Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 DASAR TEORI

Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme-organisme dari


spesies yang sama yang menduduki ruang atau waktu tertentu dengan pola tertentu.
Kumpulan dari beberapa populasi disebut dengan komunitas.Proses identifikasi suatu
komunitas dalam suatu habitat tertentu salah satunya bisa dengan metode pitfalltraps.
Metode pitfall traps merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap,
khususnya untuk hewan yang hidup dipermukaan tanah contohnya serangga. Jumlah dan
jenis spesies di suatu komunitas tergantung pada kondisi suatu daerah misalnya faktor
biotik dan abiotik. Kemudian suatu spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya
dan berinteraksi dengan sesamanya akan dapat bertahan di lingkungan tersebut. Faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain adalah : suhu,
kelembaban, pH. Metode pitfall traps ini digunakan untuk mendapatkan cerminan
komunitas binatang tanah dan indeks diversitas dari data yang diperoleh.

Serangga tanah merupakan fauna yang mempunyai jenis dan jumlah paling besar yang
secara berhasil menempati berbagai habitat, serta mempunyai daerah penyebaran yang
sangat luas.Peranan serangga di alam sangat penting, diantaranya sebagai penghasil bahan
pangan dan papan, sebagai penyerbuk tumbuhan, sebagai hama penyakit dan parasit serta
tidak kalah penting yaitu sebagai dekomposer atau pengurai. Secara umum tanah bagi
serangga tanah berfungsi sebagai tempat hidup, tempat pertahanan, dan seringkali makanan
(Borror et al, 1997). Sedangkan peranan terpenting dari serangga tanah dalam ekosistem
adalah sebagai perombak bahan organik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi
tanaman yang berasal dari berbagai residu tanaman akan melalui proses dekomposisi
sehingga terbentuk humus sebagai sumber nutrisi tanah (Setiadi, 1989). Selain itu
Suharjono (1997), dalam Rahmawaty (2006) menyebutkan bahwa beberapa jenis serangga
permukaan tanah dapat dijadikan sebagai indikator terhadap kesuburan tanah. Serangga –
serangga tanah ini menurut Daly (1981) biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang
lembab, sampah, padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang serupa.
Keberadaan serangga tanah di suatu lingkungan menurut Kramadibrata (1995) dipengaruhi
oleh faktor – faktor lingkungan, baik itu faktor biotik maupun faktor abiotik. Faktor abiotik
meliputi tanah, air, suhu, cahaya, dan atmosfir. Sedangkan faktor biotik meliputi tumbuhan
dan hewan yang ada di lingkungan.

Jumlah jenis serangga tanah yang terdapat pada suatu tempat tertentu menunjukkan
keanekaragaman. Keanekaragaman makhluk hidup yang menempati bumi memiliki arti
yang penting ditinjau dari berbagai alasan. Menurut Winarno et al (1997), keanekaragaman
hayati berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem. Keanekaragaman jenis yang
tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Interaksi
akan melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian
relung (Soegianto, 1994). Keanekaragaman serangga tanah di setiap tempat berbeda – beda,
sebagaimana disebutkan oleh Resosoedarmo, et al. ( 1985), keanekaragaman rendah
terdapat pada komunitas dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah
miskin, dan pegunungan tinggi. Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah
dengan komunitas lingkungan optimum, misalnya daerah subur, tanah kaya, dan daerah
pegunungan.

Untuk mengetahui keanekaragaman serangga tanah maka dapat menggunakan :

1. Indeks Shannon Wiener (indeks keanekaragaman jenis)

H’ = -Σ pi log pi

Keterangan: H’ : Indeks keanekaragaman Shannon and Weaver

ni : Jumlah jenis individu dari jenis ke-i

N : Jumlah total individu dari seluruh jenis spesies.

Pi : Proporsi dari jumlah individu jenis i dengan jumlah individu dari seluruh
jenis spesies
Nilai H' berkisar antara:

1.5 : Keanekaragaman rendah

1,5 – 3,5 : Keanekaragaman sedang

>3,5 : Keanekaragaman tinggi

2. Indeks Dominansi (D)

Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis serangga


yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat. Nilai indeks
dominansi mendekati satu (1) apabila komunitas didominasi oleh jenis atau spesies
tertentu dan jika indeks dominansi mendekati nol (0) maka tidak ada jenis atau spesies
yang mendominasi Odum (1971).
D = Σ (ni/N)2

Keterangan:
ni : jumlah total individu jenis i

N : Jumlah Individu seluruh jenis i


BAB II

METODE PRAKTIK

2.1 Waktu dan Tempat

Lokasi : Kuburan dekat Asrama Tingkat, Manunggal

Jam : 19.00 – 21.00 WIT

Hari/tanggal :

2.2 Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Pitfall  Serangga tanah
 Sabun sunglight  Air
 Tissue
 Kayu

2.2 Prosedur kerja

1. Siapkan 7 pitfall yang dibutuhkan.


2. Campurkan air dengan sabun.
3. Lalu isikan air sabun kedalam masing-masing pitfall secukupnya.
4. Kemudian gali lubang menggunakan kayu sedalam 6cm.
5. Selanjutnya letakkan pitfall yang telah berisi air sabun ke dalam lubang tersebut
6. Kemudian
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Data yang di peroleh


Pit fall Nama spesies Jumlah spesies
I - -
II - -
III Serangga tanah 1
IV Semut hitam kecil 1
V Semut hitam kecil 1
Serangga tanah 2
VI Semut hitam sedang 4
VII Semut hitam sedang 1
Semut merah sedang 1

Data Pitfall dari Biak

Pit Fall Nama Spesies Jumlah spesies

I - -
II Ulat 1

III Semut merah 2


Ulat 3
IV Semut merah besar 1
Belalang kecil 1
V Semut hitam kecil 6
Jangkrik 1
VI Semut merah besar 1
Semut hitam kecil 1

VII Semut merah besar 1


Semut hitam kecil 1

VIII Semut hitam besar 1

IX Nyamuk 1
Jangkrik 1
Semut merah besar 1
Serangga tanah 1
X Serangga tanah 1
Semut merah besar 1
Semut merah kecil 1

XI Semut merah kecil 2

XII Semut merah besar 1


XIII - -

XIV Serangga tanah 1


Semut merah besar 1

3.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai