Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses tua pada sistem muskoloskeletal


Perubahan normal musloloskeletal terkait usia pada lansia termasuk penurunan
tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang,
atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi sendi,
perubahan pada tulang. Otot dan sendi mengakibatkan terjadinya perubhan penampilan,
kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan.
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah massa otot tubuh mengalami
penurunan, hilangnya lemak subkutan perifer cendrung untuk mempertajam kontur tubuh
dan memperdalam cekungan di sekitar aksila, bahu, tulang rusuk.
Kekuatan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemuduran
yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan
sistem neuromuscular adalah penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot
terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan anatrofi secara umumpada organ dan
jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot melambat dengan penambahan usia dan jaringan
atrofi di gantikan jaringan fibrosa

Fraktur

Disebut dengan patah tulang adalah terputusnya kontuinitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang disebut osteoporosis dan dapat juga karena kecelakaan kerja.

Patofisiologi

Patofisilogi fraktur jika tulang mengalami fraktur , maka periosteum , pembuluh


darah korteks marrow dan jaringan sekitar rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematomadi canal medulla, pembuluh pembuluh
kapiler dan jaringan ikat tumbuh kedalanya, menyerap hematoma tersebut, dan
mengantikannya. Jaringan ikat berisi sel sel tulang yang berasal dari pariosteum. Sel ini
menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang disebut callus, callus
kemudian secara bertahap di bentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran
kelebihannya oleh osteocloat yaitu sel yang melarutkan tulang. Pada pemulaan akan
terjadi pendarahan disekitar patah tulang yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh
darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian
akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalam.
Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang saling menempel, fase ini disebut fase
jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut
dinamakan kalua fibrosa ,kedalam hematoma dan jaringan fibrosis kemudian juga
tumbuh sel jaringan masenkin yang bersifat osteogenik, sel ini berubah menjadi sel
konroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan .
kondroid dan osteoid ini mula mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto
rontgen, pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini
menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.

Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari fraktur antara lain:

a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti:
1. Rotasi pemendekan tulang
2. Penekanan tulang
b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur
c. Eksiosis dari perdarahan subculaneous
d. Spasme otot , spasme involuters dekat fraktur
e. Tanderness
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaetah yang berdekatan
g. Kehilangan sensasi
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovelemik hasil dari hilangya darah
j. Krepitasi

Komplikasi

a. Komplikasi segera
Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenic, kerusakan
organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit
b. Early compication
Dapat terjadi osteomyelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen
c. Late complication
Sedangkan komplikasi lanjut dapat terjadi antara lain stiffnes , degenerasi sendi,
penyembuhan tulang terganggu.
Asuhan keperawatan pada klien fraktur

Kasus:

Ny. An umur 50 tahun agama Kristen di bawa ke IGD oleh keponakannya Ny.S dengan
keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa di gerakkan karena patah setelah di tabrak
motor. Pada saat melakukan pengkajian klien tampak lemah, kesadaran komposmentis, tampak
bengkak pada bagian kaki yang patah, klien mengeluh nyeri pada kaki sebelah kiri karena patah
dan skala nyeri 4 dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakkan kl\eluarga klien selalu
membantu dalam memenuhi kebutuhannya ttv 150/90 mmHg P: 18x/Menit N:81x/menit S:
36,5’c

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Klien selalu dibantu keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas, tidur 6-7 jam/ hari
2. Eliminasi
BAB : 1x/hari lembek kuning
BAK: 2x/hari terpasang kateter jernih kekuningan +1300cc/hari
3. Makanan / cairan
Makanan 3x sehari dan minuman 6-7 gelas / hari tidak ada perubahan BB
4. Personal hygne
Mandi dan gosok gigi, di lap 1x sehari
B. Pengkajian fisik
1. Kepala
Inspeksi: simetris
Palpasi: tidak ada nyeri
2. Mata
Inspeksi : simetris, tidak ada katarak
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Inspeksi: simetris, tidak ada pengeluaran’
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: simetris, mukosa bibir lembab
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi: simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi: tidak ada pembengkakan
7. Dada
Inspeksi: simetris, pergerakan dinding dada baik
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: bunyi nafas vesikuler
Perkusi: bunyi rensonan
8. Andomen
Inspeksi: simetris tidak ada bekas operasi
Auskultasi: bunyi bising usus
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Ekstermitas
Atas: pada ekstermitas atas tangan bisa digerakkan
Bawah: pada ekstermitas bawah kaki kiri tidak bisa digerakkan , kondisi sekitar
edema, adanya luka
10. Genetlia
Inspeksi: simetris, terpasang kateter
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

Anda mungkin juga menyukai