi Gawat Darurat yang bertanggung jawab di bidang pelayanan, sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan kasus kegawat daruratan
harus mampu menjangkau berbagai pelayanan kegawatdaruratan antara lain :
1. Pelayanan sumber daya meliputi tenaga, sarana, dan prasarana serta pelayanan yang diperlukan
untuk pelayanan medis dan asuhan keperawatan kepada pasien gawat darurat yang dirujuk ke
IGD RSU PERMATA HATI.
2. Penyediaan ruangan tempat kerja lengkap dengan sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan pelayanan.
3. Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga tentang rencana tindakan yang akan
dilaksanakan.
4. Pemberian informasi tentang asuhan keperawatan IGD dan rencana program selanjutnya di unit
terkait.
5. Fasilitas pelatihan dan pendidikan untuk tenaga staf rumah sakit di lingkup IGD.
a. Fasilitas &sarana
IGD RSU PERMATA HATI berlokasi di gedung utama yang terdiri dari ruangan triase,
ruang resusitasi, ruangan tindakan dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi terdiri dari 1
(satu) tempat tidur, ruangan tindakan terdiri-dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan observasi
terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.
Ruang dekontaminasi di IGD sesuai peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1) Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau terpisah dengan
ruangan gawat darurat.
2) Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam dan dilengkapi
dengan alat penutup pintu otomatis.
3) Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan brangkar.
4) Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
5) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
6) Ruangan dilengkapi dengan wastafel dan pancuran air (shower)
b. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat daruratan. Untuk
menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik maka perlu :
1) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
2) Ruangan dilengkapi dengan wastafel dan pancuran air (shower)
c. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat daruratan. Untuk
menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik maka perlu :
d. Sarana dan prasarana :
1) Obat dan cairan infuse untuk emergency
2) Peralatan emergency set
3) Alat komunikasi
4) Alat tulis kantor
5) Buku pelayanan dan prosedur tetap di IGD
6) Buku pedoman pelaksanaan pelayanan kegawat daruratan medis
7) Ruang kerja lengkap dengan mebel air
8) Kendaraan ambulans siap 24 jam
e. Tenaga :
1) Satu tenaga untuk menjabat sebagai Kepala IGD
2) Beberapa tenaga paramedik perawatan dan non perawatan yang diperlukan Tim Reaksi
Cepat.
3) Tenaga medis perbantuan dari staf medis fungsional yang diperlukan untuk
pelayanan medis gawat darurat.
f. Dana :
Dana operasional Instalasi Gawat Darurat dibebankan pada anggaran operasional Rumah
sakit.
Fasilitas peralatan dan obat yang harus tersedia di IGD tergantung pada klasifikasi Instalasi
Gawat Darurat rumah sakit.
g. Alat–alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction (1 set)
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter (2 set)
3) Laringoskope anak dan dewasa (1 set)
4) Spuit semua ukuran (masing–masing 20 buah)
5) Oropharingeal air way
6) Infus set / transfusi set (10 / 5 buah)
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus dan penghalang
(2 buah)
8) Gunting besar (2 buah)
9) Trolly Emergency yang berisi alat–alat untuk melakukan resusitasi (1 buah)
10) Ambu bag (1 buah)
11) Monitor EKG (1 buah)
12) Stetoskop (1 buah)
13) Tensi meter (1 buah)
14) Thermometer (1 buah)
15) Tiang Infus (2 buah)
16) Otoscope
h. Alat–alat untuk ruang tindakan bedah
1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set).
2) Verban segala ukuran :
a) 4 x 5 em (5 buah)
b) 4 x10 em (5 buah)
3) Vena seksi set (1 set)
4) Benang–benang/jarum segala jenis dan ukuran :
a) Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
b) Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
c) Jarum (1 set)
5) Lampu sorot (1 buah)
6) Kassa (1 tromol)
7) Ganti verban set (1 set)
8) Stomach tube / NGT semua ukuran
9) Spuit sesuai kebutuhan
a) 50 cc (5 buah)
b) 20 cc (5 buah)
c) 10 cc (10 buah)
d) 5 cc (10 buah)
e) 3 cc (10 buah)
f) 1 cc (10 buah)
10) Infus set (1 buah)
11) Dower Catheter segala ukuran
12) Emergency lamp (1 buah)
13) Stetoskop (1 buah)
14) Tensimeter (1 buah)
15) Thermometer (1 buah)
16) Elastis verban sesuai kebutuhan
a) 6 inchi (1 buah)
b) 4 inchi (2 buah)
c) 3 inchi (1 buah)
17) Tiang infus (2 buah)
i. Alat–alat untuk ruang tindakan non bedah :
1) Stomach tube / NGT semua ukuran
2) Urine bag (3 buah)
3) Nebulizer (3 buah)
4) Infus set (1 buah)
5) IV catheter semua nomer (1 set)
6) Spuit sesuai kebutuhan
7) Tensimeter (1 buah)
8) Stetoskop (1 buah)
9) Thermometer (1 buah)
10) Tiang infus (1 buah)
j. Alat–alat untuk ruang observasi
1) Tensi meter (1 buah)
2) Oxygen lengkap dengan flow meter (1 buah)
3) Termometer (1 buah)
4) Stetoskop (1 buah)
5) Standar infus (1 buah)
6) Infus set (1 set)
7) IV catheter segala ukuran (1 set)
8) Spuit sesuai kebutuhan
k. Alat–alat dalam trolly emergency
1) Obat Life saving (pada standar obat IGD RSU PERMATA HATI
2) Obat penunjang (pada standar obat IGD RSU PERMATA HATI
l. Alat–alat kesehatan
1) Ambu bag/Air viva anak (1 buah)
2) Laringoscope anak (1 set)
3) Face mask (1 buah)
4) Urine bag non steril (5 buah)
5) Spuit semua ukuran
6) Infus set (1 set)
7) Endotracheal tube (dewasa dan anak)
a) Nomer 2.5 (1 buah)
b) Nomer 3 (1 buah)
c) Nomer 4 (1 buah)
d) Nomer 7 (1 buah)
e) Nomer 7.5 (1 buah)
f) Nomer 8 (1 buah)
8) Slang oksigen sesuai kebutuhan
9) Stomach tube/NGT
a) Nomer 3,5( 10 buah )
b) Nomer 5 ( 10 buah )
c) Nomer 8 ( 5 buah )
10) IV catheter sesuai kebutuhan
a) Nomer 24 Cath (1inch dan 3/4 inchi)
6. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSU PERMATA HATI saat ini memiliki 2
(dua) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
a. Fasilitas dan Sarana untuk Ambulance
1) Perlengkapan Ambulance
a) Sabuk pengaman
b) AC
c) Sipine
d) Sumber listrik/stop kontak
e) Lampu ruangan
2) Alat dan Obat untuk Ambulence
a) Tabung Oksigen (1 buah)
b) Mesin suction (1 buah)
c) Tas Emergency yang berisi :
Obat–obat untuk life saving
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % (5 / 10 kolf )
Senter (1 buah)
Stetoskop (1 buah)
Tensimeter (1 buah)
Gunting verban (2 buah)
Tongue Spatel (1 buah)
Reflex hummer (1 buah)
Infus set (1 buah)
Spuit semua ukuran (masing masing 3 buah)
b. Standar Obat IGD RSU PERMATA HATI
1) Obat Live Saving
a) Injeksi
17 Benutrion Botol
20 Meylon 25 ml Flacon
21 Kanamiccin Vial
23 Streptomiccin Vial
24 Phental Ampul
26 Genthamicine ampul
28 Neurobion Ampul
29 Piracetam Ampul
30 Ondancetron Ampul
31 Ceterolax Ampul
b) Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Asering Kolf
8. Kaen 3 A Kolf
c) Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
d) Obat Tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Aspilet Tablet
2. Inderal Tablet
3. Dobutamin Tablet
4. Isorbit Tablet
5. Merislon Tablet
6. Propanolol Tablet
7. Strocain Tablet
8. Norit Tablet
h. Pasien rawat inap yang akan ditranfer keruang rawat inap akan dipindahkan sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pasien dengan sesak dalam proses pemindahannya menggunakan
oksigen portabel dan petugas IGD berkordinasi dengan perawat ruangan untuk menyiapkan
oksigen di ruangan.
i. Kamar operasi dan labor, radiologi dan unit pasca anestesi RSU PERMATA HATI
mendahulakan pasien yang membutuhkan penanganan segera atau cyto.
j. Untuk efisiensi layanan logistik misalnya prosedur operasi yang berkesinambungan untuk
penggelolaan sampah medis dapat digunakan satu plastik untuk 2 pasien.
k. Efisiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan kepada klien misalnya akses
pelayanan yang bersifat mendukung atau bantuan spritual tertuang dalam panduan HPK.
ALUR PENUMPUKAN INTERNAL IGD
Pasien di IGD
TRIASE
OK Dirujuk
ALUR PENUMPUKAN EKSTERNAL
1. Antara IGD dengan unit lain dalam Rumah Sakit Umum Permata Hati adalah dengan nomor
extension masing-masing unit (untuk IGD 107).
2. Antara IGD dengan dokter konsulen rumah sakit lain yang terkait dengan pelayanan diluar
rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD dengan menggunakan
kode PIN yang dimiliki oleh masing masing unit.
3. Dari luar Rumah Sakit PERMATA HATI dapat langsung melalui operator langsung.
D. Tata Laksana Pelayanan Triase
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensimeter
c. Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke bagian admission (SPO–IGD-107)
b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama (I merah, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
d. Prioritas kedua (II kuning, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah/non bedah.
e. Prioritas ketiga (III hijau, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang non
bedah.
f. Prioritas 0 (Hitam) kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah, hanya perlu
terapi supertif contoh : henti jantung kritis, trauma kepala kritis.
4. Skema Triase Rumah Sakit
Skema masuk ke Instalasi Gawat
Darurat
d. Persetujuan atau penolakan tidakan medis diberikan setelah diberikan cukup adekuat
informasi atau penjelasan yang diperlukan.
1) Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab utama
memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi
dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan pada dokter lain dengan
sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
2) Perawat hanya bertindak sebagai saksi dalam informed consent. Isi informasi :
a) Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medic yang
akan dilakukan.
b) Cara yang dilakukan.
c) Resiko dan komplikasi yang terjadi.
d) Alternative tindakan medis yang tersedia dan serta resiko masing- masing.
e) Prognosis kasus bila tindakan medis itu dilakukan.
f) Diagnosis.
Cara menyampaikan informasi :
a) Informasi diberikan secara lisan. Pemberian informasi secara tertulis hanya sebagai
pelengkap penjelasan.
b) Cara menyampaikan tujuan dapatsecara lisan maupun tertulis. Untuk yang memiliki
resiko tinggi harur tertulis dan memiliki prosedur yang berlaku.
c) Demi kepntingan pasien informed consent tidak diperlukan untuk penderita gawat
darurat yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga yang berhak memberikan
persetujuan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
4. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RSU PERMATA
HATI bulan 118 sesuai kondisi pasien
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RSU PERMATA HATI.
b. Spesimen
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
BAB V
LOGISTIK
Setiap jenis pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI dilaksanakan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). yang tersedia sehubungan dengan kegiatan
persediaan alat kesehatan dan obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI.
Standar Prosedur Operasional permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan ditetapkan
sebagai acuan melaksanakan alur permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan, sehingga
alur permintaan dan penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan yang teratur akan membantu
kelancaran aktivitas Instalasi Gawat Darurat.
Gambar 6.1 Alur permintaan dan penerimaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan
Berdasarkan alur tersebut diatas, maka prosedur permintaan reagensia dibuat dengan format
yang seragam sebagai berikut :
1. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan mengecek yang perlu diadakan.
2. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan, menulis permintaan reagensia pada
formulir “Bon permintaan ke Farmasi” yang berisi : Nomor urut, nama barang, satuan,
permintaan (diminta / dikoreksi), diberikan dan keterangan.
3. Formulir tersebut diserahkan kepada petugas Farmasi setelah disetujui oleh kepala IGD.
Sedangkan prosedur penerimaan reagensia adalah :
1. Petugas instalasi Farmasi menyerahkan alat kesehatan dan obat-obatan yang sudah dibeli kepada
petugas IGD yang bertugas.
2. Petugas IGD yang menerima alat kesehatan dan obat-obatan menulis pada buku penerimaan,
kemudian ditanda tangani oleh yang menerima dan memberikan alat kesehatan dan obat-obatan.
3. Petugas IGD yang menerima permintaan melaporkan kepada petugas bagian pengajuan pembelian
reagensia, untuk dicatat dalam buku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehinggatidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi pada
kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
H. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15
- 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara
- negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat
melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dan lain-lain).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di RSU PERMATA HATI dalam memberikan pelayanan adalah
angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita gawat darurat
yang dilayani >10 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP
Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI Jambi merupakan salah satu unit pelayanan
medis yang memberikan pelayanaan prima kepada masyarakat pemakai jasanya dan banyak berperan
dalam membantu dokter dan klinisi lain dalam pemberian terapi yang akurat dan rasional, mambantu
dalam mengikuti perkembangan suatu penyakit dan untuk menegakkan diagnosis dan tindak lanjut
pengobatan terhadap pasien. Senantiasa meningkatkan kinerja agar dapat berjalan searah dengan
kemajuan dibidang pelayanan medis yang ada sekarang.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU PERMATA HATI Jambi ini mempunyai
peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari- hari tenaga IGD yang bertugas
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan di IGD.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini adalah langkah awal ke suatu proses
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam
penerapannya.untuk mencapai tujuan. Kami menyadari bahwa Pedoman Pelayanan ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami menerima saran dan kritik guna menyempurnakan pedoman ini.
Akhir kata semoga Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.