Anda di halaman 1dari 5

Prinsip-prinsip Penyusunan APBN

Dalam menyusun anggaran negara perlu diperhatikan beberapa prinsip, antara lain:

1) Keterbukaan, dalam negara demokrasi, rakyat perlu diikutsertakan melalui DPR dalam
pembahasan rancangan anggaran.
2) Periodisitas, meliputi suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, agar pengawasan mudah
dilakukan dan peninjauan kembali kebijakan anggaran tidak terlalu lama.
3) Fleksibilitas, karena anggaran disusun berdasarkan asumsi-asumsi tertentu, dalam
pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang belum tertampung atau berubah. Untuk itu
dimungkinkan diadakan penyesuaian (sepanjang asumsi tadi berbeda dengan asumsi
sekarang).
4) Prealabel, pengajuan dan pengesahannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat harus
mendahului pelaksanaan anggaran.
5) Kecermatan/terinci, anggaran harus diperkirakan secara teliti agar dapat dihindari
pemborosan dan kekurangan karena salah perhitungan.
6) Komprehensif, anggaran disusun untuk semua kegiatan keuangan pemerintah.
7) Anggaran berimbang, pengeluaran anggaran harus didukung adanya penerimaan anggaran.

Proses Penyusunan dan Pengajuan RUU-APBN oleh Pemerintah terhadap DPR

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 23 ayat (1), maka APBN ditetapkan dengan UU yang berwenang
menyusun APBN ialah Eksekutif dan diajukan kepada DPR.

a) Penyusunan rancangan ini dimulai dari surat edaran Menteri Keuangan dan Ketua
BAPPENAS pada departemen/lembaga yang berisi permintaan sumbangan anggaran
dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan (DUK) untuk anggaran rutin dan Daftar Usulan
Proyek (DUP) untuk anggaran rutin dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran
pembangunan.
1) Daftar Usulan dari Eselon III
2) Daftar Usulan lampiran dari Eselon II
3) DUK dan DUD dihimpun Eselon I
4) DUK dan DUP diolah oleh biro keuangan departemen/lembaga.
b) DUK dan DUP masing-masing Departemen disampaikan kepada DIRJEN anggaran
DEPKEU dan khusus DUP disampaikan juga kepada BAPPENAS.
c) Selanjutnya rancangan anggaran telah dapat dibuat dan dibicarakan antara Menkeu dan
Gubernur BI dan menteri lain di tingkat dewan moneter. Pembahasan ini akan
menghasilkan NOTA KEUANGAN dan diserahkan pada Presiden.
d) Pemerintah kemudian menyampaikan RUU-APBN, Nota Keuangan beserta perincian
lebih lanjut kepada DPR. Jika DPR menyetujuinya, RUU tersebut disahkan menjadi UU.
Jika RUU tersebut ditolak, maka sesuai dengan pasal 23 ayat (1) UUD 1945, digunakan
UU APBN tahun sebelumnya.

Format APBN

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH


I. Penerimaan dalam negeri
1. Penerimaan perpajakan
i. Pajak dalam negeri
Pajak penghasilan
a. Minyak dan gas
b. Non minyak dan gas

Pajak pertambahan nilai

Pajak bumi dan bangunan

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Cukai

Pajak lainnya

ii. Pajak perdagangan internasional


Bea masuk
Pajak/ pungutan ekspor
2. Penerimaan bukan pajak
i. Penerimaan sumber daya alam
a. Minyak bumi
b. Gas alam
c. Pertambahan umum
d. Kehutanan
e. Perikanan
ii. Bagian laba BUMN
iii. PNBP lainnya
II. Hibah
B. BELANJA NEGARA
I. Anggaran belanja pemerintah pusat
1. Pengeluaran rutin
i. Belanja pegawai
ii. Belanja barang
iii. Pembayaran bunga utang
iv. Utang dalam negeri
v. Utang luar negeri
vi. Subsidi
a. Subsidi BBM
b. Subsidi non-BBM
vii. Pengeluaran rutin lainnya
2. Pengeluaran pembangunan
i. Pembiayaan pembangunan Rupiah
ii. Pembiayaan proyek
II. Dana perimbangan
1. Dana bagi hasil
2. Dana alokasi umum
3. Dana alokasi khusus
III. Dana otonomi khusus dan penyeimbang
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS / DEFISIT ANGGARAN (A-B)
E. PEMBIAYAAN
I. Dalam negeri
1. Perbankan dalam negeri
2. Non-perbankan dalam negeri
i. Privatisasi
ii. Penjualan aset program restrukturisasi perbankan obligasi negara (netto)
3. Penerbitan obligasi pemerintah
4. Pembayaran cicilan pokok utang/obligasi dalam negeri
II. Luar negeri
1. Pinjaman proyek
2. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri
3. Pinjaman program dan penundaan cicilan utang

Sejak tahun 2005, sebagai konsekuensi dari reformasi keuangan yang diamanatkan oleh UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, struktur belanja dalam APBN mengalami
perubahan untuk memenuhi kriteria unified budget dengan struktur sebagai berikut:

B. BELANJA NEGARA

I. Anggaran belanja pemerintah pusat


a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Belanja sosial
II. Anggaran belanja ke daerah
i. Dana perimbangan
a. Dana bagi hasil
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
ii. Dana otonomi khusus dan penyesuaian

Dalam komposisi belanja tersebut, terlihat bahwa belanja pemerintah pusat diklasifikasikan
berdasarkan klasifikasi ekonomi yang tidak lagi terpisah menjadi belanja rutin dan pembangunan.
Selain klasifikasi menurut jenis belanja tersebut, belanja pemerintah pusat dalam APBN juga
ditampilkan berdasarkan organisasi dan fungsi.
Dalam struktur APBN, dikenal dua istilah deficit anggaran, yaitu: keseimbangan primer (primary
balance) dan kesimbangan umum (overall balance).

Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran
bunga, sedangkan kesimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk
pembayaran bunga.

Anda mungkin juga menyukai