Teknologi Pembelajaran K2 Word
Teknologi Pembelajaran K2 Word
Learning
yang berarti pembelajaran. Dengan demikian sepintas lalu blended learning mengandung makna pola
pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang
lainnya dalam pembelajaran.
Mosa dalam Kumar (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan dalam blended learning yaitu dua unsur
utama, yakni pembelajarna di kelas (classroom lesson) dengan online learning.
Carman, (2005) mengungkapkan bahwa terdapat lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan blended learning:
1. Live Event. Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam
waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (virtual classroom).
Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama.
Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitivism dan
konstructivism sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.
2. Self-Paced Learning. Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang
memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan
belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-
based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar
tersebut, dalam konteks saat ini dapat disampaikan secara online (melalui web maupun melalui mobile
device dalam bentuk: streaming audio, streaming video, dan e-book) maupun offline (dalam bentuk CD,
dan cetak).
3. Collaboration. Mengkombinasikan baik pendidik maupun peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas
sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk
kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta didik dan pendidik melalui
tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, dan
mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan
keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman
materi, problem solving dan project-based learning.
4. Assessment. Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis penilaian baik
yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio).
Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online dan
assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau
melakukan penelitian tersebut.
5. Performance Support Materials. Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka
dalam kelas dan tatap muka virtual, perhatikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau
tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut
dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3 dan DVD) maupun
secara online. Jika pembelajaran dibantu dengan suatu Learning/Content Management System
(LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik dan mudah diakses.
keuntungan dari penggunaan blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen
media),
Manfaat dari penggunaan e-learning dan juga blended learning dalam dunia pendidikan saat
ini adalah e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
pelajaran disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses
Berdasarkan pengertian menurut para ahli mengenai blended learning, maka blended learning
mempunyai 3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran belnded
learning. Komponen-komponen itu terdiri dari 1) online learning, 2) pembelajaran tatap muka, dan
3) belajar mandiri.
online learning adalah lingkungan pembelajaran yang mempergunakan teknologi intranet dan
berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran antara sesama peserta didik atau dengan pengajar dimana saja dan kapan saja. Online
learning merupakan salah satu dari komponen blended learning, dimana online learning
memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber belajar. Online learning mempergunakan
teknologi Internet, intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus
dilakukan dan sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran konvensional, yang berupaya untuk
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pembelajaran tatap muka mempertemukan guru
dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar. Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik
yaitu terencana, berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial
(Liyanagunawardena,2014).
Sanagustin M. P (2012) belajar mandiri sebagai pembelajaran yang merubah perilaku, dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pebelajar dalam tempat dan waktu berbeda serta lingkungan
belajar yang berbeda dengan sekolah. Peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai
kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan pengajarnya di kelas.
Peserta didik mempunyai otonomi yang luas dalam belajar.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur menjadi fasilitator atau perancang
proses belajar dan sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta Blended
Learning, Trend Strategi Pembelajaran Masa depan didik mengatasi kesulitan belajar, atau dapat
menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar
mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format yang sesuai dengan pola belajar
mandiri.
Degeng (1989), “Kualitas pengajaran selalu terkait pada penggunaan metode atau model pengajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai hasil yang diharapkan dengan kondisi pengajaran
tertentu”. Dengan demikian bila ingin mencapai hasil sesuai dengan harapan baik dari siswa maupun
guru maka guru perlu memiliki strategi pengorganisasian pengajaran, penyampaian pengajaran, dan
kualitas pengajaran yang tepat apalagi di era 21 ini yang sebagian besar siswa ingin pembelajaran
tatap muka di kelas (face-to-face) ditiadakan dan melakukan proses pembelajaran secara online
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi serta sebagian siswa mash ingin tetap
menggunakan pembelajaran tatap muka (face-to-face). Hal ini bisa terjadi karena gaya belajar yang
dimiliki masing-masing siswa berbeda-beda.
Blended learning merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya tarik pada proses
pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan sangat sesuai untuk diterapkan di era 21. Blended
learning dapat mengakomodasi perkembangan teknologi yang luas tanpa harus m e n i n g g a l k a n
pembelajaran tatap muka (face-toface) di kelas dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka
dengan e-learning. Blended learning membuat siswa dapat terus belajar dan mengikuti proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat menjadi peluang keberhasilan guru dan siswa pada pembelajaran.
Blended learning juga membantu guru dalam mempersiapkan siswa untuk mencipatakan lingkungan
belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa dan dapat membantu siswa menghadapi
tantangan di masa depan.