DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. ELA LORENZA
2. KHAIRUNISA
3. ROHMATUL FITRI
4. SARI HARTINI
5. YUSTIKA CAHYATI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya, tugas ini dapat terselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya . Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah KMB 2 Sistem Imunitasdengan materi
“Reaksi Alergi”
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan
pengawet.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alergi ?
2. Bagaimanakah pembagian alergi ?
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala alergi ?
4. Factor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya alergi
5. Sebutkan macam-macam alergi ?
6. Bagaimanakah pencegahan alergi ?
7. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Alergi?
C. Tujuan
Tujuan pembahasan alergi ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan patofisiologi,etiologi,penanganan dan lain-lain,sehingga alergi
dapat dicegah secara dini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP TEORI
A. Pengertian Alergi
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera
atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat
yang tertentu (alergen)
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di
mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan
orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia
berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh
dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut allergen
B. Klasifikasi Alergi
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan
antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat
oleh antibodi seluler.
1. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)
Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk
antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator
(histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala
6
atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis -
urtikaria, edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis
vasomotorica
C. Etiologi
7
namun faktor lain misalnya (a) perbedaan keadaan fisik setiap bahan, (b)
kekerapan pajanan, (c) daya tahan tubuh seseorang, (d) adanya reaksi
silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi. (Retno
W.Soebaryo,2002)
D. Manifestasi Klinis
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli
alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target
organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang
disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat
menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)
8
urticaria, insect bite,keringat berlebihan.
9
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara
parau/serak, batuk pendek (berdehem),
Telinga: telinga terasa penuh/
bergemuruh/berdenging, telinga bagian
dalam gatal, nyeri telinga dengan
gendang telinga kemerahan atau normal,
gangguan pendengaran hilang timbul,
terdengar suara lebih keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing,
gangguan keseimbangan.
10
E. Patofisiologi
Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai
berikut: reaksi diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap
oleh Antigen Presenting Cell (APC),dipecah menjadi peptida-peptida
kecil, diikat molekul HLA (MHC II), bergerak ke permukaan sel dan
dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel Th-2 diaktifkan dan memproduksi
sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13 yang memacu switching
produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel mast dan basofil,
sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi
utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi)
melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh
maka akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan
tersebut menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi
perubahan pada membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi
degranulasi sel mast yang kemudian menimbulkan pelepasan histamin
serta mediator peradangan lainnya. Selain itu sel residen juga melepas
mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi.
Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan
pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler
meningkat dan terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke
jaringan yang pada akhirnya menimbulkan oedem dan hipovolemik.
Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi
yang menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran
histamin pada fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang
meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan mual muntah
dan diare. Reseptor histamin juga terdapat di ujung saraf sensori yang
dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal, sedangkan pada mata
menyebabkan mata gatal dan kemerahan.
Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah, keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan
11
gatal, kram abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan
sulit bernafas.
12
lagi kontak dengan antigen sebagai akibat disingkirkannya antigen-
antigen tersebut (yang biasanya dikandung dalam “kotoran” sehari-hari)
secara “mutlak”.
Pengobatan/penatalaksanaan
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan
keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya ; imunoterapi serta
edukasi pasien.
Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan
obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizin. Berbeda dengan
antihistamin klasik / generasi pertama (misalnya chlorpheniramine,
cyproheptadine, dexclorpheniramine, dll), antihistamin generasi kedua / terbaru
umumnya memiliki efek sedatif yang rendah (efek mengantuk rendah), efektif dan
sebagian bersifat anti - inflamasi ringan.
Saat ini salah satu obat anti histamin, yaitu cetirizin telah masuk ke dalam
kategori obat wajib apotek dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek
dalam jumlah tertentu dengan melalui resep dokter.
G. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
1. Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah.
Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah
ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu
sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi. Usahakan jangan
memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan
kandanghewan peliharaan di sekitar rumah anda.
2. Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari
tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan
terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air
hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'.
Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan
shampoo untuk bayi. Dilarang menggunakan catrambut.
13
3. Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti
nyamuk. Jika di rumah terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket
anti nyamuk.
4. Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
5. Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali
dengan air hangat akan efektif.
6. Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian
dari bahan katun.
7. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu
dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
8. Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat yang menimbulkan
reaksi alergi. Hindari bahan makanan, minuman, maupun obat-obatan
tersebut. Harus mematuhi aturan diet alergi.
9. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan
perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi.
Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk
menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan
ekstrakdebu rumah atau dengan melakukan imunisasiBaccillus
Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan)
berturut-turut, dan diulang setiap 6 bulan sekali.
H. Pemeriksaan Penunjang
14
peningkatan limfosit intraepithelial dan igM. igE (dengan
microscop imunofluoresens).
7. pemeriksaan atau test D xylos. progtosisi moidoscopy dan biopsy
usus.
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
16
DIAGNOSA Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi
3 . Intervensi
17
Respon Alergi NOC : Immune Hypersensitivity NIC : Medical Administration
Terhadap Latex Response 1. Periksa catatan medis dan riwayat
Setelah diberikan asuhan alergi pasien
keperawatan selama … X 24 jam,
2. Tentukan dan kaji kondisi kulit
diharapkan tidak terdapat respon pasien yang akan diberikan obat
alergi pada pasien dengan criteria topical
hasil : 3. Oleskan agen topical yang telah
1. Tidak ada perubahan pada kulit ( ditentukan
skala 5) 4. Monitor efek lokal, sistemik serta
2. Tidak ada perubahan pada mukosa efek samping dari pengobatan
( skala 5 ) 5. Pantau dan ajarkan pada pasien cara
3. Tidak ada reaksi alergi ( skala 5 ) penggunaan obat mandiri yang sesuai
4. Tidak ada rasa gatal ( skala 5 ) 6. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan
Resiko Respon NOC : Risk Kontrol NIC : Latex Precaution
Alergi Terhadap Setelah diberikan asuhan
1. Kaji pasien tentang riwayat reaksi
Latex keperawatan selama .. x 24 jam sistemik terhadap karet/ natural latex
diharapkan pasien dapat
2. Kaji pasien tentang riwayat alergi
mengontrol factor resiko terhadap makanan yang mengandung
alergi dengan kriteria hasil : getah seperti pisang, kiwi, avocado,
1. Pasien mampu menjelaskan dan mangga
cara/metode untuk mencegah alergi3. Catat resiko serta riwayat alergi
( skala 5 ) pasien pada catatan medis pasien
2. Pasien mampu menjelaskan factor4. Mengkaji lingkungan serta
resiko dari lingkungan/perilaku menjauhkan pasien dari produk-
personal ( skala 5 ) produk latex
3. Mampu memodifikasi gaya hidup5. Fasilitasi pasien dengan pengobatan
untuk mencegah alergi ( skala 5 ) yang sesuai
4. Mampu mengenali perubahan 6. Monitor pasien mengenai tanda-tanda
position kesehatan ( skala 5 ) serta gejala sistemik
7. Informasikan kepada pasien dan
keluarha tentang factor resiko yang
18
dapat menyebabkan alergi late
Bersihan Jalan NOC : Respiratory status : Airway NIC : Airway suction
Nafas Tidak Patency 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Efektif b/d Setelah diberikan asuhan suctioning
sekresi mukus, keperawatan selama ...X 24 jam , 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
penyempitan diharapkan bersihan jalan nafas sesudah suctioning.
jalan nafas dan pasien normal dengan kriteria hasil3. Informasikan pada klien dan keluarga
edema saluran : tentang suctioning
nafas 1. Frekuensi respirasi normal ( Skala4. Minta klien nafas dalam sebelum
5) suction dilakukan.
2. Irama respirasi normal ( skala 5 ) 5. Berikan O2 dengan menggunakan
3. Kemampuan menarik nafas dalam nasal untuk memfasilitasi suksion
normal ( skala 5 ) nasotrakeal
4. Kemampuan untuk mengeluarkan6. Gunakan alat yang steril sitiap
sekret/ sputum normal ( skala 5 ) melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor position oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.
NIC : Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau utter thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
19
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi pappa jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan position O2
20
(skala 4)
Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan NIC: Body Image Enhancement
Tubuh keperawatan selama...x 24 jam, 1. Tentukan harapan citra tubuh klien
b/d Perubahan diharapkan gangguan citra tubuh berdasarkan tingakat perkembangan
Penampilan Diri klien teratasi dengan kriteria hasil:2. Monitor frekuensi kalimat yang
NOC: Body Image mengkritik diri sendiri
· Puas dengan penampilan tubuh
3. Bantu klien untuk mengenali
(skala 4 dari 1 – 5) tindakan yang akan meningkatkan
· Mampu menyesuaikan dengan penampilannya
perubahan fungsi tubuh (skala 4.
4 Fasilitasi hubungan klien dengan
dari 1 – 5) individu yang mengalami perubahan
NOC: Self Esteem citra tubuh yang serupa
· Menerima keterbatasan diri
5. Identifikasi dukungan kelompok
(skala 4 dari 1 – 5) yang tersedia untuk klien
· Merasa dirinya berharga (skala NIC: Self Esteem Enhancement
4 dari 1 – 5) 1. Anjurkan klien untik menilai
kekuatan pribadinya
2. Anjurkan kontak mata dalam
berkomunikasi dengan orang lain
3. Bantu klien menerima
ketergantungan terhadap orang lain
dengan tepat
4. Anjurkan klien untuk mengevaluasi
kebiasaannya
5. Bantu klien menerima perubahan
baru tersebut
6. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas
yang akan meningkatkan harga diri
klien
7. Monitor tingkat harga diri klien dari
waktu ke waktu dengan tepat
8. Buat pernyataan positif tentang klien
21
Kerusakan NOC: Tissue Integrity: Skin and NIC : Skin Surveillance
Integritas Kulit Mucous Membranes 1. Observasi ekstremitas, warna, suhu
b/d lesi dan Setelah dilakukan intervensi selama kulit, bengkak, nadi, tekstur, edema
cedera mekanik ...x24 jam diharapkan kondisi dan ulkus
( luka akibat integritas kulit klien membaik 2. monitor area kulit yang mengalami
garukan ) dengan KH: kemerahan dan kerusakan
1. Temperatur kulit normal (skala 5)3. monitor adanya ruam dan abrasi kulit
2. Tidak ada lesi pada kulit (skala 5) NIC : Wound Care
3. Tidak nampak jaringan nekrosis
1. Lepaskan balutan dan plester perekat
(skala 5) secara berkala
2. Monitor karakteristik luka meliputi
pengeringan luka, warna, ukuran dan
bau
3. Bersihkan menggunakan NS/NaCl
atau larutan nontoksik
4. Ganti balutan
5. Dokumentasi letak, ukuran dan
penampakan luka
Kerusakan NOC:Tissue integrity : skin and NIC :Pressure ulcer prevention
Integritas mucous membranes Wound care
jaringan b/d lesi Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
dan cedera keperawatan selama …. X 24 pakaian yang longgar
mekanik ( jam kerusakan integritas jaringan 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan
tekanan, pasien teratasi dengan kriteria hasil: kering
gesekan , dan
1. Perfusi jaringan normal 3. Mobilisasi pasien (ubah posisi
luka akibat
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pasien) setiap dua jam sekali
garukan ) 3. Ketebalan dan tekstur jaringan 4. Monitor kulit akan adanya
normal kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman dalam
5. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
proses perbaikan kulit dan pada daerah yang tertekan
mencegah terjadinya cidera
6. Monitor aktivitas dan mobilisasi
berulang pasien
22
5. Menunjukkan terjadinya proses
7. Monitor status nutrisi pasien
penyembuhan luka 8. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
9. Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
10. Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
11. Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
12. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
13. Cegah kontaminasi feses dan urin
14. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
15. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
16. Hindari kerutan pada tempat tidur
Gangguan Rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Instruksikan pada pasien dan
Nyaman b/d keperawatan selama x 24 jam keluarga pasien agar tidak menggaruk
reaksi fisiologis diharapkan pasien merasa nyaman kulit dengan kuku.
( Pruritus yang dengan criteria hasil : 2. Instruksikan jika menggaruk
Dialami Pasien
· Pasien melaporkan merasa menggunakan ujung jari dan bukan
) nyaman menggunakan kuku.
· Rasa gatal pada kulit pasien
3. Instruksikan agar pasien tetap
dapat berkurang memiliki kuku yang pendek.
· Klien tidak gelisah serta
4. Istrusikan pasien mandi sekali atau 2
meringis. kali dalam seminggu sesuai
kebutuhan.
5. Kolaborasi antihistamin topical atau
23
oral sesuai kebutuhan.
Gangguan Pola NOC :Sleep : Extent ang Pattern NIC :Sleep Enhancement
Tidur b/d reaksi Setelah dilakukan tindakan 1. Determinasi efek-efek medikasi
fisiologis ( keperawatan selama …. gangguan terhadap pola tidur
Pruritus yang pola tidur pasien teratasi dengan 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
Dialami Pasien kriteria hasil: adekuat
) 1. Jumlah jam tidur dalam batas 3. Fasilitasi untuk mempertahankan
normal aktivitas sebelum tidur (membaca)
2. Pola tidur,kualitas dalam batas 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
normal 5. Kolaburasi pemberian obat tidur
3. Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur
24
infeksi 9. Memeriksa kondisi setiap luka
10. Memantau perubahan tingkat energi /
malaise
11. Mendorong peningkatan mobilitas
dan exercise
12. Menginstruksikan pasien untuk
minum antibiotik yang di anjurkan
oleh dokter
13. Mengajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya ke
penyedia layanan kesehatan
14. Mengajarkan anggota keluarga
bagaimana pasien dan untuk
menghindari infeksi
15. Laporkan infeksi kepada personil
pengendalian infeksi
25
8. Mampu mengenali perubahan 2. Berikan penjelasan pada pasien dan
position kesehatan ( skala 5 ) keluarga atau pengunjung adanya
perubahan position kesehatan dan
penyebab penyakit.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter
merupakan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi.
2. Ditemukan bahwa zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk
tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang
tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan
tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi.
2. Bagi masyarakat khususnya penderita alergi dapat dengan rutin dan
rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dengan harapan dapat segera menanggulangi alergi yang
terjadi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28