Anda di halaman 1dari 121

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI SISWA PAKET B SETARA SMP PKBM BIM
KOTA DEPOK JAWA BARAT
TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

MEINIL SANTINA
0906616496

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2011

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI SISWA PAKET B SETARA SMP PKBM BIM
KOTA DEPOK TAHUN 2011

SKRIPSI

MEINIL SANTINA
0906616496

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2011

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakaatu
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat yang tak
terhingga kepada seluruh umat manusia. Dan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang ini. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi Siswa
Paket B Setara SMP PKBM Bina Insan Mandiri Depok Jawa Barat Tahun 2011”.
tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Penyusunan Laporan ini dapat selesai semata-mata atas kehendak-Nya
dan rahmat kasih-Nya yang berlimpah dan telah banyak dibantu oleh
pembimbing, seluruh staf pengajar, ketua dan staff PKBM BIM Kota Depok,
rekan-rekan satu bimbingan, rekan-rekan kuliah, dan keluarga sehingga penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Dengan rasa rendah hati penulis
sampaikan rasa terimakasih yang setulusnya kepada :
1 Bapak drs. Bambang Wispriyono, Apt. Ph.D selaku dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2 Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH yang
telah bersedia disibukkan dengan pemberian tanda tangan atas ijin magang.
3 Manajer Pendidikan dan Riset, Bapak Dr. Tri krianto, drs. M.Kes. atas
bimbingan dan arahannya.
4 Prof.dr. Hadi pratomo, MPH. Dr. PH, selaku pembimbing akademik,
terimakasih banyak atas bimbingan, motivasi dan kesabarannya yang telah
diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini
5 Bapak Nurrohim, selaku ketua Yayasan Bina Insan Mandiri, terimakasih
atas kesediaan memberi ijin untuk melaksanakan Penelitian di PKBM BIM
Kota Depok.

v Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


6 Bapak Drs.Anwar Hassan, MPH, yang telah bersedia meluangkan waktu
disela kesibukanya untuk memberi masukan skripsi ini.
7 Ibu Dr.Tiur Febrina Pohan, selaku penguji luar yang telah sudi membagi
pengalaman dan bersedia untuk menguji serta memberikan masukan kepada
penulis.
8 Seluruh staff, pembina, relawan dan warga Yayasan Bina Insan Mandiri
Depok yang telah membantu dalam penelitian ini di Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok.
9 Orangtuaku, mama Hj.Amirna Amir dan ibu mertuaku Badriati Barthos
yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menjalani proses penelitian
ini sampai mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
10 Suamiku tercinta Novian Safitra dan anak-anakku (Muhammad Ghiyats
Dafitra dan Tsurayya Zahirah Safitra) tersayang yang telah banyak
berkorban dan memberikan dukungan moril, materi dan doa, serta
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11 Rekan-rekan satu bimbingan: Flora Agustina Siahaan, Tri Nova Nurhayati,
Reni Maria, dan Azrilla Dewita, Ni Wid, Rahma, Hani, Mbak Ida, Yudi
terima kasih atas waktu yang diberikan dan atas semangat dan perjuangan
yang telah kita lalui bersama, tanpa kebersamaan kita tidak berarti apa-apa.
12 Mbak Intan, Nani, Suci, Hetty, terimakasih banyak bantuan dan dukungan
yang telah diberikan.
13 Rekan- rekan satu angkatan dan semua pihak terkait yang tak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan baik berupa
moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,


namun demikian penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Jika dalam penulisan laporan ini masih menemukan kesalahan dan
kekurangan maka penulis dengan senang hati menerima saran, koreksi dan
kritiknya.

Depok, Juni 2011

Penulis

vi Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meinil Santina


Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman, 10 Mei 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Telp : 08126757329
Alamat : Jl.H.Agus Salim No.30 Kampung Baru Pariaman
Tengah Kota Pariaman Sumatera Barat.
Alamat Email : tsurayya_z@yahoo.com atau
mghiyats@gmail.com

Pendidikan
Tahun 1984-1990 : SDN No 1 Teladan Pariaman
Tahun 1991-1993 : MTsN Padusunan Pariaman
Tahun 1993-1996 : SPK YARSI Bukittinggi Sumatera Barat
Tahun 1996-1997 : Program Pendidikan Bidan Depkes Padang
Tahun 2001-2003 : Politeknik Kesehatan Padang Jurusan Kebidanan

Pekerjaan
Tahun 1997-2000 : Bidan PTT Puskesmas Kampung Dalam
Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten
Padang Pariaman
Tahun 2011 : Klinik Bersalin Sayang Ibu Pariaman
Tahun 2004-2006 : Bidan PTT Puskesmas Pariaman Kecamatan
Pariaman Tengah Kota Pariaman
Tahun 2006-sekarang : Bidan Pelaksana UPTD Puskesmas Pariaman
Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman.

viii Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Nama : Meinil Santina
Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi pada
Siswa Paket B Setara SMP di PKBM BIM Kota
Depok Jawa Barat Tahun 2011

ABSTRAK
Remaja menurut WHO adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yaitu batasan usia 10 sampai 19 tahun. Permasalahan remaja begitu
kompleks. Pengaruh media massa memancing remaja untuk mengadaptasi
kebiasaan tidak sehat. Akibatnya remaja rawan terjangkit penyakit Menular
seksual, aborsi dan ketergantungan Napza. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku remaja dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi siswa Paket B Setara SMP
PKBM Bina Insan Mandiri, Kota Depok. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif
dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 54,6% responden
pernah berperilaku berisiko dan faktor personal yang berhubungan secara
signifikan adalah pada variabel jenis kelamin, pengetahuan responden tentang
kesehatan reproduksi dan faktor lingkungan yang berhubungan signifikan adalah
variabel akses terhadap media informasi. Berdasarkan hasil penelitian, perlunya
diselenggarakan pendidikan kesehatan bagi remaja dan program pelayanan
kesehatan peduli remaja di PKBM Bina Insan mandiri, Kota Depok.

Kata Kunci: Remaja, Perilaku remaja, Faktor personal, Faktor lingkungan

ix Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Name : Meinil Santina
Study Program : Public Health Scholar
Title : Factors Influencing Behavior of The Adolescents on
Reproductive Health Among Junior High School Students'
(Package B) at the Center Community Learning (PKBM)
Bina Insan Mandiri Depok, West Java 2011

ABSTRACT
WHO defined adolescent period refery to stage aged 10-19 years. Some common
issues related to adolescent reproductive health are sexually transmitted disease,
abortion dan drug dependenc. This study aims to issues the adolescent behavior
and factor associated with adolescent reproductive health behavior among the
students PKBM Bina Insan Mandiri Depok. This Survey was a cros-sectional
design the result showed 54,6% of responden had performed risk behavior such as
smoking, substance abused, drinking alkohol, and sexual engagement. Personal
factor such as sex, knowledge of reproductive health and enviromental factors i.e
mass media exposure the pornographic mentioned significantly related civil the
adolescent behavior.

Keywords: Adolescent, Adolescent behavior, Personal Factors and Environmental


Factor

x Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
SURAT PERNYATAAN……………………………………………... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………… v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …….............................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….. viii
ABSTRAK…………………………………………………………….. ix
ABSTRACT…………………………………………………………… x
DAFTAR ISI………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xviii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………… xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………...……………………………….. 6
1.3. Pertanyaan Penelitian 7
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum…….……………………………….. 8
1.4.2. Tujuan Khusus...…………………………………... 8
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Institusi………………………………………. 9
1.5.2. Bagi Pendidikan…………………………………… 9
1.5.3. Bagi penulis……………………………………….. 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………… 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perilaku………………………………………………….. 10
2.1.1. Bentuk Perilaku………………………………….. 10
2.1.2. Pengukuran Perilaku………………………………. 10
2.2. Pengetahuan………………………………………………. 11
2.2.1. Pengertian Pengetahuan…………………………… 11
2.2.2. Pengetahuan sebagai proses adaptasi Prilaku……. 12
2.2.3. Pengukuran Pengetahuan…………………………. 12
2.3. Sikap……………………………………………………… 13
2.3.1. Pengertian Sikap 13
2.3.2. Pengukuran Sikap……………………………….. 14
2.4. Remaja ……………………………………………………. 14

xi Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


2.4.1. Pengertian remaja…………………………… 14
2.4.2. Masalah Umum remaja............................................ 17
2.5. Kesehatan reproduksi ........................................................ 18
2.5.1 Sistim Reproduksi remaja ................................. 19
2.5.2 Perkembangan remaja............................................... 20
a. Perkembangan Fisik……………………………. 21
b. Perkembangan Psikologis………………………. 21
c. Perkembangan Religius………………………… 22
2.5.3. Kesehatan reproduksi remaja…………………….. 23
2.5.4. Permasalahan Seksual Remaja…………………… 23
2.5.5. Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja………… 24
2.5.6. Hak-hak reproduksi................................................. 32
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Remaja.......... 32
2.6.1. Faktor Personal…………………………………… 33
a. Umur…………………………………………. 33
b. Jenis Kelamin………………………………… 33
c. Pengetahuan………………………………….. 33
d. Sikap…………………………………………. 33
2.6.2. Faktor Lingkungan………………….…………….. 34
a. Komunikasi dengan Orang Tua………………. 34
b. Komunikasi dengan Guru…………………….. 35
c. Komunikasi dengan Teman Sebaya………… 35
d. Akses Informasi dari Media………………… 35
2.7. PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri................................... 36
2.8. Hasil Penelitian tentang Kesehatan Reproduksi remaja.... 36

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN


DEFENISI OPERASIONAL
2.1 Kerangka teori……………………………………………... 43
2.2 Kerangka Konsep…………………………………………. 43
2.3 Hipotesis………………………………………………….. 44
2.4 Defenisi Operasional……………………………………… 45

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN……………………………


4.1. Rancangan penelitian…………………………………… 48
4.2. Lokasi dan waktu penelitian……………………………. 48
4.3. Populasi dan sampel ………………………………………. 48
4.4. Sampel…………………………………………………….. 48
4.4.1. Besaran Sampel…………………………………… 48
4.4.2. Ktiteria Inklusi…………………………………….. 49
4.4.3. Cara Pengambilan Sampel………………………… 49
4.5. Pengumpulan data…………………………………………. 50

xii Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


4.6. Instrumen Penelitian………………………………………. 50
4.7. Uji Coba Kuesioner……………………………………….. 51
4.8. Pengolahan data…………………………………………… 51
4.9. Analisa Data……………………………………………….. 51

BAB 5 HASIL PENELITIAN…………………………………….


5.1. Gambaran PKBM BIM Kota Depok……………………… 53
5.1.1. Sejarah Berdirinya PKBM Bina Insan Mandiri
Kota Depok………………………………………... 53
5.1.2. Kondisi Geografis dan Batas-batas Wilayah……… 54
5.1.3. Visi dan Misi PKBM BIM Kota Depok………….. 54
5.1.4. Struktur Organisasi PKBM BIM Kota Depok…… 55
5.1.5. Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok….. 56
5.1.6. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di PKBM
BIM Kota Depok………………………………….. 56
5.2. Hasil Analisis Univariat…………..……………………….. 56
5.2.1. Perilaku Remaja …………………………………... 56
5.2.2. Faktor Personal……………………………………. 58
a. Umur……………………………………….... 58
b. Jenis Kelamin…..…………………………… 58
c. Pengetahuan…….…………………………… 59
d. Sikap………………………………………… 60
5.2.3. Faktor Lingkungan………………………………… 62
a. Komunikasi dengan Orang Tua……………… 62
b. Komunikasi dengan Guru…………………….. 64
c. Komunikasi dengan Teman Sebaya…………... 65
d. Akses Terhadap Media Informasi…………….. 66
5.3. Hasil Analisis Bivariat……………………………………. 67
5.3.1. Hubungan Faktor Personal dengan Perilaku Remaja
Berisiko……………………………………………. 68
5.3.2. Hubungan umur dengan Perilaku Remaja………… 68
5.3.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Remaja 69
5.3.4. Hubungan Sikap dengan Perilaku Remaja… 69
5.3.5. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Remaja
Berisiko………………………………………….. 69
5.3.6. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Perilaku
Remaja……………………………………………. 70
5.3.7. Hubungan Komunikasi dari Orangtua dengan
Perilaku Remaja…………………………………… 70
5.3.8. Hubungan Komunikasi dari Guru dengan Perilaku
Remaja…………………………………………….. 70
5.3.9. Komunikasi dari Teman dengan Perilaku Remaja… 71

xiii Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


5.3.10. Hubungan Akses terhadap Media Informasi dengan
Perilaku Remaja…………………………………… 71

BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………………….. 72
6.1. Keterbatasan Penelitian……..…………………………… 72
6.2. Pembahasan hasil Penelitian………………………………
6.2.1. Perilaku Remaja…………………………………. 72
6.2.2. Umur…………………………………………….. 74
6.2.3. Jenis Kelamin ……………………………………. 75
6.2.4. Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi.. 75
6.2.5. Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi...……….. 77
6.2.6. Komunikasi Responden dengan Orang Tua…….. 78
6.2.7. Komunikasi Responden dengan Guru…………….. 79
6.2.8. Komunikasi Responden dengan Teman Sebaya…... 80
6.2.9. Akses terhadap Media Informasi…………………. 82

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….. 84


7.1. Kesimpulan………………………………………………. 84
7.2. Saran ……………………………………………………. 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Gambaran Jenis Perilaku Responden Terhadap Kesehatan 57


Reproduksi pada Remaja Paket B Setara SMP PKBM BIM
Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Perilaku remaja terhadap kesehatan 57
reproduksi pada Remaja Paket B Setara SMP PKBM BIM
Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Variabel Umur Pada Siswa 58
Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada 58
Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa
Barat Tahun 2011
Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Responden tentang Kesehatan 59
Reproduksi pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM Kota
Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang 60
Kesehatan Reproduksi pada Siswa Paket B setara SMP
PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.7 Gambaran Sikap Responden Terhadap Kesehatan 61
Reproduksi pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM
Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.8 Distribusi Responden menurut Sikap tentang Kesehatan 62
Reproduksi pada Siswa Paket B Setara SMP SMP PKBM
BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.9 Gambaran Komunikasi Responden dengan Orangtua 63
Mengenai Kesehatan Reproduksi pada Siswa Paket B Setara
SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.10 Distribusi Responden menurut Komunikasi dengan Orang 63
tua Mnegenai Kesehatan Reproduksi pada Siswa Paket B
Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun
2011
Tabel 5.11 Gambaran Komunikasi Responden dengan Guru Mengenai 64
Kesehatan Reproduksi pada Siswa Paket B Stara SMP
PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Komunikasi Responden 64
dengan Guru mengenai Kesehatan reproduksi pada Siswa
Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Tabel 5.13 Gambaran Komunikasi Responden dengan Teman Sebaya 65
pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok
Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.14 Distribusi responden Menurut Akses terhadap Media 65
Informasi Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota
Depok Jawa Barat Tahun 2011

xv Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Jenis Informasi yang Diakses Siswa 66
Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
tahun 2011
Tabel 5.16 Gambaran Akses responden Terhadap Media Informasi pada 66
Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa
Barat Tahun 2011
Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Akses terhadap Media 67
Informasi pada Siswa paket B Setara SMP PKBM BIM
Depok Jawa Barat Tahun 2011
Tabel 5.18 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Personal 68
dengan Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Rreproduksi
Tabel 5.19 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Lingkungan 70
dengan Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi

xvi Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka teori Pembelajaran Sosial....................................................................44


3.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi……..…………………………………45
5.1 Struktur Organisasi PKBM BIM Kota Depok………………………………… 55

xvii Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesbang Pol dan Linmas Kota Depok
Lampiran 2: Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian dari PKBM Bina
Insan Mandiri Kota Depok Jawa Barat
Lampiran 3: Lembar Permintaan dan Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian

xviii Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization.


HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immune Deficiency
Syndrome.
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
KPA : Komisi Perlindungan AIDS
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menegah.
PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
BIM : Bina Insan Mandiri Depok.
SKRRI : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
ICPD : International Conference On Population Development
IMS : Infeksi Menular Seksual
PMS : Penyakit Menular Seksual.
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli remaja.
IKRIMA : Ikatan Remaja Mesjid..
TKBM : Tempat Kegiatan Belajar Masyarakat
PKM : Pusat Kesehatan Masyarakat..
OR : Odds Ratio.
CI : Confident Interval.
NAPZA : Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
STD : Sexually Transmitted Disease
BNN : Badan Narkotika Nasional
KKRR : Klinik Konsultasi Reproduksi Remaja.

xix Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang


Remaja menurut WHO adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yaitu batasan usia 10 sampai dengan 19 tahun (Depkes RI, 1999).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masak kanak-kanak dan masa
dewasa, dimulai pada saat kematangan seksual yaitu antara usia 10-12 tahun
sampai 20 tahun, menjelang masa dewasa muda. Sri Rumini, dkk menyatakan
masa remaja adalah masa transisi dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa transisi ini seringkali menghadapkan remaja pada situasi yang
membingungkan, tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka tidak termasuk
golongan anak-anak tidak juga golongan orang dewasa (Sarwono, 2009).
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja hidup di tanah air, artinya satu dari
lima orang Indonesia berada dalam rentang remaja. Remaja adalah calon generasi
penerus bangsa dan akan menjadi orang tua bagi generasi berikut. Segala tindakan
yang dilakukan remaja saat ini sangat berpengaruh bagi masa bangsa dan masa
depan (http://scbsradio.co.cc). Permasalahan kesehatan remaja begitu kompleks,
tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga terkait dengan aspek psikososial
(DepKes RI,2009). Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada
masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat
seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa
gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku (Retnowati, 2010). Saat remaja
harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis,
sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya menyembunyikan segala hal
tentang seks dan membiarkan remaja dengan tanda tanya dipikiran mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, membuat remaja enggan berdiskusi tentang
kesehatan reproduksi dengan orang lain. Dan justru merasa tidak nyaman bila
membahas seksualitas dengan anggota keluarga sendiri
(http://scbsradio.co.cc/2009).

1 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


2

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan


reproduksi membuat remaja mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.
Arus komunikasi dan informasi memberikan pengalaman bagi remaja. Majalah,
buku dan film pornografi yang memaparkan hubungan seks tanpa mengajarkan
tanggung jawab (http://scbsradio.co.cc/2009).
Penyebab utama masalah kesehatan remaja antara lain: kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatannya,
kurangnya kepedulian orang tua, masyarakat serta pemerintah, kesejahteraan
remaja, dan belum optimalnya pelayanan kesehatan kepada remaja. Menurut need
assessment reproduksi sehat remaja di 12 kota di Indonesia menunjukkan
kurangnya pusat pelayanan kesehatan yang bisa membantu masalah kesehatan
reproduksi remaja, yang melayani konseling, layanan kesehatan reproduksi,
penanganan remaja yang bermasalah dalam reproduksi serta system rujukan yang
bersifat terpadu dan menyeluruh , baik untuk maksud preventif maupun kuratif
(Iswarati, 2002).
Diantara aspek yang penting yang terkait dengan kehidupan remaja antara
lain adalah aspek kehidupan seksual mereka. Cukup banyak pendapat dan
penelitian yang menunjukkan adanya kecendrungan remaja memiliki aktivitas
seksual (terutama aktivitas seksual pra nikah). Pengaruh media audio-visual yang
mudah diakses justru memancing remaja untuk mengadaptasi kebiasaan tidak
sehat seperti merokok, penyalahgunaan obat terlarang. Kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif (Iskandar 1997 dalam Novita,
2004).
Data kesehatan remaja Amerika Serikat tahun 1997, menampilkan
gambaran yang menakjubkan. Jumlah remaja (usia 15-19 tahun) yang mengalami
kehamilan mencapai 840.000 atau 79% dari seluruh kehamilan. Proporsi
hubungan seksual (40%) dan kehamilan remaja yang tidak diinginkan (19%)
terlihat tinggi. Sekitar 13% persalinan berasal dari remaja putri dan sekitar 13 %
diantaranya tanpa pernikahan. Di Indonesia, fertilitas dikalangan remaja yang
mempunyai anak sebelum umur 20 tahun (10%) terlihat cukup tinggi. Persalinan
usia remaja (11%) dan 43 % diantaranya melahirkan anak pertama pada periode
kurang 9 bulan dari pernikahan mereka (Jurnal kesmas vol.3 no 2, 2008).

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


3

Data hasil survey 2008 Kementrian Negara pemberdayaan perempuan


menunjukkan, sebanyak 63% remaja SMP sudah melakukan hubungan seks diluar
perkawinan. Sedangkan 21% siswa SMA pernah melakukan aborsi. Temuan yang
paling mencengangkan, dibeberapa kota besar, hampir semua remaja pernah
menonton film porno yang sebenarnya menjadi konsumsi orang dewasa. Angka
ini mengalami peningkatan tiap tahun. Jika dibandingkan tahun 2005, angkanya
hanya 44%. Ini cukup rawan terjangkit penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS,
apalagi sebagian besar remaja belum tahu tentang proses penularan HIV/AIDS
(http ://www.surya.co.id). Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada tahun 2010 menunujukan, sebesar 51% atau separuh dari total
jumlah remaja di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek)
telah melakukan hubungan seks pranikah (Warta Kota, 2010)
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi
tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap
tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi
tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di
Bolgatanga, Ghana, tingkat prevalensi HIV / AIDS pada 15-24 tahun meningkat
dari 2,3% pada tahun 2000 menjadi 3,6% pada tahun 2003. Prevalensi HIV /
AIDS mencapai puncaknya menjadi 3,8% pada 2004 (Rondini et all,2009). Dan di
wilayah Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap
tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Perkiraan
jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull, Sarwono dan
Widyantoro (1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18
aborsi per 100 kehamilan.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) provinsi DKI Jakarta menyatakan,
seseorang yang berusia 15-29 tahun rentan terinfeksi virus HIV/AIDS akibat
dampak pergaulan seks bebas dan penggunaan jarum suntik narkoba secara
bergiliran (http://www.bkkbn.go.id). Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas
karena adanya pertentangan dari lawan jenis, adanya tekanan dari keluarga dan
teman (http://juliancholsen.blogspot.coba). Selain itu, data BKKBN tentang
penyalahgunaan narkoba menunujukan bahwa dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan
narkoba, 78 persennya atau 2,5 juta jiwa adalah remaja (Wartakota, 2010)

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


4

Dinas Kesehatan Kota Depok telah melaksanakan program Kesehatan


remaja sejak Tahun 2006. Program yang dilaksanakan berupa Pelayanan
Kesehatan Peduli remaja (PKPR) dan KKRR (Klinik Konsultasi Reproduksi
remaja). PKPR dilaksanakan pada remaja di sekolah melalui program UKS,
dengan beberapa kegiatan diantaranya: melatih petugas/guru dan melatih kader
kesehatan remaja (konselor). Dari laporan KKRR pada tahun 2009 dan Tahun
2010 ditemukan remaja yang menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak
2 orang dan Kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 8 orang dan 5 oramg.
Setiap bulannya laporan PKPR diterima Dinas Kesehatan Kota Depok dari
sekolah dan laporan KKRR dari Puskesmas.
Penelitian yang dilakukan Tegegn,A et all (2004) tentang pengetahuan
kesehatan reproduksi dan sikap diantara remaja di Jimma, Ethiopia pada 1088
orang remaja yang berada dalam rentang usia 15-19 tahun, bahwa tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja wanita (70,8%) lebih tnggi dari remaja
laki-laki yang hanya (29,2 %). Diketahui pula remaja mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi saat tingkat pendidikan remaja diatas Sekolah Dasar
(94,8%), informasi kesehatan reproduksi yang didapat remaja di sekolah (88,2%)
lebih banyak dari luar sekolah, dan media masa paling banyak digunakan adalah
radio (90,6%)
Hasil survey Kesehatan Reproduksi remaja Indonesia dan Survey Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Program Keluarga Berencana Nasional
tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja wanita tentang kesehatan
reproduksi remaja lebih tinggi dibandingkan dengan remaja pria, pengetahuan
remaja tentang tumbuh kembang remaja dan infeksi menular seksual masih
rendah. Guru dan teman sebaya merupakan penyampai informasi dan kelompok
tertinggi dalam membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja, sedangkan
media televisi dan radio sebagai media paling efektif dalam penyampai informasi.
Penelitian yang menunjukan remaja yang memiliki perilaku kesehatan
reproduksi yang kurang baik terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Novita
(2004) terhadap anak jalanan remaja yang berada di Rumah Singgah di Kota
Depok, didapatkan sebanyak 52,0 % dari responden memiliki perilaku kurang

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


5

baik. Dan sikap anak jalanan terhadap segala hal tentang kesehatan reproduksi
remaja , hampir separuhnya mempunyai sikap yang positif (56,0%)
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini
bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan dan faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor Personal (kognitif): jenis kelamin,
umur, sikap, pengetahuani. Faktor lingkungan; norma sosial, pengaruh orang lain
seperti orang tua, teman sebaya, dan media. Sedangkan faktor perilaku, praktek
dan keterampilan.
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang berada dibawah
naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan salah satu Sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, B, C dan kursus serta
pelatihan bagi masyarakat marginal (pengamen, pengasong, anak jalanan, yatim
dan dhu'afa) telah melayani masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.
Pendidikan kesetaraan adalah sebuah pendidikan alternatif sekaligus solusi dari
problematika pendidikan yang belum berpihak kepada masyarakat. Dalam hal ini
adalah masyarakat yang memilki permasalahan dalam bidang ekonomi, sosial,
geografis dan budaya. Secara Geografis, PKBM BIM terletak di sebelah Utara
dari jalan lingkar Terminal, Terminal Depok dekat Mesjid Al-Muttaqiin dan di
sebelah selatan dari fly over (Jalan Arif Rahman Hakim). Sebelum berdirinya
PKBM BIM, daerah tempat berdirinya PKBM merupakan daerah prostitusi,
disamping itu lokasi PKBM BIM ini sangat berpotensi bagi siswa untuk
terjerumus ke dalam narkoba, seks bebas dan penyakit IMS.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan urine yang
dilakukan oleh Unit Pelayanan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
berbasis masyarakat (Community Base Unit) Kamboja di Yayasan Bina Insan
Mandiri pada bulan Maret 2011 pada 81 remaja yang berusia 10-24 tahun,
ditemukan 17 orang positif menggunakan napza. Dampak dari narkoba, remaja
bisa terjerumus kedalam pergaulan seks bebas karena sudah dipengaruhi oleh
bahan/obat atau zat dari Napza itu sendiri.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


6

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di PKBM BIM masih kurang.


PKBM BIM belum mendapatkan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) dan pemeriksaan kesehatan dari Puskesmas maupun Dinas
Kesehatan Kota Depok. Kegiatan yang telah dilakukan di PKBM BIM Kota
Depok adalah konseling kelompok sebaya.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di PKBM BIM Depok adalah
penelitian yang dilakukan oleh Za’imah (2009) pada siswa-siswi anak jalanan di
PKBM Yayasan Bina Insam Mandiri mengenai hubungan antara konformitas
dengan perilaku agresif, dan didapatkan hasilnya ada hubungan yang positif dan
signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif pada siswa-siswi anak
jalanan di PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Penelitian selanjutnya
dilakukan oleh Mulyadi (2009), studi Fenomenologi : Pengalaman anak Jalanan
Laki-laki dalam menjalani masa puber di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok)
dan hasil diperoleh yaitu: respon yang dirasakan oleh anak jalanan laki-laki
dalam menjalani masa puber adalah perubahan emosional, fisik dan psikosial,
hambatan yang dirasakan oleh anak jalanan laki-laki dalam menjalani masa puber
adalah ditertawakan, kurang diperhatikan, dan diajak berbuat salah, hambatan itu
berasal dari bapak, tetangga, dan teman. Makna pengalaman anak jalanan laki-laki
dalam menjalani masa puber adalah kematangan. Namun untuk penelitian
mengenai kesehatan reproduksi remaja belum pernah dilakukan di PKBM BIM
Kota Depok Jawa Barat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas bahwa tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Orang tua dan masyarakat
menyembunyikan segala hal tentang seks dan tidak tersedianya informasi yang
akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja merasa sungkan
berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang tua, mencari informasi
sendiri dan melakukan eksplorasi sendiri. Pengaruh Audio-visual yang mudah
diakses justru memancing remaja untuk mengadoptasi kebiasaan tidak sehat
seperti: merokok, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan seks bebas.
Siswa Paket B termasuk fase remaja awal dan fase remaja madya, dimana
pada usia ini masa pubertas remaja, remaja sangat mudah terpengaruh dengan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


7

lingkungannya. Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di


PKBM dan belum optimalnya pelayanan kesehatan reproduksi serta lingkungan
PKBM BIM yang berada di lingkar terminal sangat berpotensi untuk
mempengaruhi perilaku remaja.
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis tertarik untuk melihat dan
mengangkat permasalahan mengenai belum diketahuinya faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi siswa Paket
B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011.

1.3 Pertanyaan Penelitian.


1.3.1. Bagaimana gambaran perilaku remaja Paket B setara SMP di PKBM BIM
Depok terhadap kesehatan reproduksi remaja tahun 2011?
1.3.2. Bagaimana gambaran faktor personal remaja (umur, jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap) dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang
tua, guru, teman dan akses terhadap media informasi) Paket B setara SMP
di PKBM BIM Depok tahun 2011?
1.3.3. Bagaimana hubungan faktor personal remaja (umur, jenis kelamin, sikap,
pengetahuan) dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua, guru,
teman dan akses terhadap media informasi) Paket B setara SMP di PKBM
BIM Depok dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi tahun
2011?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku remaja pada Paket B setara SMP di PKBM BIM Depok terhadap
kesehatan reproduksi Tahun 2011.

1.4.2. Tujuan Khusus


a. Diketahuinya gambaran perilaku remaja Paket B setara SMP terhadap
kesehatan reproduksi di PKBM BIM Depok tahun 2011.
b. Diketahuinya gambaran faktor personal remaja (umur, jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap) dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


8

tua, guru, teman dan akses terhadap media informasi) Paket B setara SMP
di PKBM BIM Depok tahun 2011
c. Diketahuinya hubungan faktor personal (umur, jenis kelamin, pengetahuan
dan sikap) dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua, guru,
teman dan akses terhadap media informasi) remaja Paket B setara SMP di
PKBM BIM Depok dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi
tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Institusi Pendidikan
1.5.1.1. Dinas Pendidikan
 Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Pendidikan untuk dapat
memperhatikan kebutuhan tenaga/guru bagi sekolah yang berada di bawah
naungan Dinas Pendidikan khususnya PKBM BIM Kota Depok.
 Sebagai bahan untuk mengambil kebijakan dalam memberikan materi
pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

1.5.1.2. Bagi PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri Depok


Sebagai bahan masukan bagi pengurus PKBM BIM supaya dapat
menjadikan bahan untuk peningkatan informasi kesehatan reproduksi remaja
dengan tepat dan untuk penanggulangan masalah, khususnya kesehatan reproduksi
remaja.

1.5.2. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas


Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan program pelayanan
kesehatan reproduksi remaja di PKBM BIM Kota Depok dan sebagai bahan untuk
mengambil kebijakan dalam pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

1.5.3. Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam
menggali perilaku berisiko remaja terhadap kesehatan reproduksi dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


9

1.5.4. Penelitian selanjutnya.


Sebagai sumber referensi dan bacaan untuk peneliti selanjutnya dalam
kaitannya dengan perilaku remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja.

1.6. Ruang lingkup penelitian


Penelitian akan dilakukan dilakukan di PKBM BIM Depok tahun 2011,
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja Paket
B setara SMP terhadap kesehatan reproduksi di PKBM BIM Depok tahun 2011.
Penelitian ini akan dilakukan di PKBM BIM Depok tahun 2011, disamping itu
belum pernah ada penelitian dengan judul yang serupa di PKBM BIM Depok.
Penelitian dimulai pada bulan Mei 2011 dengan responden siswa Paket B setara
SMP di PKBM BIM Depok yang termasuk golongan umur 10-19 tahun. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional,
pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer yang berupa
angket.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku
2.1.1. Pengertian Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) perilaku adalah merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar.
Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat
diperlajari. Wawan (2010) berpendapat bahwa, perilaku merupakan kumpulan
berbagsai faktor yang saling berinteraksi yang amat kompleks. Sedangkan
menurut Sarwono (2004) perilaku manusia merupakan hasil berbagai macam
pengalaman serta interaksi manusia dan lingkunganya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan
respon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan;berfikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

2.1.2. Bentuk perilaku


Secara operasional perilaku dapat juga diartikan sebagai suatu respon
organisme terhadap stimulus (rangsangan) diluar subjek tersebut. Bentuk respon
tersebut dapat dibagi dua yaitu:
a. Respon internal (cover behavior) atau perilaku dalam bentuk pasif yaitu
perilaku yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat dilihat secara
langsung oleh orang lain. Perilaku dalam bentuk pasif antara lain adalah
berfikir, tanggapan, atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Respon Eksternal (overt behavior) atau perilaku dalam bentuk aktif
merupakan perilaku manusia yang dapat diobservasi oleh orang lain.
Dengan kata lain perilaku dalam bentuk aktif merupakan tindakan nyata
(practice) sebagai respon terhadap stimulus.

2.1.3. Pengukuran perilaku


Menurut Morgan dkk (1986) pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :

10 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


11

a. Dengan cara meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya untuk


melingkari pilihan yang sesuai dengan menggunakan checklist atau
menggambarkan perilaku orang tersebut, yang dilakukan pada saat ini atau
bulan terakhir.
b. Dengan cara mengamati perilaku seseorang secara langsung atau disebut
juga obervable behavior (Morgan,1986 dalam Ridwan,2000)

2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Bloom (1997), pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang
setelah melewati proses pengenalan dan pengingatan informasi atau ide yang
sudah diperoleh sebelumnya. Ia mengelompokkan pengetahuan kedalam ranah
kognitif dari tiga ranah perilaku, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu,
ia menempatkan pengetahuan sebagai urutan pertama karena pengetahuan
merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah kognitif
berikutnya, yaitu pemahaman (comprehension), penerapan(application), analisa
(analysis), sintesa (synthesis), dan penilaian (evaluation) (Bloom dan Skinner,
1997 dalam Ridwan, 2000)
Sedangkan menurut Ashari (1990) dalam Widjanarko (1999) pengetahuan
merupakan pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya, maka itulah yang
dikatakan dengan pengetahuan. Dimana subjek adalah manusia sebagai satu kesatuan
dengan berbagai kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu, dan objek
pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu.
Sedangkan menurut Skinner (1997), apabila seseorang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu persoalan dengan lancar,baik secara lisan
maupun tulisan maka ia dikatakan mempunyai pengetahuan mengenai persoalan
tersebut. Maka sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut
dinamakan pengetahuan (Bloom dan Skinner, 1997 dalam Ridwan, 2000)

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


12

2.2.2. Pengetahuan Sebagai Proses Adopsi Perilaku


Hasil penelitian dan pengalaman membuktikan bahwa perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pada penelitian Rogers (1974) dalam
Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku
yang baru maka pada orang tersebut dalam dirinya akan terjadi proses yang
berurutan sebagai berikut;
a. Awereness, orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
b. Interest, orang tersebut mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation, menimbang –nimbang stimulus tersebut bagi dirinya apakah
baik atau tidak, yang berarti sikap responden sudah lebih baik.
d. Trial, orang tersebut telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun dalam panelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku seseorang tidak selalu melewati tahap-tahap diatas.
Penerimaan perilaku baru akan bersifat langgeng (long lasting) bila melalui proses
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif.

2.2.3. Pengukuran pengetahuan


Merujuk dari pengertian mengenai pengetahuan yang dikemukan oleh
Bloom dan Skinner (1997), pengetahuan dapat diukur dengan cara membuat orang
tersebut mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bukti jawaban, baik lisan
maupun tulisan. Bukti atau jawaban tersebut dapat diperoleh dengan cara
memberikan stimulus yang berupa pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.
Pertanyaan–pertanyaan tersebut dapat berbentuk tes/soal, yang apabila
dikelompokkan secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ;
pertanyaan subyektif misalnya esai dan pertanyaan obyektif, misalnya dalam
bentuk pilihan ganda, menjodohkan, dan betul salah.
Pertanyaan esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian dari
jawaban seseorang sangat dipengaruhi oleh subyektivitas penilainnya, sedangkan
penilaian ganda, menjodohkan, dan soal betul-salah disebut pertanyaan obyektif

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


13

karena jawaban seseorang dapat dinilai secara pasti tanpa dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai yang bersangkutan (Bloom dan Skinner , 1997 dalam
Ridwan, 2000)

2.3. Sikap
2.3.1. Pengertian sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 1993). Defenisi lain
mengatakan bahwa sikap adalah kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu ketika menghadapi suatu rangsangan (Sarlito, 1983 dalam
Ridwan, 2000).
Suatu sikap tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan, tapi diperlukan
adanya faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas
dan dukungan dari pihak lain. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari
empat tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang
paling tinggi.

2.3.2. Pengukuran sikap


Sikap seseorang dapat diukur dengan beracam-macam teknik. Mulai dari
teknik yang paling sederhana sampai keteknik kompleks. Teknik yang paling
sederhana dapat dilakukan dengan mengelompokan orang ke dalam dua kategori
atau dua pilihan, yaitu suka atau tidak suka, positif atau negatif, setuju atau tidak
setuju, ya atau tidak, mendukung atau tidak mendukung, dan lain sebagainya.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


14

Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap harus mencakup semua


dimensi yang meliputi : arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas
sikap (Sax, 1980). Berbagai metode dan teknik sudah dikembangkan oleh para
ahlli untuk mengungkap sikap manusia dan memberikan interprestasi yang valid.
Metode pengukuran sikap yang dapat digunakan adalah:
a. Skala Thurstone : prosedur penyusunan item pada Thurstone ditempuh
dengan cara meminta pada sekelompok orang untuk memberikan
pernyataan pada suatu objek, kemudian mengemukakan secara singkat
dengan satu muatan ide yang menyetujui atau menolak. Dari pernyataan
tersebut diharapkan diperoleh sebanyak mungkin segi pendapat untuk
selanjutnya dipilih dan disusun suatu angket dengan pilihan mulai dari
“setuju ditengahnya. Akhirnya, skor untuk setiap pilihan ditetapkan
berdasarkan “equal apprearing interval” dengan cara menghitung
medianya.
b. Skala Likert : Cara penyusunannya tidak jauh berbeda dengan Thurstone.
Perbedaannya hanyalah bahwa Likert menciptakan suatu skala tanpa
memakai penilai. Skala dapat berjalan sebagai berikut (sangat setuju,
setuju, tidak ada pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan skor
5,4,3,2,1).

2.4. Remaja
2.4.1. Pengertian Remaja
Remaja adalah laki-laki maupun perempuan berusi 10-18 tahun (merujuk
UU Perlindungan Anak no 23 tahun 2002) atau usia 10-19 tahun (menurut WHO
dalam DepKes RI, 2008). Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam buku-buku pedriatik
pada umumnya, mendefenisikan remaja bila seseorang anak perempuan telah
mencapai umur 10-18 tahun dan laki-laki telah mencapai umur 12-20 tahun.
Sedangkan dari segi pelayanan, defenisi remaja yang digunakan oleh
departemen kesehatan ialah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin.
Begitu pula menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan perlindungan Hak-hak
Reproduksi) batasan remaja, yaitu antara 10-19 tahun (www.bkkbn.go.id /hqweb
/ceria/index.html).

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


15

Menurut Wimpie (1998), masa remaja merupakan masa peralihan dari


masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan ini mengandung banyak
perubahan dalam bidang fisik (Kollman, 1998). Perubahan tersebut dapat
menyebabkan pertentangan batin pada remaja sehingga masa remaja disebut
dengan masa pancaroba. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan
menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Dadang Sulaeman (1995) menyebutkan bahwa secara umum seorang
remaja akan mengalami 3 fase, yaitu :
a. Fase Remaja Awal ( Early Adolescence )
Pada fase ini seorang remaja baru memasuki masa remajanya sehingga
seringkali ia mengalami pergolakan psikologis karena banyaknya
perubahan yang ia alami pada saat ia mengalami akil balig terutama dalam
hal fisiologi. Fase ini terjadi ketika seorang remaja berusia antara 10-14
tahun.
b. Fase Remaja Madya ( Middle Adolescence )
Fase ini berkisar antara usia 15-19 tahun, pada fase ini seorang remaja
masih berada dalam pergolakan psikologis dan ia berada dalam keadaan
memilih mana yang ia suka, akan menjadi orang seperti apa ia, dan lain
sebagainya.
c. Fase Remaja Akhir ( Late Adolescence )
Fase ini ditandai dengan beberapa keadaan, yaitu : terbentuk identitas
seksual yang tidak akan berubah lagi, terbentuk kepribadian dan pola piker
yang sulit dirubah lagi, serta fungsi intelektualnya pun menjadi semakin
mantap. Fase yang berkisar antara 20-24 tahun ini merupakan masa
konsolidasi menuju periode dewasa.
Menurut Hurlock (1973) kondisi –kondisi yang mempengaruhi konsep diri
remaja adalah ;
a. Usia kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan.
Sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
b. Penampilan diri

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


16

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri


meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik
merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah
diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
c. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu
remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat
remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
d. Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada
cemoohan.
e. Hubungan keluarga
Seorang remaja mempunyai hubungan yang erat dengan seseorang anggota
kelutga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin
mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama
jenis,remaja akan tertolong untuk mengembanjkan konsep diri yang layak
untuk jenis seksnya.
f. Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan
tentang konsep teman dan tentang dirinya. Kedua, ia berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompok.
g. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanaknya didorong agar kreatif dalam bermain
dan dalam tugas akademis, mengembangkan perasaan invidualitas dan
identitas yang memberi pengaruh baik pada konsep dirinya. Sebaliknya,
remaja yang sejak awal masa kanak-kanaknya didorong untuk mengikuti
pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan
individualitas.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


17

h. Cita-cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami
kegagalan. Hal ini akan meimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-
reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannnya.
Sedangkan remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak
mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini menimbulkan
kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar dan akan memberikan
konsep diri yang baik.

2.4.2. Masalah umum pada remaja


Menurut Hurlock, penyesuaian remaja terhadap situasi baru dapat
menimbulkan masalah alibat masa transisi dari anak-anak menuju kedewasaan
yang berlangsung begitu cepat. Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada seorang remaja. Berikut ini beberapa masalah yang dialami remaja dalam
kaitannya dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Sarlito, 1981), yaitu
a. Kesulitan dalam hubungannya dengan orang tua.
Masalah ini paling sering ditemui dan kerap kali menjadi masalah inti
yang mendasari munculnya masalah lain. Gejala kesulitan hubungan
dengan orang tua ini biasanya disebabkan karena kesulitan komunikasi,
yaitu kesulitan untuk saling mengerti.
b. Masalah keretakan keluarga
Anak-anak dari keluarga broken home, merupakan anak-anak dengan
kesulitan tersendiri. Keretakan keluarga menjadi masalah yang sulit bagi
remaja karena merekan kehilangan orang yang menjadi panutan dirinya.
Kondisi ini dapat menimbulkan kompensasi tingkah laku sebagai cara
remaja menyalurkan beban/ketegangan emosinya.
c. Masalah dengan teman sebaya
engakuan dan penerimaan oleh teman-teman merupakan kebutuhan yang
yang mutlak bagi remaja. Remaja-remaja yang terasing dari teman
sebayanya akan mengalami kesepian, kesendirian dan rendah diri. dalam
hal ini termasuk masalah pacar.
d. Kesulitan belajar dan mendapat pekerjaan
e. Masalah penyalahgunaan obat

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


18

Remaja merasa dirinya harus banyak menyesuaikan diri dengan norma-


norma kelompok sebaya daripada norma-norma orang dewasa bila
memang ingin mengidentifikasikan dengan kelompok sebaya dan tidak
mau lagi dianggap anak-anak. Dalam kondisi yang demikian, rasa ingin
tahu terhadap obat-obatan terus berkembang selama masa remaja,
sehingga timbul kecendrungan untuk menganggap obat-obatan sebagai
lambang yang penting bagi keanggotaan kelompok. Di kota-kota besar, hal
ini diperkuat dengan adanya sarana dan kesempatan untuk mendapatkan
obat-obatan tersebut dengan mudah.
f. Masalah seksualitas
Menurut Sarlito (1976) masalah seksualitas remaja timbul karena :
Kurang adanya pendidikan seks yang tepat sehingga remaja buta terhadap
masalah seks. Banyak rangsangan pornografi baik berupa film, obrolan,
gambar, dan lain-lain

2.5. Kesehatan reproduksi


Reproduksi berarti pengembangbiakan, tiruan atau hasil ulang (Kamus
Bahsa Indonesia). Secara sederhana reproduksi dapat diartikan sebagai produksi
ulang suatu benda, jika terjadi pada hewan dan tanaman disebut berkembang biak.
Reproduksi manusia adalah kemampuan manusia untuk menurunkan keturunan
(Hadipranoto,dkk, 1997). Namun reproduksi manusia tidak sesederhana pada
hewan atau tanaman, selain merupakan fungsi biologis, juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor eksternal. Secara terbatas reproduksi pada manusia merupakan
proses kehamilan dan persalinan, sedangkan kesehatan reproduksi memiliki arti
yang luas.
Menurut International Conference on Population Development (ICPD,
1994) kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistim reproduksi
(Konfrensi International kependudukan dan Pembangunan, 1994). Pengertian ini
mirip dengan defenisi sehat dari WHO yaitu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial
dan tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sisitim dan proses reproduksi.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


19

2.5.1. Sistim Reproduksi Manusia


Pada wanita terdapat alat reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian
dalam. Alat reproduksi bagian luar terdiri dari :
a. Labia mayora (bibir luar) dan labia minora (bibir dalam .
b. Kelentit/klitoris, yang sangat peka karena banyak terdapat serabut syaraf
dan berfungsi sebagai pusat rangsangan.
c. Mulut vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan dunia luar.
Lubang vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen), yaitu jaringan tipis
berbentuk cincin yang tampak utuh bila seseorang wanita belum pernah
berhubungan seks.
Pada remaja wanita, tanda pernah berhubungan seks (hubungan dengan
memasukan alat kelamin pria kedalam alat kelamin wanita) dapat diketahui dari
berubahnya bentuk selaput dara (hymen). Pada saat hubungan seks pertama kali,
robeknya selaput dara dapat disertai dengan sedikit pendarahan, dapat juga tidak,
tergantung kekenyalan otot selaput dara, robekan selaput dara mungkin pula
disebabkan oleh kecelakaan atau kegiatan olah raga yang berat, tetapi hal itu
jarang terjadi. Dan alat reproduksi wanita bagian dalam meliputi :
a. Vagian sebelah dalam.
b. Mulut rahim / serviks.
c. Rahim / uterus, tempat tertanamnya janin/zygot.
d. Saluran/tuba falopii kiri dan kanan tempat lewatnya ovum dan bertemunya
ovum dengan sperma.
e. 2 buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Indung telur merupakan alat
reproduksi wanita yang utama. Indung telur ( ovarium) terletak dikanan
dan kiri rahim, yang sebulan sekali atau per-siklus haid mengeluarkan 1-2
sel telur (ovum) dan kemudian masuk ke saluran kecil tuba fallopi.
Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel telur bertahan selama 1 hari disaluran
tuba falopii. Bila tidak ada sperma yang masuk (bila tidak dibuahi), sel
telur akan turun ke rongga rahim. Pengaruh hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan penebalan dinding rahim (endometrium) yang
berguna sebagai tempat sel telur bersarang, bila dibuahi sperma. Bila sel

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


20

telur tidak dibuahi, dinding rahim akan luruh dan dikeluarkan dari vagina
dalam bentuk darah haid.
Sedangkan alat reproduksi pada pria terdiri dari
a. Zakar/penis, memiliki ujung disebut glans yang banyak dipenuhi oleh
serabut syaraf yang peka. Glans penis diselubungi oleh lapisan kulit.
b. Buah zakar/testis, terletak pada pangkal penis. Di dalam testis dihasilkan
sel kelamin pria (sperma). Buah zakar dibungkus oleh lapisan kulit yang
disebut skrotum.
c. Saluran kencing/uretra, saluran untuk mengeluarkan air mani dan air seni
dari dalam tubuh pria, namun tidak secara bersamaan. pada saat air mani
dikeluarkan, secara otomtis katup kandung kemih akan tertutup.
d. Kelenjar prostat, menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk
menghidupi sperma. Dan kelenjar seminalis, fungsinya hampir sama
dengan kelenjar prostat, kedua kelenjar itu termasuk alat reproduksi pria
bagian dalam.
Remaja ketika memasuki masa puber akan mulai memproduksi sperma
(air mani) secara terus menerus. Secara alami sperma yang terbentuk jika tidak
dikeluarkan akan diabsorbsi (serap) kembali oleh tubuh. Tetapi ada sebagian yang
dikeluarkan melalui kemaluan laki-laki saat tidur, biasanya kejadian ini disertai
dengan mimpi tentang seksual dan hal ini disebut sebagai mimpi basah. Mimpi
basah adalah tanda seorang anak laki-laki telah memiliki kemampuan
bereproduksi artinya telah siap digunakan (www.eramuslim.com/konsultsi/sehat
/siklus-mimpi-basah.htm).

2.5.2. Perkembangan remaja


Menurut Pangkahila (1998), masa remaja adalah masa peralihan antara
masa anak-anak dan masa dewasa. Orang menyebut masa remaja sebagai masa
paling indah, akan tetapi berlawanan dengan itu, orang menyebutkan juga sebagai
masa yang paling rawan. Keindahan dan kerawanan ini muncul karena pada masa
remaja terjadi sesuatu yang baru, yaitu perubahan-perubahan fisik dan psikis.
a. Perkembangan fisik.
Secara fisik, perubahan yang nyata adalah pertumbuhan tulang dan
perkembangan alat kelamin serta tanda-tanda seksual sekunder seks, baik

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


21

pada laki-laki maupun perempuan. Hormon seks yang penting ialah


testoteron, estrogen dan progesterone.
Pada anak laki-laki lebih disebabkan oleh makin bertambah
kuatnya susunan urat daging. Sedangkan pada perempuan pertambahan
berat badannya terutama disebabkan oleh bertambahnya jaringan pengikat
dibawah kulit, terutama pada paha, pantat, lengan atas dan dada.
Perubahan fisik pertama yang menunjukan perkembangan seksual ialah
perkembangan payudara. Perkembangan ini diikuti oleh tumbuhnya
rambut dibagian pubis dan disekitar alat kelamin, dan terjadinya
menstruasi (Pangkahila,1998). Selain pertumbuhan payudara juga ditandai
dengan suara menjadi lembut, tumbuh rambut diketiak dan kemaluan,
bentuk tubuh menjadi bertekuk, dan kulit menjadi lebih halus. Perubahan
fisik pada laki-laki ditandai dengan tumbuhnya jakun, suara membesar,
tumbuh rambut diketiak dan kemaluan, otot menguat, serta tumbuh kumis
dan jenggot (PKBI-DIY, 2000).
b. Perkembangan psikologis
Disamping mengalami perubahan fisik, pada usia remaja seorang anak
juga mengalami pertumbuhan psikologis. Faktor perkembangan psikologis
pada remaja dibagi dalam beberapa bagian, antara lain:
 Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual seorang remaja menyebabkan ia mampu untuk
memikirkan dirinya sendiri, dan hal ini membuat remaja mempunyai ide-
ide berlebihan yang disertai dengan teori-teori dan sikap kritis.
Penilaian perihal diri sendiri pada masa sekarang ini pada penilaian yang
negative dan mengkritik diri sendiri serta tidak menerima kekurangan atau
kegagalannya. Karena belum mempunyai toleransi terhadap
kekurangannya, ia merasa rendah diri secara tidak wajar yang dapat
mengakibatkan over kompensasi, murung, mengasingkan diri, hilang
kepercayaan (ragu-ragu dalam bertindak)
Taraf kemampuan intelektual remaja menentukan bagaimana derajat
terhadap lingkungannya. Kemampuan intelektual tersebut menentukan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


22

apakah ia memperoleh pengertian akan sifat-sifat dan pandangan yang


patut diambilnya atau ditolaknya.
 Perkembangan emosional
Sebagai remaja, disatu pihak, remaja tidak dapat dikatakan sebahai anak-
anak. Di pihak lain, remaja belum dapat digolongkan sebagai orang
dewasa. Dala keadaan ini seakan-akan remaja berpijak diantara dua kutub,
yaitu kutub masa anak-anak yang akan ditinggalkannya dan kutub masa
dewasa yang akan dimasukinya. Keadaan yang belum pasti ini sering
menimbulkan masalah bagi remaja. Selain itu, timbul pula konflik-konflik
batin dan kekaburan identitas. Perasaan belum mapan ini sering membawa
remaja kedalam kegelisahan-kegelisahan internal. Misalnya: timbul rasa
tertekan, kesal hati, mudah tersinggung, kecil hati.
 Perkembangan moral
Moralitas artinya keadaan nilai-nilai norma dalam hubungan dengan
kelompok social. Sebelum anak memasuki masa remaja , kehidupannya
teratur dengan tata cara teratur, setelah ia memasuki masa remaja, maka
terasa seolah-olah “kehilangan kehidupan“, kehilangan arah. Tindak
tanduknya acapkali mengalami tantangan, baik dari teman sebaya maupun
generasi yang lebih tua (Gilbert & Lumoindang, 1996)
Menurut Pangkahila (1998), secara psikis, perubahan yang terjadi pada
remaja ialah munculnya dorongan seksual, perasaan cinta dan tertarik
kepada lawan jenisnya. Perasaan-perasaan ini juga tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh hormone testeron yang berpengaruh besar pada seksualitas
manusia.
c. Perkembangan religius.
Remaja sering terpukau dengan hal-hal yang bersifat religius. Ini
bertentangan dengan anggapan orang tua bahwa remaja kurang tertarik dengan
hal- tertarik dengan hal-hal religius. Perluasan kepribadian membawa remaja ke
dalam dunia yang luas yang menyebabkan ia merasa adanya kekurangan pada
dirinya, sehingga merasakan kerinduan yang besar untuk menggantungkan
hidupnya kepada sesuatu yang lebih besar dan lebih mulia dari pada dirinya.
Hanya saja mereka kurang mendapatkan bimbingan tentang hal itu.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


23

2.5.3. Kesehatan Reproduksi remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistim, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental sosial kultural. Kesehatan reproduksi remaja didefenisikan
sebagai keadaan sejahtera fisik, dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan
terbebas dari kehamilan yang tidak dikehendakik, aborsi yang tidak aman,
penyakit menular (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan
pemaksaan seksual.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung
jawab mengenai proses reproduksi (BKKBN, 2004. Pengetahuan dasar yang perlu
diberikan kepada remaja agar mereka mempuyai kesehatan reproduksi yang baik,
diantaranya mengenai:
a. Sistim, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
b. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi.
c. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
d. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
e. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkah hal-hal yang bersifat negatif.

2.5.4. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja


Dalam konteks kesehatan reproduksi, kaum remaja masa kini menghadapi
sejumlah masalah, diantaranya yaitu: usia pubertas lebih dini, periode sexually
active sebelum menikah (hubungan seks pranikah), risiko kehamilan diluar nikah,
aborsi, kurang memadainya pengetahuan tentang kesehatan remaja reproduksi
serta penyebaran PMS dan HIV/AIDS, bahkan penyimpangan / kelainan seksual,
dan lain-lain.
1 Masalah perilaku berisiko remaja.
Menurut Smet (1994) dalam Novita (2004), perilaku berisiko pada remaja
mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian
dan adaptasi sosial dari remaja. Beberapa perilaku yang berisiko saling berkaitan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


24

dan terjadi tidak secara terpisah, misalnya merokok, penyalahgunaan narkoba,


kenakalan remaja, minum alkohol, dan melakukan hubungan seks pranikah.
Menyalahgunakan satu jenis narkoba akan berkembang menjadi penyalahgunaan
berbagai narkoba lainnya.
Perubahan dan perkembangan seksual remaja harus diperhatikan dan
diperhatikan dan diperlihara, baik secara biologis, fisiologis, maupun psikis.
Kematangan seks disertai dengan gejolak yang bersumber pada timbulnya
dorongan seks akan mengganggu ketenangan dan konsentrasi belajar. Remaja
dalam menghadapi dan mengalami perubahan-perubahan tersebut sering
mendapatkan rintangan dan tantangan baik dari dalam dirinya sendiri maupun
orang lain.
Perubahan pandangan dan perilaku seksual telah terjadi pada masyarakat
khusunya remaja, perubahan pandangan yang mempengaruhi seksual ini, tampak
dalam pacaran. Masa pacaran tidak dianggap sebagai masa untuk saling
mengenal, melainkan telah diartikan sebagai masa untuk “belajar melakukan
aktivitas seksual lawan jenis.” Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan pandangan dan perilaku seksual remaja itu diantaranya adalah:
pengawasan dan perhatian orang tua semakin longgar, pola pergaulan semakin
bebas, semakin banyak hal-hal yang memberikan rangsangan seksual dan sangat
mudah dijumpai, serta fasilitas yang mendukung seringkali diberikan oleh pihak
keluarga sendiri tanpa disadari (Pangkahila, 1998)
Perilaku seksual sering diasosiasikan semata-mata dengan terjadinya
hubungan seksual antara seorang pria dengan wanita, yaitu penetrasi vagina dan
ejakulasi. Perilaku seksual ini meliputi empat tahap, yaitu:
a. Bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai
berpelukan.
b. Berciuman ( kissing), mulai dari berciuman singkat sampai berciuman
singkat sampai berciuman bibir dengan mempermainkan lidah (deep
kissing)
c. Berhubungan kelamin
Menurut Smet (1994) dalam Lestary (2007) perilaku berisiko pada remaja
mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


25

kepribadian dan adaptasi sosial dari remaja. Beberapa perilau yang


berisiko saling berkaitan dan terjadi tidak secara terpisah, misalnya
merokok, penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, minum alkohol, dan
melakukan hubungan seksual pranikah.
2 Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksua (penyakit menular kelamin) adalah penyakit yang
mengenai organ reproduksi pria atau wanita yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. penyakit menular seksual (PMS) dikenal juga dengan sebutan
Sexually Transmitted Disease (STD). cara hubungan seksual tidak hanya terbatas
secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara orogenital sehingga kelainan
yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas pada daerah genital saja.
Jenis-jenis penyakit ini diantaranya, adalah:
a. Gonorhae (kencing nanah)
Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu menyerang
selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini disebut Gonococcus. Pada
perempuan, berjangkitnya penyakit ini akan terlihat setelah 5-20 hari
melakukan hubungan seksual. Gejalanya: rasa sakit dibagian bawah perut
disertai demam. Kemudian, dari vagina akan keluar nanah. Selain itu,
penyakit ini juga dapat menyebabkan kemandulan. Sedangkan pada pria,
penyakit ini dapat terlihat setelah 3-7 hari melakukan hubungan seksual.
gejalanya: mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing, ujung
kepala penis dapat terlihat merah karena meradang.
b. Sifilis
Penyakit ini disebabkan oleh adanya kuman Treponema pallidum. Kuman
ini menyerang organ penting tubuh seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah,
cairan tubuh dan mulut. Masa inkubasinya cukup panjang, sekitar 10-90
hari dan rata-rata 3 minggu. Pada stadium lanjut, penyakit ini dapat
menyerang sistim pembuluh darah, jantung, otak dan susunan syaraf.
c. Herpes
Penyebab penyakit ini adalah virus herpes simpleks tipe II. Gejala
klinisnya adalah: badan panas, gatal, sakit kepala, lelah, dan nafsu makan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


26

berkurang. Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati.
Obat yang biasanya diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir.
d. Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang
dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan
saluran kencing. Gejalanya: keluar cairan berwarna kuning dari vagina,
disertai rasa panas seperti terbakar saat kencing.
3 HIV/AIDS
HIV/AIDS juga digolongkan kedalam PMS karena salah satu
penularannya dapat melalui hubungan seksual. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome. Artinya kumpulan gejala penyakit yang
diakibatkan oleh hilangnya sistim pertahanan atau kekebalan tubuh. Penyebab
penyakit ini dikenal dengan nama HIV (Human Immunodeficiency Virus). Cara
penularan HIV/AIDS ini diperkirakan ditularkan melalui cairan tubuh karena
kuman HIV terdapat didalam darah, cairan vagina, dan cairan sperma juga
terdapat didalam air susu ibu yang terinfeksi HIV/AIDS. Gambaran umum gejala
AIDS, yaitu:
a. Membesarnya kelenjar getah bening
b. Panas badan sekitar 38o C yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tanpa
diketahui sebabnya (terutama malam hari)
c. Berat badan menurun lebih dari 10%
d. Keadaan umum makin lemah
e. Nafsu makan berkurang
f. Dapat disertai diare
Untuk mencegah agar tidak tertular penyakit ini adalah, dengan cara:
menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS, hindari pemakaian jarum
suntik bersama, setia pada satu pasangan atau hindari banyak pasangan seksual
dan penggunaan kondom.
4 Napza
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) atau Narkoba
adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


27

gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) .
Menurut WHO (1982), narkoba adalah suatu zat, yang jika dimasukkan ke
dalam tubuh, akan mempengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologis (kecuali
makanan, air atau oksigen). Sedangkan menurut BNN (2003), napza adalah
singkatan dari Narkotika, Psikotropika, Bahan/zat adiktif yang merupakan obat-
obat yang sangat berbahaya untuk disalahgunakan.
a. Narkotika.
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu
bagi penggunanya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa
sakit, rangsangan semangat, halusinasi, atau timbulnya khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
Macam-macam Narkotika :
1) Tanaman Papaver Somniferum L termasuk buah dan jerami, kecuali
bijinya. Tanda-tandanya : Tingginya berkisar antara 0,5-1,5 meter dan
bunganya berwarna putih, pink dan ungu,. Apabila kelopak bunganya
lepas, akan muncul kapsul buah. Bila disayat akan mengeluarkan
getah berwarna putih seperti susu dan bila dikeringkan akan menjadi
barang yang menyerupai karet berwarna kecoklatan, disebut Opium
mentah. Dari opium dihasilkan :
 Morfin = C17H19NO3 yaitu alkaloid utama dari Opium, sebesar 4-
21%, berbentuk bubuk berwarna putih.
 Codein adalah alkaloida yang terkandung dalam Opium sebesar 0,7
s/d 2,5%.
Dari morfin dan codein dihasilkan :
 Heroin atau diacetilmorfin adalah opioida semi sintetik, berupa serbuk
putih, berasa pahit. Sekarang disalah gunakan , sebagai contoh dipasar
gelap heroin dicampur dengan bahan lain seperti gula, cokelat, tepung
susu, dengan kadar sekitar24%. Efeknya 100 kali melebihi heroin.
Heroin dengan kadar yang lebih rendah di Indonesia disebut PUTAW.
Heroin berbentuk butir, tepung dan cairan. Menghentikan pemakaian

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


28

heroin , dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan badan
kejang-kejang (Sakau)
 Metadon adalah opioida Heroin berbentuk butir, tepung dan cairan
sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama dan lebih efektif dari
morfin. Dikonsumsi dengan cara ditelan. Metadon digunakan sebagai
maintenance program, yaitu untuk mengobati ketergantungan Morfin
atau Heroin.
 Pethidin, digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang luar biasa
dan pemakaiannya diawasi sangat ketat.
2) Cannabis Sativa (Ganja atau marijuana)
Tumbuh dinegara beriklim tropis dan iklim sedang. Pucuknya yang
berkembang menghasilkan semacam resin dengan kadar THC yang
tinggi, disebut Charas atau Hashis, berwarna hijau tua atau kecoklatan.
Hashis adalah getah ganja yang dikeringkan dan dipadatkan menjadi
lempengan. Memakai cannabis, ganja atau Marrijuana, dapat
menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan
fisik dalam jangka waktu yang lama.
3) Erythroxylon Coca.
Biasanya tumbuh di pegunungan Andes. Ada juga di Malaysia dan di
Pulau Jawa. Tinggi tumbuhan ini sekitar 4 meter. Untuk memudahkan
mengambilnya, diusahakan hanya sekitar 1 meter. Dari daun nya
dihasilkan Coccain atau Crack, berbentuk bubuk warna putih.
Biasanya dipakai dengan cara dihirup lewat hidung. Cara ini
menimbulkan bahaya ganda, bahaya dari pemakaian tumbuhan ini dan
bahaya karena menimbulkan infeksi di rongga hidung.
b. Psikotropika.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1) Obat-obatan depresan yang merangsang syaraf otonom parasimpatis.
Contohnya; Magadon, Rohypnol, Sedatin (pil BK), Nitrazepam,
Methaquolone, Activan, Valium dan Mandrax.
2) Obat-obatan stimulan yang merangsang serabut syaraf otonom
simpatis. Contohnya : Amphetamin, Exstasi, Ineks dan Shabu.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


29

c. Zat adiktif lainnya.


Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
1) Minuman yang kadar alkoholnya:
 1-5% misalnya : Bir, Greensands
 5-20%, misalnya Anggur
 20-55%, misalnya Brandy, Whisky, Cocnac, Vodka.
 Minuman keras lainnya yang diproduksimoleh masyarakat, misalnya
tuak, Brem, Arak, Sake (Jepang) dan Saguer.
2) Tembakau
Salah satu perilaku berisiko remaja yang besar dampaknya dalam
jangka panjang adalah merokok. Merokok merupakan faktor terpenting
yang dapat dicegah dalam hal yang berkaitan dengan penyebab kematian
di negara-negara berkembang. Konsumsi tembakau terbukti berhubungan
dengan 90% penyebab kanker paru, 30% kematian dari seluruh jenis
kanker, 75% bronchitis kronis dan emfisema, dan 25% penyebab penyakit
kardio vaskuler, juga penyebab kanker mulut (WHO, 1993).
Kebiasaan merokok dimulai pada waktu remaja, akhirnya dapat juga
menjadi suatu kebiasaan dalam beberapa tahun. Beberapa penelitian
menginformasikan bahwa sebagian besar perokok mulai merokok ketika
berusia 11-13 tahun, dan 85-90% mulai sebelum berusia 18 tahun, semakin
muda seorang remaja merokok semakin besar kemungkinan nya untuk
menjadi perokok berat dimasa dewasanya (Smet (1994) dalam Novita,
2004)
Tembakau berasal dari tanaman Nicotine Tobacum. Nikotin dalam
tembakau bersifat merangsang jantung dan sistim syaraf. Pada saat
tembakau dihisap, detak jantung bertambah dan tekanan darah naik akibat
nicotin tersebut. Namun bagi para perokok berat, merokok dapat bersifat
menenangkan. Zat lain dalam tembakau adalah zat yang dapat
menyebabkan kanker dan gangguan pernafasan. Selain nikotin dan tar,
rokok juga mengandung karbonmonoksida dalam asap yang sangat
berbahaya. Pengaruh jangka panjang adalah gangguan pada paru-paru dan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


30

jantung. Gejala ketagihan berupa pusing, gelisah, cemas, sulit tidur,


gemetar/ lebih
3) Cendawan beracun
4) AicaAibon

2.5.5. Kebijakan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja


Konfrensi Internasional pada bulan September 1994 di Kairo
merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang
ada mengenai kependudukan memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak
perempuan sebagai tema sentral. Konferensi Internasional menyetujui bahwa
secara umum akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat
diwujudkan sampai tahun 2015
Kebijakan regional yang memperhatikan upaya kesehatan reproduksi
remaja terutama kesehatan reproduksi wanita seperti Pendidikan Kesehatan
seksual dan reproduksi (Sri Lanka), Young Inspirers (India), Youth Advisory
Centre (Malaysia), Development and Family Life Education for Youth (Filipina).
Di Indonesia, UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mencantumkan
tentang Kesehatan Reproduksi pada Bagian Keenam pasal 71 sampai dengan
pasal 77. Pada pasal 71 ayat 3 mengamanatkan bahwa kesehatan reproduksi
dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Setiap
orang (termasuk remaja) berhak memperoleh informasi, edukasi, dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
(pasal 72). Oleh sebab itu Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana
informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan
terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana (pasal 73). Setiap pelayanan
kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan/atau
rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan secara aman dan
sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas, khususnya reproduksi
perempuan (pasal 74). Setiap orang dilarang melakukan aborsi kecuali yang
memenuhi syarat tertentu (pasal 75 dan 76). Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan (pasal 77).

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


31

Departemen Kesehatan RI telah mengembangkan pelayanan kesehatan


remaja dengan konsep pendekatan adolescent friendly untuk memenuhi kebutuhan
pembinaan dan pelayanan remaja melalui puskesmas, yaitu Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja (PKPR). Pendekatan ini mulai dikembangkan sejak tahun
2002, dan sudah disosialisasikan diseluruh provinsi. PKPR dilaksanakan di dalam
gedung atau di luar gedung Puskesmas termasuk Poskestren, menjangkau
kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak
jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain yang dilaksanakan
oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Perkumpulan Keluarga Berencana IndonesiaI mempunyai program untuk remaja
terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi dan berbasis kesetaraan dan
keadilan gender. Program ini dilakukan melalui pembentukkan youth center di 24
propinsi. Sebab, PKBI sendiri telah berada di 26 propinsi. Sedangkan PKBI
Kepulauan Riau dan Papua Barat masih baru jadi belum ada Youth Center-nya.
Selain itu PKBI juga bekerja sama dengan sekolah (SLTP dan SLTA) dengan
memfasilitasi pembentukan sanggar sekolah yang memberikan akses untuk pelajar
di sekolah tersebut agar mendapatkan konsultasi, konseling dan rujukan pelayanan
yang terkait dengan isu kesehatan seksual dan reproduksi remaja (Almawaliy,
2010,P.2)
Dinas Kesehatan Kota Depok, sejak tahun 2006 melalui Program PKPR
melakukan pembinaan terhadap Kesehatan Reproduksi remaja. Adapun tahap
kegiatan yang dilakukan diawali dengan mengadakan: pelatihan PKPR bagi
petugas Puskesmas di 32 Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM), pelatihan PKPR
bagi guru SMP/SMA sederajat dan pelatihan Peer Konselor dan FGD Peer
Konselor. Disetiap PKM sudah memiliki Klinik Konsultasi Kesehatan Remaja
(KKRR) yang penanggungjawabnya adalah bidan. Sedangkan sekolah-sekolah
yang sudah memebentuk wadah Peer Konselor akan memberikan laporan ke PKM
yang akan diteruskan ke Dinas Kesehatan.. Setiap bulannya laporan diperoleh dari
Sekolah untuk PKPR dan dari Puskesmas untuk KKRR.
Sampai Tahun 2010 sudah 43 SMP dan SMA sederajat yang dilatih tetapi karena
keterbatasan dana dimana jumlah seluruh sekolah mencapai 300 sekolah sehingga
diharapkan swadana dari setiap sekolah untuk mengadakan pelatihan.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


32

2.5.6. Hak-hak reproduksi


Berdasarkan kesepakatan dalam Konfrensi International Kependudukan
Dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994, terdapat 12 macam hak reproduksi
yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap individu dalam masa
reproduksi mereka.
Hak-hak reproduksi itu adalah :
a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
c. Hak untuk kebebasan berpikir tentang kesehatan reproduksi
d. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran
e. Hak untuk hidup
f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksi.
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan danmpelecahan
seksual.
h. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang
terkait dengan kesehatan reproduksi.
i. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya
j. Hak membangun dan merencanakn keluarga
k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja terhadap


kesehatan reproduksi.
Menurut Pangkahila (1998) perilaku remaja terhadap seksual pranikah
dipengaruhi oleh peran orang tua, peer education, dan media massa. Azwar (2007)
mengatakan bahwa sikap interaksi sosial individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya, diantaranya
berbagai faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi lembaga
pendidikan, serta emosi dari dalam diri individu. Menurut Smet (1994) perilaku
berisiko pada remaja mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


33

perkembangan kepribadian dan adaptasi social dari remaja, beberapa perilaku


yang berisisko saling berkaitan dan terjadi secara terpisah misalnya merokok ,
penyalahgunaan narkoba, minum alcohol, dan melakukan hubungan seksual
pranikah
Perilaku merupakan hasil berbagai macam pengalaman serta interaksi
manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan , sikap dam
tindakan (Sarwono, 2004)
Bandura melihat kepribadian manusia sebagai interaksi antara lingkungan
dan proses psikologis sosial. Ia mengembangkan model deterministic resipkoral
yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan
lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.

2.6.1. Faktor personal


Faktor personal merupakan faktor yang berasal dari diri seseorang,
diantaranya:
a. Umur
Menurut Becker (1974:79) dalam Novita (2004) bahwa umur, seks dan ras,
etnik, merupakan variabel demografi yang mempengaruhi tindakan yang
dilakukan oleh individu. Mohammad (2006) menyatakan bahwa remaja yang
sikap negatif terhadap seks pranikah ditemui pada usia remaja yang lebih tua,
tidak sekolah, memiliki akses dengan televisi , telah mengkonsumsi alkoho, rokok
atau obat-obatan.
b. Jenis kelamin
Dwiyanto (1992) menyatakan bahwa topik pembicaraan mengenai
kesehatan reproduksi berbeda antara pria dan wanita. Metode kontrasepsi
merupakan topik yang paling diminati oleh sebagian besar remaja pria, sementara
hanya sedikit remaja wanita yang membicarakannya. Lestary (2007) menyatakan
ada hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja, dimana perempuan mempunyai peluang 2 kali memiliki pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.
c. Pengetahuan
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar mengenai kesehatan reproduksi serta faktor yang ada disekitarnya.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


34

Dengan pengetahuan yang baik akan mendapatkan informasi yang benar,


diharapkan remaja memilik sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi. Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi sangat perlu
bagi remaja agar mempunyai kesehatan reproduksi yang baik (BKKBN, 2001).

2.6.2. Faktor lingkungan


Informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan kebutuhan
bagi remaja pada umumnya. Untuk memenuhi kebutuhannya remaja memiliki
dorongan yang kuat untuk mencari informasi melalui berbagai sumber. Informasi
yang diperoleh kemudian disimpan dalam bentuk pengetahuan, yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk memecahkan masalah yang dihadapinya atau oleh
temannya (Mappiare, 1982) ada beberapa inforamsai kesehatan reproduksi
remaja, yaitu: orang tua, guru, teman, petugas kesehatan, tokoh agama, media
cetak dan media elektonik (BKKBN, 2004)
a. Orang tua
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, sangat penting
perannya dalam menumbuhkan anak menjadi remaja yang sehat secara biologis,
psikologis dan sosial termasuk seksualitas yang sehat (Soetjiningsih, 2004). Orang
tua sebagai orang yang mempunyai hubungan terdekat baik secara langsung
maupun tidak langsung, akan menjadi sumber informasi bagi masalah kesehatan
reproduksi anak remajanya (Purwanto, 2000). Hal yang sama dikatakan oleh
Effendy (2000) bahwa peran orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan
pembentukan karakter an perkembangan kepribadian anak. Dan saluran
komunikasi yang baik antar orang tua dan anak akan menciptakan saling
memahami terhadap masalah-masalah umum, khususnya mengenai problmatika
remaja sehinggga akan berpengaruh terhadap sikap maupun perilaku yang akan
diberi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mereka.
Saptarini (2008) menyatakan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja
dari ayah sangat kurang, bisa disebabkan karena ayah merasa risih dan tidak
mampu untuk memberikan informasi memadai mengenai alat reproduksi dan
proses reproduksi tersebut.
Penelitian dari evaluasi Speak Up Orangtua Kampanye Nasional
(PSUNC), kampanye media yang didanai oleh Departemen Kesehatan dan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


35

Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (2009) dilaporkan orang tua dari anak-
anak cenderung untuk percaya bahwa berbicara dengan anak-anak mereka tentang
seks akan efektif dalam mendorong mereka untuk menunda aktivitas seksual
(Wilson dan Koo, 2009).
b. Guru
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peranan penting dalam pendidikan, terutama di lingkungan pendidikan formal.
Guru dan siswa merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Di sekolah guru berperan sebagai orang tua bagi siswa, guru tidak
segan-segan mau memberikan pengetahuannya sesuai kebutuhan siswa.
Pendidikan yang berkaitan dengan reproduksi pada manusia adalah pendidikan
kesusilaan yang diberikan kepada siswa melalui mata ajaran agama, pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, serta pendidikan budi pekerti (Suryabrata, 1984)
c. Teman sebaya
Remaja bersifat sangat terbuka dengan kelompok sebayanya, mereka dapat
melakukan diskusi tentang roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan, pakaian, dll
sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya menjadi suatu jalinan ikatan yang
sangat kuat. Pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam
kelompoknya (Mappiare, 1982). Remaja yang aktif mendapatkan informasi dari
teman sebaya ternyata mempunyai kecendrungan untuk berperilaku seksual relatif
berisiko dari remaja yang tidak aktif, aktifitas dalam kelompok remaja
mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja
(Supratiningsih, 2003).
d. Media cetak dan eloktronik
Menurut Soetjiningsih (2004) media massa merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual. Media baik
elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu penyebab
utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja. Kebanyakan
remaja memperoleh informasi tentang Kesehatan reproduksi remaja dari media
maa, yaitu dari buku, majalah, koran, radio, televisi, film, CD (Dwiyanto, 1992).
Sumartini (2010) menyatakan bahwa informasi Kesehatan reproduksi remaja
didapatkan 58,6% dari internet dan 42,8% dari media cetak. Keberhasilan

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


36

penyampaian inforamsi antara lain tergantung juga pada media yang digunakan,
remaja yang terpapar informasi kesehatan reproduksi remaja dari media cetak
berpeluang memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi
remaja (Saptarini, 2006)

2.7. PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri


PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang berada dibawah
naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan salah satu Sekolah
yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, B, C dan kursus serta
pelatihan bagi masyarakat marginal (pengamen, pengasong, anak jalanan, yatim
dan dhu'afa ) telah melayani masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.
Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan salah satu yayasan
yang diantara kegiatannya dibidang kemanusiaan, yaitu mendirikan dan
menyelenggarkan rumah singgah. YABIM berdiri sejak tahun 2000 yang berawal
dari niat mengajak anak-anak jalanan yang setiap hari berada diterminal Depok
untuk belajar. Awalnya proses belajar dilakukan di emperan mesjid Al-Muttaqiin
Terminal Depok, namun berkat ketekunan pengurus YABIM bisa mendirikan
bangunan sendiri untuk proses belajar dan untuk tempat tinggal bagi peserta didik
(anak jalanan yang dibina).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di PKBM BIM masih kurang.
PKBM BIM belum mendapatkan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) dan pemeriksaan kesehatan dari Puskesmas maupun Dinas
Kesehatan Kota Depok. Kegiatan yang telah dilakukan di PKBM BIM Kota
Depok adalah konseling kelompok sebaya yang dilakukan oleh Bagian Promosi
Kesehatan Kota Depok.

2.8. Hasil penelitian yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.


Penelitian yang dilakukan Tegegn,A et all (2004) tentang pengetahuan
kesehatan reproduksi dan sikap diantara remaja di Jimma, Ethiopia pada 1088
orang remaja yang berada dalam rentang usia 15-19 tahun, bahwa tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja wanita (70,8%) lebih tnggi dari remaja
laki-laki yang hanya (29,2 %). Diketahui pula remaja mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi saat tingkat pendidikan remaja diatas Sekolah Dasar

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


37

(94,8%), informasi kesehatan reproduksi yang didapat remaja di sekolah (88,2%)


lebih banyak dari luar sekolah, dan media masa paling banyak digunakan adalah
radio (90,6%)
Penelitian yang dilakukan oleh Rondini, S & Krugu, J.K ( 2009) tentang
Pengetahuan, Sikap dan Praktik Studi Reproduksi Diantara Kesehatan Siswa
Sekolah Menengah di Bolgatanga Ghana pada 219 siswa yang berada pada usia
15-24 tahun menunjukkan pengetahuan responden tentang Keluarga Berencana,
IMS dan HIV/AIDS adalah 78,5% pada responden laki-laki dan 87,1% pada
rsponden perempuan. Kerentanan terhadap kekerasan seksual, perempuan (25,3%)
merasa rentan terhadap kekerasan seksual dan pria (13,9%). Responden yang
mendapatkan pendidikan dan konseling, 26,6% laki-laki dan 14,3% perempuan.
Dan perilaku seksual responden, 30% responden perempuan telah melakukan
aktivitas seksual secara aktif sedangkan laki-laki 16%.
Mohammad, M.R. et all (2006) dalam penelitiannya mengenai
Pengetahuan Reproduksi, Sikap dan Perilaku Remaja di antara Pria di Teheran,
Iran pada 1358 remaja laki-laki yang berusia 15-18 tahun, menunjukkan 28% dari
sampel dilaporkan terlibat dalam aktivitas seksual, pengalaman seksual
berhubungan sengan usia yang lebih tua, akses ke televisi satelit, konsumsi
alkohol dan sikap permisif terhadap seks. Proporsi terbanyak dari responden
adalah responden yang tidak mengetahui tentag kondom, IMS, fisiologi
reproduksi. Sikap terhadap seks pranikah lebih permisif antara responden yang
beruisi lebih tua, tidak di sekolah, sudah bekerja, memiliki akses ke televisi satelit
atau internet, tinggal terpisah dari orang tua atau telah mengkonsumsi alkohol,
rokok atau obat-obatan. Dari 1385 responden, 44% responden mengetahui bahwa
seorang wanita bisa hamil pada hubungan seks yang pertama, lebih dari 42%
responden mengetahui penggunaan kondom dapat mencegah PMS. Responden
yang merasa agamanya tidak kuat memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang
kesehatan reproduksi dibanding dengan mereka yang memiliki pemahaman agama
yang kuat. Komunikasi dengan orang tentang hal-hal yang penting atau tentang
masalah seksual tidak berhubungan dengan peningkatan kesadaran. Responden
yang merasa sulit berkomunikasi dengan orang tua mempunyai pengetahuan yang
lebih baik tentang kesehatan reproduksi dari responden yang lain. Hanya 27%

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


38

responden yang melaporkan ayah atau ibu adalah sumber utama informasi
responden mengenai kesehan reprpduksi, dari teman (26%), dari guru (25%).
Sumber informasi yang disukai responden tentang puberitas adalah dari guru
(21%), teman sebaya (20%), orang tua (17%) dan majalah dan buku (12 %).
Komunikasi yang rendah dengan orang tua ada hubungan antara usia, akses
terhadap media elektronik, sikap yang permisif dengan perilaku seksual.
Hasil survey Kesehatan Reproduksi remaja Indonesia dan Survey RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Program KB Nasional tahun 2007
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja wanita tentang kesehatan reproduksi
remaja lebih tinggi dibandingkan dengan remaja pria, pengetahuan remaja tentang
tumbuh kembang remaja dan infeksi menular seksual masih rendah dan guru,
teman sebaya merupakan penyampai informasi dan kelompok tertinggi dalam
membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja, sesangkan media televisi
dan radio sebagai media paling efektif dalam penyampai informasi.
Menurut Rina Fauziah (2008), pada penelitiannya tentang analisis
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi pada remaja kelas 3 SMP
negeri 3 Jakarta selatan tahun 2008 menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dengan variabel
pendidikan ayah(p=0,000), pendidikan ibu (p=0,461), pekerjaan ayah, pekerjaan
ibu dan media komunikasi dari orang. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
komunikasi dengan guru terhadap perilaku remaja berisiko (p=0,563). Ada
hubungan yang bermakna antara variabel ayah dengan sikap remaja mengenai
kesehatan reproduksi (p=0,033). Dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi.
Astid Novita (2004) dalam penelitiannya mengenai gambaran pengetahuan
sikap dan praktik anak jalanan tentang kesehatan reproduksi remaja di rumah
singgah di kota depok tahun 2004 , menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anak
jalananan mengenai kesehatan reproduksi remaja masih rendah yaitu 52,0%.dan
48,8% memiliki pengetahuan yang tinggi. Sikap anak jalanan terhadap kesehatan
reproduksi 56,0% mempunyai sikap positif, dan 52,0% memiliki praktik yang
kurang baik.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


39

Dwi Ardi Maryandi dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
remaja tentang kesehatan reproduksi di Drop In Center Cijantung Yayasan Pelita
Ilmu Tahun 2005, menunjukkan 75,2 % mempunyai pengetahuan baik tentang
kesehatan reproduksi reproduksi . Media komunikasi yang digunakan, 77,9%
responden aktif berkomunikasi dengan teman sebaya. Sedangkan yang
menggunakan media cetak yang paling banyak dikonsumsi responden adalah
majalah (52,2%)
Septrisna Famiati dalam penelitiannya yang dilakukan pada 66 siswa kelas
1 SMU/SMK Gema Nusantara Paburuan Subang yang mengikuti penyuluhan
mengenai gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi remaja (pre test-protest
pada tahun 2005 menyatakan: sumber informasi tentang kesehatan reproduksi
remaja 92,9% dari guru dan 2,4% dari internet. Ada perbedaan bermakna antara
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pre test dan post test
Sumartini (2010) dalam penelitiannya pada 250 remaja kelas 2 SMPN 266
cilincing Jakarta Utara mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi menunjukan responden yang
mempunyai pengetahuan baik sebesar (64,3%) sedangkan responden mempunyai
sikap positif terhadap kesehatan reproduksi nya seperti: hubungan seksual
sebelum nikah sebaiknya tidak dilakukan (91,2%), sumber informasi didapatkan
dari media eletronik seperti internet (58,6%),
Kustri widianingsih (2008) dalam penelitiannya pada 480 siswa SMAN di
KAbupaten Tangerang mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
seksual remaja Tahun 2007, menunujukan perilaku seksual remaja SMUN
Tangerang yang berada pada kategori risiko berat sebesar 44,60%, dengan jumlah
remaja yang sudah pernah melakukan hubungan seks 14,20%. Responden yang
mempunyai pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi dan seksual sebesar
31,0%, yang bersikap negatif terhadap kesehatan reproduksi 50,2 %, responden
yang berkomuniksi aktif dengan orang tua 46,9%, dengan teman sebaya 56,2%
dan responsden yang terpapar dengan media cetak 84,6% dan media elektronik
82,9%. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dengan perilaku
seksual remaja. Dan variabel komunikasi dengan orang tua dan variabel

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


40

komunikasi dengan teman sebaya tidak terbukti berhubungan dengan perilaku


seksual remaja.
Margaret Khotib (2006) dalam penelitiannya pada 107 pelajar mengenai
perilaku seksual remaja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pelajar
SMK Muhammaddiyah Parung tahun 2006, menunujukkan 10,3% berperilaku
seksual berat, 39,3% berperilaku seksual sedang, 39,3% berperilaku seksual
sedang, 39,3 % berperilaku seksual ringan, dan 11,2% tidak berperilaku seksual.
pengetahuan responden tentang seksualitas, 54,2% baik, dan 45,8% kurang baik.
Sikap responden terhadap seksualitas dan perilaku seksual 58,9% bersikap positif
dan 41,1% bersikap negatif. Keterpaparan responden terhadap informasi
seksualitas dari orang tua, 31,8% terpapar, dari teman sebaya 70,1% terpapar, dari
guru 50,5% terpapar dan dari media 93,5% terpapar. Hasil uji statisitik
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku
seksual remaja(p=0,020) dan tidak ada hubungan bermakna antara perilaku
seksual remaja.dengan sikap (p=0,074), pengetahuan(p=0,389), keterpaparan
responden terhadap media informasi seksualitas dari orang tua (p=0,673), guru
(p=0,373), teman sebaya (p=0,771) dan media(p=0,388)
Henny lestary ( 2007) dalam penelitiannya tentang determinan perilaku
berisiko pada remaja di Indonesia (analisis sekunder dara survei kesehatan
reproduksi remaja indonesia tahun 2007), dengan hasil gambaran perilaku
berisiko remaja di Indonesia sudah mengkhawatirkan, yaitu sebanyak 52,7%
remaja pernah merokok, 24,7% remaja pernah minum alkohol, 3,4% remaja
pernah melakukan penyalaahgunaan narkoba, dan 4,1% remaja pernah melakukan
hubungan seksual pranikah. Ada hubungan yang bermakna antara sikap
(p=0,000), umur (p=0,000), jenis kelamin (0,000), pendidikan (p=0,000), tempat
tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap media informasi, komunikasi dengan
orang tua, keberadaan teman yang berperilaku bersisiko dengan kejadian perilaku
berisiko
Lanita Wahyuni (2004) dalam penelitiannya tentang gambaran perilaku
seksual remaja dan faktor-faktor yang berhubungan pada siswa kelas 2 di SMUN
36 Jakarta Timur Tahun 2007, menuunjukkan responden pria 53,1% memiliki
perilaku seksual berisiko berat jika dibandingkan dengan responden wanita

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


41

(41,4%) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin
dengan perilaku seksual remaja. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan
bermakna antar pengetahuan responden tentang proses reproduksi dengan
responden yang berperilaku seksual berat (p=0.511), ada perbedaan yang
signifikan rata-rata skor sikap responden antara responden yang berperilaku
seksual berisiko berat dengan responden yang berperilaku seksual ringan
(p=0,000), responden yang terpapar media pornografi terdapat 95% responden
dan terdapat hubungan yang bermakna antara paparan terhadap media pornografi
dengan perilaku seksual remaja (p=0,030), keaktifan komunikasi dengan orang
tua tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja (p=0.458) sedangkan
keaktifan komunikasi dengan teman memiliki hubungan yang bermakna dengan
perilakui seksual remaja (p=0,004) dan responden yang aktif ber komunikasi
dengan teman cendrung berisiko 5.383 kali lebih besar untuk berperilaku seksual
negatif.
Ema rahmawaty (2004) dalam penelitiannya mengenain perilaku seksual
remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pelajar SMK Hidayat
Thalibin Jakarta Tahun 2004 menunujukkan proporsi jumlah responden dengan
perilaku seksual berisiko rendah sebanyak 31,3% dan yang memiliki perilaku
seksual berisiko rendah sebantak 31.3% dan hanya 21,7% respodnen yamg
mempubyai perilau seksual tidak berisiko. Responden yang memiliki pengetahuan
tentang seksualitas tinggi sebanyak 52,2% dan yang memiliki pengetahuan
tentang seksualitas sebanyak 47,8%. Responden yang memiliki sikap negatif
terhadap seksualitas dan perilaku seksual sebanyak 50,4% dan 49,6% memiliki
sikap positif. Responden yang tidak terpapar informasi dari orang tua sebanyak
62,6% namun yang terpapar informasi dari teman sebaya 78,3% dan yang terpapar
informasi dari media sebanyak 96,5%. Adanya hubungan yang bermakna antara
keterpaparan informasi dari teman sebaya dengan perilaku seksual remaja
(p=0.007). Dan tidak adana hubungan yang bermakna antara jeis kelamin, sikap,
pengetauan, keterpaparan informasi dari orang tua, keterpaparan informasai dari
medai denganp perilaku seksual remaja.
Juli Astuti (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh karakteristik
siswa dan sumber informasi terhadap kecendrungan melakukan hubungan seksual

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


42

pranikah pada siswa SMA Negeri di Banda Aceh tahun 2008 pada 208 siswa
menunjukkan responden laki-laki yang ada kecendrungan melakukan hubungan
seksual adalah 50,5 % , 41,9% responden perempuan, dan hubungan jenis kelamin
dengan kecendrungan melakukan hubungan seksual tidak bermakna secara
statistik (p=0,21). Pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi 65,9%
responden mempuyai pengetahuan yang tinggi dan 34,1% responden mempunyai
pengetahuan yang rendah dan ada hubungan yang signifikan antar pengetahuan
dengan kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah (p=0,0001). Peran
orang tua yang rendah 47.7% responden dan peran orang tua yang tingga
sebanyak 59,2% responden, dan peran orang tua rendah yang ada kecendrungan
melakukan hubungan seksual 52,3% dan perang orang tua tinggi yang ada
kecendrungan melakukan hubungan seksual 40,8% dan tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara peran orang tua dengan kecendrungan melakukan
hubungan seksual pranikah. Peran media yang rendah 31,8% responden yang
memiliki kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah dan peran media
yang tinggi 55,3% responden yang memiliki kecendrungan melakukan hubungan
seksual pranikah, dan ada hubungan yang bermakan antara peran media dengan
kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah (p=0,0001)
Dina Indarsita ( 2002) dalam penelitiannya mengenai hubungan faktor
eksternal dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi di SLTPN Medan
Tahun 2002 pada 107 siswa, menunjukkan 28% responden berperrilaku berisiko
dalam kesehatan reproduksinya dan 72% rsesponden tidak berisiko. adanya
hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan
ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orangtua-anak, media komunikasi massa dengan
perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Teori


Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura, untuk
memperjelas bagaimana orang belajar dalam lingkungan yang sebenarnya.
Bandura mengembangkan model deterministic respikoral yang terdiri dari tiga
faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa
saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi
perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan dan faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor Personal (kognitif): jenis kelamin, umur, sikap,
pengetahuan. Faktor lingkungan; pengaruh orang lain seperti orang tua, teman
sebaya, dan media.sedangkan faktor perilaku, praktek dan keterampilan.
Berikut adalah diagram pembelajaran sosial :

PERSONAL (Kognitif)
 Jenis Kelamin
 Umur
.  Tempat Tinggal
 Sikap
 Pengetahuan

 Efikasi diri

ENVIRONMENT BEHAVIOR
 Pengaruh orang lain seperti  Praktik
orang tua, teman dekat,
 Media (radio,TV, suratkabar,
majalah, internet,dll)

Gambar 3.1. Kerangka Teori Pembelajaran Sosial


Sumber: Namakula (2009) dan Suryoputro, A, et.all (2004)

3.2. Kerangka Konsep


Mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian, selanjutnya
dikembangkan kerangka konsep penelitian berdasarkan tinjauan pustaka yang
akan menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja

43 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


44

Paket B setara SMP di PKBM BIM Depok terhadap kesehatan reproduksi. Dalam
penelitian ini faktor personal dan lingkungan merupakan variabel bebas
(Independen) dan faktor perilaku merupakan varibel terikat (Varibel Dependen).
Ada beberapa faktor personal yang berhubungan dengan perilaku remaja seperti
umur, jenis kelamin, tempat tinggal, sikap dan pengetahuan. Peneliti tidak
meneliti tempat tinggal responden karena PKBM BIM berada didaerah perkotaan
dan peneliti berasumsi mayoritas responden tinggal di daerah perkotaan.
Kerangka konsep dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori dan
digambarkan dalam variabel dependen dan variabel independen yang akan diteliti
dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Personal
 Jenis Kelamin
 Umur
 Sikap terhadap kesehatan reproduksi
 Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Lingkungan Perilaku remaja


 Komunikasi dengan Orang Tua tentang kesehatan reproduksi mengenai kesehatan
 Komunikasi dengan Guru kesehatan reproduksi reproduksi
 Komunikasi dengan Teman Sebaya kesehatan reproduksi
 Akses terhadap media informasi : radio,TV, suratkabar,
majalah, internet,dll

Gambar 3.2. Kerangka konsep Penelitian Beberapa faktor yang berhubungan


dengan Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi

3.3. Hipotesis
a. Ada hubungan faktor personal (umur, jenis kelamin,sikap dan
pengetahuan) dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
b. Ada hubungan faktor lingkungan (komunikasi remaja dengan orangtua,
guru, teman dan akses terhadap media informasi) dengan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


45

3.4. Defenisi Operasional

N Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o Ukur
1 Perilaku Pernah atau tidaknya Angket Kuesioner 0. Pernah, jika Ordinal
remaja responden melakukan N05,6A,6B, responden pernah
mengenai semua bentuk tindakan 6C,7,8,9,10, melakukan satu
kesehatan yang dapat 11 atau lebih
reproduksi membahayakan perilaku yang
kesehatan dan masa beresiko yaitu
depannya, dalam hal ini berciuman bibir,
pernah berciuman meraba/diraba
bibir, pernah meraba bagian tubuh
/diraba bagian tubuh yang sensitive,
yang sensitive, pernah melakukan
melakukan hubungan hubungan seksual
seksual pranikah, pranikah,
pernah merokok, merokok, minum
pernah minum alkohol alcohol,
dan pernah melakukan penyalahgunaan
penyalah-gunaan napza napza,
setelah mengalami haid 1. Tidak pernah,
pertama dan jika responden
mengalami mimpi tidak melakukan
basah pada pria. satupun perilaku
yang beresiko.
2 Pengetahu Benar atau tidaknya Angket Kuesioner 0. Kurang, jika nilai Ordinal
an jawaban responden atas Setiap pertanyaan di no < median yaitu 22
responden pertanyaan mengenai scoring, jika benar 12,13,14,1 1. baik, jika nilai ≥
tentang kesehatan reproduksi nilainya 1, jika salah 5,16,17,18, median yaitu 22
kesehatan seperti,perubahan nilainya 0. 19,20,21,
reproduksi tubuh dari anak-anak Seluruh skor 22,23,24 Karena data tidak
ke remaja, sistim dijumlahkan dan berdistribusi normal
reproduksi dikategorikan dengan maka nilai tengah
manusia,penyakit batasan nilai tengah. yang digunakan
HIV/AIDS, penyakit adalah median yaitu
infeksi menular seksual 22
dan Napza
3. Sikap Reaksi atau respon Angket Kuesioner 0. Sikap Negatif, Ordinal
reponden setuju atau tidak Setiap pertanyaan No jika skor sikap
tentang setujunya responden positif diberi skor 25,26,27,2 yang
kesehatan terhadap pertanyaan setuju =2,tidak 8,29,30,31. ditanyakan <
reproduksi seputar kesehatan setuju=1 dan tidak tahu mean yaitu
reproduksi , seperti ; =0. Untuk pertanyaan 21,64
sistim reproduksi, yang negatif diberi 1. Positif, jika nilai
tumbuh kembang skor: tidak setuju=2, ≥ mean yaitu
remaja, penyakit IMS, setuju=1, tidak tahu=0. 21,64
HIV/AIDS, Napza Seluruh skor
dijumlahkan dan Karena data
dikategorikan sikap berdistribusi
positif dan sikap normal maka nilai
negative dengan tengah yang
batasan nilai tengah. dipakai adalah
mean

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


46

Lanjutan

N Alat Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur Ukur
4 Umur Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. 15-19 tahun Nominal
tentang lama hidup No.3 1. 20-24 tahun
responden dalam tahun
yang dihitung
berdasarkan ulang
tahun terakhir.

5 Jenis Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. Laki-laki Nominal


Kelamin tentang status seks no.11 1. Perempuan
responden yang dibawa
sejak lahir.

6 Komunika Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. Tidak, jika Ordinal


. si dengan ada atau tidaknya 32b,33b, seluruh jenis
orang tua berdiskusi dengan 34b,35b komunikasi
tentang orang tua tentang haid dengan orang
kesehatan (pada wanita) dan tidak ada.
reproduksi mimpi basah (pada 1. Ya, jika salah
laki-laki), penyakit satu saja bentuk
HIV/AIDS, Penyakit komunikasi
menular Seksual dan dengan orang tua
Napza pada saat ada.
pertama kali haid/
mimpi basah.

7 Komunika Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. Tidak, jika Ordinal


si dengan ada atau tidaknya 32d,33d, seluruh jenis
guru berdiskusi dengan guru 34d,35d komunikasi
tentang tentang haid (pada dengan guru tidak
kesehatan wanita) dan mimpi ada.
reproduksi basah (pada laki-laki), 1. Ya, jika salah
penyakit HIV/AIDS, satu saja bentuk
Penyakit menular komunikasi
Seksual dan Napza dengan guru ada.
pada saat pertama kali
haid/ mimpi basah.

8 Komunika Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. Ya, jika salah Ordinal


si dengan ada atau tidaknya 32a,33a, satu saja bentuk
teman berdiskusi dengan 34a,35a komunikasi
sebaya teman tentang haid dengan teman
tentang (pada wanita) dan sebaya ada
kesehatan mimpi basah (pada 1. Tidak, jika
reproduksi laki-laki), penyakit seluruh jenis
HIV/AIDS, Penyakit komunikasi
menular Seksual dan dengan teman
Napza pada saat sebaya tidak ada.
pertama kali haid/
mimpi basah.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


47

Lanjutan

N Alat Skala
Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur Ukur
9 Akses Pernyataan responden Angket Kuesioner 0. . Ya, jika total Ordinal
terhadap ada atau tidaknya Jika responden 36a,36b,3 skor keterpaparan
media terpapar dengan media menjawab ya, diberi 6c,36d media cetak dan
informasi cetak dan elektronik skor=1 dan jika Jika elektronik ≥
mengenai dalam hal mendapatkan menjawab tidak diberi responden mean yaitu 5.84
kesehatan informasi tentang skor=0. Seluruh skor menjawab 1. Tidak, jika total
reproduksi kesehatan reproduk dijumlahkan dan ya, diberi skor keterpaparan
termasuk didalamnya dikategorikan dengan skor=1 media cetak dan
sisistim reproduksi batasan nilai tengah. dan jika elektronik <
manusia, penyakit menjawab mean yaitu 5.84
HIV/AIDS, penyakit tidak
infeksi menular seksual diberi Karena data
dan Napza pada 6 skor=0. berdistribusi
bulan terakhir normal maka nilai
tengah yang
dgunakan adalah
nilai mean.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian dilakukan dengan rancangan potong lintang (Cross-sectional),
dimana pengumpulan data yang menyangkut variabel dependen atau varibel
akibat dan variabel independen atau variabel efek dilakukan pada waktu sesaat
dan bersamaan (point time approach) (Notoatmodjo,2010). Penelitian juga
dilakukan dengan metode kuantitatif dimana diukur faktor personal dan faktor
lingkungan yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap kesehatan
reproduksi pada remaja Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok jawa Barat.

4.2. Lokasi dan waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) BIM
(Bina Insan Mandiri) Jalan Margonda Raya No.58 Terminal Depok Jawa Barat
pada bulan Mei 2011.

4.3. Populasi dan Sampel.


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang berumur 10-19
tahun (laki-laki dan perempuan) kelas VII-IX Paket B Setara SMP PKBM BIM
Depok. Siswa/siswi kelas VII terdiri dari 2 lokal yang berjumlah 93 orang, 1
lokal perempuan dan 1 lokal laki-laki, kelas VIII terdiri dari 2 lokal yang
berjumlah 63 orang, l lokal laki-laki dan 1 lokal perempuan dan kelas IX terdiri
dari 2 lokal yang berjumalah 239 orang. Sehingga yang menjadi populasi adalah
395 orang. Penulis memilih siswa Paket B dengan alasan karena mereka baru
berada dalam masa pubertas dimana remaja sangat mudah terpengaruh oleh
lingkungannya.

4.4. Sampel
4.4.1. Besaran Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi bessar maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus
representatif/mewakili (Sugiyono, 2009). Besar sampel minimal yang diambil

48 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


49

dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi proporsi (Lemeshow


et.al, 1990). Besar sampel ditentukan dengan rumus :

z2 1-α/2P(1-P)

n =

d2

Dimana :
n = jumlah sampel.
Z1-α/2 = nilai z pada derajat kepercayaan 1-α, karena peletian ini menggunakan
tingkat kepercayaan sebesar 95% dan 0,05 ( two tail) sehingga Z1-α/2 = 1,96
p = proporsi perilaku anak jalanan tentang kesehatan reproduksi yang kurang baik
di Rumah singgah Kota Depok diketahui p = 0.52 (Penelitian Novita, 2004)
d = presisi absolute yang diinginkan pada kedua proporsi sisi populasi. Pada
penelitian ini menggunakan presisi 10%
Dari hasil perhitungan didapat besar sampel minimal yang harus diteliti
sebesar 98 siswa. Jumlah tersebut di tambah 10% dari sampel sebagai cadangan
untuk mengantisipasi kalau ada responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner,
maka peneliti menetapkan besar sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 108
orang dari seluruh siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok.

4.4.2. Kriteri Inklusi


Dalam penelitian ini yang menjadi criteria inklusi dari sampel adalah:
a. Terdaftar sebagai siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok.
b. Berusia 10-19 tahun (usia remaja awal dan remaja madya)

4.4.3. Cara pengambilan sampel


Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified
sampling (acak stratifikasi) dengan cara:
a. Peneliti mendata jumlah siswi kelas VII, VIII dan IX di sekolah yang
terpilih yaitu Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok yang terdaftar pada
tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah kelas dari masing-masing tingkatan
adalah 2 kelas sehingga total jumlah kelas adalah 6 kelas.

49 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


50

b. Jumlah kelompok kelas terpilih di Paket B setara SMP PKBM BIM Depok
ada 3 kelompok yaitu kelompok kelas VII, VIII dan kelompok kelas IX.
Lalu besar sampel 108 orang dibagi dalam 3 kelompok kelas didapat
hasilnya 36 orang untuk setiap kelompok. Karena tiap kelompok kelas
terdapat 2 kelas maka besar sampel 36 orang dibagi dalam 2 kelas dan
didapat hasilnya 18 orang di tiap kelas.
c. Dalam pemilihan sampel disetiap kelas dilakukan secara acak sederhana
dengan cara setiap nama siswa/siswi di setiap kelas ditulis di secarik
kertas, kemudian diundi satu persatu sampai diperoleh sejumlah responden
untuk setiap klaster yaitu 18 orang. Siswi yang terpilih dicatat yang
nantinya akan terpilih menjadi responden.

4.5. Pengumpulan Data


Sebelum mengumpulkan data, peneliti membawa surat izin penelitian yang
ditujukan ke PKBM Bina Insan mandiri Depok. Setelah mendapat izin , peneliti
kemudian mengumpulkan data skunder dan data primer. Data sekunder
didapatkan dari administrasi PKBM BIM, berupa daftar nama siswa/siswi yang
terdaftar di PKBM BIM Depok dan data lain yang sudah ada dan dibutuhkan
dalam penelitian. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan dengan
menyebarkan angket yang diisi langsung oleh responden. Sebelum pengambilan
data dilakukan responden dikumpulkan dalam ruangan kelas PKBM BIM dan
kemudian diberi penjelasan tentang pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
dengan tujuan untuk menyamakan persepsi. Setelah responden selesai mengisi
angket, responden mengoreksi jika ada pertanyaan yang belum dijawab responden

4.8. Instrumen Penelitian.


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk
kuesioner (angket) sebagai alat bantu untuk mengambil data primer. Kuesioner
diadaptasi dari daftar pertanyaan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) Tahun 2007.

50 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


51

4.9. Uji Coba Kuesioner


Kuesioner telah diuji coba yang diselenggarakan SKRRI bersamaan
dengan ujicoba SDKI 2007. Uji coba dilakukan di dua provinsi yaitu Kalimantan
Barat dan Sulawesi Utara pada September 2006. Tiap provinsi terdiri dari 7 orang.

4.7. Pengolahan Data.


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan tahap-
tahap sebagai berikut :
4.7.1. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
kuesioner agar dapat memastikan data yang diperoleh adalah data yang benar-
benar bersih, terisi lengkap, relevan dan dapat dibaca dengan baik.
4.7.2. Coding
Pemberian kode pada setiap jawaban yang dikumpulkan dalam kuesioner
untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya
4.7.3. Data Entry
Data yang berupa jawaban –jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk kode dimasukan kedalam program Epiinfo.
4.7.4. Pembersihan Data ( Cleaning )
Semua data yang telah di entry kemudian dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan kemudian dilakukan
pembetulan sehingga data tersebut benar-benar siap untuk dianalisa.

4.8. Analisa Data


Analisa data dilakukan untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian,
memudahkan interprestasi dan menguji hipotesis penelitian. Analisa dalam
penelitian ini meliputi analisa univariat .
4.8.1. Univariat.
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan dari
tiap-tiap variabel yang diukur dari distribusi frekuensi dan nilai rata-ratanya.
4.8.2. Analisa Bivariat.
Pada analisa bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2
variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan metode statistik

51 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


52

Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Odds
Ratio.
a. Uji Chi Square
Pada dasarnya uji chi square ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya
perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi frekuensi yang
diamati dengan yang diharapkan. Derajat kepercayaannya adalah 5% atau
0,05 yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dan
untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan p-value 0,05:
 Dikatakan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara varibel
dependen dan independen bila nilai p- value ≤0,05
 Dikatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
variabel dependen dan independen bila nilai p-value >0,05.
Analisis dengan chi square ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
x²= Nilai uji chi square
O= Observed (Nilai yang diamati)
E= Expected (Nilai yang diharapkan)
b. Uji Odds Ratio
Untuk melihat variabel independen mana yang berisiko lebih besar
terhadap variabel dependen.
Rumus:
axd
OR=
bxc

OR = Odds Ratio
a = kolom 1 baris 1 b = kolom 2 baris 1
b = kolom 2 baris 1 d = kolom 2 baris 2

52 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran PKBM BIM Kota Depok


5.1.1. Sejarah Berdirinya Pusat kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bina
Insan Mandiri Depok
Pusat Kegiatan Belajar masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri (BIM)
berdiri pada tahun 2006, diawali dari belajar iqro (belajar baca Alqur’an) di
emperan mesjid Al-Muttaqin terminal Depok bagi anak-anak jalanan yang
senantiasa berada di terminal yang belum mengecap pendidikan. Dirintis oleh
remaja mesjid yang bergabung dalam IKRIMA (Ikatan Remaja Mesjid) Al-
Muttaqin yang diketuai oleh Bapak Nurrohim. PKBM BIM berada dibawah
naungan Yayasan Bina Insan mandiri Depok yang bekerjasama dengan SMP
Terbuka pada tahun 2002 dan membentuk Tempat Kegiatan Belajar Masyarakat
(TKBM) pada tahun 2002-2005. PKBM BIM mempunyai misi: yayasan sosial,
ekonomi dengan dakwah, sekarang lebih dikenal dengan nama Sekolah Master
(Masjid Terminal) anak jalanan.
Peserta didik yang diterima dari tahun 2000-2005 pada awalnya murni
berasal dari anak jalanan, setelah tahun 2005 menerima peserta didik dari
masyarakat miskin yang tinggal di sekitar lokasi seperti dari kampung Lio. PKBM
BIM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insan Mandiri) sudah mendapat
izin dari Dinas Pendidikan. Pada tahun 2007 PKBM BIM sudah memiliki
bangunan sendiri yang berasal dari tanah wakaf sejumlah warga disekitar mesjid
Al-Muttaqin terminal Depok dan memisahkan diri dengan Mesjid Al-Muttaqin
terminal Depok. PKBM BIM fokus di bidang pendidikan dan pembinanya dari
Dinas Pendidikan / Penilik PLS (Pendidikan Luar Sekolah) Dikmas (Pendidikan
Masyarakat)
PKBM Bina Insani Mandiri memberikan pendidikan gratis bagi para
dhu’afa melalui pendidikan kesetaraan. Program-program yang akan dilaksanakan
adalah: kelas akademis (Paud, Sekolah Dasar/persamaan paket A, kejar paket
B/setara SMP, kejar paket C/setara SMU dan SMP/SMU terbuka), kelas Bisnis
dan Kelas Seni. Program tambahannya yaitu: pelatihan service HP, salon,
menjahit, sablon, kewirausahaan, dan tata boga.

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


54

5.1.2. Kondisi Geografis dan Batas-batas Wilayah


Berdasarkan profile Pusat Kegiatan Belajar masyarakat (PKBM ) Bina
Insan Mandiri, PKBM Bina Insan Mandiri (YABIM) terletak di Jl. Margonda
Raya No.58 Terminal Depok. PKBM Bina Insan Mandiri mempunyai tanah
seluas 3500 m² yang awalnya hanya 1000 m². Berasal dari tanah wakaf, hibah dan
hibah wasiat, dan memiliki batas- batas wilayah administrasi adalah sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Lingkar Terminal
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Masjid Terminal
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Arif Rahman Hakim (fly over)
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Perumahan/Jalan Lingkar Terminal
5.1.3. Visi Dan Misi PKBM Bina Insan Mandiri
5.1.3.1. Visi : Mewujudkan Masyarakat Cerdas Mandiri Kreatif dan Berbudi
Pekerti Luhur.
5.1.3.2. Misi
1 Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat
guna dan berhasil guna berdasarkan nilai-nilai kemandirian dan
kemanusiaan
2 Menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas sehingga
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai pendukung
kemandirian
3 Membangun kader masyarakat yang bersifat mengasuh dan membimbing
terutama bagi anak-anak yang terpinggirkan

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


5.1.4. Struktur Organisasi PKBM BIM Kota Depok

Gambar 5.1
Struktur Organisasi PKBM Bina Insan Mandiri

KETUA YAYASAN BINA INSAN MANDIRI


NURROHIM

KETUA PKBM
MUSTAMI’IN

SEKRETARIS PKBM BENDAHARA PKBM


TONY ZULHENDRA ROQIBAYNI

KOORD.KELAS AKADEMIK KOORDINATOR KOORD.KEAKSA KOORD.KELAS BISNIS KOORD.TAMAN KOORD.PENELITIAN


ABDUL BASIT BACAAN &PENGEMB.
ILHAMSYAH DARMAWAN KURIKULUM -RAAN FUNGSI MASYARAKAT (BALITBANG)
SAMSUL ANGGA ROMAND
M.NATSIR SUGENG RIANTO
WIJAYA

KOORD. KOORD.PAKET KOORD.PAKET KOORD. PAKET KOORD.KELAS KOORD, KOORD. KOORD.


KOORD.KELAS
PAUD A SETARA SD B SETARA SMP C SETARA SMA KELOMPOK KELAS KELAS
LUKIS
Depok DESIGN GRAFIS BATIK
LIANTI TOMMY AL RIO JANUARI BELAJAR MUSIK
MA’RIF WARSA
IRFAN SIGIT W UCUP
AH QODIRI USAHA (KBU)
WAHYUDI
BAHTIAR

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


5.1.5. Paket B Setara SMP di PKBM BIM Kota Depok
Paket B atau setara SMP diselenggarakan oleh Yayasan Bina Insan
Mandiri (YABIM) sebagai tindak lanjut dari jenjang dasar bertujuan memberikan
bekal pengetahuan serta keterampilan bagi siswa Paket B atau setara SMP,
sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap menyongsong masa depan
dengan bekal keterampilan yang ia miliki. Jumlah seluruh siswa yang mengikuti
program Paket B atau setara SMP sebanyak 395 siswa yang terdiri dari anak
jalanan, pengamen, pengasong dan masyarakat yang tidak mampu.

5.1.6. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja di PKBM


Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja di belum ada
didapatkan di PKBM BIM Kota Depok, baik dari Puskesmas Pancoran Mas
maupun dari Dinas Kesehatan Kota depok. Begitu juga dengan pemeriksaan
kesehatan bagi remaja. Namun pada awal tahun 2011 Bagian Promosi Kesehatan
dari Dinas Kesehatan Kota Depok telah mengadakan Konseling Kelompok
Sebaya bagi remaja Paket B Satara SMP dan Paket C setara SMA.

5.2. Hasil Analisis Univariat


Analisis univariat ini dilakukan untuk mendapat gambaran distribusi data
responden. Hasil analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dari masinng-masing variabel dependen yaitu perilaku yang pernah
dilakukan yaitu: berciuman bibir, meraba bagian tubuh yang sensitive, melakukan
hubungan seksual, minum minuman beralkohol, merokok, mengkonsumsi obat-
obatan seperti ganja,putaw,heroin, shabu-shabu, sedangkan,varibel independen
yang meliputi jenis kelamin, umur, sikap, pengetahuan, komunikasi dengan orang
tua, komunikasi dengan guru, komunikasi dengan teman, akses terhadap media
informasi.

5.2.1. Perilaku
Perilaku remaja dalam penelitian ini dapat dilihat dari pertanyaan
mengenai aktivitas pacaran, pernah melakukan hubungan seksual, merokok,
minunan keras dan mengkonsumsi obat-obatan seperti ganja, shabu-shabu, putau,
dll. Jenis perilaku remaja (Tabel 5.1)

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


54

Tabel 5.1 Gambaran Jenis Perilaku Responden terhadap Kesehatan Reproduksi


Pada Remaja Paket B Setara SMP di PKBM BIM Kota Depok Jawa
Barat Tahun 2011
Perilaku remaja
Jumlah Persentase
Berciuman bibir
Ya 36 33,3
Tidak 72 66,7
Meraba bagian tubuh yang sensitive
Ya 11 10,2
Tidak 97 89,8
Berhubungan Seksual
Ya 4 3,7
Tidak 104 96,3
Minum minuman beralkohol
Ya 29 26,9
Tidak 79 73,1
Merokok
Ya 45 41,7
Tidak 63 58,3
Mengkonsumsi obat-obatan seperti ganja, putaw,
shabu-shabu,dll 10 9,3
Ya 98 90,7
Tidak

Hasil analisis menunjukan bahwa remaja yang pernah berperilaku berisiko


terdiri dari: (33,3%) responden pernah berciuman bibir, 11 (10,2%) remaja
pernah meraba bagian tubuh yang sensitive, 4 (3,7%) pernah melakukan
hubungan seksual, 45 (41,7%) remaja pernah merokok. Dari ke-5 perilaku diatas,
dikelompokan ke dalam 2 kategori, pernah dan tidak pernah melakukan. Remaja
yang dikategorikan pernah jika pernah melakukan salah satu dari kelima jenis
perilku tersebut, dan tidak pernah jika remaja tidak pernah melakukan kelima
jenis perilaku diatas. Berikut adalah tabel yang menggambarkan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi


pada siswa Paket B Setara SMP di PKBM BIM Kota Depok Jawa
Barat Tahun 2011
Perilaku remaja Jumlah %

Pernah 59 54,6
Tidak Pernah 49 45,5
Total 108 100

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


55

Tabel diatas menunjukkan bahwa 54,6% responden pernah berperilaku berisiko


dan 45,5% tidak pernah berperilaku berisiko.

5.2.2. Faktor Personal


Pada penelitian ini yang termasuk faktor personal adalah variabel umur,
jenis kelamin, sikap dan pengetahuan. Masing-masing variabel dari faktor
personal disajikan gambaranya terlebih dahulu sebelum dikategorikan dan cara
penulis mengkategorikan sesuai dengan defenisi operasional penelitian ini.

5.2.2.1. Umur
Hasil analisis menunjukan umur responden termuda adalah 13 tahun dan
umur responden tertua dalam penelitian ini adalah 19 tahun. Adapun distribusi
responden berdasarkan umur paling banyak usia 13 tahun yaitu 18,5% dan paling
sedikit pada usia 18 tahun yaitu 6,5%. Untuk kepentingan analisis umur
responden dikategorikan menjadi 2 yaitu responden yang berumur 10-14 tahun
dan responden yang berumur 15-19 tahun (Tabel 5.3)
Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut variabel umur pada siswa Paket B setara
SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Umur Jumlah Persentase

15-19 tahun 71 65,7


10-14 tahun 37 34,3
Jumlah 108 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berusia 15-19
tahun (65,7%) dan lebih banyak dari rresponden yang berumur 10-14 tahun .

5.2.2.2. Jenis Kelamin


Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa Paket B
setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 49 45,4
Perempuan 59 54,6

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


56

Tabel diatas menunjukan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih


banyak (54,6%) dari responden yang berjenis kelamin laki-laki.

5.2.2.3. Pengetahuan
Pengetahuan remaja dalam penelitian ini diukur dengan 13 pertanyaan
mengenai puberitas pada laki-laki puberitas pada perempuan, sistim kesehatan
reproduksi, penyakit menular seksual dan napza.(Tabel 5.5)

Tabe 5.5. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi


Pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Pengetahuan Responden Jumlah Persentase
Tahu Perubahan fisik laki-laki saat memasuki puberitas
Ya 81 75
Tidak 27 25
Tahu perubahan fisik wanita saat memasuki puberitas
Ya 68 63.0
Tidak 40 37.0
Tahu bahwa wanita dapat hamil dengan satu kali berhubungan
Ya 63 58,3
Tidak 45 41,7
Tahu berciuman tidak dapat menyebabkan kehamilan
Ya 36 33.3
Tidak 72 66,7
Tahu seseorang yang mengkonsumsi napza
Ya 61 56,5
Tidak 47 43,5
Tahu tentang HIV/AIDS
Ya 85 78,7
Tidak 23 21,3
Tahu kalau seseorang yang setia dengan pasangan mengurangi penularan
HIV/AIDS
Ya 69 63,9
Tidak 39 36,1
Tahu pakai kondom tiap berhubungan mengurangi penularan HIV/AIDS
Ya 54 50,0
Tidak 54 50,0
Tahu Virus HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak
Ya 51 47,2
Tidak 57 52,6
Tahu infeksi lain yang ditularkan melalui hubungan seksual selain HIV/AIDS?
Ya
Tidak 56 51,9
52 48,1
Tahu tentang penyakit menular seksual (infeksi kelamin)
Ya 9 8,3
Tidak 99 91,7
Tahu gejala Penyakit menular seksual pada laki-laki
Ya 25 23,1
Tidak 83 76,9
Tahu gejala Penyakit menular seksual pada wanita
Ya 20 18,5
Tidak 88 81,5

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


57

Hasil analisis didapatkan (75,0%) responden mengetahui perubahan fisik


pada remaja laki-laki, (78,7%) responden yang mengetahui tentang penyakit
HIV/AIDS, hanya (9,3,%) responden yang mengetahui penyakit menular seksual
selain HIV/AIDS dan (18,5%) responden yang mengetahui gejala infeksi kelamin
pada wanita.
Masing-masing jawaban diberi skor=1 jika benar dan jawaban salah diberi
skor=0. Untuk keperluan analisis, dijumlahkan dan dicari nilai tengahnya. Hasil
analisis menunjukkan bahwa skor pengetahuan sebagai berikut: mean=24,52,
median=22,0, mode=19,SD=11,717, SE=0,233, uji kenormalan data menunjukan
bahwa data tidak berdistribusi normal yaitu ditunjukan oleh nilai skewness : std
error skewness yang lebih dari 2, yaitu: 0,743 : 0,233=3,18, sehingga nilai tengan
tengah yang digunakan adalah untuk pengkategorikan adalah nilai median yaitu
22,0. Kemudian pengetahuan responden dikategorikan menjadi dua yaitu:
pengetahuan baik jika total nilai responden > dari median (>22.0) dan
pengetahuan kurang jika nilai responden ≤ dari nilai median (≤22.0). (Tabel 5.5)

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Kesehatan


Reproduksi pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Depok Jawa
Barat, Tahun 2011
Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 53 49.1
Kurang 55 50.9
Total 108 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden berpengetahuan kurang


(50,9%) lebih banyak responden yang mempunyai pengetahuan baik.

5.2.2.4. Sikap
Pada penelitian ini sikap diukur dengan 14 pertanyaan mengenai sistim
reproduksi, HIV/AIDS, Napza. Setiap jawaban diberi skor=1 jika jawaban nya
benar, dan jika salah diberi skor=0. Untuk keperluan analisis, dijumlahkan dan
dicari nilai tengah nya. Berikut sikap responden terhadap kesehatan reproduksi
(Tabel 5.7)

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


58

Tabel 5.7 Gambaran Sikap Responden Terhadap Kesehatan Reproduksi Pada


Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok, Jawa Barat,
Tahun 2011
Sikap Responden Jumlah Persentase
Kondom dapat mencegah kehamilan
Positif 57 52.8
Negatif 51 47,2
Kondom dapat mencegah penularan HIV/AIDS
Positif 30 27,8
Negatif 78 72,2
Kondom dapat dipakai berulang-ulang
Positif 47 43,5
Negatif 61 56,5
Laki-laki boleh punya banyak pasangan dalam waktu bersamaan
Positif 84 77,8
Negatif 24 22,2
Perempuan boleh mempunyai banyak pasangan dalam waktu
bersamaan
Positif 84 77,8
Negatif 24 22,2
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
Positif
Negative 93 86,1
15 13,9
Seorang laki-laki melakukan hubungan seksual sebelum menikah
Positif
Negatif 78 72,2
15 27,8
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
karena sama-sama senang
Positif 74 68,5
Negatif 34 31,5
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
karena saling mencintai
Positif 67 62,0
Negatif 41 38,0
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
karena merencanakan untuk menikah
Positif 63 41,7
Negatif 45 58,3
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
karena sudah dewasa
Positif 72 66,7
Negatif 36 33,3
Seorang wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah
karena menunjukan rasa cinta
Positif 92 85,2
Negatif 16 14,8
Mempertahankan keperawanan penting bagi seorang wanita
Positif 92 85,2
Negatif 16 14,8
Mengkonsumsi obat-obatan seperti ganja, putaw, shabu-shabu
mendatangkan kesenangan tanpa ada akibatnya.
Positif 92 85,2
Negatif 16 14,8

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


59

Tabel diatas menunjukkan, (86,1 %) responden bersikap positif dan


(13,9%) responden bersikap negatif dengan pernyataan tentang seorang wanita
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk pernyataan kondom dapat
mencegah penularan HIV/AIDS, hanya (27,8%) responden yang bersikap positf,
sedangkan yang bersikap negatif (72,2%) responden.
Untuk keperluan analisis bivariat, sikap responden mengenai kesehatan
reproduksi dibagi menjadi 2 kategori yaitu sikap positif, jika nilai responden ≥
dari mean (≥21.24) dan sikap negatif jika nilai responden < dari mean (<21.24).
Gambaran sikap responden dapat dilihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8 Distribusi Responden menurut Sikap Mengenai Kesehatan Reproduksi


Pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Sikap Jumlah Persentase
Positif 64 59.3
Negatif 44 40.7
Total 108 100

Dari Tabel diatas dapat diketahui proporsi responden yang bersikap


positif 59.3% dan proporsi responden yang bersikap negatif hanya 40.7%. Maka
dapat ditarik kesimpulan sikap responden yang terbanyak adalah responden yang
bersikap positif.

5.2.3. Faktor Lingkungan


5.2.3.1. Komunikasi dengan Orang Tua
Untuk melihat adanya responden berkomunikasi dengan orang tua dapat
dilihat dari beberapa pertanyaan mengenai kesehatan reproduksi. Komunikasi
orang tua merupakan penggabungan jawaban tentang komunikasi responden
dengan bapak atau ibu mengenai perubahan dari anaka-anak menjadi remaja,
mimpi basah dan haid pertama, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual serta
Napza.(Tabel 5.9)

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


60

Tabel 5.9 Gambaran Komunikasi responden Dengan Orang Tua Mengenai


Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM
Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Jenis Komunikasi dengan orang tua Jumlah Persentase
Perubahan Tubuh dari anak-anak ke remaja.
Ya 70 64.8
Tidak 38 35,2
Mimpi Basah dan Haid pertama
Ya 37 34,3
Tidak 71 65,7
Penyakit menular seksual (PMS)
Ya 65 60,2
Tidak 43 39,8
Napza
Ya 67 62,0
tidak 41 38,0

Dari tabel diatas dapat diketahui responden yang berkomunikasi dengan


orang tua paling banyak mengenai perubahan tubuh dari anak-anak ke remaja
yaitu (64,8%) responden dan yang berkomunikasi paling sedikit dengan orang tua
mengenai mimpi basah pada anak laki-laki dan haid pertama pada perempuan,
yaitu (34,3%) responden. Untuk keperluan analisis, maka komunikasi dengan
orang tua dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ada, jika salah satu atau lebih
berkomunikasi mengenai kesehatan reproduksi dengan orangtua dan tidak ada jika
tidak ada satupun topik kesehatan reproduksi yang didiskusikan dengan orang tua.
Dapat dilihat pada Tabel 5.10 dibawah ini.

Tabel. 5.10 Distribusi Responden menurut Komunikasi Dengan Orang Tua


Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Paket B Setara SMP
PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan orang tua Jumlah Persentase
Ada 85 78.7
Tidak 23 21.3
Total 108 100

Dari tabel diatas dapat diketahui responden yang berkomunikasi dengan


orang tua mengenai kesehatan reproduksi 78.7% responden dan yang tidak
berkomunikasi dengan orang tua hanya 21,3%. Sehingga dapat disimpulkan
responden paling banyak berkomunikasi dengan orang tua mengenai kesehatan
reproduksi dan yang tidak berkomunikasi hanya 21,3%.

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


61

5.2.3.2. Komunikasi dengan guru


Responden berkomunikasi dengan guru mengenai kesehatan reproduksi
dituangkan dalam beberapa pertanyaan mengenai puberitas pada remaja, PMS dan
napza. Gambaran responden yang berkomunikasi dengan guru dapat dilihat pada
Tabel 5.11 dibawah ini:

Tabel 5.11 Gambaran Komunikasi Responden dengan guru mengenai kesehatan


reproduksi pada siswa Paket B setara SMP PKBM BIM Kota Depok
Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan guru Jumlah Persentase
Perubahan Tubuh dari anak-anak ke remaja.
Ya 62 57,4
Tidak 46 42,6
Mimpi Basah dan Haid pertama
Ya 44 40,7
tidak 64 59,3
Penyakit menular seksual (PMS)
Ya 48 44,4
Tidak 60 55,6
Napza
Ya 50 46,3
Tidak 58 53,7

Dari tabel diatas dapat diketahui responden berkomunikasi dengan guru


mengenai perubahan tubuh dari anak-anak ke remaja yaitu 57,4% dan hanya
40,7% yang berkomunikasi dengan guru mengenai mimpi basah dan haid pertama
seorang wanita. Untuk keperluan analisis, komunikasi dengan guru dikategorikan
menjadi dua, yaitu ada jika salah satu atau lebih topik kesehatan reproduksi yang
didiskusikan dengan guru dan tidak ada jika tidak ada satupun topik kesehatan
reproduksi yang didiskusikan dengan guru (Tabel 5.12).

Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Komunikasi Responden Dengan Guru


Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Paket B Setara SMP
PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan guru Jumlah Persentase
Ada 27 25,0
Tidak 81 75,0
Total 108 100

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa hanya (25,0%) responden yang ada
berkomunikasi denagan guru sedangkan (75,0%) responden tidak berkomunikasi

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


62

dengan gurunya. Dapat disimpulkan kalau responden paling banyak


berkomunikasi dengan guru dari pada yang tidak berkomunikasi.

5.2.3.3. Komunikasi dengan teman


Komunikasi yang dilakukan responden dengan teman dari pertanyaan-
pertanyaan mengenai pubertas pada remaja, PMS dan Napza. Berikut komunikasi
responden dengan teman (Tabel 5.13)

Tabel 5.13.Gambaran Komunikasi Responden Dengan Teman Pada Siswa Paket


B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan teman Jumlah Persentase
Perubahan Tubuh dari anak-anak ke remaja.
Ya 73 67,6
Tidak 35 32,4
Mimpi Basah dan Haid pertama
Ya 72 66,7
Tidak 36 33,3
Penyakit menular seksual (PMS)
Ya 65 60,2
Tidak 43 39,8
Napza
Ya 66 61,1
Tidak 42 39,8

Dari tabel 5.13 dapat diketahui (67,6%) responden berdiskusi mengenai


perubahan tubuh anak-anak ke ramaja dengan teman, responden yang berdiskusi
tentang penyakit menular seksual (PMS) (60,2%) dan yang berdiskusi masalah
Napza sebanyak (61,1%) responden. Untuk keperluan analisis maka komunikasi
dikategorikan menjadi 2 yaitu ada jika salah satu atau lebih topk kesehatan
reproduksi yang didiskusikan responden dengan teman dan tidak jika tidak ada
satupun topic yang didiskusikan responden dengan teman. (Tabel 5.14)

Tabel 5.14 Distribusi responden menurut komunikasi dengan teman pada siswa
Paket B setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Komunikasi dengan teman Jumlah Persentase
Ada 67 62,0
Tidak 41 38,0
Total 108 100

Dari tabel diatas dapat diketahui responden paling banyak berkomunkasi


dengan teman mengenai kesehatan reproduksi yaitu (62,0%) dan hanya (38,0%)
yang tidak diskusi dengan teman.

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


63

5.2.3.4. Akses media massa


Akses terhadap media informasi merupakan jawaban dari 16 pertanyaan
mengenai akses informasi yang didapat melaui media cetak, radio dan Televisi
mengenai sistimm reproduksi manusia, HIV/AIDS, Penyakit menular seksual dan
Napza. Gambaran jenis informasi yang pernah diakses pada 6 bulan terakhir dari
berbagai media (Tabel 5.15).

Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Jenis Informasi Yang Diakses Siswa Paket B
Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jaw Barat Tahun 2011
Media Cetak Radio Televisi
Jenis Informasi yang diakses
f % F % F %
Sistim Reproduksi manusia 51 47,2 34 31,5 58 53,7
HIV/AIDS 51 47,2 60 55,6 66 61,1
PMS 42 38,9 40 37,0 42 38,9
Napza 55 50,9 55 50,9 69 63,9

Dari tabel diatas terlihat bahwa informasi mengenai Napza adalah paling
banyak diakses oleh responden dari Televisi yaitu (63,9), HIV/AIDS diakses
respoden dari Televisi, yaitu (61,1). Sedangkan informasi mengenai sistim
reproduksi manusia adalah yang paling sedikit, hanya (31,5%) yang diakses
responden dari radio. Berikut tabel akses Responden terhadap media massa:

Tabel 5.16 Gambaran Akses Responden Terhadap Media Informasi pada


Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Akses terhadap media informasi Jumlah Persentase
Media cetak
Ada 78 27,8
Tidak 30 72,2
Radio
Ada 77 71,3
Tidak 31 28,7
Televise
Ada 87 80,6
Tidak 21 19,4

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang mendapatkan


informasi dari televisi sebanyak (80,6%) responden, dari radio sebanyak (71,3%)
responden, dan dari mediacetak sebanyak (27%) responden. Dari ketiga jenis

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


64

media, terlihat bahwa persentase akses informasi tentang kesehatan reproduksi


yang terbesar adalah melalui televisi.
Responden yang akses tehadap media cetak, radio dan televisi terdapat masing-
masing 4 pertanyaan apakah responden pernah mengakses 4 jenis informasi
(sistim reproduksi manusia, HIV/AIDS, PMS dan Napza. Setiap jawaban yang
pernah mengakses diberi skor 1 dan jawaban yang tidak pernah mengakses diberi
skor=0. Untuk kepentingan analisis , skor tehadap media informasi dijumlahkan
dan dicari nilai tengahnya. Dari hasil analisis didapatkan data berdistribusi
normal, maka nilai tengah yang digunakan untuk mengkategorikan adalah mean
(5,84). Selanjtnya akses terhadap media informasi dikategorikan menjadi 2
kategori, responden yang mempunyai nilai skor ≥ mean berarti mempunyai akses
informasi yang baik terhadap kesehatan reproduksi dan responden dengan skor <
5,84, berarti mempunyai akses informasi yang kurang.(Tabel 5.17)

Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Akses Terhadap Media Informasi Pada
Siswa Paket B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat
Tahun 2011
Akses mesdia informasi Jumlah Persentase
Baik 57 52,8
Kurang 51 47,2
Jumlah 108 100

Hasil analisis didapatkan pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa akses


informasi responden terhadap media cetak maupun media elektronik dalam 6
bulan terakhir, (52,8%) responden memiliki akses terhadap media informasi yang
baik dan (47,2%) responden memiliki akses informasi yang baik. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa remaja pada umumnya sudah lebih banyak mengakses
informasi melalui berbagai media mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
informasi kesehatan reproduksi.

5.3. Hasil Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen, variabel independen dalam
penelitian ini adalah faktor personal (umur, jenis kelamin, sikap dan
pengetahuan), dan faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua, guru dan
teman dan akses informasi terhadap media). Uji Statistik yang digunakan pada

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


65

analisis bivariat adalah ini adalah uji chi square karena kedua jenis variabel yang
akan dihubungkan berjenis kategorik-kategorik penelitian ini ingin mengetahuim
hubungan antara kedua variabel. Keputusan hasil uji statistik adalah adanya
hubungan yang bermakna atau tidak bermakna antara variabel independen dengan
variaveldependen, dan dilakukan dengan cara membandingkan p value (nilai p)
dengan nilai α (alpha) 5% atau α=0,05. Analisis hubungan bivariat dikatakan
bermakna jika nilai p≤0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika nilai p>0,05.

5.1.3. Hubungan Faktor Personal dengan Perilaku Remaja Terhadap


Kesehatan Reproduksi.
Tabel 5.17 menunjukan hasil bivariat antara faktor-faktor personal seperti
umur, jenis kelamin, sikap dan pengetahuan dengan perilau remaja berisiko. Dari
4 varibel personal, setelah diuji statistik terbukti bahwa 2 variabel berhubungan
bermakna dengan perilaku remaja berisiko( Tabel 5.18)

Tabel 5.18 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Personal Dengan
Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi pada remaja Paket
B Setara SMP PKBM BIM Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Variabel Perilaku remaja Jumlah Nilai p OR
Independen Pernah Tidak Pernah n % (95%CI)
Umur
15-19 tahun 15 (40,5%) 22 (59,5%) 37 100 0,055* 0,418
10-14 tahun 44 (62,0) 27 (38,0%) 71 100 0,186-0,973
Jenis Kelamin
Laki-laki 39 (79,6%) 10 (20,4%) 49 100 0,001* 7,605
Perempuan 20 (33,9%) 39 (66,1%) 59 100 3,157-18,323
Sikap
Negatif 26 (59.1%) 18 (40,9%) 44 100 0,565* 1,357
Positif 33 (51,6%) 31 (48,4%) 64 100 0,625-2,947
Pengetahuan
Kurang 24 (43,6%) 31 (56,4%) 55 100 0,032* 0,398
Baik 35 (66,0%) 18 (34,0%) 53 100 0,183-0,868

5.1.4. Hubungan Umur dengan perilaku remaja


Pada tabel 5.18 diperoleh proporsi responden yang berumur 15-19 tahun
(62,0%) responden pernah berperilaku berisiko dibandingkan dengan (40,5%)
responden yang berumur 10-14 tahun. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,055,
dengan demikian secara statistik pada derajat kepercayaan 95% tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara umur remaja dengan perilaku remaja berisiko

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


66

terhadap kesehatan reproduksi. Dari hasil analisis pula didapatkan OR=0,418


artinya responden yang berumur 10-14 tahun mempunyai peluang 0,418 kali
lebih sedikit perilaku berisiko dibandingkan dengan responden yang berumur 15-
19 tahun.

5.1.5. Hubungan Jenis Kelamin dengan perilaku remaja


Berdasarkan tabel 5.18, proporsi responden laki-laki yang pernah
berperilaku berisiko (79,6%) dibandingkan dengan proporsi responden perempuan
yang pernah berperilaku berisiko (33,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0.000, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi. Dari hasil analisis
juga diperoleh nilai OR=7,605, artinya remaja yang berjenis kelamin laki-laki
mempunyai peluang hampir 8 kali berperilaku berisiko dibandingkan dengan
remaja yang berjenis kelamin perempuan.

5.3.4. Hubungan Sikap dengan Perilaku Remaja


Berdasarkan Tabel 5.18 dapat diketahui proporsi responden yang bersikap
negatif (58,7%) pernah berperilaku berisiko dibandingkan dengan proporsi
responden yang bersikap positif (51,6%). pernah berperilaku berisiko Hasil uji
statistic diperoleh nilai p=0,592 dan OR=1,3 (95%CI;0,6-2,8). Dengan demikian
secara statistik pada derajat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.

5.3.5. Hubungan pengetahuan dengan perilaku remaja


Pada tabel 5.18 diperoleh proporsi responden yang mempunyai
pengetahuan kurang (43,6%) pernah berperilaku berisiko, dibandingkan dengan
proporsi responden yang mempunyai pengetahuan baik (66,0%) pernah
berperilaku berisiko. Hasil uji stastistik diperoleh nilai p=0.032 dan OR=0,398
(95%CI:0,2-0,8) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antar
pengetahuan responden dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi
dan ternyata responden yang berpengetahuan kurang lebih sedikit yang melakukan
perilaku berisiko dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik.

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


67

5.3.6. Hubungan faktor lingkungan dengan perilaku remaja terhadap


kesehatan reproduksi.
Tabel 5.19 menunjukan hasil bivariat antara faktor-faktor lingkungan
seperti komunkasi dengan orang tua, komunikasi dengan guru, komunikasi
dengan teman dan dengan perilau remaja berisiko. Dari 4 varibel personal, setelah
diuji statistik terbukti bahwa 2 variabel berhubungan bermakna dengan perilaku
remaja berisiko, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.19 Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Faktor Lingkungan Dengan
Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi.
Variabel Perilaku remaja Jumlah Nilai p OR
Independen Pernah Tidak Pernah N % (95%CI)
Komunikasi orangtua
Tidak 14 (60,9%) 9 (39,1%) 23 100 0,659* 1.383
Ya 45 (52,9) 40 (47,1%) 85 100 0,540-3,538
Komunikasi guru
Tidak 47 (58,0%) 34 (42,0%) 81 100 0,315* 1,728
Ya 12 (44,4%) 15 (55,6%) 27 100 0,718-4,158
Komunikasi teman
Ya 41(61,2%) 26 (38,8%) 67 100 0,121* 2,015
Tidak 18 (43,9%) 23 (56,1%) 41 100 0,916-4,434
Akses terhadap media
Ya 37(64,9%) 29 (56,9%) 51 100 0,038* 2,439
Tidak 22 (43,1%) 20 (35,1%) 57 100 1,122-5,301

5.3.7. Hubungan Komunikasi Orang Tua Dengan Perilaku Remaja


Pada tabel 5.19 didapatkan proporsi responden yang tidak berkomunikasi
dengan orang tua (60,9%) pernah berperilaku berisiko dibandingkan dengan
proporsi responden yang berkomunikasi dengan orang tua (52,9%) pernah
berperilaku berisiko. Hasil uji stastistik diperoleh nilai p=0.659. Dengan demikian
secara statistik pada derajat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara komunikasi dengan orang tua dengan perilaku remaja berisiko
terhadap kesehatan reproduksi.

5.3.8. Hubungan Komunikasi Guru Dengan Perilaku Remaja


Hasil analisis hubungan antara komunikasi dengan guru terhadap perilaku
remaja diperoleh proporsi responden yang tidak berkomunikasi dengan guru
(58,0%) pernah berperilaku berisiko, dibandingkan dengan proporsi responden
yang berkomunikasi dengan guru (44,4%) pernah berperilaku berisiko. Hasil uji
statistic diperoleh nilai p=0,315, dengan demikian secara statistik pada derajat

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


68

kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan
perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.

5.3.9. Hubungan Komunikasi Dari Teman Dengan Perilaku Remaja


Berdasarkan tabel 5.19 diatas, terlihat bahwa proporsi responden yang
berdiskusi dengan teman (50%) pernah berperilaku berisiko dibandingkan dengan
proporsi responden yang tidak berkomunikasi dengan teman (55,2%) pernah
berperilaku berisiko. Hasil uji stastistik diperoleh nilai p=0.973 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antar komunikasi dengan
teman dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.

5.3.10. Hubungan akses Terhadap Media Informasi dengan Perilaku Remaja


Hasil analisis hubungan akses terhadap media informasi dengan perilaku
remaja didapatkan proporsi responden yang terpapar media cetak dan elektronik
(43,1%) pernah berperilaku berisiko, dibandingkan dengan proporsi responden
yang tidak terpapar media informasi termasuk media cetak dan elektonik (64,9%)
pernah berperilaku berisiko. Hasil uji stastistik diperoleh nilai p=0.038 dan
OR=0,410 (95%CI:0,1-0,8) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna antar akses terhadap media informasi dengan perilaku remaja terhadap
kesehatan reproduksi dan responden yang tidak akses terhadap media massa
mempunyai peluang 0,410 kali lebih sedikit untuk berperilaku berisiko
dibandingkan dengan remaja yang ada akses terhadap media massa.

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain cross
sectional, dimana desain ini mempunyai kelemahan yaitu: tidak dapat
membuktikan hubungan sebab akibat karena variabel bebas dan variabel terikat
dikumpulkan dan diukur pada waktu yang bersamaan. Hubungan yang
digambarkan merupakan hubungan keterkaitan dan bukan hubungan sebab akibat.
Bias dalam penelitian ini mungkin terjadi karena adanya faktor ketidakjujuran,
namun peneliti berusaha mengatasinya dengan membina hubungan yang baik
dengan responden sebelum peneliti mengambil data primer agar responden tidak
merasa canggung dan mau menjawab pertanyaan dengan jujur.

6.2. Pembahasan hasil penelitian


6.2.1. Perilaku remaja
Perilaku merupakan hasil berbagai macam pengalaman serta interaksi
manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan , sikap dam
tindakan Sarwono, 2004). Dalam penelitian ini perilaku remaja terhadap
kesehatan reproduksi berisiko jika remaja melakukan tindakan yang dapat
membahayakan dirinnya dalam hal ini: aktivitas pacaran remaja sudah berciuman,
bercumbuan, melakukan hubungan kelamin, merokok, minum alkohol,
penyalahgunaan napza
Hubungan antara perilaku merokok, penyalahgunaan narkoba, minum
alcohol dengan kesehatan reproduksi adalah bahwa merokok merupakan jembatan
utama seseorang terjerumus untuk mengkonsumsi napza. Secara langsung
pecandu napza khususnya yang menggunakan jarum suntik, dapat menjadi sasaran
penularan virus HIV dan secara tidak langsung pecandu napza erat kaitannya
dengan pergaulan seks bebas. Kebiasaan menggunakan narkoba dan alkohol
dapat menurun pada sifat anak-anak yang dilahirkan , yaitu menjadi peminum
atau pecandu atau mengalami gangguan fisik dan mental (BKKBN, 2001).

72 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


73

Menurut Kinsey (1965) dalam Widaningsih, K (2007) perilaku seksual


meliputi empat tahap : bersentuhan (touching), berciuman (kissing), bercumbuan
(petting) dan berhubungan kelamin (sexual intercouse).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, pada masa ini terjadi banyak perubahan, salah satunya perubahan psikis,
perubahan psikis yang terjadi pada remaja ialah munculnya dorongan seksual,
perasaan cinta dan tertarik kepada lawan jenisnya (Pangkahila, W, 1998)
Teori diatas sesuai dengan hasil dari penelitian ini dimana didapatkan
proporsi terbanyak adalah responden yang memiliki pacar, yaitu: 89 (82,4%)
responden, dan hanya 19 (17,6%) yang tidak mempunyai pacar dan tidak
melakukan aktivitas seksual apapun, dan perilaku berisiko lainnya.
Menurut Wimpi, P ( 1998), masa pacaran tidak lagi dianggap sebagai masa
untuk saling mengenal atau memupuk saling pengertian, melainkan telah diartikan
terlalu jauh sehingga seakan-akan “belajar melakukan aktivitas seksual dengan
lawan jenis. Hal ini terbukti dalam penelitian ini, responden dalam berpacaran
sudah melakukan berciuman bibir, 11 (10,2%) responden pernah melakukan
meraba bagian tubuh yang sensitive, dan 4 (3,7%) sudah melakukan hubungan
seksual. kebiasaan remaja dalam berpacaran sudah melakukan berciuman dan
meraba bagian tubuh yang sensitif akan semakin besar kemungkinan remaja akan
melakukan hubungan seksual.
Walaupun responden yang sudah melakukan hubungan seksual dalam
penelitian ini hanya 3,7%, namun sudah menggambarkan perilaku pacaran remaja
yang melewati batas kewajaran, berisiko terhadap kesehatan reproduksi . Hal ini
didukung oleh penelitan Lestary (2007) analsis data sekunder Survey kesehatan
reproduksi remaja Indonesia pada 22 propinsi di Indonesia dimana 3,4% remaja
pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Menurut Smet (1994) perilaku berisiko pada remaja mengacu pada segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan adaptasi sosial dari
remaja, beberapa perilaku yang berisiko saling berkaitan dan terjadi secara
terpisah misalnya merokok, penyalahgunaan narkoba, minum alkohol, dan
melakukan hubungan seksual pranikah. Perilaku berisiko pada remaja tersebut
terbukti pada penelitian ini dimana 45 (41,7%) remaja pernah merokok, 29

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


74

(26,9%) responden pernah minum alkohol, 10 (9,3%) responden pernah


mengkonsumsi napza. Dan dari analisis univariat dalam penelitian ini lebih dari
separo responden pernah berperilaku berisiko, yaitu 59 (54,6%). Hal ini bisa
dikaitkan dengan letak sekolah yang berada si lingkaran terminal Depok, dimana
banyak perilaku negatif yang dapat yang menjadi tontonan remaja setiap
hari.seperti perilaku merokok, minum alkohol ataupun penyalahgunaan napza.
Hasil ini didukung oleh penelitian Lestary (2007) dimana 52,7% remaja
pernah merokok, 24,7% remaja pernah minum alkohol, 3,4% remaja pernah
melakukan penyalaahgunaan narkoba, dan 4,1% remaja pernah melakukan
hubungan seksual. penelitian yang dilakukan oleh Khotib (2004) juga
menyatakan hal yang sama, dimana 10,3% berperilaku seksual berat, 39,3%
berperilaku seksual sedang, 39,3% berperilaku seksual sedang, 39,3 % berperilaku
seksual ringan.

6.1.2. Umur
Umur responden dalam penelitian ini termuda adalah 13 tahun dan tertua
adalah 19 tahun. Umur dikategorikan menjadi remaja awal 10-14 tahun dan
remaja madya 15-19 tahun. Umur responden terbanyak terdapat pada usia 15-19
tahun yaitu (65.0%) dan responden yang berperilaku berisiko terhadap kesehatan
reproduksi juga pada kelompok madya ini yaitu (62,0%). Hasil Chi Square
diperoleh p value =0,055, berarti ada hubungan yang bermakna antara umur
responden dengan perilaku remaja berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Pada usia 15-19 tahun responden sudah mempunyai banyak pengalaman
dibandingkan dengan usia 10-14 tahun, sudah ada yang bekerja dan lebih agresif
dibandingkan dengan responden yang berumur 10-14 tahun. Menurut Hurlock
(1980) pada akhir masa remaja, sebagian remaja baik laki-laki maupun perempuan
sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan
mereka, minat utama mereka tertuju pada masalah hubungans seks
Hal ini ini sesuai dengan penelitian Mohammad,et all (2006), Lestary
(2007), yang menyatakan bahwa remaja yang remaja yang berusia lebih tua
terlibat dalam aktivitas seksual dan memiliki pengalaman seksual. Namun tidak
sejalan dengan penelitian Wahyuni (2004) dimana umur tidak berhubungan
dengan perilaku seksual remaja.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


75

6.1.3. Jenis kelamin


Hasil uji statistik antara jenis kelamin dengan perilaku remaja berisiko
terdapat hubungan yang bermakna dengan p=0,000, dan jenis kelamin laki-laki
7,6 kali mempunyai peluang melakukan perilaku berisiko dibandingkan dengan
responden perempuan. Laki-laki lebih mudah untuk berperilaku berisiko karena
laki-laki merasa tidak akan meninggalkan beban bagi dirinya jika dibandingkan
dengan perempuan. Selain itu, laki-laki sering nongkrong di sekitar sekolah baik
itu diterminal maupun di mall, sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan
waktunya disekolah daripada diluar sekolah. Ini bisa diperhatikan saat jam
pelajaran kosong.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian dilakukan Lestary, H (2007),
pada analisis data sekunder dan survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia
tahun 2007) dimana ada hubungan yang bermakna antara responden yang laki-
laki dengan perilaku berisiko. Dan penelitian ini membantah penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni, L (2004) pada siswa kelas 2 di SMU 36 Jakarta Timur
dan penelitian Rondini & Krugu (2009) pada siswa Sekolah Menengah di
Bolgatanga Ghana, dimana didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin responden dengan perilaku seksual remaja.

6.1.4. Pengetahuan.
Menurut BKKBN (2001) remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi
agar memiliki informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi serta faktor
yang ada disekitarnya. Dengan pengetahuan yang baik akan mendapatkan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi.
Hasil analisis didapatkan lebih dari (75,0%) responden mengetahui
perubahan fisik pada remaja laki-laki, (78,7%) responden mengetahui tentang
penyakit HIV/AIDS, (8,3%) responden yang mengetahui penyakit menular
seksual selain HIV/AIDS, dan (18,5%) responden mengetahui gejala infeksi
kelamin pada wanita. Pengetahuan remaja mengenai tumbuh kembang remaja
cukup baik (75%) sedangkan pengetahuan tentang penyakit menular seksual
masih rendah. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


76

mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi (49,1%)


responden dan (50,9%) responden berpengetahuan kurang. Responden yang
memiliki pengetahuan kurang lebih banyak dari remaja yang memiliki
pengetahuan yang baik.

Hal ini dikaitkan dengan pengalaman responden ketika mengalami


purbertas dimana terjadi perubahan fisik pada diri mereka dan lawan jenis mereka.
Sedangkan untuk pengetahuan IMS, pemahaman responden kurang karena
responden tidak mengetahui IMS secara rinci. Peran orang tua bisa juga
menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja, kurangnya kemampuan orang tua
dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja.
Berdasarkan latar belakang sosial ekonomi keluarga, keluarga kurang mempunyai
waktu yang banyak untuk berdiskusi dengan remaja. Selain orang tua, guru juga
berperan meningkatkan pengetahuan remaja. Di PKBM BIM Depok, guru tidak
pernah memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa, karena
terbatasnya jumlah tenaga guru. Informasi yang diterima siswa mengenai
kesehatan reproduksi hanya dari guru biologi yaitu mengenai sistim reproduksi
dan pubertas pada remaja. Disamping itu bisa juga karena remaja yang sering
absen sehingga tidak bisa memahami penjelasan yang diberikan guru (hasil
wawancara dengan Tata Usaha PKBM BIM sebagian responden sudah bekerja).
Siswa di PKBM BIM juga belum ada mendapatkan penyuluhan mengenai
kesehatan reproduksi dari Puskesmas Pancoran Mas ataupun dari dinas Kesehatan
Kota Depok.

Hasil penelitian ini mendukung Survey Kesehatan Reproduksi remaja


Indonesia dan Survey RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Program
KB Nasional (2007) pada remaja di Bengkulu, penelitian Widianingsih (2008)
pada siswa SMAN di Kabupaten Tangerang, dan Novita (2004) pada anak jalanan
di Rumah Singgah Kota Depok yang memperlihatkan bahwa pengetahuan remaja
mengenai penyakit menular seksual dan kesehatan reproduksi masih rendah.
Remaja dengan pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi akan
berperilaku berisisko karena tidak mengetahui akibat dari tindakan yang telah
mereka lakukan.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


77

Uji statsitik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara


pengetahuan responden dengan perilaku remaja terhadap kesehatan
reprpduksi.(p=0.038). Semakin banyak informasi yang didapatkan remaja,
semakin baik pengetahuan yang dimilikinya, namun pengetahuan remaja
mengenai kesehatan reproduksi dan napza pada responden tidak membuat
responden menjaga pergaulanya karena remaja merasa mampu mengatasi sendiri
jika menemui masalah akibat dari perilakunya. Remaja juga menjadikan salah
satu perilaku berisiko tersebut sebagai lambang pergaulan.
Dan penelitian ini membantah penelitian Famiati, S (2005) pada siswa
kelas 1 SMU/SMK Gema Nusantara Pasuruan Subang, Widianingsih (2008),
Astuti (2009) pada siswa SMA Negeri Banda Aceh, yang menyatakan terdapat
hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja berisiko terhadap kesehatan
reproduksi.

6.1.5. Sikap terhadap kesehatan reproduksi


Diketahui dari 108 orang responden pada sisiwa Paket B Setara SMP
PKBM BIM Depok, hampir sebagian responden yang bersikap negatif dan
sebagian besar responden bersikap positif. Hasil analisis bivariat menunjukan
responden yang pernah berperilaku berisiko (58,7%) responden bersikap negatif,
dan (51,6%) responden yang bersikap positif. Hasil uji statistik didapat p value =
0,592, berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden
dengan perilaku remaja berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Penelitian ini mendukung penelitian Khotib, M (2006) pada pelajar SMK
Muhammadiyah Parung, Rahmawaty (2004) pada Pelajar SMK Hidayat Thalibin
Jakarta, yang menyatakan prosporsi sikap responden terhadap seksualitas dan
kesehatan reproduksi bersikap negatif dan tidak ada hubungan yang bermakna
antara sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.
Remaja bersikap positif karena memiliki pengetahuan yang baik, namun
hampir sebagian besar responden pernah berperilaku berisiko, karena kurangnya
dukungan keluarga dimana keluarga tidak mempunyai banyak waktu untuk remaja
dan dari analisis univariat terlihat bahwa mayoritas responden berkomunikasi

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


78

dengan teman, ajakan teman juga bisa menjadikan responden untuk berperilaku
berisiko.
Berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh Mohammad, et all (2006)
pada remaja di Iran, Widianingsih (2008) pada siswa SMAN Kabupaten
Tangerang, Khotib (2006) pada pelajar SMK Muhammdiyah Parung, yang
menunjukan sikap responden terhadap kesehatan reproduksi bersikap positif dan
terdapat hubungan yang bermakan antara sikap responden dengan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.

6.1.6. Komunikasi dengan orang tua.


Orang tua sebagai orang yang mempunyai hubungan terdekat baik secara
langsung maupun tidak langsung, akan menjadi sumber informasi bagi masalah
kesehatan reproduksi anak remajanya (Purwanto, 2000). Hal yang sama dikatakan
oleh Effendy (2000) bahwa peran orang tua dalam mendidik anak sangat
menentukan pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian anak. Dan
saluran komunikasi yang baik antar orang tua dan anak akan menciptakan saling
memahami terhadap masalah-masalah umum, khususnya mengenai problematika
remaja sehinggga akan berpengaruh terhadap sikap maupun perilaku yang akan
diberi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mereka.
Hasil analisis univariat penelitian ini sesuai dengan teori diatas, dimana
hasil ini menunjukkan mayoritas responden berkomunikasi dengan orang tua
mengenai kesehatan reproduksi. Sedangkan hasil analisis bivariat ditemukan
sebagian besasr responden yang tidak berkomunikasi dengan orang tua pernah
berperilaku berisiko, sedangkan sebagian respoden yang berkomunikasi dengan
orang tua pernah melakukan perilaku berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Hasil Uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,659, berarti dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara komunikasi orang tua
dengan perilaku remaja berisiko terhadap kesehatan reproduksi.
Keadaan ini dikaitkan dengan keberadaan orang tua dirumah yang tidak
ada kesempatan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik tentang
kesehatan reproduksi kepada remaja. Kemampuan tentang kualitas informasi yang
diberikan Jika komunikasi dengan orang tua tidak ada maka akan menimbulkan
ketidakpuasan dan akhirnya remaja berusaha mendapatkan informasi tentang

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


79

kesehatan reproduksi tersebut melalui orang lain diluar keluarga. Dan jika
informasi yang didapat belum tentu benar akan membuat remaja berperilaku yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksi. Orang tua juga membatasi informasi yang
diberikan kaarena mengingat informasi yang berkaitan dengan reproduksi
merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti (2008), yang
menyatakan lebih dari sebagian responden yang peran orang tua rendah memiliki
kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah dan sebagian responden
dengan peran orang tua tinggi memiliki kecendrungan melakukan hubungan
seksual pranikah. Dan penelitian Indarsita (2002) yang menyatakan sebagian kecil
responden yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua berperilaku
kesehatan yang berisiko dibandingkan dengan proporsi remaja yang pernah
berkomunikasi dengan orang tua hanya (19%) responden. Begitu juga dengan
penelitian Mohammad,et all (2006) yang menyatakan komunikasi dengan orang
tua tentang hal-hal yang penting atau tentang masalah seksual tidak berhubungan
dengan peningkatan perilaku responden.

6.1.7. Komunikasi dengan guru


Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peranan penting dalam pendidikan, terutama di lingkungan pendidikan formal.
Guru dan siswa merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Di sekolah guru berperan sebagai orang tua bagi siswa, guru tidak
segan-segan mau memberikan pengetahuannya sesuai kebutuhan siswa.
Pendidikan yang berkaitan dengan reproduksi pada manusia adalah pendidikan
kesusilaan yang diberikan kepad siswa melalui mata ajaran agama, pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, serta pendidikan budi pekerti (Suryabrata, 1984)
Hasil penelitian ini didapatkan dari 108 orang responden, (81%) responden
tidak berkomunikasi dengan guru dan hanya (27%) responden yang
berkomunikasi dengan guru. Dari analisis bivariat diperoleh proporsi responden
yang pernah berperilaku berisiko (58%) tidak berkomunikasi dengan guru dan
proporsi responden yang pernah berperilaku berisiko (44,4%) ada berkomunikasi
dengan guru. Hasil Uji Chi-Square diperoleh p value nya=0,973, OR(95%CI)
1,728(0,718-4,158) berarti dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


80

secara statistik antara komunikasi dengan guru terhadap perilaku remaja berisiko
terhadap kesehatan reproduksi.
Hal ini bisa terjadi karena PKBM BIM Depok tidak memiliki tenaga
pengajar (guru) yang memberikan pendidikan kesehatan termasuk kesehatan
reproduksi bagi siswa disekolah sehingga siswa kurang mendapatkan informasi
dari guru mengenai kesehatan reproduksi khususnya penyakit menular seksual
(sesuai dengan hasil univariat dimana kurangnya pengetahuan siswa tentang IMS)
Keadaan ini bisa menjadi pertimbangan bagi sekolah untuk mengadakan pelatihan
bagi guru mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Hasil penelitan ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Suryabrata
bahwa guru adalah orang tua juga bagi muridnya disekolah, yang tidak segan-
segan memberikan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan muridnya, khususnya
kesehatan reproduksi sehingga remaja tidak melakukan perilaku yang berisiko
yang akan membahayakan dirinya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khotib (2006) pada pelajar SMK
Muhammaddiyah Parung, dimana sebagian responden terpapar media informasi
seksualitas dari guru. Dan dari hasil uji statistic tidak ada hubungan yang
bermakna antara keterpaparan responden terhadap media informasi seksualitas
dari guru dengan perilaku seksual remaja. Penelitian ini bertentangan dengan
Hasil Suvey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia dan Survey RPJM Program
KB Nasional Tahun 2007 pada remaja di Provinsi Bengkulu, yang menunjukan
bahwa guru merupakan penyampai informasi dan kelompok tertinggi dalam
membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja

6.1.8. Komunikasi dengan teman sebaya


Berdasarkan hasil penelitian dari 108 orang responden, proporsi responden
yang berkomunikasi dengan teman sebaya (62%), dan (38,0%) responden yang
berkomunikasi dengan teman sebaya. Remaja merasa nyaman bicara dengan
teman sebaya, karena remaja tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai
kesehatan reproduksi dari keluarga atau remaja yang mengalami masalah
keretakan rumah tangga. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Mappiare
(1982) dimana remaja bersifat sangat terbuka dengan kelompok sebayanya,
mereka dapat melakukan diskusi tentang roman, falsafah hidup, rekreasi,

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


81

perhiasan, pakaian, dll sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya menjadi suatu
jalinan ikatan yang sangat kuat. Pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman-
teman dalam kelompoknya.
Hasil analisis bivariat didapatkan proporsi responden yang pernah
berperilaku berisiko (61,2%) berkomunikasi dengan teman sebaya dan proporsi
responden yang pernah berperilaku berisiko (43,9%) tidak berkomunikasi dengan
teman sebaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value = 0,121, berarti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara komunikasi
bersama teman dengan perilaku berisiko remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Pada penelitian ini terlihat bahwa perilaku berisiko lebih banyak terdapat pada
remaja yang berkomunikasi dengan teman sebaya dibandingkan dengan yang
tidak berkomuniksai dengan teman sebaya. Banyak hal yang didiskusikan remaja
dengan teman sebaya seperti informasi bersifat positif dan negatif. Namun
kenyataannya responden yang berkomunikasi dengan teman sebaya yang
berperilaku berisiko, keadaan ini disebabkan karena remaja berdiskusi dengan
teman sebaya hal-hal yang bersifat negatif dan.saat remaja tidak mendapatkan
informasi yang cukup dari keluarga ataupun guru, remaja akan mencari informasi
dari teman sebayanya. Informasi yang didapat tidak disaring terlebih dahulu tapi
langsung diterima remaja sehingga remaja tidak menolak ajakan temannya untuk
melakukan perilaku yang berisiko. Begitu juga dengan lingkungan disekitar
sekolah dan informasi yang didapat dari media massa, seperti iklan rokok,
narkoba dan tayangan pornografi, remaja mencoba-coba hal yang mereka lihat
tanpa mempertimnbangkan akibatnya.
Hal ini menggambarkan bahwa teman membawa dampak yang kurang
baik terhadap perilaku remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Supratiningsih
(2003) bahwa remaja yang aktif mendapatkan informasi dari teman sebaya
ternyata mempunyai kecendrungan untuk berperilaku seksual relatif berisiko dari
remaja yang tidak aktif, aktivitas dalam kelompok remaja mempunyai hubungan
yang bermakna dengan perilaku remaja. Hal ini bisa jadi pertimbangan bagi
sekolah untuk mengadakan pelatihanpelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi
kelompok sebaya untuk bisa memberikan informasi yang tepat kepada teman-

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


82

temannya dan membantu teman-temanya yang menghadapi masalah khususnya


yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Astuti (2009) yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara informasi dari
teman sebaya dengan kecendrungan melakukan hubungan seksual pranikah.

6.1.9. Akses terhadap media massa


Hasil penelitian didapatkan, dari 108 orang responden, (80,6%) responden
akses informasi dari televisi, (71,3%) responden akses dari radio dan hanya
(27,8%) responden dari media cetak. Sedangkan (52,8%) responden memiliki
akses terhadap media massa yang baik dan (47,2%) tidak memiliki akses terhadap
media. Hasil analisis bivariat didapatkan proporsi responden yang memilik akses
terhadap media massa (64,9%) pernah berperilaku berisiko terhadap kesehatan
reproduksi sedangkan proporsi responden yang tidak memiliki akses terhadap
media massa (43,1%) pernah berperilaku berisiko. Hasil uji chi-square diperoleh
p value=0,038, OR=2,439 berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara akses terhadap media massa dengan perilaku berisiko remaja
terhadap kesehatan reproduksi dan ternyata responden yang akses dengan media
massa berpeluang 2,439 kali melakukan perilaku berisiko dibandingkan dengan
responden yang tidak akses terhadap media informasi.
Hasi penelitian ini terlihat bahwa responden yang pernah berperilaku
berisiko lebih banyak pada responden yang memiliki akses terhadap media masa
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki akses terhadap media massa.
Informasi yang didapatkan responden dalam hal ini adalah informasi yang bersiat
edukatif seperti informasi mengenai sistim reproduksi manusia, penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS dan Napza. Semakin banyak remaja yang akses
dengan media massa semakin banyak informasi yang didapatkan remaja mengenai
kesehatan reproduksi. Namun informasi yang didapatkan remaja dari media massa
tidak hanya informasi yang bersifat mendidik, informasi yang bersifat negatif juga
didapatkan remaja dari media massa sehingga mendorong remaja untuk
berperilaku berisiko. Seperti gencarnya iklan atau reklame dari rokok, banyaknya
pecandu napza, ataupun tayanganyang berbau pornografi di TV ataupun internet
yang sangat mudah diakses remaja.hal ini membuat remaja ingin untuk mencoba-

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


83

coba apa yang ditontonnya/dilihatnya. Ini sesuai dengan hasil univariat dimana
pengetahuan responden kurang mengenai kesehatan reproduksi sehingga remaja
tidak memilah informasi mana yang harus atau tidak ditiru. Bagi orang tua dan
guru sebaiknya dapat menjaring informasi yang didapat remaja dari media massa
baik media cetak maupun media elektronik.
Penelitian ini bertentangan dengan yang diungkapkan Soetjiningsih (2004)
dimana media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual. baik elektronik maupun cetak saat ini
banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat
manusia termasuk juga remaja. Dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Sumartini (2010) dimana sumber informasi didapatkan responden adalah dari
medeia elektronik (58,6%) dan penelitian Rahmawaty (2004) yang menyatakan
responden yang terpapar informasi dari media sebanyak 96,5% dan terdapat
hubungan yang bermakna secara statisitik antara akses terhadap media massa
dengan perilaku berisiko terhadap kesehatan reproduksi.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1 Lebih dari sebagian responden pernah berperilaku berisiko terhadap
kesehatan reproduksi dan kurang dari sebagian responden tidak pernah
berperilaku berisiko.
2 Gambaran dari faktor personal responden yaitu: sebagian besar responden
berumur 15-19 tahun, lebih dari sebagian responden berjenis kelamin
perempuan, lebih dari sebagian responden berpengetahuan kurang, dan lebih
dari sebagian responden bersikap positif dan gambaran dari faktor
lingkungan responden yaitu: sebagian besar responden berkomunikasi
dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi, hanya sebagian kecil
responden berkomunikasi dengan guru, sebagian besar responden
berkomunikasi dengan teman sebaya dan lebih dari sebagian responden
memiliki akses terhadap media informasi.
3 Dari faktor personal (umur, jenis kelamin, sikap dan pengetahuan), yang
berhubungan dengan perilaku remaja berisiko adalah jenis kelamin dan
pengetahuan, dan dari faktor lingkungan (komunikasi dengan orang tua,
komunikasi dengan guru, komunikasi dengan teman sebaya dan akses
terhadap media informasi), yang berhubungan dengan perilaku remaja
berisiko adalah akses terhadap media informasi.

7.2. Saran
7.2.1. Institusi Pendidikan
1 Bagi Dinas Pendidikan.
Sebagai penanggung jawab PKBM BIM Kota Depok:

Mengambil kebijakan agar sekolah-sekolah memberikan pendidikan
kesehatan bagi remaja baik dalam muatan lokal maupun
diintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada.

Menambah tenaga guru sehingga materi KRR dapat diberikan.

84 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


85

2 Bagi PKBM BIM Depok


 Menyediakan tenaga guru Bimbingan Konseling (BK) agar remaja
bisa melakukan konseling dan mendapatkan informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi.

7.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok



Melibatkan guru dari PKBM BIM di dalam pelatihan PKPR bagi
guru.

Membentuk kader kesehatan remaja melalui pelatihan Peer Konselor
Remaja.

Memberikan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
seperti HIV/AIDS, rokok, napza, dll.

Menyediakan media informasi seperti media cetak berupa: leaflet,
poster dan lembar balik.

7.2.3. Bagi Puskesmas Pancoran Mas



Melakukan penyuluhan kesehatan bagi siswa PKBM BIM khususnya
paket B Setara SMP.

Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi remaja melalui penjaringan
kesehatan.

Sebagai rujukan bagi masalah/gangguan yang berkaitan dengan KRR.

7.2.4. Bagi orang tua


 Sebaiknya orang tua berperan sebagai fasilitator dalam rangka
menjaring informasi dari berbagai media baik media cetak maupun
media elektronik.
 Menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi khususnya
Penyakit Menular Seksual agar dapat memberikan informasi yang
benar kepada remaja dan remaja tidak mencari informasi diluar
rumah.

85 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


86

7.2.5. Bagi peneliti Selanjutnya


 Perlunya membina hubungan yang baik dengan responden sebelum
peneliti menyebarkan kuesioner/angket agar responden tidak merasa
canggung, merasa nyaman dan mau jujur dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan.
 Perlunya diadakan kajian lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi
terhadap orang tua/guru dan petugas kesehatan karena merupakan
sumber informasi yang paling menentukan.

85 Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


DAFTAR PUSTAKA

Almawaliy, H. (20 Agustus 2010, P.2). Opini Edisi 30 : Kesehatan Reproduksi bagi
Remaja http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content& view=
article &id=551:opini-edisi-30-kesehatan-reproduksi- bagi remaja & catid =
33 :opini-suara-rahima&Itemid=305[online][20 April 2011]

Anonim. (2009). Remaja Indonesia masih sangat membutuhkan informasi kesehatan


reproduksi. http://scbsradio.co.cc/2009/02/remaja-indonesia-masih-sangat-
membutuhkan-informasi-kesehatan-reproduksi/[online][18 Maret 2011]

Anonim. (2010). Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan.


http://www.k4health.org/toolkist/indonesia/kebijakan-dan-peraturan-
perundang-undangan-3[online][20 April 2011]

Anonim. (2010). 51 Persen Remaja Jabodetabek Lakukan Seks Pranikah.


http://bataviase.co.id/node/47513129Nov2010 [online][18 Maret 2011]

Astuti, J. (2009). Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap


Kecendrungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa SMA
Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara

BKKBN. (2004). Kesehatan reproduksi. Jakarta

_______.(2001). Tanya jawab Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Yayasan


Mitra INTI.

Depkes, RI. (2007). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja


(PKPR). Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.

__________.(2008). Pedoman Perencanaan Pembentukan dan Pengembangan


Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta: Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat.

__________.(2009). Buku Pegangan Fasilitator dan Teknik Penyampaian materi inti


Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Dirjen Bina KesGa.

Departemen Sosial. (13 September 2004). Fenomena Anak Jalanan.


http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/d/c369.shtml. [online][11 maret 2011]

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Dinas Kesehatan Kota Depok. (2009). Laporan tahunan Klinik Kesehatan
Reproduksi Remaja Kota Depok Tahun 2009 dan Tahun 2010.Depok: Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi

Dwiyanto, Agus, et. All, 1992. Determinan pengetahuan, sikap dan praktek
kesehatan reproduksi remaja di manado. Kerjasama Kantor Mentri Negara
Kependudukan/BKKBN dan PKK UGM, Yogyakarta

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.


Jakarta: penerbit Buku Kedokteran : ECG.

Fauziah, Rina. (2008). Analisis Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan


Reproduksi pada Remaja kelas 3 SMP Negeri 3 Jakarta Selatan Tahon 2008.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Gilbert & Lumoindong. (1996). Pelacuran di Balik Seragam Sekolah: Tinjauan Etis
Teologis Terhadap Praktek hubungan Seks Pranikah. Yogyakarta: Yayasan
Andi.

Hadipranoto, Sri, dkk. (1997). Kesehatan reproduksi : Suatu pendekatan baru, Modul
II: Seri Kesehatan Reproduksi dan Petani Perempuan Cetakan I. PT.Danar
Wijaya-Brawijaya University press bekerjasama dengan Yayasan
Pengembangan Pedesaan (YPP) dan Ford Foundation

Hastono, Priyo Hastono. (2007) Basic Data Analysis for Health Reseach Training:
Analisis data Kesehatan, Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia

Hidayana. (1997). Perilaku seksual remaja di kota dan di desa, kasus Sumatera
Utara. Laboratorium Antropologi. Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Hurlock, Elizabeth. (1999) Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Iswarti. (2002). Buku Sumber untuk Advokasi Keluarga Berencana: Kesehatan


Reproduksi, Jender, dan Pembangunan Kependudukan,.UNFPA.

Kadarwati. (2004). Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada
Siswa SMA Negeri 6 Jakarta Tahun 2008. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Kamus Bahasa Indonesia. http://kamusbahasaindonesia.org/sehat.[diakses tanggal 14


Maret 2011]

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Kesehatan reproduksi remaja : Program seri Lokakarya Kesehatan Perempuan.
(1998). Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan The Ford
Foundation.

Khotib, Margaret. (2006). Perilaku seksual remaja serta faktor-faktor yang


mempengaruhinya pada pelajar SMK Muhammaddiyah Parung Tahun 2006.
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kollman, N. (1998). Kesehatan Reproduksi remaja. Jakarta: Lembaga Konsumen


Indonesia

Lames, Stanley dan S.K. Lwanga. Sample size determination in health studies a
pratical manual. WHO

Lestary, H. (2007). Determinan Perilaku Berisiko Pada Remaja Di Indonesia


(Analisis Sekunder Data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
Tahun 2007). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mohamad, K. (2004). Kontradiksi dan Kesehatan Reproduksi: Seri Kesehatan


Reproduksi, Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Jakarta bekerjasama dengan PT Citra Putra bangsa dan The Ford Foundation.

Mohammad, M.R, et.all. (2006). Reproductive Knowledge, Attitudes and Behavior


Among Adolescent Males in Tehran, Iran. International Family Planning
Perspectives. Volume 32, Number 1, March 2006

Namakula, Justine. (2009). What can we learn from them?An exsploratory study
about adolescents’ perceptions of sex education strategies in Uganda.
Norway: Faculty of Psychology University of Bergen.

Notoatmodjo, Soekidjo, dk. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu


Perilaku. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:


PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


PT.Rineka Cipta.

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Novita, Astrid. (2004). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Anak Jalanan
Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Di Rumah Singgah Kota Depok
Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Profil PKBM Bina Insan Mandiri Depok Tahun 2009.

Purwanto, Ngalim. (2000). Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa


Indonesia: Edisi kedua, Cetakan Kesembilan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Balai pustaka.

Ridwan, M. (2000) Perilaku Siswa Sekolah Perawat Kesehatan Lamping Utara


Ditinjau Dari Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tahun 2000. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Rondini,S, & Krugu,J.K. (2009). Knowledge, Attitude and Practices Study on


Reproductive Health Among Secondary School Students in Bolgatanga, Upper
East Region, Ghana. African Journal of Reproductive Health,13[4]:51-66.

Saptarini, Yessi. (2006) Hubungan Antara Karaktersitik Demografi Dan Sumber


Informasi Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Mahasiswa Di Asrama Mahasiswa Universitas Indonesia Tahun 2006.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sarwono, Sarlito W.(1981). Seksualitas dan fertilisasi Remaja,. Jakarta: CV.Rajawali


bekerjasama dengan PKBI.

__________.(2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Smet, B. (1994). Psikologi Remaja. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Soekanto. (1984). Teori Sosiologi tentang pribadi dalam masyarakat. Jakarta: Ghalia.

Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta.


Sagung Seto

Sulaeman, Dadang. (1995). Psikologi Remaja, Dimensi-dimensi Perkembangan.


Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Supriatiningsih. (2003) Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Sumber


Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Perilaku Seksual

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Siswa Kelas Ii Di Smun 1 Kota Metro Tahun 2003. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Survei Kesehatan reproduksi Remaja Indonesia. (2007). Gambaran Kesehatan


Reproduksi Remaja Propinsi Bengkulu Tahun 2007(Hasil Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2007 dan Survei RPJM Tahun
2007)[online][11 April 2011]

Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. (2008). Kerjasama BPS


dengan BKKBN dan Depkes. Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. (1994). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UGM.

Tegegn, Ayalew. (2004). Reproductive Health Knowledge and attitude among


adolescents: A community based study in Jimma Town, Southwest Ethiopia.
Jimma: Departement of Epidemiology and Biostatistics Jimma University.

Wawan,A & Dewi,M (20100. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Wilson & Coo. (2009). Ibu, ayah, anak laki-laki, dan perempuan: Perbedaan Gender
Dalam Faktor Yang Terkait Dengan Komunikasi Orang Tua-Anak Tentang
Topik Seksual.http://www.reproductive-health-journal.com/content/7/1/31 .
[online]. [17Maret2011]
Wimpie, Pangkahila. (1999). Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual: Intisari.
Jakarta:PT.Gramedia.

Wirawan, Sarlito,dkk. (1981). Seksualitas dan Fertilitas Remaja. Jakarta : Gramedia

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011
Lampiran 3: Lembar Permintaan Dan Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERMINTAAN DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Adik –adik yang terhormat,


Perkenalkan, nama saya Meinil Santina, Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian
mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja Terhadap
Kesehatan Reproduksi pada Siswa Paket B setara SMP Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011
Kami mengharapkan partisipasi adik-adik sekalian untuk mengisi angket ini.
Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai faktor personal dan faktor lingkungan
yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Keuntungan langsung bagi ibu bila berpartisipasi mungkin tidak ada, namun
hasil dari penelitian ini akan bermanfaat untuk mendapatkan gambaran nyata “Faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi pada
Siswa Paket B Setara SMP PKBM Bina Insan mandiri Kota Depok Jawa Barat Tahun
2011” untuk nantinya dapat dijadikan data yang mendasari dalam peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Partisipasi adik-adik dalam
penelitian ini sangat penting dan sangat diharapkan, namun bersifat sukarela.Semua
informasi dan identitas akan kami jaga kerahasiaannya.
Terimakasih atas kerjasamanya.

Depok, Mei 2011


Peneliti

Meinil Santina

Saya menyatakan, bahwa saya telah membaca pernyataan diatas dan saya bersedia
untuk mengisi angketnya

……………………………….tanggal…………………………………

Tanda tangan

…………………………………………………..

Nama/Inisial KUESIONER PENELITIAN


ANALISIS PERILAKU REMAJA TERHADAP KESEHATAN

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


REMAJA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA
PAKET B SETARA SMP PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
(PKBM) BINA INSAN MANDIRI KOTA DEPOK JAWA BARAT
TAHUN 2011
Petunjuk
1. Isilah kuesioner dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Anda tidak perlu mencantumkan nama, cukup Inisial dan kelas saja..
3. Jawaban anda yang jujur sangat penting untuk pembangunan program
kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMP.
4. Apapun jawaban anda tidak akan mempengaruhi penilaian sebagai siswa.
5. Apapun jawaban anda untuk perbaikan program, tidak untuk kepentingan
lain..
6. Pilihlah tanda silang pada pilihan yang tersedia.
7. Isilah titik-titik sesuai dengan jawaban anda.

Tanggal : No Responden :

Pertanyaan:

A. Karateristik Responden
1 Nama Responden : …………………………………
2 Tanggal Lahir :…………………………………
3 Umur :……… Tahun
4 Jenis Kelamin :………………………………………..

B. Perilaku Remaja

Berilah tanda silang pada jawaban yang anda anggap benar

5 Apakah saudara pernah punya pacar?


a. Ya
b. Tidak

6 Dalam berpacaran, apa yang saudara lakukan selama berpacaran?


6A. Berpegangan tangan atau jemari.
a. Ya
b. Tidak
6B. Berciuman Bibir
a. Ya
b. Tidak

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

6C. Meraba/diraba atau merangsang/dirangasang bagian tubuh yang


sensitif seperti payudara, alat kelamin, paha, dll
a. Ya
b. Tidak

7 Apakah saudara pernah melakukan hubungan seksual?


a. Ya
b. Tidak

8 Jika belum pernah melakukan hubungan seksual, apakah saudara


mempunyai keinginan untuk melakukannya?
a. Ya
b. Tidak

9 Apakah saudara pernah minum minuman beralkohol?


a. Ya
b. Tidak

10 Apakah saudara pernah merokok?


a. Ya
b. Tidak

11 Apakah saudara pernah mengkonsumsi obat-obatan seperti ganja,


putau,shabu-shabu
a. Ya
b. Tidak

C. Pengetahuan

Berilah tanda silang pada jawaban yang anda anggap benar:


12 Perubahan tubuh (fisik) pada remaja laki-laki saat memasuki masa puberitas
/ akil balik adalah : (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Badan mulai berotot…………….……
b. Suara menjadi besar………………….
c. Tumbuh Rambut di wajah, ketiak, dada, kaki atau lengan..
d. Gairah seks meningkat... …………….
e. Mimpi basah……………....................
f. Tulang Jakun menonjol…...................
g. Putting susu mengeras……………….
h. Lainya……………………..(Tuliskan
i. Tidak Tahu

13 Perubahan tubuh (fisik) pada remaja wanita saat mengalami masa


puberitas/akil balik adalah : (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tumbuh Rambut di sekitar alat kelamin atau ketiak…………………..
b. Payudara membesar………………….
c. Pinggul membesar……………………
d. Gairah seks meningkat... …………….

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

e. Mulai Haid…………………………...
f. Lainya……………………..(Tuliskan)
g. Tidak tahu…………………………….

14 Apakah wanita dapat hamil jika hanya satu kali melakukan hubungan
seksual?
a. Ya
b. Tidak

15 Apakah berciuman antara laki-laki dan perempuan dan meraba daerah


sensitif (sekitar alat kelamin) dapat menyebabkan terjadinya kehamilan?
a. Ya
b. Tidak

16 Apakah saudara mengetahui jika sesorang yang mengkonsumsi obat-obatan


untuk bersenang-senang/ngeflai, ngeboat, berfantasi seperti: ganja, putau,
shabu-shabu?
a. Ya
b. Tidak

17 Apakah saudara pernah mendengar tentang suatu penyakit yang disebut


AIDS?
a. Ya
b. Tidak

18 Apakah sesesorang yang berhubungan seks dengan hanya satu pasangannya


yang setia bisa mengurangi kemungkinan tertular virus HIV/AIDS?
a. Ya
b. Tidak

19 Apakah seseorang yang memakai kondom setiap melakukan hubungan seks


mengurangi kemungkinannya tertular HIV/AIDS?
a. Ya
b. Tidak

20 Apakah virus penyebab HIV/AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu (ibu
hamil dan menyusui) ke bayi atau anaknya?
a. Ya
b. Tidak

21 Apakah saudara pernah mendengar infeksi lain (Infeksi kelamin) yang


ditularkan melalui hubungan seksual selain HIV/AIDS?
a. Ya
b. Tidak

22 Infeksi apa yang saudara ketahui? ( Jawaban Boleh lebih dari satu)
a. Siphilis/Raja Singa
b. Gonorrhoe/Kencing Nanah

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

c. Kondiloma Akuiminata
d. Chanroid
e. Clamydia/Klamidia
f. Kandidiasis
g. Herpes Genital
h. Lainnya………………………(Tuliskan)

23 Apakah saudara mengetahui gejala-gejala dari infeksi kelamin pada laki-


laki? (Jawaban Boleh lebih dari satu)
a. Nyeri perut 1.Ya 2.Tidak
b. Nanah keluar dari alat kelamin ( kencing nanah) 1.Ya 2.Tidak
c. Cairan bau keluar dari alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
d. Rasa nyeri/panas pada saluran kencing. 1.Ya 2.Tidak
e. Kemerahan/radang pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
f. Bengkak pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
g. Luka/bisul pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
h. Kutil pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
i. Gatal pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
j. Kencing darah 1.Ya 2.Tidak
k. Berat badan turun 1.Ya 2.Tidak
l. Impoten 1.Ya 2.Tidak
m. Lainnya………………………….(Tuliskan) 1.Ya 2.Tidak
n. Tidak bergejala/tampak 1.Ya 2.Tidak
o. Tidak tahu 1.Ya 2.Tidak

24 Apakah saudara mengetahui gejala-gejala dari infeksi kelamin pada wanita?


(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Nyeri perut 1.Ya 2.Tidak
b. Keputihan 1.Ya 2.Tidak
c. Keputihan yang berbau 1.Ya 2.Tidak
d. Rasa nyeri/panas pada saluran kencing. 1.Ya 2.Tidak
e. Kemerahan/radang pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
f. Bengkak pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
g. Luka/bisul pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
h. Kutil pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
i. Gatal pada alat kelamin 1.Ya 2.Tidak
j. Kencing darah 1.Ya 2.Tidak
k. Berat badan turun 1.Ya 2.Tidak
l. Sulit Hamil 1.Ya 2.Tidak
m. Lainnya………………………….(Tuliskan) 1.Ya 2.Tidak
n. Tidak bergejala/tampak 1.Ya 2.Tidak
o. Tidak tahu 1.Ya 2.Tidak

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

D. SIKAP

Berilah tanda cheklist (√ ) pada jawaban yang anda benar pada kolom yang sudah
disediakan.

Tidak Tidak
No Pernyataan Setuju
setuju tahu
25 Pernyataan tentang penggunaan kondom:
a. Menurut saudara apakah kondom dapat digunakan
untuk mencegah hehamilan?
b. Menurut saudara apakah kondom dapat mencegah
penularan HIV/AIDS dan infeksi menular
lainnya?
c. Menurut saudara apakah kondom dapat dipakai
berulang-ulang?

26 Apakah saudar setuju, jika:


a. Seorang laki-laki mempunyai banyak pasangan
pada waktu bersamaan?
b. Seorang wanita mempunyai banyak pacar pada
waktu bersamaan?

27 Apakah saudara setuju jika seorang laki-laki


melakukan hubungan seks sebelum menikah?

28 Apakah saudara setuju jika seorang wanita melakukan


hubungan seks sebelum menikah?

29 Apakah saudara setuju jika seorang wanita melakukan


hubungan seksual sebelum menikah jika:
a. Kedua belah pihak sama-sama senang melakukan
hubungan.
b. Keduanya saling mencintai
c. Keduanya merencanakan untuk menikah.
d. Wanita sudah dewasa dan sadar terhadap akibat-
akibat yang timbul.
e. Ingin menunjukan rasa cinta

30 Apakah saudara setuju dengan pendapat bahwa


mempertahankan keperawanan sebelum menikah
penting bagi wanita?

31 Apakah saudara setuju jika mengkonsumsi obat-obatan


seperti ganja,putau,shabu-shabu,dll akan
mendatangkan kesenangan tanpa ada akibatnya bagi
Penggunanya?

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

E. KOMUNIKASI DENAGN ORANG TUA, GURU DAN TEMAN

Silangilah pada jawaban yang saudara anggap benar, jawaban boleh dari satu

NO Pertanyaan
32. Dari mana (SEBUTAN) mendapat informasi mengenai
perubahan pada tubuh dari anak-anak ke remaja?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
e. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak
33 Siapakah yang bicara tentang mimpi basah dan haid
pertama dengan saudara?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
e. Tidak ada………………………….. 1.Ya 2.Tidak
34 Dengan siapakah saudara membicarakan atau
menanyakan hal-hal tentang kesehatan reproduksi,
penyakit infeksi kelamin,HIV/AIDS, kehamilan?
a. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
b. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
c. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
d. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
f. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak
35 Dengan siapakah saudara membicarakan atau
menanyakan hal-hal tentang Narkoba?
e. Teman……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
f. Ibu……………………………………. 1.Ya 2.Tidak
g. Bapak……………………………….. 1.Ya 2.Tidak
h. Guru…………………………………. 1.Ya 2.Tidak
g. Tidak ada…………………………….. 1.Ya 2.Tidak

F. AKSES TERHADAP MEDIA INFORMASI

36 Dalam 6 bulan terakhir, apakah saudara pernah


membaca artikel / majalah / surat kabar tentang:
a. Sistim Reproduksi Manusia 1.Ya 2.Tidak
b. Tentang HIV/AIDS? 1.Ya 2.Tidak
c. Tentang Penyakit Menular seksual (IMS) atau 1.Ya 2.Tidak
penyakit infeksi kelamin
d. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya 1.Ya 2.Tidak
(Naprkoba)

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011


Lampiran 4: Kuesioner

37 Dalam 6 bulan terakhir, apakah saudara pernah


mendengar radio tentang:
a. Sistim Reproduksi Manusia 1.Ya 2.Tidak
b. Tentang HIV/AIDS? 1.Ya 2.Tidak
c. Tentang Penyakit Menular seksual (IMS) atau 1.Ya 2.Tidak
penyakit infeksi kelamin
d. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya 1.Ya 2.Tidak
(Naprkoba)
Dalam 6 bulan terakhir, apakah saudara pernah
menonton televisi tentang:
e. Sistim Reproduksi Manusia 1.Ya 2.Tidak
f. Tentang HIV/AIDS? 1.Ya 2.Tidak
g. Tentang Penyakit Menular seksual (IMS) atau 1.Ya 2.Tidak
penyakit infeksi kelamin
h. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya 1.Ya 2.Tidak
(Naprkoba)

Faktor-faktor yang Berhubungan..., Meinil Santina, FKM UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai