File PDF
File PDF
SKRIPSI
MEINIL SANTINA
0906616496
SKRIPSI
MEINIL SANTINA
0906616496
Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakaatu
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat yang tak
terhingga kepada seluruh umat manusia. Dan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang ini. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi Siswa
Paket B Setara SMP PKBM Bina Insan Mandiri Depok Jawa Barat Tahun 2011”.
tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Penyusunan Laporan ini dapat selesai semata-mata atas kehendak-Nya
dan rahmat kasih-Nya yang berlimpah dan telah banyak dibantu oleh
pembimbing, seluruh staf pengajar, ketua dan staff PKBM BIM Kota Depok,
rekan-rekan satu bimbingan, rekan-rekan kuliah, dan keluarga sehingga penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Dengan rasa rendah hati penulis
sampaikan rasa terimakasih yang setulusnya kepada :
1 Bapak drs. Bambang Wispriyono, Apt. Ph.D selaku dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2 Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH yang
telah bersedia disibukkan dengan pemberian tanda tangan atas ijin magang.
3 Manajer Pendidikan dan Riset, Bapak Dr. Tri krianto, drs. M.Kes. atas
bimbingan dan arahannya.
4 Prof.dr. Hadi pratomo, MPH. Dr. PH, selaku pembimbing akademik,
terimakasih banyak atas bimbingan, motivasi dan kesabarannya yang telah
diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini
5 Bapak Nurrohim, selaku ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, terimakasih
atas kesediaan memberi ijin untuk melaksanakan Penelitian di PKBM BIM
Kota Depok.
v Universitas Indonesia
Penulis
vi Universitas Indonesia
Pendidikan
Tahun 1984-1990 : SDN No 1 Teladan Pariaman
Tahun 1991-1993 : MTsN Padusunan Pariaman
Tahun 1993-1996 : SPK YARSI Bukittinggi Sumatera Barat
Tahun 1996-1997 : Program Pendidikan Bidan Depkes Padang
Tahun 2001-2003 : Politeknik Kesehatan Padang Jurusan Kebidanan
Pekerjaan
Tahun 1997-2000 : Bidan PTT Puskesmas Kampung Dalam
Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten
Padang Pariaman
Tahun 2011 : Klinik Bersalin Sayang Ibu Pariaman
Tahun 2004-2006 : Bidan PTT Puskesmas Pariaman Kecamatan
Pariaman Tengah Kota Pariaman
Tahun 2006-sekarang : Bidan Pelaksana UPTD Puskesmas Pariaman
Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman.
ABSTRAK
Remaja menurut WHO adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yaitu batasan usia 10 sampai 19 tahun. Permasalahan remaja begitu
kompleks. Pengaruh media massa memancing remaja untuk mengadaptasi
kebiasaan tidak sehat. Akibatnya remaja rawan terjangkit penyakit Menular
seksual, aborsi dan ketergantungan Napza. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku remaja dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi siswa Paket B Setara SMP
PKBM Bina Insan Mandiri, Kota Depok. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif
dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 54,6% responden
pernah berperilaku berisiko dan faktor personal yang berhubungan secara
signifikan adalah pada variabel jenis kelamin, pengetahuan responden tentang
kesehatan reproduksi dan faktor lingkungan yang berhubungan signifikan adalah
variabel akses terhadap media informasi. Berdasarkan hasil penelitian, perlunya
diselenggarakan pendidikan kesehatan bagi remaja dan program pelayanan
kesehatan peduli remaja di PKBM Bina Insan mandiri, Kota Depok.
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
WHO defined adolescent period refery to stage aged 10-19 years. Some common
issues related to adolescent reproductive health are sexually transmitted disease,
abortion dan drug dependenc. This study aims to issues the adolescent behavior
and factor associated with adolescent reproductive health behavior among the
students PKBM Bina Insan Mandiri Depok. This Survey was a cros-sectional
design the result showed 54,6% of responden had performed risk behavior such as
smoking, substance abused, drinking alkohol, and sexual engagement. Personal
factor such as sex, knowledge of reproductive health and enviromental factors i.e
mass media exposure the pornographic mentioned significantly related civil the
adolescent behavior.
x Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
SURAT PERNYATAAN……………………………………………... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………… v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …….............................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….. viii
ABSTRAK…………………………………………………………….. ix
ABSTRACT…………………………………………………………… x
DAFTAR ISI………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xviii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………… xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………...……………………………….. 6
1.3. Pertanyaan Penelitian 7
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum…….……………………………….. 8
1.4.2. Tujuan Khusus...…………………………………... 8
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Institusi………………………………………. 9
1.5.2. Bagi Pendidikan…………………………………… 9
1.5.3. Bagi penulis……………………………………….. 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………… 9
xi Universitas Indonesia
BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………………….. 72
6.1. Keterbatasan Penelitian……..…………………………… 72
6.2. Pembahasan hasil Penelitian………………………………
6.2.1. Perilaku Remaja…………………………………. 72
6.2.2. Umur…………………………………………….. 74
6.2.3. Jenis Kelamin ……………………………………. 75
6.2.4. Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi.. 75
6.2.5. Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi...……….. 77
6.2.6. Komunikasi Responden dengan Orang Tua…….. 78
6.2.7. Komunikasi Responden dengan Guru…………….. 79
6.2.8. Komunikasi Responden dengan Teman Sebaya…... 80
6.2.9. Akses terhadap Media Informasi…………………. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv Universitas Indonesia
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesbang Pol dan Linmas Kota Depok
Lampiran 2: Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dari PKBM Bina
Insan Mandiri Kota Depok Jawa Barat
Lampiran 3: Lembar Permintaan dan Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
baik. Dan sikap anak jalanan terhadap segala hal tentang kesehatan reproduksi
remaja , hampir separuhnya mempunyai sikap yang positif (56,0%)
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini
bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan dan faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor Personal (kognitif): jenis kelamin,
umur, sikap, pengetahuani. Faktor lingkungan; norma sosial, pengaruh orang lain
seperti orang tua, teman sebaya, dan media. Sedangkan faktor perilaku, praktek
dan keterampilan.
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang berada dibawah
naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan salah satu Sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, B, C dan kursus serta
pelatihan bagi masyarakat marginal (pengamen, pengasong, anak jalanan, yatim
dan dhu'afa) telah melayani masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.
Pendidikan kesetaraan adalah sebuah pendidikan alternatif sekaligus solusi dari
problematika pendidikan yang belum berpihak kepada masyarakat. Dalam hal ini
adalah masyarakat yang memilki permasalahan dalam bidang ekonomi, sosial,
geografis dan budaya. Secara Geografis, PKBM BIM terletak di sebelah Utara
dari jalan lingkar Terminal, Terminal Depok dekat Mesjid Al-Muttaqiin dan di
sebelah selatan dari fly over (Jalan Arif Rahman Hakim). Sebelum berdirinya
PKBM BIM, daerah tempat berdirinya PKBM merupakan daerah prostitusi,
disamping itu lokasi PKBM BIM ini sangat berpotensi bagi siswa untuk
terjerumus ke dalam narkoba, seks bebas dan penyakit IMS.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan urine yang
dilakukan oleh Unit Pelayanan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
berbasis masyarakat (Community Base Unit) Kamboja di Yayasan Bina Insan
Mandiri pada bulan Maret 2011 pada 81 remaja yang berusia 10-24 tahun,
ditemukan 17 orang positif menggunakan napza. Dampak dari narkoba, remaja
bisa terjerumus kedalam pergaulan seks bebas karena sudah dipengaruhi oleh
bahan/obat atau zat dari Napza itu sendiri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tua, guru, teman dan akses terhadap media informasi) Paket B setara SMP
di PKBM BIM Depok tahun 2011
c. Diketahuinya hubungan faktor personal (umur, jenis kelamin, pengetahuan
dan sikap) dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua, guru,
teman dan akses terhadap media informasi) remaja Paket B setara SMP di
PKBM BIM Depok dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi
tahun 2011.
1.5.3. Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam
menggali perilaku berisiko remaja terhadap kesehatan reproduksi dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1. Perilaku
2.1.1. Pengertian Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) perilaku adalah merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar.
Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat
diperlajari. Wawan (2010) berpendapat bahwa, perilaku merupakan kumpulan
berbagsai faktor yang saling berinteraksi yang amat kompleks. Sedangkan
menurut Sarwono (2004) perilaku manusia merupakan hasil berbagai macam
pengalaman serta interaksi manusia dan lingkunganya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan
respon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan;berfikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).
10 Universitas Indonesia
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Bloom (1997), pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang
setelah melewati proses pengenalan dan pengingatan informasi atau ide yang
sudah diperoleh sebelumnya. Ia mengelompokkan pengetahuan kedalam ranah
kognitif dari tiga ranah perilaku, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu,
ia menempatkan pengetahuan sebagai urutan pertama karena pengetahuan
merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah kognitif
berikutnya, yaitu pemahaman (comprehension), penerapan(application), analisa
(analysis), sintesa (synthesis), dan penilaian (evaluation) (Bloom dan Skinner,
1997 dalam Ridwan, 2000)
Sedangkan menurut Ashari (1990) dalam Widjanarko (1999) pengetahuan
merupakan pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya, maka itulah yang
dikatakan dengan pengetahuan. Dimana subjek adalah manusia sebagai satu kesatuan
dengan berbagai kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu, dan objek
pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu.
Sedangkan menurut Skinner (1997), apabila seseorang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu persoalan dengan lancar,baik secara lisan
maupun tulisan maka ia dikatakan mempunyai pengetahuan mengenai persoalan
tersebut. Maka sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut
dinamakan pengetahuan (Bloom dan Skinner, 1997 dalam Ridwan, 2000)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena jawaban seseorang dapat dinilai secara pasti tanpa dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai yang bersangkutan (Bloom dan Skinner , 1997 dalam
Ridwan, 2000)
2.3. Sikap
2.3.1. Pengertian sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 1993). Defenisi lain
mengatakan bahwa sikap adalah kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu ketika menghadapi suatu rangsangan (Sarlito, 1983 dalam
Ridwan, 2000).
Suatu sikap tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan, tapi diperlukan
adanya faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas
dan dukungan dari pihak lain. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari
empat tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang
paling tinggi.
Universitas Indonesia
2.4. Remaja
2.4.1. Pengertian Remaja
Remaja adalah laki-laki maupun perempuan berusi 10-18 tahun (merujuk
UU Perlindungan Anak no 23 tahun 2002) atau usia 10-19 tahun (menurut WHO
dalam DepKes RI, 2008). Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam buku-buku pedriatik
pada umumnya, mendefenisikan remaja bila seseorang anak perempuan telah
mencapai umur 10-18 tahun dan laki-laki telah mencapai umur 12-20 tahun.
Sedangkan dari segi pelayanan, defenisi remaja yang digunakan oleh
departemen kesehatan ialah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin.
Begitu pula menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan perlindungan Hak-hak
Reproduksi) batasan remaja, yaitu antara 10-19 tahun (www.bkkbn.go.id /hqweb
/ceria/index.html).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
h. Cita-cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami
kegagalan. Hal ini akan meimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-
reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannnya.
Sedangkan remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak
mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini menimbulkan
kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar dan akan memberikan
konsep diri yang baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
telur tidak dibuahi, dinding rahim akan luruh dan dikeluarkan dari vagina
dalam bentuk darah haid.
Sedangkan alat reproduksi pada pria terdiri dari
a. Zakar/penis, memiliki ujung disebut glans yang banyak dipenuhi oleh
serabut syaraf yang peka. Glans penis diselubungi oleh lapisan kulit.
b. Buah zakar/testis, terletak pada pangkal penis. Di dalam testis dihasilkan
sel kelamin pria (sperma). Buah zakar dibungkus oleh lapisan kulit yang
disebut skrotum.
c. Saluran kencing/uretra, saluran untuk mengeluarkan air mani dan air seni
dari dalam tubuh pria, namun tidak secara bersamaan. pada saat air mani
dikeluarkan, secara otomtis katup kandung kemih akan tertutup.
d. Kelenjar prostat, menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk
menghidupi sperma. Dan kelenjar seminalis, fungsinya hampir sama
dengan kelenjar prostat, kedua kelenjar itu termasuk alat reproduksi pria
bagian dalam.
Remaja ketika memasuki masa puber akan mulai memproduksi sperma
(air mani) secara terus menerus. Secara alami sperma yang terbentuk jika tidak
dikeluarkan akan diabsorbsi (serap) kembali oleh tubuh. Tetapi ada sebagian yang
dikeluarkan melalui kemaluan laki-laki saat tidur, biasanya kejadian ini disertai
dengan mimpi tentang seksual dan hal ini disebut sebagai mimpi basah. Mimpi
basah adalah tanda seorang anak laki-laki telah memiliki kemampuan
bereproduksi artinya telah siap digunakan (www.eramuslim.com/konsultsi/sehat
/siklus-mimpi-basah.htm).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berkurang. Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati.
Obat yang biasanya diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir.
d. Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang
dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan
saluran kencing. Gejalanya: keluar cairan berwarna kuning dari vagina,
disertai rasa panas seperti terbakar saat kencing.
3 HIV/AIDS
HIV/AIDS juga digolongkan kedalam PMS karena salah satu
penularannya dapat melalui hubungan seksual. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome. Artinya kumpulan gejala penyakit yang
diakibatkan oleh hilangnya sistim pertahanan atau kekebalan tubuh. Penyebab
penyakit ini dikenal dengan nama HIV (Human Immunodeficiency Virus). Cara
penularan HIV/AIDS ini diperkirakan ditularkan melalui cairan tubuh karena
kuman HIV terdapat didalam darah, cairan vagina, dan cairan sperma juga
terdapat didalam air susu ibu yang terinfeksi HIV/AIDS. Gambaran umum gejala
AIDS, yaitu:
a. Membesarnya kelenjar getah bening
b. Panas badan sekitar 38o C yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tanpa
diketahui sebabnya (terutama malam hari)
c. Berat badan menurun lebih dari 10%
d. Keadaan umum makin lemah
e. Nafsu makan berkurang
f. Dapat disertai diare
Untuk mencegah agar tidak tertular penyakit ini adalah, dengan cara:
menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS, hindari pemakaian jarum
suntik bersama, setia pada satu pasangan atau hindari banyak pasangan seksual
dan penggunaan kondom.
4 Napza
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) atau Narkoba
adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan
Universitas Indonesia
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) .
Menurut WHO (1982), narkoba adalah suatu zat, yang jika dimasukkan ke
dalam tubuh, akan mempengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologis (kecuali
makanan, air atau oksigen). Sedangkan menurut BNN (2003), napza adalah
singkatan dari Narkotika, Psikotropika, Bahan/zat adiktif yang merupakan obat-
obat yang sangat berbahaya untuk disalahgunakan.
a. Narkotika.
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu
bagi penggunanya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa
sakit, rangsangan semangat, halusinasi, atau timbulnya khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
Macam-macam Narkotika :
1) Tanaman Papaver Somniferum L termasuk buah dan jerami, kecuali
bijinya. Tanda-tandanya : Tingginya berkisar antara 0,5-1,5 meter dan
bunganya berwarna putih, pink dan ungu,. Apabila kelopak bunganya
lepas, akan muncul kapsul buah. Bila disayat akan mengeluarkan
getah berwarna putih seperti susu dan bila dikeringkan akan menjadi
barang yang menyerupai karet berwarna kecoklatan, disebut Opium
mentah. Dari opium dihasilkan :
Morfin = C17H19NO3 yaitu alkaloid utama dari Opium, sebesar 4-
21%, berbentuk bubuk berwarna putih.
Codein adalah alkaloida yang terkandung dalam Opium sebesar 0,7
s/d 2,5%.
Dari morfin dan codein dihasilkan :
Heroin atau diacetilmorfin adalah opioida semi sintetik, berupa serbuk
putih, berasa pahit. Sekarang disalah gunakan , sebagai contoh dipasar
gelap heroin dicampur dengan bahan lain seperti gula, cokelat, tepung
susu, dengan kadar sekitar24%. Efeknya 100 kali melebihi heroin.
Heroin dengan kadar yang lebih rendah di Indonesia disebut PUTAW.
Heroin berbentuk butir, tepung dan cairan. Menghentikan pemakaian
Universitas Indonesia
heroin , dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan badan
kejang-kejang (Sakau)
Metadon adalah opioida Heroin berbentuk butir, tepung dan cairan
sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama dan lebih efektif dari
morfin. Dikonsumsi dengan cara ditelan. Metadon digunakan sebagai
maintenance program, yaitu untuk mengobati ketergantungan Morfin
atau Heroin.
Pethidin, digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang luar biasa
dan pemakaiannya diawasi sangat ketat.
2) Cannabis Sativa (Ganja atau marijuana)
Tumbuh dinegara beriklim tropis dan iklim sedang. Pucuknya yang
berkembang menghasilkan semacam resin dengan kadar THC yang
tinggi, disebut Charas atau Hashis, berwarna hijau tua atau kecoklatan.
Hashis adalah getah ganja yang dikeringkan dan dipadatkan menjadi
lempengan. Memakai cannabis, ganja atau Marrijuana, dapat
menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan
fisik dalam jangka waktu yang lama.
3) Erythroxylon Coca.
Biasanya tumbuh di pegunungan Andes. Ada juga di Malaysia dan di
Pulau Jawa. Tinggi tumbuhan ini sekitar 4 meter. Untuk memudahkan
mengambilnya, diusahakan hanya sekitar 1 meter. Dari daun nya
dihasilkan Coccain atau Crack, berbentuk bubuk warna putih.
Biasanya dipakai dengan cara dihirup lewat hidung. Cara ini
menimbulkan bahaya ganda, bahaya dari pemakaian tumbuhan ini dan
bahaya karena menimbulkan infeksi di rongga hidung.
b. Psikotropika.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1) Obat-obatan depresan yang merangsang syaraf otonom parasimpatis.
Contohnya; Magadon, Rohypnol, Sedatin (pil BK), Nitrazepam,
Methaquolone, Activan, Valium dan Mandrax.
2) Obat-obatan stimulan yang merangsang serabut syaraf otonom
simpatis. Contohnya : Amphetamin, Exstasi, Ineks dan Shabu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (2009) dilaporkan orang tua dari anak-
anak cenderung untuk percaya bahwa berbicara dengan anak-anak mereka tentang
seks akan efektif dalam mendorong mereka untuk menunda aktivitas seksual
(Wilson dan Koo, 2009).
b. Guru
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peranan penting dalam pendidikan, terutama di lingkungan pendidikan formal.
Guru dan siswa merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Di sekolah guru berperan sebagai orang tua bagi siswa, guru tidak
segan-segan mau memberikan pengetahuannya sesuai kebutuhan siswa.
Pendidikan yang berkaitan dengan reproduksi pada manusia adalah pendidikan
kesusilaan yang diberikan kepada siswa melalui mata ajaran agama, pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, serta pendidikan budi pekerti (Suryabrata, 1984)
c. Teman sebaya
Remaja bersifat sangat terbuka dengan kelompok sebayanya, mereka dapat
melakukan diskusi tentang roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan, pakaian, dll
sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya menjadi suatu jalinan ikatan yang
sangat kuat. Pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam
kelompoknya (Mappiare, 1982). Remaja yang aktif mendapatkan informasi dari
teman sebaya ternyata mempunyai kecendrungan untuk berperilaku seksual relatif
berisiko dari remaja yang tidak aktif, aktifitas dalam kelompok remaja
mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja
(Supratiningsih, 2003).
d. Media cetak dan eloktronik
Menurut Soetjiningsih (2004) media massa merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual. Media baik
elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu penyebab
utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja. Kebanyakan
remaja memperoleh informasi tentang Kesehatan reproduksi remaja dari media
maa, yaitu dari buku, majalah, koran, radio, televisi, film, CD (Dwiyanto, 1992).
Sumartini (2010) menyatakan bahwa informasi Kesehatan reproduksi remaja
didapatkan 58,6% dari internet dan 42,8% dari media cetak. Keberhasilan
Universitas Indonesia
penyampaian inforamsi antara lain tergantung juga pada media yang digunakan,
remaja yang terpapar informasi kesehatan reproduksi remaja dari media cetak
berpeluang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi
remaja (Saptarini, 2006)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
responden yang melaporkan ayah atau ibu adalah sumber utama informasi
responden mengenai kesehan reprpduksi, dari teman (26%), dari guru (25%).
Sumber informasi yang disukai responden tentang puberitas adalah dari guru
(21%), teman sebaya (20%), orang tua (17%) dan majalah dan buku (12 %).
Komunikasi yang rendah dengan orang tua ada hubungan antara usia, akses
terhadap media elektronik, sikap yang permisif dengan perilaku seksual.
Hasil survey Kesehatan Reproduksi remaja Indonesia dan Survey RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Program KB Nasional tahun 2007
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja wanita tentang kesehatan reproduksi
remaja lebih tinggi dibandingkan dengan remaja pria, pengetahuan remaja tentang
tumbuh kembang remaja dan infeksi menular seksual masih rendah dan guru,
teman sebaya merupakan penyampai informasi dan kelompok tertinggi dalam
membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja, sesangkan media televisi
dan radio sebagai media paling efektif dalam penyampai informasi.
Menurut Rina Fauziah (2008), pada penelitiannya tentang analisis
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi pada remaja kelas 3 SMP
negeri 3 Jakarta selatan tahun 2008 menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dengan variabel
pendidikan ayah(p=0,000), pendidikan ibu (p=0,461), pekerjaan ayah, pekerjaan
ibu dan media komunikasi dari orang. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
komunikasi dengan guru terhadap perilaku remaja berisiko (p=0,563). Ada
hubungan yang bermakna antara variabel ayah dengan sikap remaja mengenai
kesehatan reproduksi (p=0,033). Dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi.
Astid Novita (2004) dalam penelitiannya mengenai gambaran pengetahuan
sikap dan praktik anak jalanan tentang kesehatan reproduksi remaja di rumah
singgah di kota depok tahun 2004 , menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anak
jalananan mengenai kesehatan reproduksi remaja masih rendah yaitu 52,0%.dan
48,8% memiliki pengetahuan yang tinggi. Sikap anak jalanan terhadap kesehatan
reproduksi 56,0% mempunyai sikap positif, dan 52,0% memiliki praktik yang
kurang baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(41,4%) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin
dengan perilaku seksual remaja. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan
bermakna antar pengetahuan responden tentang proses reproduksi dengan
responden yang berperilaku seksual berat (p=0.511), ada perbedaan yang
signifikan rata-rata skor sikap responden antara responden yang berperilaku
seksual berisiko berat dengan responden yang berperilaku seksual ringan
(p=0,000), responden yang terpapar media pornografi terdapat 95% responden
dan terdapat hubungan yang bermakna antara paparan terhadap media pornografi
dengan perilaku seksual remaja (p=0,030), keaktifan komunikasi dengan orang
tua tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja (p=0.458) sedangkan
keaktifan komunikasi dengan teman memiliki hubungan yang bermakna dengan
perilakui seksual remaja (p=0,004) dan responden yang aktif ber komunikasi
dengan teman cendrung berisiko 5.383 kali lebih besar untuk berperilaku seksual
negatif.
Ema rahmawaty (2004) dalam penelitiannya mengenain perilaku seksual
remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pelajar SMK Hidayat
Thalibin Jakarta Tahun 2004 menunujukkan proporsi jumlah responden dengan
perilaku seksual berisiko rendah sebanyak 31,3% dan yang memiliki perilaku
seksual berisiko rendah sebantak 31.3% dan hanya 21,7% respodnen yamg
mempubyai perilau seksual tidak berisiko. Responden yang memiliki pengetahuan
tentang seksualitas tinggi sebanyak 52,2% dan yang memiliki pengetahuan
tentang seksualitas sebanyak 47,8%. Responden yang memiliki sikap negatif
terhadap seksualitas dan perilaku seksual sebanyak 50,4% dan 49,6% memiliki
sikap positif. Responden yang tidak terpapar informasi dari orang tua sebanyak
62,6% namun yang terpapar informasi dari teman sebaya 78,3% dan yang terpapar
informasi dari media sebanyak 96,5%. Adanya hubungan yang bermakna antara
keterpaparan informasi dari teman sebaya dengan perilaku seksual remaja
(p=0.007). Dan tidak adana hubungan yang bermakna antara jeis kelamin, sikap,
pengetauan, keterpaparan informasi dari orang tua, keterpaparan informasai dari
medai denganp perilaku seksual remaja.
Juli Astuti (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh karakteristik
siswa dan sumber informasi terhadap kecendrungan melakukan hubungan seksual
Universitas Indonesia
pranikah pada siswa SMA Negeri di Banda Aceh tahun 2008 pada 208 siswa
menunjukkan responden laki-laki yang ada kecendrungan melakukan hubungan
seksual adalah 50,5 % , 41,9% responden perempuan, dan hubungan jenis kelamin
dengan kecendrungan melakukan hubungan seksual tidak bermakna secara
statistik (p=0,21). Pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi 65,9%
responden mempuyai pengetahuan yang tinggi dan 34,1% responden mempunyai
pengetahuan yang rendah dan ada hubungan yang signifikan antar pengetahuan
dengan kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah (p=0,0001). Peran
orang tua yang rendah 47.7% responden dan peran orang tua yang tingga
sebanyak 59,2% responden, dan peran orang tua rendah yang ada kecendrungan
melakukan hubungan seksual 52,3% dan perang orang tua tinggi yang ada
kecendrungan melakukan hubungan seksual 40,8% dan tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara peran orang tua dengan kecendrungan melakukan
hubungan seksual pranikah. Peran media yang rendah 31,8% responden yang
memiliki kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah dan peran media
yang tinggi 55,3% responden yang memiliki kecendrungan melakukan hubungan
seksual pranikah, dan ada hubungan yang bermakan antara peran media dengan
kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah (p=0,0001)
Dina Indarsita ( 2002) dalam penelitiannya mengenai hubungan faktor
eksternal dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi di SLTPN Medan
Tahun 2002 pada 107 siswa, menunjukkan 28% responden berperrilaku berisiko
dalam kesehatan reproduksinya dan 72% rsesponden tidak berisiko. adanya
hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan
ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orangtua-anak, media komunikasi massa dengan
perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
Universitas Indonesia
PERSONAL (Kognitif)
Jenis Kelamin
Umur
. Tempat Tinggal
Sikap
Pengetahuan
Efikasi diri
ENVIRONMENT BEHAVIOR
Pengaruh orang lain seperti Praktik
orang tua, teman dekat,
Media (radio,TV, suratkabar,
majalah, internet,dll)
43 Universitas Indonesia
Paket B setara SMP di PKBM BIM Depok terhadap kesehatan reproduksi. Dalam
penelitian ini faktor personal dan lingkungan merupakan variabel bebas
(Independen) dan faktor perilaku merupakan varibel terikat (Varibel Dependen).
Ada beberapa faktor personal yang berhubungan dengan perilaku remaja seperti
umur, jenis kelamin, tempat tinggal, sikap dan pengetahuan. Peneliti tidak
meneliti tempat tinggal responden karena PKBM BIM berada didaerah perkotaan
dan peneliti berasumsi mayoritas responden tinggal di daerah perkotaan.
Kerangka konsep dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori dan
digambarkan dalam variabel dependen dan variabel independen yang akan diteliti
dibawah ini :
Faktor Personal
Jenis Kelamin
Umur
Sikap terhadap kesehatan reproduksi
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
3.3. Hipotesis
a. Ada hubungan faktor personal (umur, jenis kelamin,sikap dan
pengetahuan) dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
b. Ada hubungan faktor lingkungan (komunikasi remaja dengan orangtua,
guru, teman dan akses terhadap media informasi) dengan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.
Universitas Indonesia
N Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o Ukur
1 Perilaku Pernah atau tidaknya Angket Kuesioner 0. Pernah, jika Ordinal
remaja responden melakukan N05,6A,6B, responden pernah
mengenai semua bentuk tindakan 6C,7,8,9,10, melakukan satu
kesehatan yang dapat 11 atau lebih
reproduksi membahayakan perilaku yang
kesehatan dan masa beresiko yaitu
depannya, dalam hal ini berciuman bibir,
pernah berciuman meraba/diraba
bibir, pernah meraba bagian tubuh
/diraba bagian tubuh yang sensitive,
yang sensitive, pernah melakukan
melakukan hubungan hubungan seksual
seksual pranikah, pranikah,
pernah merokok, merokok, minum
pernah minum alkohol alcohol,
dan pernah melakukan penyalahgunaan
penyalah-gunaan napza napza,
setelah mengalami haid 1. Tidak pernah,
pertama dan jika responden
mengalami mimpi tidak melakukan
basah pada pria. satupun perilaku
yang beresiko.
2 Pengetahu Benar atau tidaknya Angket Kuesioner 0. Kurang, jika nilai Ordinal
an jawaban responden atas Setiap pertanyaan di no < median yaitu 22
responden pertanyaan mengenai scoring, jika benar 12,13,14,1 1. baik, jika nilai ≥
tentang kesehatan reproduksi nilainya 1, jika salah 5,16,17,18, median yaitu 22
kesehatan seperti,perubahan nilainya 0. 19,20,21,
reproduksi tubuh dari anak-anak Seluruh skor 22,23,24 Karena data tidak
ke remaja, sistim dijumlahkan dan berdistribusi normal
reproduksi dikategorikan dengan maka nilai tengah
manusia,penyakit batasan nilai tengah. yang digunakan
HIV/AIDS, penyakit adalah median yaitu
infeksi menular seksual 22
dan Napza
3. Sikap Reaksi atau respon Angket Kuesioner 0. Sikap Negatif, Ordinal
reponden setuju atau tidak Setiap pertanyaan No jika skor sikap
tentang setujunya responden positif diberi skor 25,26,27,2 yang
kesehatan terhadap pertanyaan setuju =2,tidak 8,29,30,31. ditanyakan <
reproduksi seputar kesehatan setuju=1 dan tidak tahu mean yaitu
reproduksi , seperti ; =0. Untuk pertanyaan 21,64
sistim reproduksi, yang negatif diberi 1. Positif, jika nilai
tumbuh kembang skor: tidak setuju=2, ≥ mean yaitu
remaja, penyakit IMS, setuju=1, tidak tahu=0. 21,64
HIV/AIDS, Napza Seluruh skor
dijumlahkan dan Karena data
dikategorikan sikap berdistribusi
positif dan sikap normal maka nilai
negative dengan tengah yang
batasan nilai tengah. dipakai adalah
mean
Universitas Indonesia
Lanjutan
N Alat Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur Ukur
4 Umur Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. 15-19 tahun Nominal
tentang lama hidup No.3 1. 20-24 tahun
responden dalam tahun
yang dihitung
berdasarkan ulang
tahun terakhir.
Universitas Indonesia
Lanjutan
N Alat Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur Ukur
9 Akses Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. . Ya, jika total Ordinal
terhadap ada atau tidaknya Jika responden 36a,36b,3 skor keterpaparan
media terpapar dengan media menjawab ya, diberi 6c,36d media cetak dan
informasi cetak dan elektronik skor=1 dan jika Jika elektronik ≥
mengenai dalam hal mendapatkan menjawab tidak diberi responden mean yaitu 5.84
kesehatan informasi tentang skor=0. Seluruh skor menjawab 1. Tidak, jika total
reproduksi kesehatan reproduk dijumlahkan dan ya, diberi skor keterpaparan
termasuk didalamnya dikategorikan dengan skor=1 media cetak dan
sisistim reproduksi batasan nilai tengah. dan jika elektronik <
manusia, penyakit menjawab mean yaitu 5.84
HIV/AIDS, penyakit tidak
infeksi menular seksual diberi Karena data
dan Napza pada 6 skor=0. berdistribusi
bulan terakhir normal maka nilai
tengah yang
dgunakan adalah
nilai mean.
Universitas Indonesia
4.4. Sampel
4.4.1. Besaran Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi bessar maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus
representatif/mewakili (Sugiyono, 2009). Besar sampel minimal yang diambil
48 Universitas Indonesia
z2 1-α/2P(1-P)
n =
d2
Dimana :
n = jumlah sampel.
Z1-α/2 = nilai z pada derajat kepercayaan 1-α, karena peletian ini menggunakan
tingkat kepercayaan sebesar 95% dan 0,05 ( two tail) sehingga Z1-α/2 = 1,96
p = proporsi perilaku anak jalanan tentang kesehatan reproduksi yang kurang baik
di Rumah singgah Kota Depok diketahui p = 0.52 (Penelitian Novita, 2004)
d = presisi absolute yang diinginkan pada kedua proporsi sisi populasi. Pada
penelitian ini menggunakan presisi 10%
Dari hasil perhitungan didapat besar sampel minimal yang harus diteliti
sebesar 98 siswa. Jumlah tersebut di tambah 10% dari sampel sebagai cadangan
untuk mengantisipasi kalau ada responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner,
maka peneliti menetapkan besar sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 108
orang dari seluruh siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok.
49 Universitas Indonesia
b. Jumlah kelompok kelas terpilih di Paket B setara SMP PKBM BIM Depok
ada 3 kelompok yaitu kelompok kelas VII, VIII dan kelompok kelas IX.
Lalu besar sampel 108 orang dibagi dalam 3 kelompok kelas didapat
hasilnya 36 orang untuk setiap kelompok. Karena tiap kelompok kelas
terdapat 2 kelas maka besar sampel 36 orang dibagi dalam 2 kelas dan
didapat hasilnya 18 orang di tiap kelas.
c. Dalam pemilihan sampel disetiap kelas dilakukan secara acak sederhana
dengan cara setiap nama siswa/siswi di setiap kelas ditulis di secarik
kertas, kemudian diundi satu persatu sampai diperoleh sejumlah responden
untuk setiap klaster yaitu 18 orang. Siswi yang terpilih dicatat yang
nantinya akan terpilih menjadi responden.
50 Universitas Indonesia
51 Universitas Indonesia
Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Odds
Ratio.
a. Uji Chi Square
Pada dasarnya uji chi square ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya
perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi frekuensi yang
diamati dengan yang diharapkan. Derajat kepercayaannya adalah 5% atau
0,05 yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dan
untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan p-value 0,05:
Dikatakan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara varibel
dependen dan independen bila nilai p- value ≤0,05
Dikatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
variabel dependen dan independen bila nilai p-value >0,05.
Analisis dengan chi square ini menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
x²= Nilai uji chi square
O= Observed (Nilai yang diamati)
E= Expected (Nilai yang diharapkan)
b. Uji Odds Ratio
Untuk melihat variabel independen mana yang berisiko lebih besar
terhadap variabel dependen.
Rumus:
axd
OR=
bxc
OR = Odds Ratio
a = kolom 1 baris 1 b = kolom 2 baris 1
b = kolom 2 baris 1 d = kolom 2 baris 2
52 Universitas Indonesia
Gambar 5.1
Struktur Organisasi PKBM Bina Insan Mandiri
KETUA PKBM
MUSTAMI’IN
5.2.1. Perilaku
Perilaku remaja dalam penelitian ini dapat dilihat dari pertanyaan
mengenai aktivitas pacaran, pernah melakukan hubungan seksual, merokok,
minunan keras dan mengkonsumsi obat-obatan seperti ganja, shabu-shabu, putau,
dll. Jenis perilaku remaja (Tabel 5.1)
Pernah 59 54,6
Tidak Pernah 49 45,5
Total 108 100
5.2.2.1. Umur
Hasil analisis menunjukan umur responden termuda adalah 13 tahun dan
umur responden tertua dalam penelitian ini adalah 19 tahun. Adapun distribusi
responden berdasarkan umur paling banyak usia 13 tahun yaitu 18,5% dan paling
sedikit pada usia 18 tahun yaitu 6,5%. Untuk kepentingan analisis umur
responden dikategorikan menjadi 2 yaitu responden yang berumur 10-14 tahun
dan responden yang berumur 15-19 tahun (Tabel 5.3)
Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut variabel umur pada siswa Paket B setara
SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Umur Jumlah Persentase
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berusia 15-19
tahun (65,7%) dan lebih banyak dari rresponden yang berumur 10-14 tahun .
Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa Paket B
setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 49 45,4
Perempuan 59 54,6
5.2.2.3. Pengetahuan
Pengetahuan remaja dalam penelitian ini diukur dengan 13 pertanyaan
mengenai puberitas pada laki-laki puberitas pada perempuan, sistim kesehatan
reproduksi, penyakit menular seksual dan napza.(Tabel 5.5)
5.2.2.4. Sikap
Pada penelitian ini sikap diukur dengan 14 pertanyaan mengenai sistim
reproduksi, HIV/AIDS, Napza. Setiap jawaban diberi skor=1 jika jawaban nya
benar, dan jika salah diberi skor=0. Untuk keperluan analisis, dijumlahkan dan
dicari nilai tengah nya. Berikut sikap responden terhadap kesehatan reproduksi
(Tabel 5.7)
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa hanya (25,0%) responden yang ada
berkomunikasi denagan guru sedangkan (75,0%) responden tidak berkomunikasi
Tabel 5.14 Distribusi responden menurut komunikasi dengan teman pada siswa
Paket B setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan teman Jumlah Persentase
Ada 67 62,0
Tidak 41 38,0
Total 108 100
Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Jenis Informasi Yang Diakses Siswa Paket B
Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jaw Barat Tahun 2011
Media Cetak Radio Televisi
Jenis Informasi yang diakses
f % F % F %
Sistim Reproduksi manusia 51 47,2 34 31,5 58 53,7
HIV/AIDS 51 47,2 60 55,6 66 61,1
PMS 42 38,9 40 37,0 42 38,9
Napza 55 50,9 55 50,9 69 63,9
Dari tabel diatas terlihat bahwa informasi mengenai Napza adalah paling
banyak diakses oleh responden dari Televisi yaitu (63,9), HIV/AIDS diakses
respoden dari Televisi, yaitu (61,1). Sedangkan informasi mengenai sistim
reproduksi manusia adalah yang paling sedikit, hanya (31,5%) yang diakses
responden dari radio. Berikut tabel akses Responden terhadap media massa:
Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Akses Terhadap Media Informasi Pada
Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Akses mesdia informasi Jumlah Persentase
Baik 57 52,8
Kurang 51 47,2
Jumlah 108 100
analisis bivariat adalah ini adalah uji chi square karena kedua jenis variabel yang
akan dihubungkan berjenis kategorik-kategorik penelitian ini ingin mengetahuim
hubungan antara kedua variabel. Keputusan hasil uji statistik adalah adanya
hubungan yang bermakna atau tidak bermakna antara variabel independen dengan
variaveldependen, dan dilakukan dengan cara membandingkan p value (nilai p)
dengan nilai α (alpha) 5% atau α=0,05. Analisis hubungan bivariat dikatakan
bermakna jika nilai p≤0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika nilai p>0,05.
Tabel 5.18 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Personal Dengan
Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi pada remaja Paket
B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Variabel Perilaku remaja Jumlah Nilai p OR
Independen Pernah Tidak Pernah n % (95%CI)
Umur
15-19 tahun 15 (40,5%) 22 (59,5%) 37 100 0,055* 0,418
10-14 tahun 44 (62,0) 27 (38,0%) 71 100 0,186-0,973
Jenis Kelamin
Laki-laki 39 (79,6%) 10 (20,4%) 49 100 0,001* 7,605
Perempuan 20 (33,9%) 39 (66,1%) 59 100 3,157-18,323
Sikap
Negatif 26 (59.1%) 18 (40,9%) 44 100 0,565* 1,357
Positif 33 (51,6%) 31 (48,4%) 64 100 0,625-2,947
Pengetahuan
Kurang 24 (43,6%) 31 (56,4%) 55 100 0,032* 0,398
Baik 35 (66,0%) 18 (34,0%) 53 100 0,183-0,868
Tabel 5.19 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Lingkungan Dengan
Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi.
Variabel Perilaku remaja Jumlah Nilai p OR
Independen Pernah Tidak Pernah N % (95%CI)
Komunikasi orangtua
Tidak 14 (60,9%) 9 (39,1%) 23 100 0,659* 1.383
Ya 45 (52,9) 40 (47,1%) 85 100 0,540-3,538
Komunikasi guru
Tidak 47 (58,0%) 34 (42,0%) 81 100 0,315* 1,728
Ya 12 (44,4%) 15 (55,6%) 27 100 0,718-4,158
Komunikasi teman
Ya 41(61,2%) 26 (38,8%) 67 100 0,121* 2,015
Tidak 18 (43,9%) 23 (56,1%) 41 100 0,916-4,434
Akses terhadap media
Ya 37(64,9%) 29 (56,9%) 51 100 0,038* 2,439
Tidak 22 (43,1%) 20 (35,1%) 57 100 1,122-5,301
kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan
perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
72 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1.2. Umur
Umur responden dalam penelitian ini termuda adalah 13 tahun dan tertua
adalah 19 tahun. Umur dikategorikan menjadi remaja awal 10-14 tahun dan
remaja madya 15-19 tahun. Umur responden terbanyak terdapat pada usia 15-19
tahun yaitu (65.0%) dan responden yang berperilaku berisiko terhadap kesehatan
reproduksi juga pada kelompok madya ini yaitu (62,0%). Hasil Chi Square
diperoleh p value =0,055, berarti ada hubungan yang bermakna antara umur
responden dengan perilaku remaja berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Pada usia 15-19 tahun responden sudah mempunyai banyak pengalaman
dibandingkan dengan usia 10-14 tahun, sudah ada yang bekerja dan lebih agresif
dibandingkan dengan responden yang berumur 10-14 tahun. Menurut Hurlock
(1980) pada akhir masa remaja, sebagian remaja baik laki-laki maupun perempuan
sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan
mereka, minat utama mereka tertuju pada masalah hubungans seks
Hal ini ini sesuai dengan penelitian Mohammad,et all (2006), Lestary
(2007), yang menyatakan bahwa remaja yang remaja yang berusia lebih tua
terlibat dalam aktivitas seksual dan memiliki pengalaman seksual. Namun tidak
sejalan dengan penelitian Wahyuni (2004) dimana umur tidak berhubungan
dengan perilaku seksual remaja.
Universitas Indonesia
6.1.4. Pengetahuan.
Menurut BKKBN (2001) remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi
agar memiliki informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi serta faktor
yang ada disekitarnya. Dengan pengetahuan yang baik akan mendapatkan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi.
Hasil analisis didapatkan lebih dari (75,0%) responden mengetahui
perubahan fisik pada remaja laki-laki, (78,7%) responden mengetahui tentang
penyakit HIV/AIDS, (8,3%) responden yang mengetahui penyakit menular
seksual selain HIV/AIDS, dan (18,5%) responden mengetahui gejala infeksi
kelamin pada wanita. Pengetahuan remaja mengenai tumbuh kembang remaja
cukup baik (75%) sedangkan pengetahuan tentang penyakit menular seksual
masih rendah. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan teman, ajakan teman juga bisa menjadikan responden untuk berperilaku
berisiko.
Berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh Mohammad, et all (2006)
pada remaja di Iran, Widianingsih (2008) pada siswa SMAN Kabupaten
Tangerang, Khotib (2006) pada pelajar SMK Muhammdiyah Parung, yang
menunjukan sikap responden terhadap kesehatan reproduksi bersikap positif dan
terdapat hubungan yang bermakan antara sikap responden dengan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.
Universitas Indonesia
kesehatan reproduksi tersebut melalui orang lain diluar keluarga. Dan jika
informasi yang didapat belum tentu benar akan membuat remaja berperilaku yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksi. Orang tua juga membatasi informasi yang
diberikan kaarena mengingat informasi yang berkaitan dengan reproduksi
merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti (2008), yang
menyatakan lebih dari sebagian responden yang peran orang tua rendah memiliki
kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah dan sebagian responden
dengan peran orang tua tinggi memiliki kecendrungan melakukan hubungan
seksual pranikah. Dan penelitian Indarsita (2002) yang menyatakan sebagian kecil
responden yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua berperilaku
kesehatan yang berisiko dibandingkan dengan proporsi remaja yang pernah
berkomunikasi dengan orang tua hanya (19%) responden. Begitu juga dengan
penelitian Mohammad,et all (2006) yang menyatakan komunikasi dengan orang
tua tentang hal-hal yang penting atau tentang masalah seksual tidak berhubungan
dengan peningkatan perilaku responden.
Universitas Indonesia
secara statistik antara komunikasi dengan guru terhadap perilaku remaja berisiko
terhadap kesehatan reproduksi.
Hal ini bisa terjadi karena PKBM BIM Depok tidak memiliki tenaga
pengajar (guru) yang memberikan pendidikan kesehatan termasuk kesehatan
reproduksi bagi siswa disekolah sehingga siswa kurang mendapatkan informasi
dari guru mengenai kesehatan reproduksi khususnya penyakit menular seksual
(sesuai dengan hasil univariat dimana kurangnya pengetahuan siswa tentang IMS)
Keadaan ini bisa menjadi pertimbangan bagi sekolah untuk mengadakan pelatihan
bagi guru mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Hasil penelitan ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Suryabrata
bahwa guru adalah orang tua juga bagi muridnya disekolah, yang tidak segan-
segan memberikan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan muridnya, khususnya
kesehatan reproduksi sehingga remaja tidak melakukan perilaku yang berisiko
yang akan membahayakan dirinya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khotib (2006) pada pelajar SMK
Muhammaddiyah Parung, dimana sebagian responden terpapar media informasi
seksualitas dari guru. Dan dari hasil uji statistic tidak ada hubungan yang
bermakna antara keterpaparan responden terhadap media informasi seksualitas
dari guru dengan perilaku seksual remaja. Penelitian ini bertentangan dengan
Hasil Suvey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia dan Survey RPJM Program
KB Nasional Tahun 2007 pada remaja di Provinsi Bengkulu, yang menunjukan
bahwa guru merupakan penyampai informasi dan kelompok tertinggi dalam
membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja
Universitas Indonesia
perhiasan, pakaian, dll sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya menjadi suatu
jalinan ikatan yang sangat kuat. Pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-
teman dalam kelompoknya.
Hasil analisis bivariat didapatkan proporsi responden yang pernah
berperilaku berisiko (61,2%) berkomunikasi dengan teman sebaya dan proporsi
responden yang pernah berperilaku berisiko (43,9%) tidak berkomunikasi dengan
teman sebaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value = 0,121, berarti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara komunikasi
bersama teman dengan perilaku berisiko remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Pada penelitian ini terlihat bahwa perilaku berisiko lebih banyak terdapat pada
remaja yang berkomunikasi dengan teman sebaya dibandingkan dengan yang
tidak berkomuniksai dengan teman sebaya. Banyak hal yang didiskusikan remaja
dengan teman sebaya seperti informasi bersifat positif dan negatif. Namun
kenyataannya responden yang berkomunikasi dengan teman sebaya yang
berperilaku berisiko, keadaan ini disebabkan karena remaja berdiskusi dengan
teman sebaya hal-hal yang bersifat negatif dan.saat remaja tidak mendapatkan
informasi yang cukup dari keluarga ataupun guru, remaja akan mencari informasi
dari teman sebayanya. Informasi yang didapat tidak disaring terlebih dahulu tapi
langsung diterima remaja sehingga remaja tidak menolak ajakan temannya untuk
melakukan perilaku yang berisiko. Begitu juga dengan lingkungan disekitar
sekolah dan informasi yang didapat dari media massa, seperti iklan rokok,
narkoba dan tayangan pornografi, remaja mencoba-coba hal yang mereka lihat
tanpa mempertimnbangkan akibatnya.
Hal ini menggambarkan bahwa teman membawa dampak yang kurang
baik terhadap perilaku remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Supratiningsih
(2003) bahwa remaja yang aktif mendapatkan informasi dari teman sebaya
ternyata mempunyai kecendrungan untuk berperilaku seksual relatif berisiko dari
remaja yang tidak aktif, aktivitas dalam kelompok remaja mempunyai hubungan
yang bermakna dengan perilaku remaja. Hal ini bisa jadi pertimbangan bagi
sekolah untuk mengadakan pelatihanpelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi
kelompok sebaya untuk bisa memberikan informasi yang tepat kepada teman-
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
coba apa yang ditontonnya/dilihatnya. Ini sesuai dengan hasil univariat dimana
pengetahuan responden kurang mengenai kesehatan reproduksi sehingga remaja
tidak memilah informasi mana yang harus atau tidak ditiru. Bagi orang tua dan
guru sebaiknya dapat menjaring informasi yang didapat remaja dari media massa
baik media cetak maupun media elektronik.
Penelitian ini bertentangan dengan yang diungkapkan Soetjiningsih (2004)
dimana media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual. baik elektronik maupun cetak saat ini
banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat
manusia termasuk juga remaja. Dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Sumartini (2010) dimana sumber informasi didapatkan responden adalah dari
medeia elektronik (58,6%) dan penelitian Rahmawaty (2004) yang menyatakan
responden yang terpapar informasi dari media sebanyak 96,5% dan terdapat
hubungan yang bermakna secara statisitik antara akses terhadap media massa
dengan perilaku berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Universitas Indonesia
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1 Lebih dari sebagian responden pernah berperilaku berisiko terhadap
kesehatan reproduksi dan kurang dari sebagian responden tidak pernah
berperilaku berisiko.
2 Gambaran dari faktor personal responden yaitu: sebagian besar responden
berumur 15-19 tahun, lebih dari sebagian responden berjenis kelamin
perempuan, lebih dari sebagian responden berpengetahuan kurang, dan lebih
dari sebagian responden bersikap positif dan gambaran dari faktor
lingkungan responden yaitu: sebagian besar responden berkomunikasi
dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi, hanya sebagian kecil
responden berkomunikasi dengan guru, sebagian besar responden
berkomunikasi dengan teman sebaya dan lebih dari sebagian responden
memiliki akses terhadap media informasi.
3 Dari faktor personal (umur, jenis kelamin, sikap dan pengetahuan), yang
berhubungan dengan perilaku remaja berisiko adalah jenis kelamin dan
pengetahuan, dan dari faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua,
komunikasi dengan guru, komunikasi dengan teman sebaya dan akses
terhadap media informasi), yang berhubungan dengan perilaku remaja
berisiko adalah akses terhadap media informasi.
7.2. Saran
7.2.1. Institusi Pendidikan
1 Bagi Dinas Pendidikan.
Sebagai penanggung jawab PKBM BIM Kota Depok:
●
Mengambil kebijakan agar sekolah-sekolah memberikan pendidikan
kesehatan bagi remaja baik dalam muatan lokal maupun
diintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada.
●
Menambah tenaga guru sehingga materi KRR dapat diberikan.
84 Universitas Indonesia
85 Universitas Indonesia
85 Universitas Indonesia
Almawaliy, H. (20 Agustus 2010, P.2). Opini Edisi 30 : Kesehatan Reproduksi bagi
Remaja http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content& view=
article &id=551:opini-edisi-30-kesehatan-reproduksi- bagi remaja & catid =
33 :opini-suara-rahima&Itemid=305[online][20 April 2011]
Universitas Indonesia
Dwiyanto, Agus, et. All, 1992. Determinan pengetahuan, sikap dan praktek
kesehatan reproduksi remaja di manado. Kerjasama Kantor Mentri Negara
Kependudukan/BKKBN dan PKK UGM, Yogyakarta
Gilbert & Lumoindong. (1996). Pelacuran di Balik Seragam Sekolah: Tinjauan Etis
Teologis Terhadap Praktek hubungan Seks Pranikah. Yogyakarta: Yayasan
Andi.
Hadipranoto, Sri, dkk. (1997). Kesehatan reproduksi : Suatu pendekatan baru, Modul
II: Seri Kesehatan Reproduksi dan Petani Perempuan Cetakan I. PT.Danar
Wijaya-Brawijaya University press bekerjasama dengan Yayasan
Pengembangan Pedesaan (YPP) dan Ford Foundation
Hastono, Priyo Hastono. (2007) Basic Data Analysis for Health Reseach Training:
Analisis data Kesehatan, Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Hidayana. (1997). Perilaku seksual remaja di kota dan di desa, kasus Sumatera
Utara. Laboratorium Antropologi. Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kadarwati. (2004). Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada
Siswa SMA Negeri 6 Jakarta Tahun 2008. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Lames, Stanley dan S.K. Lwanga. Sample size determination in health studies a
pratical manual. WHO
Namakula, Justine. (2009). What can we learn from them?An exsploratory study
about adolescents’ perceptions of sex education strategies in Uganda.
Norway: Faculty of Psychology University of Bergen.
Universitas Indonesia
Purwanto, Ngalim. (2000). Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Soekanto. (1984). Teori Sosiologi tentang pribadi dalam masyarakat. Jakarta: Ghalia.
Universitas Indonesia
Wawan,A & Dewi,M (20100. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wilson & Coo. (2009). Ibu, ayah, anak laki-laki, dan perempuan: Perbedaan Gender
Dalam Faktor Yang Terkait Dengan Komunikasi Orang Tua-Anak Tentang
Topik Seksual.http://www.reproductive-health-journal.com/content/7/1/31 .
[online]. [17Maret2011]
Wimpie, Pangkahila. (1999). Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual: Intisari.
Jakarta:PT.Gramedia.
Universitas Indonesia
Meinil Santina
Saya menyatakan, bahwa saya telah membaca pernyataan diatas dan saya bersedia
untuk mengisi angketnya
……………………………….tanggal…………………………………
Tanda tangan
…………………………………………………..
Tanggal : No Responden :
Pertanyaan:
A. Karateristik Responden
1 Nama Responden : …………………………………
2 Tanggal Lahir :…………………………………
3 Umur :……… Tahun
4 Jenis Kelamin :………………………………………..
B. Perilaku Remaja
C. Pengetahuan
e. Mulai Haid…………………………...
f. Lainya……………………..(Tuliskan)
g. Tidak tahu…………………………….
14 Apakah wanita dapat hamil jika hanya satu kali melakukan hubungan
seksual?
a. Ya
b. Tidak
20 Apakah virus penyebab HIV/AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu (ibu
hamil dan menyusui) ke bayi atau anaknya?
a. Ya
b. Tidak
22 Infeksi apa yang saudara ketahui? ( Jawaban Boleh lebih dari satu)
a. Siphilis/Raja Singa
b. Gonorrhoe/Kencing Nanah
c. Kondiloma Akuiminata
d. Chanroid
e. Clamydia/Klamidia
f. Kandidiasis
g. Herpes Genital
h. Lainnya………………………(Tuliskan)
D. SIKAP
Berilah tanda cheklist (√ ) pada jawaban yang anda benar pada kolom yang sudah
disediakan.
Tidak Tidak
No Pernyataan Setuju
setuju tahu
25 Pernyataan tentang penggunaan kondom:
a. Menurut saudara apakah kondom dapat digunakan
untuk mencegah hehamilan?
b. Menurut saudara apakah kondom dapat mencegah
penularan HIV/AIDS dan infeksi menular
lainnya?
c. Menurut saudara apakah kondom dapat dipakai
berulang-ulang?
Silangilah pada jawaban yang saudara anggap benar, jawaban boleh dari satu
NO Pertanyaan
32. Dari mana (SEBUTAN) mendapat informasi mengenai
perubahan pada tubuh dari anak-anak ke remaja?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
e. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak
33 Siapakah yang bicara tentang mimpi basah dan haid
pertama dengan saudara?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
e. Tidak ada………………………….. 1.Ya 2.Tidak
34 Dengan siapakah saudara membicarakan atau
menanyakan hal-hal tentang kesehatan reproduksi,
penyakit infeksi kelamin,HIV/AIDS, kehamilan?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
f. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak
35 Dengan siapakah saudara membicarakan atau
menanyakan hal-hal tentang Narkoba?
e. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
f. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
g. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
h. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
g. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak