Anda di halaman 1dari 4

Nama penyusun :

Firda Anjelina – 11117048

Indri Puspita – 11117051

I. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Asetosal

II. Tujuan Praktikum : Menentukan kadar Asetosal dalam suatu sampel

III. Dasar Teori :

Aspirin bersifat antipiretik dan anelgesik karena merupakan kelompok senyawa


glikosida. Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salasilat dapat disentesis dari
asam salisilat yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrat asetat.
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri
minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin sebagai
pertolongan pertama untuk mengatasi rasa sakit atau nyeri dan demam tetapi menjadi
pengobat dan pencegah penyakit kardovaskular (jantung dan stroke).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin
sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah
dunia. Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang
menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam
asetil salisilat yang dikenal saat ini. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam
bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Sudah
banyak penemu aspirin yang digunakan untuk pencegahan kanker usus besar (kolorektal),
kanker payudara, kanker prostat, kanker paru, Alzheimer dan penyakit lain. Namun,
selain mempunyai bnayak manfaat, aspirin mengandung bahaya juga. Penggunaan
berulang dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal, dan satu dosis tinggi (10
sampai 20 g) dapat mengakibatkan kematian. Aspirin merupakan senyawa turunan dari
asam salisilat, yang dibuat dengan proses asetilasi asam salisilat dalam kondisi bebas air.
Apabila masih terdapat air, aspirin yang terbantuk akan terhidrolisi kembali
menjadi asam salisilat. Asetilasi merupakan proses penggantian atom H pada gugus –OH
dari asam salisilat dengan gugus asetil. Dasar pembuatan aspirin adalah reaksi asetilasi.
Senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam
asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator. Dalam hal ini menggunakan
katalis asam, karena reaksi akan berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit
asam sulfat atau asam klorida.
 Acidum salycilicum (DITJEN POM edisi III, 1979)

Nama IUPAC : Asam 2 hidroksi benzoate


Sinonim : Asam salisilat / asetosal
Rumus molekul : C7H6O3
Titik lebur : antara 158o dan 161o
Berat molekul : 138,18
Bobot jenis : 1,44
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzene mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larutdalam
kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan dalam praktek : Sebagai bahan dasar pembuatan aspirin
Kegunaan umum : Keratolitikum dan antifungi
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar
suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan kadar beberapa banyak suatu
zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang
seringkali dinyatakan debagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang di análisis. Pengertian lain dari análisis kuantitatif ialah
analisa yang bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau
campuran bahan.
Tujuan análisis kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah dari setiap komponen
yang menyusun analit. Langkah ini terbilang sederhana. Análisis kumua bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita análisis.
IV. Alat dan bahan

Terlampir

V. Prosedur kerja

Terlampir

VI. Hasil praktikum

Terlampir

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar aspirin dalam sampel dengan metode

titrasi alkalimetri karena larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya adalah

NaOH. Alkalimetri merupakan titrasi menggunakan larutan standar basa yang digunakan

untuk menentukan asam. Dimana pada titrasi ini menggunakan indikator phenolftalein

(pp) 0,1%. Karena phenolftalein (pp) adalah indikator yang paling tepat untuk menguji

suatu perubahan ke basa. Hal ini dikarenakan suatu asam lemah (aspirin) jika bereaksi

dengan NaOH menghasilkan garam basa (pH> 7) dan rentang trayek indikator

phenolftalein (pp) yaitu 8,3 - 10 lebih mendekati dengan titik ekuivalen campuran aspirin

dengan NaOH, jika dibandingkan dengan bromtimol biru trayek pH basanya4,2 - 6,3.

Pada tablet, tertera bahwa kadar aspirin yang terkandung dalam satu tablet yaitu 500 mg.

Dari hasil perhitungan didapat persentase kadar aspirin dalam satu tablet aspirin adalah

116,31%; 115,695%; dan 112,6%. Menurut standar FDA, kandungan aspirin dalam

sediaan farmasi oral adalah 66,15 %. Sedangkan sisanya yaitu 20,7% yaitu zat-zat lain

yang terkandung dalam tablet. Jadi, di dalam satu tablet aspirin tidak mutlak mengandung

aspirin sepenuhnya, melainkan ada kandungan zat-zat tertentu. Nilai rata-rata perolehan

kembali sediaan obat seharusnya antara 95,0-105,0 % dari nilai teoritis. Jadi, kadar
perolehan kembali pada tablet aspirin belum memenuhi standar. Walaupun masih dalam

jarak yang tidak terlalu jauh.

VIII. Kesimpulan

Kadar yang di hasilkan dari masing-masing sampel yaitu :

1. 116,31%

2. 115,695%

3. 112,6 %

Menurut Farmakope Indonesia edisi III kadar yang di dapat belum memenuhi syarat.

IX. Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/doc/228598477/Penentuan-Kadar-Aspirin-Dengan-Metode-

Alkalimetri

https://www.academia.edu/7224209/165272171-Penentuan-Kadar-Aspirin

Anda mungkin juga menyukai