Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur dibawah 28 hari. Selama
28 hari pertama kehidupan, bayi memiliki risiko tinggi mengalami kematian. Hampir 3
juta bayi meninggal setiap tahun di bulan pertama hidup. Dalam bulan pertama, 50% dari
semua kematian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan, dan75% terjadi pada minggu
pertama. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal
sebelum 28 hari kehidupan, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian neonatal dini
kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupan dan kematian neonatal
kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupan.Penyebab utama kematian
bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan
pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma.
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 -4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
(Kukuh Rahardjo, 2014 : 5). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah
kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan
dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009 : 28).Adapun permasalahan yang terjadi
pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang,
BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010 : 6).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu dengan bayi
yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan
anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaandan konfirmasi
kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai
minggu berikut-berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan
satu sama lain (Marmi, 2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Bayi Baru Lahir

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi dari bayi baru lahir .
2. Untuk mengetahui perubahan fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada bayi baru lahir .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) normaladalah bayi dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gram. Neonatus merupakan masa bayi baru lahir
sampai usia 28 hari. Periode neonatal adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode
neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan (Mary Hamilton,
1995 : 217).

B. Perubahan Fisiologi
a. Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk
mempertahankan hidupnya secara mandiri dengan cara :
a) Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri
b) Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah
yang cukup.
c) Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :

b. Perubahan Fisiologis BBL


1. Sistem respirasi Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus
terjadi melalui paru.
 Perkembangan paru Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
faring yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
 b. Awal adanya nafas.
2. Faktor – faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan otak.
3. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkrsinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
4. Penimbunan karbondioksida Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya oksigen akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya peningkatan
karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernafasan
janin.
5. Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernafasan. c. Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru dan mengembalikan jaringan alveolus paru – paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveolus kolaps setiap saat akhir pernafasan yang menyebabkan sulit
bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu. Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru – paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan
dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru- paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru - paru dikeluarkan dari paru = paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Selama 1 jam pertama kehidupannya, system
limfe melanjutkan pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan akibat
perbedaan tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler. Penurunan
tahanan vaskuler memungkinkan aliran cairan paru tersebut. Pernafasan abnormal dan
kegagalan pengembangan paru yang maksimal memperlambat perpindahan cairan
paru dan interstisiil ke sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi
untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm saat
lahir, sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak menggunakan kontraksi
diafragma ari pada costae. 2. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi mengalami
perubahan pada saat bayi dilahirkan.
Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk mendapatkan sistem
sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya foramen ovale pada atrium dan ductus arteriosus
antara paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh sistem vaskular. Oksigen menyebabkan sistem vaskular mengubah
tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah. Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam
sistem pembuluh darah, yaitu:
 Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan. Kedua kejadian ini membantu darah dengan sedikit kandungan oksigen
mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenisasi ulang.
 Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan
dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami murmur yang akan
hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi ± 78/42 mmHg. Menangis
menyebabkan peningkatan tekanan sistolik. Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi
2x lipat pada akhir tahun pertama.

Perubahan yang terjadi pada sistem peredaran darah (sistem sirkulasi) antara lain:

STRUKTUR SEBE;LUM LAHIR SETELAH LAHIR


Vena umbilikus Membawa darah dari hati ke Menutup, menjadi
jantung ligamentum teres hepatis
Arteri umbilikus Membawa darah arteriosus ke Menutup, menjadi
plasenta ligamentum vesikel pada
dinding abdominal anterior
Duktus venosus Pirau darah a. ke v. kava Menutup menjadi
inferior ligamentum venosum
Duktus arteriosus P[irau darah a. dan sebagian v. Menutup, menjadi ligament
dari a. pulmonarus ke aorta antriosum
Folemen ovale Menghubungkan atrium kanan Biasanya menutup
dan kiri
paru Tidak ada udara, sedikit darah, Berisi udara dengan suplay
berisi cairan darah yang baik
Arteri pulmonaris Membawa sedikit darah ke Membawa banyak darah ke
paru paru
Aorta Menerima darah dari kedua Menerima darah hanya dari
ventrikel ventrikel kiri
Vena kava inferior Membawa darah dari tubuh Membawa darah hanya dari
dan darah artei ke plasenta atrium kanan

6. Termoregulasi Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi


pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothermic
yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek.
Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang
membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan aktivitas
metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara kedua scapula
dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut
banyak mengandung pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi
dengan metabolisme dalam lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai
beberapa minggu setelah kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin
matur janin semakin banyak brown fat .
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :
 Konveksi Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya
 Radiasi Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan kontak langsung.
 Evaporasi Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan
panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
 Konduksi Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :

Cold stres

Meningkatkan frekuensi nafas karena kebutuhan oksigen meningkat akibat konsumsi oksigen
pada waktu dingin. Konsumsi oksigen dan energy yang sebelumnya dipakai untuk
mempertahankan fungsi otak, jantung dan pertumbuhan dipakai untuk mempertahankan
termoregulasi untuk mempertahankan hidup

Vasokontriksi perifer vasokontriksi pulomunal

Penurunan oksigen pada jaringan penurunan uptake oksigen

Glikolisis anaerob membuka right to left sunt RDS

Asidosis metabolic pH darah menurut asidosis respiratorik

Memisahkan bilirubin dari ikatan dengan albumin

Hiperbilirubinemia
7. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia
8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
8. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
 Tekanan terhadap ronggadada, yang terjadi karena kompresi
paru -paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru -paru secara mekanis. Interaksi antara
system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
 Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar
CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernapasan janin.
 Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
9. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untukmengeluarkan
cairan dalam paru-parudan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru
untuk pertama kali.Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru –paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
10. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secarasectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
11. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia.Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janinmenjadi sirkulasi luar rahim.
12. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal
ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang
cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam
pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko.
Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post
matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim
dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang
(digunakan sebelum lahir).Perubahan sistem gastrointestinalSebelum lahir,
janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masihbelum sempurna yang mengakibatkan
“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung
masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering
oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
13. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
 perlindungan oleh kulit membran mukosa
 fungsi saringan saluran napas
 pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
 perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh


sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi
pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. BBL
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kEkebalan
tubuh. Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan
sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan
deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal antara lain:
a. Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak dirawat
oleh ibunya sehingga dilingkungan pascanatal meempengaruhi perkembangannya.
b. .Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi penyesuaian
pascanatal.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua pengalaman yang
berpengaruh besar pada penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu
terpengaruh oleh obat-obatan dan mudah sullitnya bayi bernapas.
d. Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum waktunya di
sebut premature, sedangkan yang terlambat disebut postmatur. Abortus : bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 500 g, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu.
Angka harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%
e. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua memperlakukan bayinya
itu akan mendorong penyesuaian yang baik.
f. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh, kedua
rangsangan yang diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.

D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut
jantung, sirkulasidarah dan refleks –refleks primitive seperti menghisap dan mencari
putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi
akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa
bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 –30 menit sesudah
lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
a) Pemeriksaan tanda – tanda vital
 Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh
ibunya. Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan
tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang belum sempurna,
sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam
keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius -37,5 derajat celcius
pada pengukuran diaksila.
 Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi
tidak teratur karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu
yang tiba –tiba. Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 –140 kali
permenit.
 Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60
kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh aktivitas bayi
seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
b) Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 –40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar
rahim (uterus)
c) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium.Tinja bayi pada 24 jam
pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau
tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium
mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
d) Bayi menangis atau bernapas.Sebagian besar bayi bernapas spontan.
Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping
hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi
jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat
lahir.
e) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif.Pada saat lahir otot bayi lembut dan
lentur. Otot –otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi
ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan
untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis
belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan –gerakan
tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor
pada ekstremitas.
f) Warna kulit bayi normal.Perhatikan warna kulit bayi apakah warna
merahmuda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya
edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah –merahan. Kulit bayi
terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi
kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak
sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi menangis.
g) Berat badan bayi. Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam
waktu satu jam sesudah lahir.Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir
adalah:
 Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang dari
4000gr
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 –2500 g.
 Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram.

E. APGAR
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk
mmemberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada
menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu
tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada
masa mendatang,nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi
neurologis.Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan
penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha
napas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya
pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan
anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
1) Pastikan pencahayaan baik
2) Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat &
simultan.
3) Jumlahkan hasilnya
4) Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
5) Ulangi pada menit kelima
6) Ulangi pada menit kesepuluh
7) Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai.

Penilaian :
 Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
 Nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasiNilai 0 –3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

Behavioral State
 Quite sleep state
 Active sleep state
 Drowsy state
 Quiet Alert state
 Active alert state
 Crying state

F. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang buruk
atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikanukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.Pemeriksaanadanya trauma kelahiran misalnya : caput
suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
b. Telinga
Pemeriksaanjumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low
set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre –robin). Perhatikan
adanyakulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas
ginjal.
c. Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus
mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
Periksaadanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa
adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti
lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa
adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi
mengalami sindrom down.
d. Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir
dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit –langit harus tertutup. Refleks hisap
bayi harus bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada
bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan
hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas
karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal
ini kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping
hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.
e. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.
f. Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada
laki –laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone wanita
dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom,
seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut, sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
h. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat.
Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya
enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
i. Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer
kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada
lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris
normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon
ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-
laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum.
Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaanventral penis.
j. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau
komplet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis
normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi
dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna
vertebra.
l. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda –tanda lahir.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
m. RefleksRefleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap
tidak berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu
lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis, refleks –refleks tersebut akan hilang pada
tahun pertama. Tidak adanya refleks –refleks ini menandakan masalah neurologis
yang serius.

G. PEMERIKSAAN DARAH
 Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai
23.000 - 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
 Hemoglobin (Hb) : 15 - 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
 Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
 Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-
2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

H. Penatalaksanaan Medis
a. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima
setelah dilahirkan), Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila,
Penimbangan BB setiap hari Jadwal menyusui, Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
Suction dan oksigen,Vitamin K, Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5%
atau tetrasimin 1%, perak nitral atau neosporin). Vaksinasi hepatitis B
direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa dipakai untuk
menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah muskulus vastus lateralis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
1. Pengkajian
c. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat
tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat,
tidur sehari rata-rata 20 jam.
d. Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis). Pernapasan bayi normal
berkisar antara 30kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi
adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan
sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir.
Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.
e. Suhu Tubuh Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5-37. Pengukuran
suhu tubuh dapatdilakukan pada aksila atau pada rektal.
f. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan
terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
g. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau
tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
h. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
i. Refleks
- Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
- Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang
akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak
kaki dirangsang akan memberi reaksi.
- Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
- Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
- Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
j. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
k. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
l. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis
35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm
m. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada.
Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
- Intake dan output makanan seimbang.
- Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
- Timbang BB setiap hari.
- Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
- Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
- Lakukan pemberian makanan tambahan.
- Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan


lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
- Suhu tubuh normal 36-37
- Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan:
- Pertahankan suhu lingkungan.
- Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
- Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air
bayi tidak kedinginan.
- Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
pucat, kulit dingin).

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Bebas dari tanda-tanda infeksi.
- TTV normal:S: 36-37, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
- Tali pusat mongering
Rencana tindakan :
- Pertahankan teknik septic dan aseptic.
- Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
- Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi. Infeksi
kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
- Ukur TTV setiap 4 jam.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
-
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai
dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
- Membran mukosa normal.
- Ubun-ubun tidak cekung.
- Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
- Pertahankan intake sesuai jadwal
- Berikan minum sesuai jadwal
- Monitor intake dan output
- Berikan infuse sesuai program
- Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata
- Monitor temperatur setiap 2 jam.

e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.
Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Kriteria hasil:
- Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
- Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
- Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
perawatan dan pengobatan.
- Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
- Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
- Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
- Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi. Jelaskan
komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu –Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGCHapsari. 2009.


Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta: EGC

Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwon PrawirohardjoRukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan


Anak Balita. CV. Trans Info Media. Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai