Anda di halaman 1dari 184

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm(Manuaba, 2010; Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 9 bulan menurut kalender Internasional. Kehamilan terbagi

dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlansung dalam waktu

12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27)

dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).

Kehamilan normal pada usia reproduksi 20–35 tahun. (Varney,2007;

Saifudin,2009; Prawirohardjo,2010)

b. Tanda-Tanda KehamilanTrimester III

1) Bunyi jantung janin dapat terdengar dengan stetoskop janin.

2) Gerakan janin dapat dipalpasi dan dilihat.

7
8

3) Bagian janin dapat dipalpasi (Walsh,2008; cunningham,2009;

Marmi,2011)

c. Perubahan Fisiologi dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III

1) Perubahan fisiologis kehamilan

a) Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol

atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan

hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir

kehamilan.(Sulistyawati,2009;Manuaba,2010;Mochtar,2013).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Menurut Penambahan per Tiga Jari :


Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)

28 minggu 3 Jari diatas pusat

32 minggu Pertengahan pusat– prosesus xiphoideus (px)

36 minggu 3 Jari dibawah prosesus xiphoideus (px)

40 minggu Pertengahan pusat– prosesus xiphoideus (px)

(Sulistyawati,2013 ;Prawirohardjo,2010).

Antara minggu ke 38 dan 40, tinggi fundus akan

berkurang karena fetus mulai turun dan masuk ke panggul

(lightening). Secara umum lightening terjadi pada nulipara

sekitar 2 minggu sebelum persalinan, dan pada awal persalinan

pada multipara (Lowdermilk, 2013).

b) Serviks

Peningkatan vaskularisasi dan edema, begitu juga

hiperplasia dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan serviks


9

melunak (tanda Goodel) dan muncul kebiruan (tanda

Chadwick) (Varney, 2007; Prawirohardjo,2008; Walsh,2008;

Sulistyawati,2009; Mochtar, 2013).

Effacement atau pemendekan serviks normalnya

terjadi pada ibu primigravida, selama 2 minggu terakhir

kehamilan (Fraser, 2011).

Pembukaan serviks merupakan mekanisme yang

terjadi saat jaringan ikat serviks yang keras dan panjang secara

progresif melunak dan memendek dari atas kebawah. Serat

otot yang melunak sejajar os.serviks internal tertarik ke atas,

masuk ke segmen bawah uterus dan berada di sekitar bagian

presentasi janin dan air ketuban. Kanal yang tadi berukuran 2,5

cm menjadi orifisium dengan bagian tepinya setipis kertas

(Astuti, 2012).

c) Vagina dan Perinium

Selama kehamilan vulva dan perineum mengalami

peningkatan vaskularisasi dan menjadi hiperemia yang

menyebabkan timbulnya warna kebiruan (tanda Chadwick).

Dinding vagina bertambah panjang (Walsh, 2008;

Sulistyawati,2009; Marmi,2011; Prawirohardjo,2011;

Mochtar,2013).
10

d) Kulit

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit,

sehingga menimbulkan striae gravidarum/striae lividae. Pada

banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut

dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam

ukuran yang bervariasi dalam wajah dan leher yang disebut

dengan chloasma atau cloasma gravidarum. Adanya

vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat.

(Bandiyah,2009; Manuaba, 2010 ;Marmi,2011; Mochtar,2013;

Sulistyawati, 2013).Setelah persalinan hiperpigmentasi ini

akan menghilang. (Sulistyawati, 2013).

e) Sistem Urinearia

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya

kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk

sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan metabolisme air

makin lancar sehingga pembentukan urinee akan bertambah.

(Kusmiyati,2008; Manuaba, 2010; Saifuddin, 2010;

Prawirohardjo, 2011). Disamping itu, terdapat pula poliuri.

Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di

ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus


11

juga meningkat sampai 69% (Sulistyawati,2009;

Prawirohardjo, 2011).

f) Sirkulasi darah

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodelusi). Sel darah merah semakin

meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan

janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak

seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodelusi yang disertai anemia fisiologis (Kusmiyati,2008;

Prawirohardjo, 2009; Manuaba, 2010; Saifuddin,

2010;Mochtar, 2013)

g) Sistem Respirasi

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan

uterus yang membesar ke diafragma kurang leluasa bergerak

mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat

kesulitan bernafas. (Kusmiyati,2008; Walsh,2008;

Sulistyawati,2009; Marmi,2011; Mochtar,2013)

h) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang

umum pada kehamilan. Akibat kompensasi uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kearah belakang ke

arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis


12

akan meningkat mobilitasnya yang dapat mengakibatkan

perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan

tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir

kehamilan (Kusmiyati,2008; Sulistyawati,2009; Saifuddin,

2010; Marmi,2011).

Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan

sedikit tonus otot. Selama trimester ketiga otot rectum

abdominis dapat memisah, menyebabkan isi perut menonjol

digaris tengah tubuh. Umbilicus menjadi lebih datar atau

menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap

kembali, tetapi pemisahan otot (diastasis recti abdominis)

menetap. (Kusmiyati,2008)

i) Payudara

Puting susu dan areola mamae bertambah hitam,

kelenjar montgomery makin menonjol, ketiganya disebabkan

karena peningkatan hormon (Manuaba, 2007;

Sulistyawati,2009; Marmi,2011; Mochtar,2013).

Diakhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari

payudara, yaitu suatu cairan berwarna kekuningan. Kolostrum

ini berasal dari kelenjat-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.

Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi

karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting


13

hormone (Sulistyawati,2009; Saifuddin, 2010;Marmi,2011

Prawirohardjo, 2011; Mochtar,2013).

2) Perubahan Psikologis Kehamilan

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Sekarang wanita menanti kehairan bayinya sebagai bagian dari

dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera melihat bayinya.

Ada rasa tidak nyaman timbul kembali,merasa dirinya jelek,aneh

dan tidak menarik. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika

bayinya tidak lahir tepat pada waktunya. Fakta yang

menempatkan wanita tersebut gelisah hanya bisa melihat dan

menunggu tanda-tanda dan gejala. Trimester ketiga adalah waktu

untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua

seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi.(Varney,2007;

Kusmiyati,2008; Hani,2010; Pantikawati,2010; Marmi,2011;

Sulistyawati,2013).

Selain itu dalam buku varney (2007) ada beberapa hal yang

menyebabkan rasa ketakutan muncul pada trimester III yaitu :

a) Cemas : apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait

persalinan dan apakah bayinya mampu keluar dari perutnya.

b) Mimpi-mimpi : ia mengalami mimpi mengenai bayi, anak-

anak, persalinan dan kehilangan bayi


14

c) Depresi ringan : perpisahan antara ia dan bayinya karena

uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis.

Sedangkan menurut Sulistyawati (2013) dan Bobak (2006)

Adaptasi yang dialami oleh ayah pada trimester III :

a) Persiapan yang nyata terlihat untuk kelahiran bayinya.

b) Terlibat dalam kelas bersama, mendampingi istri saat

memeriksakan kehamilannya

c) Timbul rasa takut

d) Timbul pertanyaan dalam benak,”Seperti apa menjadi

orangtua?” atau “Dapatkah ia membantu isrinya selama proses

persalinan?”

d. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

1) Perdarahan Pervaginam

Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut

adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan

sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan tidak

normal adalah merah, banyak, dan kadang – kadang tidak selalu

disertai dengan rasa nyeri

Jenis perdarahan antepartum yaitu :

a) Plasenta previa

Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi

sebagian / seluruh ostium uteri internum. Gejala perdarahan


15

awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa

perdarahan bercak atau ringan dan berhenti secara spontan.

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah

rahim belum diketahui dengan pasti. Teori lain

mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah

vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai

akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia

lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar

b) Solusio plasenta

Adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasinya yang

normal pada uterus sebelum waktunya, yaitu sebelum janin

dilahirkan. pengertian ini berlaku pada kehamilan dengan masa

gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

Sebab primer solusio plasenta belum diketahui, namun ada

beberapa keadaan patologik yang menyertai yaitu usia ibu dan

paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi, pernah solusio

plasenta, ketuban pecah preterm, hipertensi kronik, trauma

abdomen kehamilan dll

(Walsh,2008; Bandiyah,2009; Kusmiyati, 2010; Saifuddin,

2010; Marmi,2011; Sulistyawati,2013; Prawirohardjo,2014).

2) Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit


16

kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala

hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-

kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

mengalami penglihatan yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam

kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Walsh,2008;

Kusmiyati,2010; Marmi,2011; Sulistyawati,2013;

Prawirohardjo,2014; Pusdiklatnakes, 2015).

3) Penglihatan Kabur

Oleh karena pengaruh hormon, ketajaman penglihatan ibu

dapat berubah selama proses kehamilan, perubahan ringan adalah

normal. Misalnya visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,

misalnya pandangan yang kabur atau berbayang secara

mendadak. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit

kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre

eklampsi (Kusmiyati,2010; Marmi,2011; Sulistyawati, 2013).

4) Bengkak di muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada

wajah dan tangan, tidak hilang dengan beristirahat dan disertai

dengan keluhan fisik lain. Hal ini merupakan tanda-tanda anemia,

gagal jantung, dan pre-eklamsia. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan tekanan darah, Hb, dan pemeriksaan


17

protein urin (Walsh,2008; Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Azhar,2012; Sulistyawati,2013)

5) Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali

dalam 1 jam).Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-

5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan

IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya

tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.Beberapa ibu

dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3

kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik (Walsh,2008; Kusmiyati,2010;

Marmi,2011; Sulistyawati,2013; Pusdiklatnakes,2015).

6) Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)

Ibu harus dapat membedakan antara urine dengan air

ketuban.Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa,berbau amis dan

berwarna putih keruh,berarti yang keluar adalah air ketuban.

Ketuban dikatakan pecah dini jika terjadi sebelum perslinan.Jika

kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan

preterm (<37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum.

Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau

awal kala 2, karena saat pembukaan lengkap menyebabkan selaput


18

bagian depan menonjol dan merupakan bagian paling lemah dan

dapat menyebabkan selaput pecah dengan mengeluarkan air.

Penyebab : trauma langsung pada perut ibu, kelainan letak

janin dalam rahim(gemeli), kelainan bawaan dari selaput ketuban.

(Walsh,2008; Bandiyah,2009; Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Sulistyawati,2013)

e. Ketidaknyaman yang terjadi pada kehamilanTrimester III

1) Sesak napas

a) Fisiologi : terasa pada saat usia kehamilan lanjut (33 – 36

minnggu). Disebabkan oleh pembesaran rahim yang menekan

daerah dada.

b) Intervensi : Jelaskan penyebab fisiologisnya, Dorong agar

secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafasan pada

kecepatan normal yang terjadi, Merentangkan tangan di atas

kepala serta menarik nafas panjang, Mengayun lengan dalam

keadaan melingkar Mendorong postur tubuh yang baik ,

melakukan pernafasan interkostal, latihan napas melalui

senam hamil, tidur dengan bantal ditinggikan, makan tidak

terlalu banyak.

(Kusmiyati,2008; Klein,2009; Walsh,2008; Astuti,

2012).;Sulistyawati, 2013).
19

2) Insomnia

a) Fisiologi : kesulitan tidur disebabkan oleh gangguan tidur yang

dicetuskan oleh stessor psikologis(kekhawatiran, kecemasan,

terlalu gembira menyambut suatu cara untuk keesokan hari),

frekuensi berkemih, ketidaknyamanan fisik, kesulitan memilih

posisi yang nyaman, gerakan janin, dan perasaan sesak nafas.

b) Intervensi :

Memberikan anjuran dan nasehat untuk mengupayakan rasa

nyaman sebagai berikut : melakukan olahraga ringan setiap

hari,menghindari kafein, kurangi asupan cairan sebelum

waktu tidur, menghindari makanan dalam jumlah besar dalam

dua jam sebelum waktu tidur. Tidur dengan jam teratur, mandi

air hangat atau minum air hangat terutama susu hangat,

kurangi suara dan pencahayaan dalam ruangan

(Varney, 2006; Walsh,2008; Sinclair,2010; Marmi,2011;

Astuti, 2012).

3) Sering berkemih

a) Fisiologi :Pada akhir kehamilan, turunnya presentasi janin,

kandung kemih mendapat tekanan. Nocturia dapat terjadi

sebagian karena wanita berada pada posisi rekumben dan

kekuatan yang lebih kecil menekan vena kava inferior, yang

menambah aliran darah ke ginjal dan meningkatkan filtrasi

glomerulus.Uterus yang membesar mengakibatkan ruang


20

untuk distensi kandung kemih lebih kecil karena kongesti

panggul pada masa hamil ditunjukan oleh hiperemia kandung

kemih dan uretra.

b) Intervensi : penjelasan sebab terjadinya, kosongkan saat ada

dorongan untuk kencing, banyak minum di siang hari, jangan

kurangi minum di malam hari kecuali nocturia mengganggu

tidur dan menyebabkan keletihan, batasi minum bahan

diuretika alamiah: kopi, teh, kafein

(Varney,2006; Kusmiyati,2010; Sinclair, 2010; Hani, Ummi,

dkk, 2010; Marmi,2011; Sulistyawati;2013).

4) Edema kaki sampai tungkai.

a) Fisiologi :aliran balik vena terganggu akibat berat uterus yang

membesar. Edema tangan bisa terjadi pada akhir kehamilan,

terutama pada pagi hari, dan paling mungkin postural. Edema

umum dapat menjadi tanda pre-eklamsia

b) Intervensi : hindari posisi berbaring terlentang, hindari posisi

berbaring untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring

miring ke kiri, kaki agak ditinggikan, jika perlu seringlah

melatih kaki untuk ditekuk ketika berdiri atau duduk, angkat

kaki ketika duduk atau istirahat,meminimalkan berdiri atau

berjalan terlalu lama, hindari kaos kaki yang ketat atau pita

pada kaki, lakukan senam hamil secara teratur.


21

(Walsh,2008; yeyeh, 2009;Sinclair,2010; Marmi,2011;

Sulistyawati,2013).

5) Konstipasi

a) Fisiologis : pengerasan feses dapat terjadi akibat penurunan

kecepatan kerja peristaltis, yang disebabkan oleh progresteron,

pergeseran usus akibat pertumbuhan uterus, atau suplementasi

zat besi.

b) Intervensi : nasihat makanan tinggi serat buah dan sayuran,

ekstra cairan, hindari makanan berminyak, anjurkan olahraga,

(Walsh,2008; Kusmiyati,2010; Sinclair, 2010; Marmi,2011

Sulistyawati,2013)

Selain itu dapat juga dengan minum air hangat terutama ketika

perut kosong,istirahat cukup, BAB secara teratur dan segera

setelah ada dorongan (Hani, Ummi,dkk, 2010)

6) Varises

a) Fisiologis : selama masa hamil progresteron merelaksasi dinding

vena, dan aliran balik vena dari ekstremitas bawah terganggu

oleh uterus yang semakin membesar sehingga sistem vena

mendapat tekanan semakin besar dan akibatnnya timbul varises.

Kelebihan berat badan,pakaian ketat dan mengangkat barang

berat berperan dalam pembentukan varises. Varises banyak

terjadi di tungkai dan vulva saat kehamilan.


22

b) Intervensi : Tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk

berbaring dengan kaki ditinggikan 900 beberapa kali sehari,

Jaga agar kaki jangan bersilang, Hindari berdiri atau duduk

terlalu lama, senam untuk memperlancar peredaran darah,

Hindari pakaian dan korset yang ketat

(Walsh,2008; Bandiyah,2009; Kusmiyati,2010; Sinclair,2010;

Sulistyawati, 2013).

7) Keputihan

a) Fisiologis : sekret vagina yang lebih banyak dari biasannya

disebabkan sebagian oleh peningkatan produksi mukoid

kelenjar serviks yang dapat terjadi selama hamil. Selain itu,

jumlah glikogen yang diubah lactobacillus acidophilus pada

sel –sel epitel meningkat, dan sekresi bersifat asam

melindungi terhadap infeksi selama hamil

b) Intervensi : Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari,

memakai celana dalam yang terbuat dari katun dan mudah

menyerap, hindari pakaian dalam dari nilon, hindari

pemakaian pantyliner.

(Kusmiyati,2010; Sinclair,2010; Marmi,2011;

Sulistyawati,2013).

8) Nyeri Punggung bawah

a) Fisiologis : disebabkan oleh progresteron dan relaksin (yang

melunakkan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah yaitu


23

lordosis serta meningkatnya beban berat yang dibawa oleh

rahim sehingga terjadi penekanan terhadap akar syaraf.

b) Intervensi : gunakan body mekanik yang baik untuk

mengangkat benda sambil berdiri, mengunakan bra yang

menopang, berlatih dengan cara mengangkat panggul, hindari

ketidaknyamanan pekerjaan dengan sepatu hak tinggi,

mengangkat beban yang berat dan keletihan, gunakan kasur

yang tidak terlalu empuk untuk tidur dan gunakan bantal saat

tidur untuk meluruskan punggung. (Walsh,2008;

Kusmiyati,2010; Hani,2010; Marmi,2011; Astuti,2012;

Sulistyawati,2013)

Sedangkan menurut Sinclair (2010), Tindakan yang dilakukan

untuk mengurangi nyeri pada punggung bawah (pinggang)

yaitu dengan melakukan counter presure (penekanan) pada

daerah yang sakit ataupun nyeri.

9) Kontraksi Braxton Hicks

a). Fisiologis : Kontraksi Braxton Hicks meningkat pada satu atau

dua minggu sebelum persalinan, hal ini erat kaitannya dengan

meningkatnya jumlah reseptor oksitosin (akromiosin) dan gap

junction diantara sel – sel miometrium yang akan menyebabkan

rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu. Pada

bulan terakhir kehamilan, kontraksi Braxton Hicks dapat terjadi


24

setiap 10 sampai 20 menit dan dapat menimbulkan rasa tidak

enak.

b). Intervensi : istirahat, ubah posisi dan lakukan teknik bernafas

saat kontraksi mengganggu

(Bobak,2005; Cunningham,2005; Prawiroharjo,2010;

Saifuddin, 2011)

10) Haemoroid

a). Fisiologis :disebabkan oleh progesteron mempercepat relaksasi

otot polos yang menyebabkan kelemahan pada dinding

pembuluh darah. Tekanan rahim yang sedang bertumbuh

terhadap vena-vena di sekeliling rektum dan anus

menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Konstipasi karena

feses keras juga merupakan faktor terjadinya haemoroid.

b). Intervensi : Haemoroid dapat diatasi dengan menghindari

mengejan saat defekasi, menghindari konstipasi, makan

makanan yang berserat, mandi berendam dengan air hangat

yang dapat memberi kenyamanan dan meningkatkan sirkulasi

darah, Kompres es untuk mengurangi haemorrhoid, masukkan

haemorrhoid,perubahan diit makanan, rendam duduk.

(Varney,2007; Walsh,2007; Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Sulistyawati,2013)
25

f. Kebutuhan psikologis ibu hamil Trimester III

Agar proses psikologis dalam kehamilan berjalan normal dan

baik maka ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dan kenyamanan

dalam psikologisnya.

1) Support Keluarga

Kadang ibu dihadapkan pada suatu situasi yang ia sendiri

mengalami ketakutan dan kesendiriam. Kekhawatiran tidak

disayang kadang muncul setelah bayi lahir. tugas keluarga yang

saling melengkapi dan dapat menghindari konflik dengan cara

pasangan merencanakan untuk kedatangan anaknya, mencari

informasi bagaimana menjadi ibu dan ayah.(Walsh,2008;

Kusmiyati, 2010; Pantikawati, 2010,Marmi,2011;

Sulistyawati,2013).

Dalam Kusmiyati (2010) hubungan antara wanita dan ibunya

terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan dan

menjadi ibu (Rubin,1967). Keberadaan ibu disamping anak

perempuannya selama masa kanak-kanak seringkali berarti itu

juga aka hadir dan mendukung selama anaknya hamil.

2) Support dari Tenaga Kesehatan

Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khusunya bidan

mempunyai tempat tersendiri dalam dirinya. Harapan pasien

adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman terdekat dimana ia

dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi


26

kehamilan dan persalinan.

Peran bidan yaitu dengan memberi support atau dukungan

moral bagi klien, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi

kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu

yang normal. (Bobak, 2006; Astuti,2010; Kusmiyati,2010;

Marmi,2011; Sulistyawati,2013)

3) Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan

Selama kehamilan ibu banyak mengalami ketidaknyamanan

fisik dan psikologis. Bidan bekerja sama dengan keluarga

diharapkan berusaha dan secara antusias memberikan perhatian

serta mengupayakan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang

dialami oleh ibu. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa

wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya

selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan

fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah

melakukan penyesuaian selama masa nifas. (Bobak,2006;

Astuti,2010; Kusmiyati,2010; Marmi,2011; Sulistyawati, 2013).

4) Persiapan Sibling

Kehadiran seorang adik yang baru merupakan krisis utama bagi

seorang anak. Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau

merasa cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru. Beberapa

faktor yang mempengaruhi respon seorang anak adalah umur, sikap

orang tua, peran ayah, lama waktu berpisah dengan ibu, peraturan
27

kunjungan di rumah sakit dan bagaimana anak itu dipersiapkan

untuk suatu perubahan.

g. Kebutuhan Fisiologis Ibu HamilTrimester III

1) Nutrisi

Wanita hamil harus memperhatikan benar nutrisi untuk

dirinya terutama mengenai jumlah kalori, protein yang digunakan

untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Yang perlu

diperhatiakan adalah cara mengatur menu dan cara pengelolahan.

Menu yang disusun harus sesuai gizi yang seimbang yang terdiri

dari zat-zat seperti protein, karbohidrat, lemak , mineral, vitamin,

serta air. Hendaknya wanita hamil selalu mengkosumsi sayuran

dan buah-buahan untuk mencegah konstipasi.

Sebanyak 66 % kalori atau sebanyak 1440 Kkal untuk

pernafasan, sirkulasi, degestive, secret, suhu tubuh, pertumbuhan dan

perbaikan, untuk aktifitas seperti berjalan, bicara dan berpindah

membutuhkan 17%, untuk bekerja membutuhkan 7 – 10

% kalori dan untuk metabolisme membutuhkan 7 % kalori atau

114 Kkal. (Walsh,2008; Yulaikah,2008; Mochtar, 2011; Astuti,

2012; Pantikawati,2013)

Jenis makanan ibu hamil pada trimester III, seperti 3.5 gelas nasi,

2.5 potong daging, 5 potong tempe, 3 gelas sayur, 2 potong buah, 2

sdm minyak, 2.5 sdm kacang hijau, 2.5 sdm susu, 4 sendok
28

makan tepung sari kedelai, dan 1 sdm gula (Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil


Jenis Kebutuhan Peranan terkait kehamilan
Kebutuhan wanita Pertumbuhan janin dan jarigan ibu
Kalori tidak hamil + 108
kkal ( 452 kj)
Sintesis produk konsepsi, pertumbuhan
Protein 71 gram jaringan ibu dan peningkatan volume darah.
Peningkatan volume darah, eksresi produk
Air 3L sisa
Membatu eliminasi usus secara teratur,
Serat 28 gram mengurangi resiko jangka panjang pada
penyakit jantung
Mineral Tulang janin dan bayi serta pembentukan gigi
(kalsium) 1000 mg
Besi 30 mg Pembentukan hemoglobin ibu
Zink 11 mg Mencegah malforasi kongenital
Iodium 220 µg Meningkatkan laju metabolik ibu
Terlibat dalam metabolisme energi dan
Magnesium 350 – 360 mg
protein, pertumbuhan jaringan dan kerja otot
Vitamin Larut
Lemah
Penting untuk pembentukan sel, pembentukan
Vitamin A 770µg bakal gigi, pertumbuhan tulang.
Terlibat dalam absorbsi kalsium dan fosfat,
Vitamin D 5 µg meningkatkan mineralisasi
Antioksidan ( melindungi membran sel dari
Vitamin E 15 mg kerusakan ), terutama penting untuk
mencegah pemecahan sel darah merah
Vitamin Larut
Air
Pembentukan dan integritas jaringan,
Vitamin C 85 mg pembentukan jaringan ikat, peningkatan
absorbsi besi.
Mencegah defek tuba neuralis, mendukung
Folat 600 µg peningkatan pembentukan sel darah merah
ibu.
B6 atau Terlibat dalam metabolisme protein
1,9 mg
piridoksin
Produksi asam nukleat dan protein, terutama
B12 2,6 µg penting dalam pembentukan sel darah merah
dan fungsi syaraf
Sumber : (Lowdermilk, 2013 )

2) Oksigen

Kebutuhan oksigen meningkat kira – kira 20%.Pada

kehamilan 32 minggu atau lebih, usus – usus tertekan oleh uterus

yang membesar ke arah diafragma sehingga biasanya ibu


29

mengalami sesak napas.( Yulaikhah,2008; Kusmiyati,2010;

Marmi,2011; Mochtar, 2011)

3) Personal Hygiene

Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali,karena diperlukan

untuk kebersihan terutama untuk perawatan kulit karena fungsi

ekskresi dan keringat bertambah. Ibu dianjurkan untuk

menggunakan sabun lembut/ringan. Sebaiknya ibu hamil gosok

gigi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari, (Yulaikhah,2008;

Kusmiyati,2010; Marmi,2010; Mochtar, 2011; Sulistyawati,2013)

4) Perawatan Payudara

Payudara merupakan aset penting karena sebagai

persiapan laktasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

perawatan payudara adalah sebagai berikut:

a) Menghindari pemakaian bra yang terlalu ketat dan

menggunakan busa, karena dapat menggangu penyerapan

keringat.

b) Mengunakan bra yang menyokong payudara.

c) Hindari membersihkan puting susu menggunakan sabun

karenaakan menyebabkan iritasi. (Marmi,2011; Mochtar,

2011; Sulistyawati,2013)

Sebelum bayi lahir perlu dilakukan perawatan payudara agar

ibu dapat segera menyusui bayinya setelah melahirkan.

Perawatan dilakukan dengancara pengurutan pada payudara


30

untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus

laktiferus.Pengurutan dengan tidak hati-hati dan benar

menimbulkan kontraksi pada rahim (Prawirohardjo, 2010).

5) Eliminasi

Wanita perlu mempelajari cara membersihkan alat kelamin

yaiu dengan gerakan dari depan ke belakang setiap kali selesai BAK

atau BAB dan harus menggunakan tisu atau handuk bersih. Menjaga

kebersihan alat genital dan pakaian dalam.Wanita dianjurkan untuk

defekasi teratur dengan mengonsumsi makanan yang banyak

mengandung serat seperti sayuran. (Yulaikhah,2008;

Kusmiyati,2010;Mochtar, 2011; Astuti; 2012; Sulistyawati,2013)

6) Pakaian

Pakaian sebaiknya dipergunakan terbuat dari katun

sehingga mudah menyerap keringat. Daerah lipatan badan dapat

diberi bedak, hal ini mencegah kekeringan dan mengurangi

kemungkinan dermatitis kontak atau alergi. Pakaian sebaiknya

longgar sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang janin

.Menggunakan bra yang menompang secara pas. Stocking yang

ketat sebaiknya dihindari .Sepatu harus terasa pas enak dan

nyaman, tidak berhak/ bertumit tinggi dan lancip karena bisa

menggangu kestabilan kondisi tubuh dan bisa mencederai kaki.

(Manuaba, 2007; Kusmiyati,2010; Mochtar,2011; Astuti, 2012;

Cunningham, 2013; Sulistyawati,2013).


31

7) Seksual

Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan

kecuali jika terdapat tanda infeksi, sering terjadi abortus,

perdarahan pervaginam pada saat koitus, pengeluaran air ketuban

yang mendadak. Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda

sebelum kehamilan 16 minggu dan hamil tua, karena akan

merangsang kontraksi.

(Yulaikhah, 2008, Kusmiyati,2010; Marmi,2011; Mochtar,2011;

Sulistyawati,2013)

Pada trimester III biasanya gairah seksual akan dipengaruhi

oleh ketidaknyamanan dan body image (Pantikawati, 2012).

Ada beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin

berhubungan seksual dengan suaminya :

a). Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi

wanita hamil.

b). Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin yang

terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.

c). Lakukanlah dalam frekuensi wajar, 2 – 3 kali dalam seminggu.

(Astuti, 2012).

8) Istirahat

Istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil.

Normalnya istirahat malam 6-8 jam, sedangkan untuk tidur siang

tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur siang. Pada


32

trimester akhir kehamilan diringi dengan bertambahnya ukuran

janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi

yang paling baik dan nyaman. Posisi tidur yang dianjurkan pada

ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus, kaki kanan sedikit

menekuk dan diganjal dengan bantal dan untuk mengurangi rasa

nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah

kiri. (Yulaikhah,2008 ; Kusmiyati,2010; Mochtar,2011;

Sulistyawati,2013).

9) Mobilisasi / Body Mekanik

Secara anatomi, ligamen sendi putar dapat meningkatkan

pelebaran/ pembesaran pada rahim. Nyeri pada ligamen terjadi

karena pelebaran dan tekanan pada ligamen karena adanya

pembesaran rahim. Keluhan seperti pegal di punggug dan kram

kaki ketika tidur malam hari yang disebabkan tulang punggung

bertambah lodorsis karena tumpuan tubuh bergeser lebih ke

belakang dibandingkan sebelum hamil. Untuk mengurangi

keluhan dapat dilakukan body mekanik (Kusmiyati, 2010: 107).

Oleh karena itu, sikap tubuh yang perlu diperhatikan yaitu :

a) Duduk

Tempatkan tangan di lutut dan tarik tubuh ke posisi tegak. Atur

dagu ibu dan tarik bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri.
33

b) Berdiri

Sikap berdiri yang benar sangat membantu sewaktu hamil di saat

berat janin semakin bertambah, jangan berdiri untuk jangka

waktu lama. Berdiri dengan menegakkan bahu dan mengangkat

pantat. Tegak lurus dari telinga sampai tumit kaki.

c) Berjalan

Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi

atau tanpa hak. Hindari juga sepatu bertumit runcing karena

mudah menghilangkan keseimbangan. Bila memiliki anak

balita, usahakan tinggi pegangan keretanya sesuai untuk ibu.

d) Bangun dan berbaring

Untuk bangun dari tempat tidur, geser tubuh ibu ke tepi tempat

tidur, kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan

kedua tangan putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu.

e) Membungkuk dan mengangkat

Terlebih dahulu menekuk lutut dan gunakan otot kaki untuk

tegak kembali.

(Cunningham,2005; Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Astuti,2012; Mochtar,2013; Sulistyawati,2013)

10) Senam hamil

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk

mempersiapkan ibu hamil, secara fisik ataupun mental, pada

persalinan cepat, aman dan spontan. Waktu yang tepat melakukan


34

senam hamil adalah jika usia kandungan mencapai 6 bulan ke atas,

kecuali ada kelainan tertentu pada kehamilan. Tujuan dari senam

hamil yaitu menyesuaikan tubuh dalam menyangga beban

kehamilan, memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan,

membangun daya tahan tubuh, memperbaiki sirkulasi dan respirasi

dan menyesuaikan pada perubahan keseimbangan. Selain itu bisa

diberi pelvic rocking menurut penelitian Sih Rini pada tahun 2013

dengan judul pengaruh pelvic rocking terhadap pengurangan nyeri

pinggang persalinan kala 1 dan lama waktu persalinan kala II,

pelvic rocking ini berguna untuk mengurangi tekanan pada pinggang

dengan menggerakkan janin ke depan dari pinggang ibu secara

sementara,selain itu dapat mengurangi tekanan pembuluh darah

diarea uterus sehingga bisa membuat ibu merasa rileks.

11) Persiapan persalinan

Memastikan bahwa ibu memahami tentang siapa yang akan

menolong persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang akan

membantu dan menemani dalam persalinan, kemungkinan

kesiapan donor darah, metode trasportasi,dukungan biaya,

perlengkapan persalinan(baju ibu, baju bayi, serta perlengkapan

ibu dan bayi)

(Kusmiyati,2010; Marmi,2011;Sulistyawati,2013;Astuti, 2012;

Kepmenkes,2013).
35

h. Asuhan Antenatal

1) Pengertian

Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program

pelayanan kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan

maternal dan neonatal dengan kegiatan pamantauan rutin selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2010; Manuaba, 2010; Yulaikhah,

2009).

2) Tujuan

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi.

c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

d) Mempersiapkan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi sampai

usia 6 bulan.

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian asi eksklusif.


36

f) Mempersiapkan proses persalinan serta peran ibu dan keluarga

dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang

secara normal.

g) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,

persalinan, dan kala nifas.

h) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga

berencana.

i) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

perinatal. (Saifuddin, 2009; Manuaba, 2010; Mochtar,2013)

3) Penatalaksanaan dalam Kehamilan

Kunjungan selama periode Antenatal Care (ANC) dilakukan

paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu:

a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu).

b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu).

c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)

4) Standar ANC

Terdiri dari 10 T yang meliputi :

a) Timbang berat badan

Penimbangan dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk

mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.


37

b) Ukur LiLA

Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK).

LiLA dianggap KEK bila kurang dari 23,5 cm.

c) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (kenaikan sistole 20

mmHg dan diastole 15 mmHg).

d) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)

Pengukuran TFU dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan

janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan mulai akhir trimester I dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal. DJJ normal yaitu 120-160

x/menit dengan irama teratur.Gawat janin ditunjukkan apabila

DJJ lambat <120 kali/menit atau >160 kali/menit.

f) Tentukan presentasi janin

Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan

dilakukan untuk mengetahui letak janin.

g) Berikan imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu harus

mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali atau maksimal 5 kali


38

seumur hidup (Manuaba, 2010). Pada saat kontak pertama, ibu

hamil diskrining status imunisasi TT-nya.

TT1 dimulai dari usia 3 bulan bersamaan dengan

diberikannya imunisasi DPT-HB-hIb 1, selanjutnya TT2

diberikan pada usia 3 tahun bersamaan dengan diberikannya

imunisasi DPT-HB-HIb 2, selanjutnya TT3 diberikan pada

usia 5 tahun bersamaan dengan diberikannya imunisasi DT,

selanjutnya TT4 diberikan pada usia 10 tahun bersamaan

dengan diberikannya imunisasi Td,selanjutnya TT5 diberikan

pada usia 25 tahun bersamaan dengan diberikannya imunisasi

TD.(kemenkes,2015) Tetapi jika seorang wanita usia subur

belum melakukan TT maka TT wajib dilakukan sejak

kunjungan antenatal pertama atau saat sebelum menikah.

Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval Lama % Per-


Perlindungan lindung-
an

TT 1 Kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun* 80
TT 3 6 minggu setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur 99
hidup
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia

subur (WUS) tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan

akan terlindung dari Tetanus Neonatorum (Saifuddin, 2009).


39

h) Beri tablet tambah darah ( tablet Fe)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapatkan zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama. Pemberian zat besi 60 mg/hari

dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl/bulan. Tablet Fe

harus diminum dengan benar supaya proses penyerapan oleh

tubuh berjalan dengan baik.(Varney,2006; Saifuddin,2009;

Prawirohardjo, 2010; Robson, 2011; Mochtar, 2013 )

i) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)

(1) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan

mempersiapkan calon pendonor sewaktu-waktu bila

terjadi kegawatdaruratan.

(2) Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), pemeriksaan

dilakukan untuk megetahui apakah ibu menderita anemia

atau tidak.

(3) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui

adanya proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator pre-

eklampsia.

(4) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu hamil

yang dicurigai menderita diabetes.

(5) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil didaerah

endemis malaria dilakukan pemeriksaan.


40

(6) Pemeriksaan tes Sifilis, dilakukan didaerah dengan resiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis serta sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

(7) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV), ibu

dengan resiko tinggi dan diduga menderita HIV.

(8) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada

ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis.

j) Tatalaksana atau penanganan kasus

Setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

Kasus yang tidak dapat ditangani dapat dirujuk sesuai sistem

rujukan.Dalam memberikan asuhan kebidanan yang

berkesinambugan, upaya-upaya yang dapat dilakukan bidan

sebagai berikut :

(1) Peningkatan ( Promotif)

Dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan

(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada

masyarakat untuk pola hidup sehat).

(2) Pencegahan (Preventif)

Dapat dilakukan dengan pemberian imunsiasi TT pada

ibu hamil, pemeriksaan Hb, imunisasi bayi, pelaksanaan

senam hamil.
41

(3) Penyembuhan (Kuratif)

Dilakukan sebagai upaya pengobatan misalnya pemberian

tranfusi darah pada ibu dengan anemia berat karena

perdarahan post partum.

(4) Pemulihan (Rehabilitatif)

Misalnya pemulihan kondisi ibu post

SC (Mufdlilah, 2012; Kemenkes ,2016)

2. Menejemen Asuhan Kebidanan

Menejemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan

yang meliputi :

a. Standar I : Pengkajian

Tanggal/Jam Masuk : Untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

1) Data Subjektif

a) Identitas
Nama : Untuk mengenal pasien
Umur : Usia reproduksi sehat seorang wanita 20-35 tahun
Agama
: Untuk

memberikan motivasi sesuai dengan agama yang

dianut oleh pasien.

Suku/Bangsa:Untuk menentukan faktor pembawa genetika


pasien
42

Pendidikan :Untuk menyesuaikan dalam menentukan

pengetahuan kesehatan

Pekerjaan :Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi pasien

Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal serta

mempermudah saat melakukan pengkajian

maupun kunjungan.

(Varney,2006; Saifuddin,2009; Prawirohardjo, 2010; Robson,

2011; Mochtar, 2013)

b) Keluhan Utama

Ibu mengatakan sesak napas, sulit tidur, sering kencing,

bengkak dikaki, sulit BAB, keputihan, dan nyeri punggung,

ambeien, dan kenceng tidak teratur (Bobak,2005;

Cunningham,2006; Walsh,2008; Varney,2009; Sinclair,2010;

Saifuddin, 2011; Sulistyawati, 2013)

c) Data Kebidanan

(1) Riwayat perkawinan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah

tangga pasangan, antara lain sebagai berikut : berapa tahun

umur ibu saat pertama kali menikah, status perkawinan

sah/tidak, lama pernikahan, dan ini suami yang ke berapa

(Manuaba, 2007; Varney, 2007; Sulistyawati, 2009).


43

(2) Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mendeteksi

komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan

seputar kehamilan diantaranya menentukan hari pertama haid

terakhir (HPHT) berfungsi untuk menentukan taksiran

persalinan dengan rumus Naegle yaitu HPL= hari HT+7,

bulan HT-3, tahun HT+1, jumlah kunjungan ulang serta

keluhan tiap trimester, dan penggunaan obat selama

kehamilan. Gerakan janin yang biasanya dirasakan pada usia

kehamilan 18 – 20 minggu, pada primipara akan dirasakan

sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada

multigravida pada 16 minggu (Varney, 2007; Prawirohardjo,

2010; Mochtar,2013; Manuaba,2007)

(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Untuk mengetahui gravida atau jumlah kehamilan yang

pernah dialami wanita, tidak bergantung dari jumlah bayinya.

Para atau jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran

bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup

(Varney, 2007).Sedangkan menurut sumber lain terdapat

beberapa tambahan yaitu Abortus adalah terhentinya

kehamilan sebelum janin dapat hidup (viabel), berat janin

dibawah 1000g, tua kehamilan di bawah 28 minggu


44

(Manuaba,2007; saifuddin, 2009; Prawiroharjo,2010;

Mochtar, 2011).

(4) Riwayat penyakit yang lalu, sedang diderita serta riwayat

keluarga

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit, seperti gula, ginjal,

darah tinggi, jantung, TBC, dan HIV/AIDS. (Manuaba,2007;

saifuddin,2009; Prawiroharjo,2010; Elysabeth

Muliawan,2010 ;Oxford, 2013)

(5) Riwayat KB

Untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang pernah digunakan,

lama pemakaian, keluhan, alasan pasang dan alasan lepas

(Varney,2007; Prawiroharjo,2010; Kusmiyati, 2010;

Oxford,2013; Muliawan,2014).

d) Data kebiasaan sehari – hari

Menurut Sulistyawati (2012), berikut ini adalah kebutuhan

fisiologis ibu hamil trimester III :

(1) Nutrisi

Jenis makanan ibu hamil pada trimester III, seperti 3.5

gelas nasi, 2.5 potong daging, 5 potong tempe, 3 gelas sayur,

2 potong buah, 2 sdm minyak, 2.5 sdm kacang hijau, 2.5

sdm susu, 4 sendok makan tepung sari kedelai, dan 1 sdm

gula ((Walsh,2008; Yulaikah,2008; Kemenkes RI, 2011;

Mochtar, 2011; Astuti, 2012; Pantikawati,2013)


45

(2) Personal Hygiene

Ibu mengatakan mandi 2 kali dengan sabun mandi, gosok

gigi dan ganti pakaian 2 kali sehari, (Yulaikhah,2008;

Kusmiyati,2010; Marmi,2010; Mochtar, 2011;

Sulistyawati,2013)

(3) Istirahat

Ibu mengatakan istirahat malam 6-8 jam dan ibu tidak

terbiasa tidur siang. (Yulaikhah,2008 ; Kusmiyati,2010;

Mochtar,2011; Sulistyawati,2013).

(4) Eliminasi

Ibu mengatakan lebih sering BAK dan jarang BAB

(Kusmiyati,2008; Manuaba, 2010; Saifuddin, 2010;

Prawirohardjo, 2011, Sulistyawati,2013)

(5) Aktivitas / Mobilisasi

Ibu mengatakan jongkok terlebih dahulu saat mengangkat

beban dari bawah.

(Cunningham,2005; Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Astuti,2012; Mochtar,2013; Sulistyawati,2013)

(6) Pola Seksual

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam berhubungan

seksual. (Yulaikhah, 2008, Kusmiyati,2010; Marmi,2011;

Mochtar,2011; Sulistyawati,2013)
46

e) Data psikologis

1) Support Keluarga

Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung

kehamilan ini dengan selalu mendampingi ibu setiap periksa

kehamilan.(Walsh,2008; Kusmiyati, 2010; Pantikawati,

2010,Marmi,2011; Sulistyawati,2013).

2) Persiapan Sibling

Ibu mengatakan saudara belum siap menerima kehadiran

adiknya.

f) Data psikososial

Ibu mengatakan dilingkungan sekitar tidak ada tradisi tentang

kehamilan. (Walsh,2008; Kusmiyati, 2010; Pantikawati,

2010,Marmi,2011; Sulistyawati,2013).

2) Data Obyektif

a) Pemerikaan Umum

(1) Keadaan Umum

(2) Kesadaran

Composmentis .

b) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital

(1) Tekanan darah : 120/80 mmHg.(Hani,2009). Tekanan

darah normal berkisar antara 130/80 mmHg sampai 140/90

mmHg (Muliawan,2014)
47

(2) Suhu : (36,5-37,50C)(Kusmiyati, 2010; Mandriyawati,

2008).

(3) Pernapasan : 16-20x/menit (Kusmiyati,2010;

Mandriyawati, 2008).

(4) Nadi : 60-90 x/menit (Kusmiyati, 2010; Mandriyawati,

2008).

c) Pemeriksaan Antropometri

kenaikan berat badan pada trimester 3 sekitar 9,5 kg.

(Pantikawati,2010)

>145 cm (Kusmiyati, 2010; Mandriyawati, 2008;

Kemenkes,2010).

(3) LILA

< 23,5 cm (Kusmiyati, 2010;Mandriyawati, 2008;

Kemenkes,2010).

d) Pemeriksaan fisik:

(1) Kepala

Simetris, kulit tidak pucat,rambut bersih (Varney, 2007;

Walsh, 2008)

(2) Muka

tidak edema, tidak pucat, terdapat topeng kehamilan atau

cloasmagravidarum(Varney,2007; Saifuddin, 2010).


48

(3) Mata

Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, dan tidak ada

tanda-tanda infeksi. (Varney,2006)

(4) Hidung

Tidak ada nafas cuping hidung, kesimetrisan ukur bentuk

simetris, rongga hidung bebas sumbatan, tidak ada polip,

tidak ada tanda-tanda infeksi(Varney, 2007; Walsh,2008)

(5) Telinga

Tidak ada pembesaran, tidak ada tonjolan. (Varney, 2007)

(6) Mulut

Tidak ada sariawan dan tidak pucat. (Varney,2006;

Sulistyawati,2009)

(7) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena

jugularis. (Benson, 2009; Walsh,2008; Bobak, 2005;

Lowdernmilk, 2006; Manuaba, 2007)

(8) Payudara

Simetris, tidak ada benjolan/massa pada payudara, puting

susu menonjol, areola mengalami hiperpigmentasi,

pengeluaran kolostrum. (Cunningham, 2006; Manuaba,

2007; Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009; Prawirohardjo,

2010).
49

(9) Abdomen

Terdapat Striae, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas

operasi ( Bobak, 2005; Varney, 2007; Manuaba, 2007;

Cunningham, 2006).

(a) Palpasi :

- Leopold I

Tabel 2.4 Tinggi Fundus Uteri


Usia Kehamilan Tinggi Fumdus Uteri

30 minggu 3 jari diatas Pusat (29,5 – 30 cm)


34 minggu Pertengahan pusat-Prosesus
Xiphoideus(31 cm)

37 minggu 1 jari di bawah Procesus


Xiphoideus(32 cm)

40 minggu 3 jari di bawah Prosesus


Xiphoideus( 33 cm )

Sumber : Mochtar, 2011

- Leopold II

Bagian janin yang ada di sebelah kanan atau kiri

perut ibu. (ekstremitas atau punggung)

- Leopold III

Untuk mengetahui bagian terendah janin dan bagian

terendah janin sudah masuk panggul atau belum.

- Leopold IV

Untuk memastikan kembali bagian terendah janin

serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian

terendah janin telah memasuki pintu atas panggul.


50

(Manuaba, 2007; Saifuddin, 2009; Hana, 2010;

Muliawan, 2014)

- TBJ (Tafsiran Berat Janin) :

Dihitung dengan rumus sebagai berikut

(TFU-11) x 155 jika sudah masuk panggul

(TFU-12) x 155 jika belum masuk panggul.

(Hana, 2010)

(b) Auskultasi

DJJ normalnya 120 – 160 x/menit (Lowdernmilk,

2006; Manuaba, 2007; Saifuddin, 2010;

Prawirohardjo, 2010).

Cara menghitung DJJ : Dihitung 3 x 5 detik secara

berurutan, dapat diketahui teratur tidaknya DJJ,

contoh:

DJJ = 4 x (11+12+13) = 136 per menit teratur.

DJJ = 4 x (10+14+9) = 132 per menit tidak teratur.

(Manuaba, 2007)

(10) Genetalia

Terdapat tanda chadwick, goodell, dan hegar.

(Lowdernmilk, 2006; Varney, 2007; Manuaba, 2007)

(11) Ekstremitas atas dan bawah

Tidak ada odema dan varises. (Manuaba, 2007; Walsh,

2008; Benson, 2009; Hani, 2010)


51

(12) Reflek patella

Reflek patella (+) (Obsgyin UNPAD Bandung, 1983;

Manuaba, 2007; Varney,2007; Mufdlilah, 2009)

e) Pemeriksaan penunjang

(1) Hemoglobin

Hb 11gr% (tidak anemia). (Bobak 2005; Varney, 2007;

Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Benson, 2009) dan menurut

Prawirohardjo(2011) berkisar 10,5 – 14,0 gr%.

(2) Golongan Darah

Untuk mengetahui golongan darah pasien dan

mempersiapkan pendonor apabila sewaktu-waktu terjadi

kegawatdaruratan. (Bobak, 2005; Benson, 2009)

(3) HbSAg

HbSAg non reaktif. (Bobak, 2005; Manuaba, 2007)

(4) Pemeriksaan HIV

HIV non reaktif (Walsh, 2008)

(5) Pemeriksaan Urine

Tidak ada protein dalam urine (Bobak, 2005; manuaba,

2007; Hani, 2010)

b. Standart II : Perumusan Diagnosa/Analisa

Menetapkan diagnosa dan atau masalah berdasarkan pengkajian data

subjektif dan data objektif yang telah dilakukan.


52

1) Diagnosa kebidanan

Contoh penulisan diagnosa misalnya G1P0A0 umur 20 tahun usia

kehamilan 30 minggu hamil normal.

2) Masalah, dirumuskan sesuai kondisi klien (sesuai dengan keluhan

pasien).

3) Kebutuhan bagi ibu hamil trimester III biasanya bidan akan

memberikan konseling tentang nutrisi, perawatan payudara,

personal hygiene, pola istirahat, aktivitas seksual,tanda bahaya

kehamilan trimester III seperti perdarahan atau gerakan janin

berkurang, konseling tentang tanda – tanda persalinan, persiapan

persalinan serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) dan cara perawatan bayi (Yulaikhah,2008;

Sulistyawati,2009; Kusmiyati,2010; Marmi,2010;Prawirohardjo,

2010;Mochtar, 2011).

c. Standart III : Perencanaan

Perencanakan asuhan kebidanan disusun berdasarkan diagnosa dan

masalah yang telah ditegakkan. Perencanaan asuhan pada ibu hamil

trimester III antara lain :

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2) Beri informasi tentang gizi ibu hamil

3) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

4) Beri informasi tentang ketidaknyamanan TM III

5) Beri informasi tentang tanda bahaya TM III


53

6) Beri informasi tentang body mekanik

7) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb.

8) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG.

9) Berikan senam hamil

10) Berikan informasi tentang tanda-tanda persalinan.

11) Berikan informasi tentang persiapan persalinan.

a) Evaluasi P4K

b) Apa saja yang perlu dibawa ke rumah sakit saat hari persalinan :

Kain (jarik) secukupnya, baju bayi, popok, selimut, topi, sarung

tangan, kaos kaki bayi, baju ganti ibu secukupnya, underware

secukupnya, perlengkapan mandi, pembalut khusus.

Perlengkapan tersebut dimasukkan dalam 1 tas dan sudah

disiapkan jauh hari sebelum perkiraan tanggal persalinan.

12) Berikan informasi tentang ASI Eksklusif

13) Berikan informasi kepada keluarga untuk memberi dukungan pada

ibu.

14) Berikan informasi agar ibu melakukan kunjungan ulang tiap 1

bulan, 2 minggu atau segera jika ada keluhan.

(Cunningham,2005; Walsh,2008; Yulaikah,2008; Kusmiyati,2010;

Marmi,2011; Mochtar,2011; Astuti,2012; Pantikawati,2013;

Sulistyawati,2013)

d. Standart IV : Implementasi

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.


54

2) Memberi informasi tentang gizi ibu hamil

3) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup.

4) Memberi informasi tentang ketidaknyamanan TM III

5) Memberi informasi tentang tanda bahaya TM III

6) Memberi informasi tentang body mekanik

7) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb.

8) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG.

9) Memberikan senam hamil

10) Memberikan informasi tentang tanda-tanda persalinan.

11) Memberikan informasi tentang persiapan persalinan.

a) Evaluasi P4K

b) Apa saja yang perlu dibawa ke rumah sakit saat hari persalinan :

Kain (jarik) secukupnya, baju bayi, popok, selimut, topi, sarung

tangan, kaos kaki bayi, baju ganti ibu secukupnya, underware

secukupnya, perlengkapan mandi, pembalut khusus.

Perlengkapan tersebut dimasukkan dalam 1 tas dan sudah

disiapkan jauh hari sebelum perkiraan tanggal persalinan.

12) Memberikan informasi tentang ASI Eksklusif

13) Memberikan informasi kepada keluarga untuk memberi dukungan

pada ibu.

14) Memberikan informasi agar ibu melakukan kunjungan ulang tiap 1

bulan, 2 minggu atau segera jika ada keluhan.


55

(Cunningham,2005; Walsh,2008; Yulaikah,2008; Kusmiyati,2010;

Marmi,2011; Mochtar,2011; Astuti,2012; Pantikawati,2013;

Sulistyawati,2013)

e. Standart V : Evaluasi

1) Ibu mengerti hasil pemeriksaan meliputi tanda-tanda vital,

palpasi, auskultasi, dan inspeksi.

2) Ibu telah mengetahui tentang kebutuhan gizi yang dibutuhkan

selama kehamilan dan mampu memenuhi asupan gizi yang

diperlukan.

3) Ibu telah istirahat cukup yaitu istirahat malam normalnya 6-8 jam,

sedangkan untuk tidur siang tidak semua wanita mempunyai

kebiasaan tidur siang

4) Ibu telah mengetahui informasi tentang tanda bahaya trimester III

yaitu tekanan darah tinggi, pusing, keluar cairan dari jalan lahir,

penglihatan kabur.

5) Ibu telah mengetahui tanda-tanda bahaya TM III dan segera ke

pelayanan kesehatan bila menemukan tanda-tanda tersebut.

6) Ibu telah mengetahui bagaimana posisi tubuh yang dianjurkan

selama hamil.

7) Ibu telah melakukan pemeriksaan Hb di bidan maupun di

puskesmas dan Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.

8) Ibu telah melakukan USG untuk mendeteksi adanya kelainan janin

9) Ibu telah melakukan senam hamil secara mandiri.


56

10) Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan dengan mampu

menjawab pertanyaan dari bidan.

11) Ibu mampu menjelaskan tentang persiapan persalinannya.

12) Ibu telah mengetahui pengertian ASI Eksklusif dan mampu

menjelaskan kembali.

13) Keluarga telah mengetahui tentang bentuk dukungan untuk ibu

selama kehamilan.

14) Ibu melakukan kunjungan kehamilan setiap 1 bualn, dua minggu

dan bila ada keluhan.

(Cunningham,2005; Walsh,2008; Yulaikah,2008;

Kusmiyati,2010; Marmi,2011; Mochtar,2011; Astuti,2012;

Pantikawati,2013; Sulistyawati,2013)

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Mencatat seluruh pengkajian, diagnosa, dan atau masalah dan

kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku ( SOAP ) dalam

status klien dan mencatat hasil pelayanan dalam rekam medis atau

buku KIA/kartu pasien


57

B. PERSALINAN

1. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian

Persalinan dari segi fisik dapat digambarkan sebagai suatu proses

ketika janin dan membrane dikeluarkan melalui jalan lahir, (Fraser,

2009; Mochtar,2013; Lowdernmilk, 2013).

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

(Prawirohardjo,2009; Sumarah, 2009; Fraser, 2009; Manuaba, 2010)

b. Tanda-Tanda Persalinan

Ada beberapa tanda persalinan menurut Cunninghan 2006; JNPK-

KR,2008; Varney, 2009; Fraser,2009; Asrinah, 2010; Mochtar, 2013 ;

Lowdernmilk, 2013.

1) Tanda Permulaan Persalinan

a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada

primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena

kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang

persalinan

.
58

b) Perut kelihatan lebih besar / melebar, fundus uteri menurun.

c) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih

tertekan bagian bawah janin.

d) False labor pains yaitu perasaan sakit di perut dan dipinggang

oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari uterus.

e) Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

f) Menurunnya 0,5-1,5kg berat badan yang disebabkan oleh

mengurangnya perubahan cairan elektrolit yang disabkan oleh

hormone perubahan kadar estrogen dan progresteron

2) Tanda In – Partu

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan – robekan kecil pada serviks.

c) Pengeluaran cairan terjadi akibat pecahnya ketuban atau

selaput ketuban robek, sebagian besar ketuban baru

menjelang pecah pembukaan lengkap tetapi kadar pecah pada

pembukaan kecil.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar terjadi pembukaan

serviks.
59

Pemeriksaan dalam dimulai dari :

(1) Observasi labia untuk adanya tanda-tanda varises, edema,

kutil atau lesi vulva, serta riwayat episiotomy

sebelumnya, perdarahan dari vagina, apabila ada cairan

yang keluar dicatat warna dan bau.

(2) Ujung vagina untuk mengetahui posisi os uteri yang

normalnya terletak ditengah.

(3) Serviks

(a) Panjang Kanal serviksmerupakan serviks yang

panajng dan tertutup rapat mengindikasikan bahwa

persalinan belum dimulai. Kanal servik dapat

menghilang sebagian atau seluruhnya bergantung

pada derajat penipisan. Serviks primigraviga dapat

menipis secara keseluruan tetapi tetap tertutup.

(b) Konsistensi serviks, serviks harus lunak, elastis dan

terletak sangat dekat dengan presentasi janin.

(c) Dilatasi serviks adalah jarak pembukaan dihitung

dalam cm, dilatasi 10 cm sama dengan pembukaan

lengkap.

(4) Selaput ketuban dapat teraba pada os yang berdilatasi. Jika

diraba diantara kontraksi, membran tersebut akan

mengendur, tetapi akan menegang saat uterus berkontraksi


60

dan pada saat ini cairan dibelakangnya akan lebih mudah

untuk dikaji.

(5) Bagian presentasi janin adalah bagian janin yang terdapat

didalam os uteri selama persalinan. Untuk mengkaji

penurunan janin dalam persalinan, tingginya letak bagian

presentasi janin.(Chuninghan,2006; Fraser,2009)

c. Penyebab mulainya persalinan

1) Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus, mulai

terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

Progesteron bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim.

Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang

menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

2) Teori plasenta menjadi tua : penuaan plasenta akan menyababkan

turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan

pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

3) Teori keregangan : ukuran uterus yang semakin membesar dan

mengalami penegangan akan mengakibatkan otot – otot uterus

mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat

plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan

menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik

kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.


61

4) Teori iritasi mekanik: dibelakang Serviks, terletak ganglion

servikale (pleksus frankenhauser). Apabila ganglion tersebut

digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul

kontraksi uterus.

5) Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan

dengan :

a) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus

frankenhauser.

b) Amniotomi: pemecahan ketuban

c) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus

6) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desisua. Pemberian prostaglandin

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat menurunkan

pemicu terjadinya persalinan.

7) Teori oksitosin : pada akhir kehamilan hormone oksiton bertambah

sehingga dapat menimbulkan his.

(Mochtar,2013; Rohani,2013 ;sumarah,2009; Asrinah,2010;

Manuaba,2010)
62

d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1) Power

a) His adalah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan. Sifat his

yang baik:

(1) Teratur, kontraksi simetris dari atas ke bawah.

(2) Paling kuat di fundus dekat korpus.

(3) Makin lama makin sering, intensitas makin kuat, durasi

makin lama.

(4) Menghasilkan pembukaan dan penurunan kepala.

b) Tenaga Mengejan

Tenaga mengejan muncul karena kontraksi otot – otot dinding

perut, kepala di dasar panggul, dan paling efektif saat kontraksi

atau his. Tenaga meneran ini dapat berhasil jika pembukaan

sudah lengkap dan paling efektif dari suatu kontraksi rahim.

Apabila dalam persalinan ibu melakukan meneran terlalu dini

maka dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan

menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma serviks.

2) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir dibagi atas bagian keras tulang – tulang panggul

(rangka panggul) dan bagian lunak (otot – otot, jaringan –

jaringan dan ligamen – ligamen).


63

Bidang Hodge digunakan sebagai pedoman untuk menentukan

seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.

Bidang hodge terdiri dari :

a) Hodge I, sejajar dengan pintu atas panggul (PAP)

b) Hodge II, yaitu sejajar PAP melalui tepi bawah simpisis

c) Hodge III, yaitu sejajar dengan Hodge I dan Hodge II melalui

spina insiadika.

d) Hodge IV, yaitu ujung os. koksigis

3) Passenger (Janin)

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari

faktor passenger adalah :

a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian

depan jalan lahir seperti presentasi kepala, presentasi bokong,

presentasi bahu.

b) Sikap janin yaitu hubungan janin (kepala) dengan bagian janin

lainnya (badan) misalnya fleksi, defleksi, dan lain – lain.

c) Posisi janin yaitu hubungan bagian / point penentu dari bagian

terendah janin dengan panggul ibu.

d) Bentuk / ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala

untuk melewati jalan lahir.

4) Psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan.

Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang


64

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih

lancer dibanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini

menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi

keadaan psikis ibu, yang berpengaruh tehadap kelancaran proses

persalinan.

5) Penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat

untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian

maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang

baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan

asuhan tidak terjadi.

(Rohani,2013; Asrinah,2010; Sunarah,2009 ; Lowdermilk,2013;

Sondakh,2013).

Namun menurut Lowdermilk (2013) terdapat tambahan

dalam faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu

Posisi Ibu Bersalin yang berupa mengubah posisi membuat rasa

letih hilang, membuat rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.

Posisi tegak meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk, dan

jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya grafitasi yang

membantu penurunan janin. Kontraksi uterus lebih kuat dan

efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga

persalinan lebih cepat.


65

e. Mekanisme Persalinan

1) Penurunan Kepala

Penurunan kepala berlangsung terus selama persalinan

normal sewaktu janin melalui jalan lahir. Proses engagement harus

terjadi sebelum persalinan dimulai pada primigravida. Penurunan

kepala ini disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus dan pada kala

II dibantu oleh kekuatan mengejan dari pasien dan sedikit oleh

gaya berat. (Chuninghan,2006; Walsh,2008; Varney,2009;

Fraser,2009; Risma,2009 ; Oxorn,2010 ; Lowdernmilk,2014)

2) Fleksi

Ketika kepala janin menemui tahanan struktural tulang

pelvis dan otot pelvis,kepala dipaksa masuk dengan sikap lebih

fleksi. Fleksi kepala terhadap toraks mungkin terjadi karena dagu

dan mandibula janin biasanya sangat kecil dalam kaitannya

dengan aspek lain wajah dan dapat lebih mudah terdorong ke

belakang dan karena relaksin dapat meningkatkan fleski

vertebrata servikalis lebih besar dari pada yang memungkinkan

setelah kelahiran Asinklitismus anterior (Naegle) di promotorium

(Chuninghan,2006; Walsh,2008; Varney,2009; Fraser,2009;

Risma,2009 ; Oxorn,2010 ; Lowdernmilk,2013)

3) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa hingga bagian terendah dari bagian depan janin


66

memutar ke depan ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang

kepala,bagian terendah ialah daerah ubun – ubun kecil dan bagian

inilah yang akan memutar ke depan ke arah simfisis. Rotasi dalam

penting untuk menyelesaikan persalinan karena merupakan suatu

usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan

lahir khususnya bidang tengah dan pintu bwah panggul

(Chuninghan,2006; Walsh,2008; Varney,2009; Fraser,2009;

Risma,2009 ; Oxorn,2010 ; Lowdernmilk,2013)

4) Ekstensi

Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi

ke arah anterior oleh perinium. Mula – mula oksiput melewati

permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul akibat

ekstensi : pertama – tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya

dagu. Ketika kepala janin muncul melalui introitus, banyak faktor

mendorongnya dari fleksi sampai ekstensi. Dorongan kontraksi

mendorong janin ke bawah sementara tahanan otot pelvis

mendorongnya anterior mengikuti lengkungan normal jalan lahir

(Chuninghan,2006; Walsh,2008; Varney,2009; Fraser,2009;

Risma,2009 ; Oxorn,2010 ; Lowdernmilk,2013)

5) Restitusi

Kepala janin memutar kembali ke arah punggung anak

untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran

paksi dalam (Rohani dkk, 2013). Ketika kepala dilahirkan,


67

kurangnya tahanan memungkinkan untuk berotasi spontan 45

derajat ke kiri,sehingga menempatkannya ke dalam kesejajaran

dengan tubuh (Walsh,2008; Varney,2009; Fraser,2009;

Risma,2009 ; Oxorn,2010 ; Lowdernmilk,2013)

6) Putaran paksi luar

Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam

rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala

bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam di mana ukuran bahu

(diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu

kepala bayi juga melanjutkan putaran sehingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak (Chuninghan,2006 ;

Walsh,2008; Varney,2009; Fraser,2009 ; Risma,2009 ; Oxorn,2010

; Lowdernmilk,2013)

7) Ekspulsi

Ketika bahu dilahirkan, seluruh tubuh dilahirkan dengan

cepat. kelahiran tubuh terjadi karena fleksi lateral, yang mengikuti

lengkung normal jalan lahir. (Chuninghan,2006; Walsh,2008;

Varney,2009; Fraser,2009 ; Risma,2009 ; Lowdernmilk,2013 )


68

f. Partograf.

1) Pengertian

Partograf adalah alat yang digunakan untuk mencatat

informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik

ibu dalam persalinan dan sangat penting untuk membuat

keputusan klinik selama kala I (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;

Sumarah,2009; Saifudin,2009 ; Nurasiah,2014;

Prawirohardjo,2014).

2) Tujuan Partograf

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

memeriksa dilatasi servik saat pemeriksan dalam

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal

dan bidan membuat deteksi dini kemungkinan terjadinya partus

lama (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003 ; Sumarah,2009;

Saifudin,2009 ; Nurasiah,2014 ; Prawirohardjo,2014).

Namun menurut Nurasiah (2014) terdapat tambahan dalam

tujuan partograf yaitu :

Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan, porses persalinan, bahan dan

medika mentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua dicatatan secaa rinci pada status atau

rekam medik ibu bersalin atau bayi baru lahir.


69

3) Pencatatan Partograf

Pada Partograf petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin

sebagai berikut :

a) Informasi tetang ibu Pencatatan pada lembar depan partograf

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada

saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis

sebagai ”jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah

ketuban.(Sumarah,2009; Johariyah,2012 ; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014)

b) Kesehatan dan kenyamanan janin

Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk

pencatatan detak jantung janin (DJJ), air ketuban dan

penyusupan (kepala janin).

(1) DJJ

Penilaian DJJ dilakukan setiap 30 menit. Skala angka di

sebelah kolom paling kiri menunjukkan jumlah DJJ. Catat

DJJ dengan memberi tanda titik pada garis dengan angka

yang sesuai kemudian menghubungkan titik satu dengan

yang lainnya dengan garis yang tidak terputus. DJJ normal

antara 120-160 x/menit. (Cuningham,2005; Nurasiah,2014)

sedangkan menurut Walsh(2008) dan Lowdernmilk(2013)

DJJ normal antara 110-160x/menit.


70

(2) Warna dan adanya air ketuban

U : Ketuban utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban pecah, air ketuban jernih

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D : Ketuban sudah pecah dan bercampur darah

K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada ketuban (kering)

(3) Molase (penyusupan kepala)

0 : Tulang - tulang kepala janin terpisah, sutura

mudah dipalpasi.

1 : Tulang - tulang kepala janin sanya saling

bersentuhan.

2 : Tulang - tulang kepala janin saling tumpang

tindih, tetapi masih bisa dipisahkan.

3 : Tulang - tulang kepala janin tumpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan.

Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan

kemungkinan adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009;

Joharyah,2012 ; Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)


71

c) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur ke 2 pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan angka 0-10 yang tertera ditepi kolom

paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap angka

mempunyai lajur dan kotak yang lain pada lajur diatasnya,

menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm skala angka 1-5

juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Tiap kotak

dibagian ini menyatakan waktu 30 menit.

(1) Pembukaan mulut Rahim (serviks). Pembukaan serviks

dinilai setiap 4 jam sekali dan diberi tanda silang (x). hasil

pemeriksaan dalam atau VT selanjutanya ditulis sesuai

dengan waktu pemeriksaan dan dihubungkan dengan garis

lurus. Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada

perlu diperhatikan apa penyebabnya dan penolong harus

menyiapakan ibu untuk merujuk.

(2) Penurunan. mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5

bagian) yang teraba (pemeriksaan bimanual) diatas simfisis;

catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan

dalam. Pada posisi 0/5 menyatakan bahwa kepala janin sudah

tidak dapat lagi dipalpasi diatas simpisis pubis. (Pusdiknes-

WHO-JHPIEGO,2003 ; Sumarah,2009; Johariyah,2012 ;

Nurasih,2014; Prawirohardjo,2014)
72

e) Jam dan waktu

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16, setiap

kotak menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan. (Sumarah,2009; Johariyah,2012 ; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014)

f) Kontraksi uterus

Mencatat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya tiap-tiap kontraksi dengan hitungan detik. His pada

kala II lebih dari sama dengan 4 kali dalam 10 menit durasi

lebih dari 50 detik.

(1) : Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya < 20 detik.

(2) / : Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

(3) : Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya > 40 detik.

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; lowdernmilk,2013;

Sumarah,2009; Johariyah,2012 ; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014)
73

g) Obat dan cairan yang diberikan.

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur

kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan

IV. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009;

Johariyah,2012 ; Nurasih,2014; Prawirohardjo,2014)

h) Kesehatan dan kenyamanan ibu

Bagian terakhir dari pada lembar depan partograf berkaitan

dengan kesehatan dan kenyamanan ibu

(1) Nadi, tekanan darah dan suhu

(a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan beri tanda titik (.) pada titik yang

sesuai.

(b) Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase

aktif persalinan beri tanda panah dalam patograf

pada kotak yang sesuai.

(c) Nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam dan catat

temperature tubuh pada kotak yang sesuai.

(2) Volume urin, Protein atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2 jam (

setiap kali ibu berkemih).Jika memungkinkan setiap kali

ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau

protein dalam urin. Bila ada yang melintas ke arah kanan

dari garis waspada, petugas kesehatan harus menilai


74

penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera

mencari rujukan yang tepat. (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Sumarah,2009; Johariyah,2012 ;

Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)

i) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah

tentang kemajuan persalinan, cantumkan juga tanggal dan

waktu saat pembuatan catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan atau keputusan klinik mencakup :

(1) Jumlah cairan peroral yang diberikan.

(2) Keluhan sakit kepala / penglihatan (pandangan) kabur.

(3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn,

bidan, dokter umum).

(4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.

(5) Upaya rujukan.

(Sumarah,2009; Johariyah,2012; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014 )

g. Tahapan Dalam Persalinan

Tahapan persalian menurut dibagi menjadi 4 kala, yaitu :

1) Kala I

Kala I persalinan dimulai dari saat persalinan mulai sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu :


75

a) Fase laten, pembukaan berlangsung lambat sejak awal

kontraksi dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3

cm. Fase laten pada primigravida berlangsung 8-10 jam dan

pada multigravida berlangsung 6-8 jam.

b) Fase aktif, pembukaan serviks mulai dari pembukaan 4 sampai

10 cm, dibagi menjadi 3 subfase :

(1) Periode akselerasi

Pembukaan menjadi 4 cm berlangsung selama 2 jam.

(2) Periode dilatasi maksimal

Pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, berlangsung

selama 2 jam.

(3) Periode deselerasi

Dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

Penambahan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan

pada multigravida pembukaan 2 cm/jam, dengan perhitungan

tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat

diperkirakan. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;

Chuninghan,2006 ; Sumarah,2009; Sulistyawati,2009 ;

Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013)

2) Kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Pada primigravida berlangsung


76

selama 2 jam dan multigravida 1 jam. Diagnosis kala II dapat

ditegakan atas dasar pemeriksan dalam yang menujukkan :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan

atau vagina.

d) Perineum menonjol.

e) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

g) Tanda pasti kala II yaitu pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina. (Pusdiknes-

WHO-JHPIEGO,2003; Chuningham,2006; Sumarah,2009;

Sulistyawati,2009 ; Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013)

3) Kala III

Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya

plasenta dan selaput plasenta. Proses ini biasanya berlangsung 5-

30 menit setelah bayi lahir.

a. Tanda – tanda Lepasnya Plasenta

(1) Uterus menjadi bundar

(2) Uterus sterdorang ke atas, karena plasenta dilepas segmen

bawah rahim.
77

(3) Tali pusat bertambah panjang

(4) Terjadi perdarahan.

b. Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga

dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan

mengurangi kehilangan darah.

Terdiri dari 3 langkah utama : pemberian oksitosin dalam

1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM pada 1/3 bagian

atas paha bagian luar (aspektus lateralis), melakukan

peregangan tali pusat, dan massase fundus uteri.

c. Pemeriksaan Plasenta

(1) Pastikan jumlah pembuluh darah 2 arteri 1 vena

(2) Pastikan membrane lengkap

(3) Inspeksi pada sisi maternal untuk memeriksa kelengkapan

plasenta, klasifikasi, infart, tumor atau kista, edema, warna,

plasenta multiple

(4) Inspeksi sisi janin untuk memeriksa insersi tali pusat, kista,

atau adanya mekonium

(5) Kotiledon yang berjumlah 20 buah

(6) Bentuk dan ukuran. Plasenta berbentuk oval serta ukuran

diameter 15-20cm, tebal 2-3cm dan berat ± 500gram.

Panjang tali pusat 30-100 cm.


78

(Varney,2009 ; Sumarah,2009; Prawirohardjo,2010 ;

Moctar,2013).

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah

proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV

antara lain :

a) Tingkat kesadaran

b) Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafasan,

dan suhu, TFU (setelah bayi lahir setinggi pusat, setalah

plasenta lahir 2 jari bawah pusat), kontraksi rahim yang keras,

perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka

laserasi perineum normal derajat 1 (mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perineum) dan derajat 2 (mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otor perineum), kandung

kemih dikosongkan karena dapat mengganggu kontraksi rahim.

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan, dianggap normal jika darah yang keluar

tidak lebih dari 400-500 cc

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;Cuningham,2006;

Saifudin,2008 ; Fraser,2009; Sumarah,2009; Prawirohardjo,2010 ;

Lowdernmilk,2013; Nurasiah,2014 h.145 ; Kemenkes,2015 h.104)


79

Tabel 2.5 Lama Persalinan pada primigravida dan multigravida


Kala Persalinan Primigravida Multigravida

I 10-12 jam 6-8 jam

II 1-1,5 jam 0,5-1 jam

III 10 menit 10 menit

IV 2 jam 2 jam

Jumlah(tanpa 10-12 jam 8-10 jam


memasukkan kala IV yang
bersifat observasi)
Sumber : Manuaba (2012)

h. Perubahan fisiologis dan psikologis pada masa persalinan

1) Perubahan fisiologis meliputi :

a) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol

meningkat 10 – 20 mmHg dan diastole meningkat 5 – 10

mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti

sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari telentang menjadi

miring dapat mengurangi peningkatan tekanan darah,

peningkatan tekanan darah ini juga dapat disebabkan oleh rasa

takut dan khawatir. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;

Varney,2009; Fraser,2009; Sumarah,2009;

Prawirohardjo,2010; Lowdernmilk,2013; Nurasiah,2014).

b) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak

jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara

kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan sebelum


80

persalinan. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan

dari uterus dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini

menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10 – 15%.

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Varney,2009;

Fraser,2009 ; Sumarah,2009; Prawirohardjo,2010 ;

Lowdernmilk,2013 ; Nurasiah,2014)

c) Sistem reproduksi wanita, diantaranya adalah : Segmen Atas

Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR). Sejak

kehamilan lanjut, uterus terbagi menjadi 2 yaitu segmen atas

rahim yang terbentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah

rahim yang terbentuk dari isthmus uteri. SAR memegang

peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya

bertambah tebal seiring majunya persalinan. Sebaliknya SBR

memegang peranan pasif, akan makin tipis dengan majunya

persalinan karena diregang.

d) Perubahan bentuk rahim (uterus)

Kontraksi uterus bertanggung jawab atas penipisan dan

pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan.

e) Perubahan pada serviks

Persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan

yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan

diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap. Kala ini dibagi

menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.


81

f) Perubahan vagina dan dasar panggul

Ketuban ikut merenggangkan bagian atas vagina yang

sejak kehamilan mengalami perubahan sehingga dapat dilalui

oleh janin. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama

pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin.

Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul direnggang

menjadi saluran dengan dinding – dinding tipis.

(Sumarah,2009; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

g) Sistem pencernaan

(1) Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan

meningkat secara terus – menerus. Kenaikan ini sebagian

besar disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot tubuh.

(2) Mortilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara

substansial berkurang sangat banyak selama persalinan.

(3) Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya

kala I persalinan.

(4) Makanan yang dikonsumsi sesaat sebelum persalinan

atau fase laten persalinan kemungkinan akan tetep berada

dilambung sepnjang proses persalinan.

(5) Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita.

Bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernapas

melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi

terhadap persalinan.
82

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Varney,2009;

Fraser,2009; Sumarah,2009; Lowdernmilk,2013;

Nurasiah,2014)

h) Suhu tubuh

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi

karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu

tubuh tidak boleh melebihi 1 – 2 ºF (0,5 – 1

ºC).(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Varney,2009;

Fraser,2009; Sumarah,2009; Lowdernmilk,2013;

Nurasiah,2014)

i) Sistem pernapasan

Kenaikan sedikit dalam jumlah pernapasan adalah normal

selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan

metabolisme yang terjadi. Hyperventilasi yang lama

merupakan kondisi tidak normal dan bias menyebabkan

alkalosis.(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Varney,2009 ;

Fraser,2009; Sumarah,2009; Lowdernmilk,2013;

Nurasiah,2014)

j) Sistem perkemihan

(1) Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin

diakibatkan oleh kardiak output yang naik selama

persalinan dan kemungkinan besar kenaikan dalam angka

filtrasi glomerular serta aliran plasma renal. Poliuri tidak


83

begitu terlihat dalam posisi terlentang, yang mempunyai

efek mengurangi aliran urine selama kehamilan. Kandung

kecing harus sering sering dikontrol setiap 2 jam yang

bertujuan untuk menghambat bagian terendah janin dan

trauma pada kandung kemih serta menghindari rentensi

urine setelah melahirkan

(2) Sedikit proteinuria (trace +1) adalah biasa dalam sepertiga

sampai separuh jumlah wanita dalam persalinan.

Proteinuria +2 atau lebih sudah jelas tidak normal.

Fraser,2009; Sumarah,2009; Lowdernmilk,2013 ;

Nurasiah,2014)

k) Perubahan endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di

mana terjadi penurunan kadar progesterone dan peningkatan

kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.(Bobak,2005;

Lowdernmilk,2013; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

l) Perubahan integument

Adaptasi sistem integumen khususnya distensibilitas yang

besar pada introitus vagina yang terbuka. Derajat

distensibilitas bervariasi pada ibu yang melahirkan. Walaupun

tanpa episiotomy atau laserasi, robekan kecil pada kulit sekitar

introitus vagina mungkin terjadi.(Bobak,2005;


84

Kriebs,2005 ;Sumarah,2009 ; Lowdernmilk,2013;

Rohani,2013)

m) Perubahan musculoskeletal

(1) Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan

asam basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah

terjadinya kram pada kaki.

(2) System muskuluskeletal mengalami stress selama

persalinan. Diaphoresis, keletihan, proteinuria (+1), dan

kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan

aktivitas otot yang menyolok.

(Bobak,2005; Lowdernmilk,2013; Rohani,2013)

2) Perubahan Psikologis ibu bersalin

Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung

pada kondisi wanita yang bersangkutan. Namun perlu juga

untuk diketahui bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia

(yang disadari) dan proses biologisnya yang tidak dipengaruhi

oleh proses psikis. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa

membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan ibu

bersangkutan mudah lelah, badan tidak nyaman, tidak nyenyak

tidur, sering kesulitan dalam bernapas, dan beban jasmaniah

lainnya saat menjalani proses kehamilannya. Pada ibu bersalin

terjadi beberapa perubahan psikologis diantaranya:

a) Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir.


85

b) Kesakitan saat kontraksi dan nyeri

c) Ketakutan saat melihat darah.

(Sumarah,2009; Rukiyah,2009 ; Sondakh,2013).

Terdapat beberapa sumber yang membagi perubahan

psikologis dalam setiap kala yaitu :

a) Kala I

(1) Fase Laten

Ibu bisa bergairah atau cemas. Mereka biasanya

menghendaki ketegasan mengenai apa yang sedang

terjadi pada tubuh mereka maupun mencari keyakinan

dan hubungan dengan bidannya. Pada primigravida

dalam kegembiraannya dan tidak ada pengalaman

mengenai persalinan, kadang mereka salah sangka

tentang kemajuan persalinannya. Mereka membutuhkan

penerimaan atas kegembiraan dan kekuatan mereka.

(2) Fase Aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan

dan minum atau tertawa dan ngobrol dengan riang

diantara kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu tidak

punya keinginan lagi untuk makan atau mengobrol, dan

ia menjadi pendiam dan bertindak lebih didasari naluri.

Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang

mobilitas memegang sesuatu saat kontraksi, berdiri


86

mengangkan dan menggerakkan pinggulnya. Ketika

persalinan semakin maju, ia akan menutup matanya dan

pernafasannya berat dan lebih terkontrol (Simkin dkk,

2000 ; Ockenden,2001 ; Burvil, 2002 ; Sumarah,2003).

b) Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan

lebih lama. Kira – kira 2 – 3 menit sekali. Kepala janin

telah turun dan masuk ke ruang panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran karena

tekanan rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar

dengan tanda anus membuka. (Rohani,2013)

c) Kala III

(1) Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

(2) Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga

merasa sangat lelah.

(3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya

perlu dijahit.

(4) Menaruh perhatian terhadap plasenta. (Rohani,2013)

d) Kala IV

Pada masa ini ibu membutuhkan pantauan khusus

karena pada masa 1 – 2 jam persalinan ini merupakan masa

yang memerlukan pengawasan yang benar – benar ketat


87

oleh bidan untuk menghindari komplikasi yang terjadi

baik pada ibu maupun pada bayi. (Rohani,2013)

Menurut Bobak,2005 dan Lowdernmilk,2013 perubahan

psikologis ibu kala III yaitu keadaan mulai dari euphoria

dan sejahtera sampai rasa mengantuk.

i. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Adapun 5 kebutuhan wanita bersalin adalah :

1) Asuhan fisik

Asuhan fisik yang diberikan pada wanita dalam persalinan

dapat berupa:

a) Memberikan cairan dan nutrisi

Hal-hal yang dibutuhkan ibu selama persalinan adalah

energi yang terkandung dalam karbohidrat. Makanan

rendah lemak, misalnya roti, sereal, biskuit, dan teh yang

mudah dicerna. Es krim dan agar-agar juga dapat

menyegarkan. Cairan tidak dibatasi, meskipun ibu

cenderung mengurangi minum selama kemajuan

persalinan.(Bobak,2005; Fraser,2009; Sinclair,2010)

Sedangkan menurut Lowdermilk(2013) mengatakan bahwa

mortilitas lambung dan absorbsi makanan padat menurun,

mual dan muntah dapat terjadi selama transisi menuju

persalinan kala II.


88

b) Pola eliminasi

Selama persalinan, ibu harus dianjurkan untuk berkemih

setiap 1-2jam bidan tidak boleh mengandalkan hanya

keinginan ibu sendiri karena keinginan tersebut dapat

berkurang terutama saat sedang mengalami kontraksi.

Urine yang berada dalam kandung kemih merupakan massa

yang tidak dapat ditekan sehingga dapat menggangu

penurunan bagian presentasi janin, mengurangi kapasitas

uterus berkontraksi, meningkatkan resiko perdarahan

postpartum. (Bobak,2005; Fraser,2009 ; Nursiah,2013)

c) Pola istirahat

Istirahat sangat dibutuhkan ibu dalam menghadapi

persalinan, agar ibu dapat kuat dan tidak lelah menghadapi

persalinan nanti. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;

Fraser,2009 ; Sumarah,2009; Sinclair,2012 ;

Lowdernmilk,2013; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

d) Personal hyigeine

Personal hyigeine merupakan hal penting bagi ibu

pendampingnya. Ibu harus dianjurkan untuk mandi dan

membasuh diri sesuai keinginannya untuk mempertahankan

kesegaran diri. Bidan harus membawa sarung tangan ketika

melakukan pemeriksaan pada ibu.(Fraser,2009;

Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)
89

2) Kehadiaran seorang pendamping

Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk

menghadirkan teman atau saudara yanng khusus menemaninya.

Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping adalah

sebagai berikut : mengusap keringat, menemani/membimbing ibu

jalan – jalan,memberikan minum,mengubah posisi, dan memijat

punggung, kaki atau kepala ibu dan melakukan tindakan yang

bermanfaat lainnya (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003

Fraser,2009; Sumarah,2009 ;

Sinclair,2012; Lowdernmilk,2013; Rohani,2013 ;

Nurasiah,2014)

3) Pengurangan rasa nyeri

Metode persalinan secara alami dirancang untuk

mengurangi ketakutan dan mengontrol rasa sakit yang

berhubungan saat persalinan. Menggunakan latihan peregangan

otot dan teknik relaksasi merupakan metode untuk menyiapkan

ibu untuk melahirkan. Teknik relaksasi digunakan untuk

membantu memberikan rasa nyaman ibu. Pada proses bersalin,

terdapat beberapa jenis latihan relaksasi yang dapat membantu

wanita bersalin, yaitu relaksasi progresif, relaksasi terkendali

serta mengambil dan mengeluarkan nafas. (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Fraser,2009; Sumarah,2009; Sinclair,2012 ;

Lowdernmilk,2013 ; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)


90

4) Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya

Wanita biasanya membutuhkan perhatian lebih dari suami

dan keluarganya bahkan bidan sebagai penolong persalinan.

Asuhan yang harus diberikan adalah selain pemberian

dukungan mental juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit

yang ia alami selama persalinan merupakan suatu proses yang

harus dilalui dan diharapkan ibu tenang menghadapi

persalinanya (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Fraser,2009;

Sumarah,2009; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.

Setiap ibu membutuhkan informasi tentang kemajuan

persalinannya, sehingga ia mampu mengambil keputusan dan

ia juga perlu diyakinkan bahwa kemajuan persalinannya

normal. Setiap ibu bersalin selalu ingin mengetahui apa yang

terjadi pada tubuhnya yaitu penjelasan tentang proses

perkembangan dan persalinan, jelaskan semua hasil

pemeriksaan, pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri

akibat ketegangan dari rasa takut dan penjelasan tentang

prosedur serta adanya pembatasan (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Fraser,2009; Sumarah,2009 ; Rohani,2013)


91

j. Persalinan dengan SC (Sectio Cesarea)

1) Pengertian

Sectio Cesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin

melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding

uterus (histerektomi), definisi ini tidak mencakup pengeluaran

janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri atau pada

kasus kehamilan abdomen (Fraser,2009; Cunningham, 2013).

Sedangkan menurut Kasdu tahun (2003) dan Saifudin

tahun 2009 menyebutkan bahwa Sectio Cesarea (SC)

merupakan suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat

diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang

masih utuh (intact)

2) Indikasi Sectio Caesaria

Menurut (Kasdu,2003; Fraser,2009; Cunningham,2013;

WHO,2013) bahwa indikasi sectio cesaria yaitu indikasi ibu :

a) disporporsi sefalopelvik

b) pelvis kecil atau malformasi

c) bekas sectio cesaria dengan indikasi disporporsi sefalopelvik

d) disfungsi uterus

e) distosia jaringan lunak

f) plasenta previa.

dan indikasi janin yaitu

a) janin besar
92

b) gawat janin

c) letak lintang

d) presentasi bokong pada primigravida

e) double footling breech

f) induksi gagal.

3) Perawatan Pra Operasi

a) Persiapan Kamar Bedah

Persiapan dan pastikan bahwa :

(1) Kamar bedah telah bersih- selalu harus dibersihkan

segera setelah dipakai

(2) Peralatan dan kain laken telah ada,termasuk obat-

obatan dan oksigen

(3) Alat resusitasi ada dan berfungsi

(4) Baju cukup tersedia untuk tim operasi

(5) Kain/ linen cukup

(6) Kasa, sarung tangan dan instrumen cukup

b) Persiapan Pasien

Menurut Kasdu,2003; Fraser,2009; Saifudin, 2009;

Cunningham,2013.

(1) Jelaskan kepada pasien prosedur operasi kepada pasien,

namun bila tak sadar jelaskan kepada keluarganya

(2) Isilah formulir ijin operasi (informed consent)


93

(3) Berilah dukungan moril agar pasien tidak takut

menghadapi pembedahan

(4) Lapangan dipersiapkan dengan tindakan antiseptik.

Kulit abdomen dibersihkan dengan bilasan air sabun

untuk membersihkan lemak dan kotoran, termasuk

umbilikus. Rambut pubis hanya digunting bila

mengganggu lapangan operasi. Jadi tidak perlu

memangkas/ mencukur semua rambut pubis/ vulva

(5) Bila terdapat infeksi intrapartum dan ketuban pecah

lama, vagina dibersihkan dengan cairan betadine

(6) Pemeriksaan rutin fisik umum meliputi keadaan umum

(kesdaran, gizi), paru, jantung, abdomen (hati, limpa)

dan anggota gerak. Catat juga tensi, nadi, nafas, dan

suhu. Pada pemeriksaan obstetrik tentukan keadaan

janin (letak, besar, tunggal/ gemeli)

(7) Dari anamnesis perlu diketahui penyakit yang pernah

diderita :

(a) Paru: asma, TBC

(b) Jantung : iskemi

(c) Hati : hepatitis

(d) Kelainan pembekuan darah/ penggunaan obat dan

trombosis

(e) DM
94

(f) Alergi terhadap obat

(8) Laboratorium

(a) Mengambil sample darah untuk pemeriksaan

laboratorium rutin yaitu : Hb, Ht (Hematokrit

diperiksa ulang dan apabila uji Coombs indirek

positif, harus dipastikan adanya persediaan darah

yang cocok), leukosit (hitung jenis), trombosit,

dan golongan darah. Pada pembedahan berencana

juga diambil darah untuk kadar gula puasa dan

postprandial

(b) Mengambil contoh urin untuk pemeriksaan rutin

(9) Pemeriksaan khusus ditujukan pada kondisi :

(a) Usia > 40 tahun : EGC

(b) Kelainan Paru : foto thorak

(c) Kelainan Ginjal/ Ureter/ desakan tumor :

ureum, kreatinin, CCT

(d) Kelainan Hepar : SGOT, SGPT, LDH

(e) Kelainan Darah : PT, APTT, D- Dinner

(10) Pemeriksaan penunjang USG dilakukan atas

keperluan penentuan lokasi patologi misalnya : letak

plasenta untuk menentukan jenis insisi uterus. Idealnya

pasien harus puasa 6 jam pra operatif


95

(11) Pembedahan akut

(a) Dianjurkan untuk melakukan anestesi regional :

spinal atau epidural. Pada keadaan mendesak

anestesi lokal dapat dipertimbangkan ; misalnya

pada keadaan gawat ibu (edema paru, gagal ginjal)

dan gawat janin

(b) Sebaiknya diberikan antasid (Na sitrat 0,3% atau

magnesium trisikat 300 mg) sebelum pembedahan,

sebagai profilaksis bila terjadi aspirasi

(12) Benang

(a) Benang yang dianjurkan untuk jahitan uterus adalah

monofilamenatau catgut kromik no 1. Benang yang

sama dapat digunakan untuk fascia

(b) Untuk subkutis atau kulit dapat dipakai benang 3- 0

(subkutikuler) bila tidak ada, dapat digunakan

benang sutra

c) Rencana Pembedahan

Menurut Kasdu,2003; Fraser,2009; Saifudin, 2009;

Cunningham,2013.

(1) Insisi pembedahan harus direncanakan

(2) Pembedah juga harus merencanakan teknik melahirkan

bayi

(3) Alat resusitasi harus siap


96

(4) Antibiotik

Antibiotik profilaksis dosis tunggal (spektrum luas)

diberikan menjelang operasi, bila terdapat infeksi maka

pemberian antibiotik terapetik untuk 5 hari

(5) Infus

(a) Pra bedah pemberian infus terdiri dari : cairan

Ringer Laktat 500 ml diberikan 100- 125 ml/ jam

(b) Selama pembedahan cairan yang diberikan 500ml/

jam kecuali pada pre eklampsia harus lebih sedikit,

setelah bayi lahir diberikan oksitosin10 IU/ IV dan

dapat diberikan 10 IU/ infus untuk selama 6 jam

(c) Jumlah cairan yang akan diberikan adalah 2000-

2500 ml/ 24 jam, kecuali bila pasien dehidrasi

karena partus lama maka pemberian cairan dapat

ditambah 15%

(6) Kateterisasi

(a) Kateter dipasang dengan cara dauer Foley

Kateter no 16- 18 cukup untuk digunakan. Bilaslah

muara uretra dan juga ujung kateter dengan betadine

sebelum insersi kateter. Kembungkan balon kateter

sebanyak 20- 30 ml
97

(b) Sambung kateter dengan kantong urin, perhatikan

urin harus keluar dan gantungkan kantong urin

disamping tempat tidur

(7) Personalia

(a) Pelali :1

(b) Pembedah :1

(c) Asisten pembedah :1

(d) Perawat instrumen :1

(e) Pembantu perawat :1

(f) Perawat pembantu pelali :1

d) Pasca Operasi

Menurut Fraser,2009; Saifudin, 2009; Cunningham,2013

dan Prawirohardjo,2014

(1) Pasien dibaringkan miring dalam kamar pulih dengan

pemantauan ketat : tensi, nadi, nafas tiap 15 menit

dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam

berikut dan selanjutnya tiap jam

(2) Jumlah perdarahan dari vagina harus dipantau dengan

cermat dan fundus uteri harus sering dipalpasi untuk

memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan

kuat. Pada saat wanita sadar dari anestesi umum atau

sewaktu efek anestesia regional mulai lenyap, palpasi

abdomen kemungkinan besar dapat menyebabkan rasa


98

nyeri yang hebat. Oleh karena itu, perlu diberikan suatu

analgesia yang efektif melalui intravena, misalnya

meperidin 75- 100 mg atau morfin 10- 15 mg. Apabila

ibu sudah terjaga penuh, perdarahan minimal dan aliran

darah uterus paling sedikit 30 ml/ jam, ibu sudah bisa

dipindah ke ruang rawat/ bangsal (Cunningham, 2006).

(3) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan

kepalanya agak tengadah agar jalan nafasnya bebas

(4) Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah

melakukan pengambilan tensi

(5) Tungkai bagian atas dalam posisi fleksi

(6) Analgesik

(a) Suppositoria : ketoprofen supp 2 kali/ 12 jam atau

tramadol

(b) Oral : tramadol tiap 6 jam atau phenyl butazone atau

parasetamol

(c) Injeksi : petidine 50- 75 mg diberikan tiap 6 jam

bila perlu

(7) Mobilisasi

(a) Pasien telah dapat menggerakan kaki dan tangan serta

tubuhnya sedikit, kemudian dapat duduk pada jam ke

8- 12, dapat berjalan bila mampu pada 24 jam pasca


99

bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

Manfaat Mobilisasi Bagi Ibu Post Sc

Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan

early ambulation. Dengan bergerak, otot –otot

perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali

dan dapat mengurangi rasa sakit dengan

demikian ibu merasa sehat dan membantu

memperoleh kekuatan, mempercepat

kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing

lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang

peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini

juga membantu mempercepat organ-organ tubuh

bekerja seperti semula.

Mobilisasi dini memungkinkan kita

mengajarkan segera untuk ibu merawat

anaknya.. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca

operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi

uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa

sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat

Mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli

Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar


100

sehingga resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindarkan.

(b) Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.

Peningkatan suhu tubuh Karena adanya involusi

uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak

dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan

salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan

suhu tubuh.

Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi

dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus

uteri keras, maka resiko perdarahan yang

abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi

membentuk penyempitan pembuluh darah yang

terbuka

Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan

mobilisasi secara dini akan menghambat

pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus

(c) Tahap-Tahap Mobilisasi Dini

6 jam pertama ibu post SC. Istirahat tirah baring,

mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan

ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,


101

mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta

menekuk dan menggeser kaki

6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring

kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan

trombo emboli

Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai

belajar untuk duduk

Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar

berjalan

(8) Makan dan minum

(a) Setelah diperiksa peristaltik pada 6 jam pasca

bedah, bila positif maka ia dapat diberikan

minuman hangat sedikit dan kemudian lebih banyak

terutama bila mengalami anestesi spinal dan pasien

tidak muntah, pada peristaltik umum mungkin akan

lebih lambat timbulnya peristaltik.

(b) Pasien dapat makan lunak atau biasa pada pagi

pertama. Infus dapat diangkat 24 jam pascabedah.

Bila pasien telah flatus maka ia dapat makan

(9) Perawatan luka

(a) Kassa perut harus dilihat pada hari pertama pasca

bedah, bila basah dan berdarah harus dibuka dan

diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti pada


102

hari ke 3- 4 sebelum pulang dan seterusnya pasien

mengganti setiap hari. Luka dapat diberikan salep

betadine sedikit

(b) Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5

hari pasca bedah

(10) Perawatan gabung

(a) Pasien dapat dirawat gabung dengan bayi dan

memberikan ASI dalam posisi tidur atau duduk

(b) Perawatan payudara

Menyusui dapat dimulai pada hari pembedahan.

Apabila pasien memilih untuk tidak menyusui,

dapat diberikan bebat untuk menopang payudara

tanpa terlalu menekan dan biasanya dapat

mengurangi rasa nyeri (Cunningham, 2006).

(11) Laboratorium

(a) Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah

Hb dan Ht, biasanya terdapat penurunan Hb 2%

(b) Bila Hb dibawah 8%, dipertimbangkan untuk

tranfusi

(12) Pengangkatan kateter

(a) Kateter dibuka 12- 24 jam pasca bedah, bila

terdapat hematuria maka pengangkatan dapat

ditunda
103

(b) Kateter akan tetap dipertahankan apabila ruptura

uteri, partus lama, edema perineal, sepsis dan

perdarahan

(13) Memulangkan pasien

(a) Perawatan 3- 4 hari kiranya cukup untuk pasien

(b) Pasien diminta datang untuk ditindaklanjuti

mengenai perawatan luka 7 hari setelah pulang,

pasien dapat mandi biasa setelah hari ke- 5 dengan

mengeringkan luka dan merawat luka seperti biasa

Pasien diminta datang segera bila terdapat

perdarahan, demam dan nyeri perut berlebihan.

e) Komplikasi yang sering Muncul pada Tindakan SC (

Bobak, 2005)

(1) Pada Ibu

(a) Infeksi puerperialis / nifas bisa terjadi dari infeksi

ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja,

sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu

dengan peritonitis dan ileus paralitik.

(b) Perdarahan akibat antonia uteri atau banyak pembuluh

darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

(c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang

terpotong saat melakukan sectio caesarea.


104

(d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya

karena jika pernah mengalami pendarahan pada

dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan garis

kelemahan yang sangat beresiko untuk ruptur pada

persalinan berikutnya

(e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada

endometrium.

(2) Pada Bayi

(a) Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen

bagi tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya.

Hipoksia bisa merupakan kondisi lanjutan dari

hipoksemia, yaitu rendahnya pasokan oksigen pada

pembuluh darah bersih (pembuluh arteri).

(b) Depresi pernafasan

(c) Sindrom gawat pernafasan

Sindroma gawat nafas ( respiratory distress

syndroma )adalah: Istilah yang digunakan untuk

disfungsi pernafasan pada neonates.

(d) Trauma Kelahiran

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir

yang terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan,

cara persalinan / gangguan yang diakibatkan


105

oleh kelainan fisiologik persalinan (Sarwono

Prawirohardjo, 2001 :229). Trauma lahir adalah

trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena

proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan

untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik,

baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak

dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa

persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi

sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik

yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama

sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat

perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten

dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan

atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan

trauma lahir tidak meliputi trauma akibat

amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan

contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.

k. Kehamilan Postterm

1) Pengertian

Kehamilan postdate disebut juga kehamilan lewat waktu,

kehamilan lewat bulan, prolonged pregnnacy, extended

pregnancy, postdate/ post datisme, atau pasca maturitas adalah

kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih


106

dihitung dari hari pertama haid terakhir, Prawirohardjo (2010).

Jika usia kehamilan antara 38 – 42 minggu termasuk kehamilan

aterm Prawirohrdjo (2010).

2) Sebab terjadinya kehamilan postterm

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat

ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa

teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya

kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya

persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut:

a) Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya

merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam

memacu proses biomolekuler pada persalinan dan

meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin.

b) Teori oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada

kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa

oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam

menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari

neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan

lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan

postterm.
107

c) Teori kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda“

untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat

peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol

janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi

progesteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,

selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya produksi

prostaglandin.

3) Permasalahan kehamilan postterm

Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada

kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal

(antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan

aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm

antara lain sebagai berikut:

a) Pengaruh pada janin

Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara

lain:

(1) Berat janin

Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta,

maka terjadi penurunan berat janin.dari penilitian Vorherr

tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik

rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya

penurunan sesudah 42minggu. Namun, seringkali pula


108

plasenta masih berfungsi dengan baik sehingga berat

janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur

kehamilan

(2) Sindroma postmaturitas dapat dikenali pada neonatus

dengan ditemukannya beberapa tanda seperti gangguan

pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas

(hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang,

tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan

lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipatan

paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau

kekuningan pada kulit dan tali pusat.

(3) Gawat janin atau kematian maternal menunjukkan angka

meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih

sebagian besar intrapartum.

b) Pengaruh pada ibu

(1) Morbiditas / mortalitas ibu dapat meningkat sebagai

akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak

menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya

distosia persalinan, incoordinate uterine, action, partus

lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan

traumatis/perdarrahan postpartum akibat bayi besar

(2) Aspek emosi ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana

kehamilan terus berlangsung melewatu taksiran persalinan.


109

Komentar teman atau tetangga seperti “ belum lahir juga”

akan menambah frustasi ibu

2. Menejemen Asuhan Persalinan

Menejemen Asihan Persalinan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan

yang meliputi:

a. KALA I

1) Standar I pengkajian

Meliputi data Subjektif dan data Objektif.

Adapun data Subjektif yang dikaji adalah sebagai berikut

a) Keluhan Utama

Ibu mengatakan sakit diperut menjalar ke pinggang oleh

adanya kontraksi-kontraksi lemah kemudian lebih kuat dengan

instensitas yang sering dan teratur.(Cunninghan,2006; JNPK-

KR,2008; Varney, 2009; Fraser, 2009; Asrinah, 2010;

Mochtar, 2013; Loudermilk, 2013)

b) Pola Pemenuhan Selama Persalinan

(1) Nutrisi : ibu mengatakan makan terakhir pada pukul……

dengan jenis makanan rendah lemah yang mudah

dicerna.(Bobak,2005; Fraser,2009 ; Sinclair,2010)


110

(2) Eliminasi : ibu mengatakan buang air kecil terakhir kurang

dari 2 jam yang lalu.(Bobak,2005; Fraser,2009;

Nursiah,2013)

(3) Pola istirahat : ibu mengatakan dapat istirahat untuk

mempersiapkan tenaga saat mengejan.(Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Fraser,2009 ; Sumarah,2009; Sinclair,2012 ;

Lowdernmilk,2013; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

(4) Personal Hygiene : Ibu mengatakan mandi, keramas,

gosok gigi, ganti pakaian dan ganti pakaian dalam sebelum

kenceng-kenceng teratur dan ibu merasa

nyaman.(Fraser,2009; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014)

c) Data psikologi

Ibu mengatakan cemas, nyeri saat kontraksi, ketakutan saat

melihat darah. (Sumarah,2009 ; Rukiyah,2009 ; Sondakh,2009)

d) Data sosial dan budaya

Ibu mengatakan dukungan sosial dalam bentuk suami dan

keluarga mendampingi saat persalinan. (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Freser,2009; Sumarah,2009; Sinclair,2012 ;

Lowdernmilk,2013 ; Rohani,2013 ; Nurasiah,2014) Adapun data

Objektif yang perlu dikaji antara lain :

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan umum : Keadaan umum menunjukkan

kondisi ibu baik. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;


111

Sumarah,2009; Joharyah,2012 ; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014)

(2) Tanda-tanda Vital

(a) Tekanan Darah : Tekanan darah meningkat selama

kontraksi uterus, sistole meningkat 10 – 20 mmHg

dan diastole meningkat 5 – 10 mmHg. Antara

kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti

sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari

telentang menjadi miring dapat mengurangi

peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan

darah ini juga dapat disebabkan oleh rasa takut dan

khawatir. Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan beri tanda panah dalam

partograf pada kotak yang sesuai.

(b) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan beri tanda titik (.) pada titik yang

sesuai.

(c) Nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam dan catat

temperature tubuh pada kotak yang sesuai.

(d) Pernapasan : Menghitung pernapasan selama 1 menit

penuh dengan tujuan mengetahui sistem fungsi

pernapasan. Frekuensi pernapasan normal untuk

orang dewasa yaitu 16-20x/menit (Pusdiknes-WHO-


112

JHPIEGO,2003 ; Sumarah,2009; Joharyah,2012 ;

Nurasih,2014; Prawirohardjo,2014)

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Abdomen : untuk mengetahui besarnya perut sesuai usia

kehamilan, untuk mengetahui tanda fisiologis

kehamilan (striae,linea) dan tidak luka bekas operasi.

(2) Palpasi

Leopold IV : untuk mengkonfirmasi ulang bagian

janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta

untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin

telah memasuki pintu atas panggul. Penurunan kepala

dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba

kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1

jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4

bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala

sudah masuk PAP). (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003;

Sumarah,2009; Joharyah,2012 ; Nurasih,2014;

Prawirohardjo,2014)

(3) Vulva dan vagina

Adanya bau tidak sedap pada vagina dapat

mengindikasikan terjadinya infeksi. Kebocoran pada

urine/fases dari vagina dapat mengindikasikan adanya

vistula. Varises pada vulva dapat mengakibatkan


113

penyulit selama kehamilan dan persalinan, adanya

massa atau kista dikhawatirkan sebagai indikasi adanya

keganasan.(Sumarah,2009; Rohani,2013 ;

Nurasiah,2014)

(4) Pemeriksaan dalam

Labia tidak ada pengeluaran cairan dan tidak ada

perlukaan. Vagina os uteri terletak ditengah. Serviks

konsistensi lunak, elastis, dan mengetahui pembukaan.

Selaput ketuban utuh. Bagian presentasi

kepala.(Chuninghan,2006; Fraser,2009)

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi kadar Hb,

hematrokrit, kadar leukosit, dan golongan darah, serta protein

urine.

2) Standar II Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan.

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis utuk menegakkan

diagnosa dan msalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan

diagnosa atau masalah

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

c) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan


114

3) Standard III Perencanaan

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal :

Kala I :

a). Observasi keadaan umum dan kesadaran ibu.

b). Lakukan Pemantauan kemajuan persalinan menggunakan

partograf. Catat DJJ, kontraksi, nadi setiap 30 menit, air

ketuban, molase, pembukaan serviks, turunnya

kepala,oksitosin tetes/menit, obat dan cairan, tekanan darah

setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam, urine, makan dan minum

terakhir.

c). Lakukan pemantauan lama kala I.

d). Lakukan pemantauan perdarahan yang keluar.

e). Beri kebutuhan nutrisi ibu.

f). Ajarkan pada ibu teknik relaksasi napas dalam.

g). Lakukan teknik counter pressure bila ada kontraksi.

h). Anjurkan perubahan posisi dan ambulasi seperti miring ke kiri

atau mengambil posisi senyaman mungkin.

i). Anjurkan ibu kencing bila kandung kemih penuh agar tidak

mengganggu penurunan kepala janin.

j). Ajari ibu cara mengejan yang benar yaitu saat ada his dan

dorongan untuk meneran

k). Anjurkan keluarga memberi dukungan dan mendampingi

selama persalinan agar ibu merasa nyaman.


115

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Fraser,2009; Bobak,2005;

Fraser,2009; Sinclair,2010; Lowdermilk,2013 ; Nurasiah,2013)

4) Standard IV Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuahn kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence base

kepada klien/pasien bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Kriteria penatalaksanaan :

a) Mengobservasi keadaan umum dan kesadaran ibu.

b) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan menggunakan

partograf. Catat DJJ, kontraksi, nadi setiap 30 menit, air ketuban,

molase, pembukaan serviks, turunnya kepala,oksitosin

tetes/menit, obat dan cairan, tekanan darah setiap 4 jam, suhu

setiap 2 jam, urine, makan dan minum terakhir.

c) Melakukan pemantauan lama kala I.

d) Melakukan pemantauan perdarahan yang keluar.

e) Memberikan kebutuhan nutrisi ibu.

f) Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi napas dalam.

g) Melakukan teknik counter pressure bila ada kontraksi.

h) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi seperti miring

ke kiri atau mengambil posisi senyaman mungkin.

i) Menganjurkan ibu kencing bila kandung kemih penuh agar

tidak mengganggu penurunan kepala janin.


116

j) Mengajari ibu cara mengejan yang benar yaitu saat ada his

dan dorongan untuk meneran

k) Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan mendampingi

selama persalinan agar ibu merasa nyaman.

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Fraser,2009; Bobak,2005;

Fraser,2009; Sinclair,2010; Lowdermilk,2013; Nursiah,2013)

5) Standard V Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

Kriteria evaluasi

a) Telah dilakukan tindakan observasi keadaan umum dan

kesadaran ibu baik.

b) Telah dilakukan pemantauan kemajuan persalinan

menggunakan partograf.

c) Telah dilakukan pemantauan lama kala I.

d) Telah dilakukan pemantauan perdarahan yang keluar.

e) Telah dilakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

f) Ibu Mengerti teknik relaksasi nafas dalam.

g) Telah dilakuakan teknik counter pressure bila ada kontraksi.

Dan ibu merasa nyaman.


117

h) Ibu bersedia merubah posisi dan ambulasi seperti miring ke kiri

atau mengambil posisi senyaman mungkin.

i) Ibu bersedia kencing bila kandung kemih penuh

j) Ibu mengerti cara mengejan yang benar yaitu saat ada his dan

dorongan untuk meneran

k) Keluarga telah memberi dukungan dan mendampingi selama

persalinan.

6) Standard VI Pencatatan

Bidan melakukan pencatatan segera lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.

Kriteria Pencatatan :

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/ status

pasien/buku KIA).

b) Ditulis dalam bentuk SOAP.

c) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa

d) O adalah data obyektif,mencatat hasil pemeriksaan

e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan

f) P adalah penatalaksanaan ,mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanan yang sudah dilakukan seperti tindakan


118

antisipatif, tindakan segera, dan tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up).

g) Pendokumentasian Catatan perkembangan asuhan kebidanan,

Asuhan kebidanan kehamilan, Persalinan, Neonatus dan Nifas

ditulis dalam bentuk SOAP.

b. KALA II

1) Standar I pengkajian

Data Subjektif

a) Keluhan Utama

Ibu mengatakan mules dan ingin meneran.(Sumarah,2009

; Rukiyah,2009 ; Sondakh,2013 ; Rohani,2013)

b) Pola Pemenuhan Selama Persalinan

Nutrisi : ibu mengatakan makan terakhir pada pukul……

dengan jenis minum teh. (Bobak,2005; Fraser,2009;

Sinclair,2010)

c) Data psikologi

Ibu mengatakan cemas pada bayinya yang akan lahir dan

ketakutan saat melihat darah. (Sumarah,2009; Rukiyah,2009 ;

Sondakh,2009)
119

Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan umum : Keadaan umum menunjukkan kondisi ibu

baik. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009;

Joharyah,2012 ; Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)

(2) Tanda kala II

(a) Vulva membuka

(b) Adanya tekanan anus

(c) Perineum menonjol (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003 ;

Chuninghan,2006; Sumarah,2009; Moctar,2011;

KemenkesRI,2015)

(3) Pemeriksaan dalam

Labia tidak ada pengeluaran cairan dan tidak ada

perlukaan. Vagina os uteri terletak ditengah. Serviks

konsistensi lunak, elastis, dan mengetahui pembukaan.

Selaput ketuban utuh. Bagian presentasi

kepala.(Chuninghan,2006; Fraser,2009)

(4) Kontraksi Uterus

His pada kala II lebih dari sama dengan 4 kali dalam 10

menit durasi lebih dari 50 detik. (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; lowdernmilk,2013 ; Sumarah,2009;

Joharyah,2012; Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)


120

(5) DJJ

DJJ=120-160x/menit. (Cuninghan,2005; Nurasiah,2014)

sedangkan menurut Walsh(2008) dan Lowdernmilk(2013)

DJJ normal antara 110-160x/menit.

2) Standar II Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan.

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis utuk menegakkan

diagnosa dan msalah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnosa atau masalah

a). Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

b). Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

c). Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan

3) Standard III Perencanaan

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

normal. Kala II :

a) Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign.

b) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya bahwa pembukaan sudah

lengkap.

c) Ajarkan ibu cara meneran yang benar

d) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu, anjurkan ibu minum diantara his

e) Pimpin ibu meneran saat ada his


121

f) Lakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standart Asuhan

Persalinan Normal (APN) terlampir. (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Sumarah,2009; Joharyah,2012 ; Nurasih,2014

; Prawirohardjo,2014)

4) Standard IV Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuahn kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence base

kepada klien/pasien bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Kriteria penatalaksanaan :

a) Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign.

b) Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya bahwa pembukaan

sudah lengkap.

c) Mengajarkanibu cara meneran yang benar

d) Melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu, menganjurkan

ibu minum diantara his

e) memimpin ibu meneran saat ada his

f) melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standart

Asuhan Persalinan Normal (APN) terlampir.(Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Sumarah,2009; Joharyah,2012 ; Nurasih,2014

; Prawirohardjo,2014)
122

5) Standard V Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Kriteria evaluasi

a) Telah dilakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan vital

sign.

b) Ibu mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap.

c) Ibu mengetahui cara meneran yang benar

d) Ibu bersedia minum diantara his

e) Ibu telah dipimpin untuk meneran saat ada his

f) Telah dilakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standart

Asuhan Persalinan Normal (APN) terlampir. (Pusdiknes-

WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009; Joharyah,2012 ;

Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)

6) Standard VI Pencatatan

Bidan melakukan pencatatan segera lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.


123

Kriteria Pencatatan :

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/ status pasien/buku

KIA).

b) Ditulis dalam bentuk SOAP.

c) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa

d) O adalah data obyektif,mencatat hasil pemeriksaan

e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan

f) P adalah penatalaksanaan ,mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, dan tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up).

g) Pendokumentasian Catatan perkembangan asuhan kebidanan,

Asuhan kebidanan kehamilan, Persalinan, Neonatus dan Nifas

ditulis dalam bentuk SOAP.

c. KALA III

1) Standar I pengkajian

Data Subjektif

Keluhan Utama :Ibu mengatakan mules. (Sumarah,2009;

Rukiyah,2009 ; Sondakh,2013 ; Rohani,2013)


124

Data Objektif

a). Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Keadaan umum menunjukkan kondisi ibu

baik. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009;

Joharyah,2012; Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014)

b). Tanda – tanda lepasnya plasenta

(5) Uterus menjadi bundar

(6) Uterus terdorang ke atas, karena plasenta dilepas segmen

bawah rahim.

(7) Tali pusat bertambah panjang

(8) Terjadi perdarahan. (Varney,2009 ; Sumarah,2009;

Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013).

2) Standar II Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan.

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis utuk menegakkan

diagnosa dan msalah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnosa atau masalah

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

c) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan

3) Standard III Perencanaan


125

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal kala III :

Lakukan Manajemen Aktif Kala III yaitu

a) pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,

10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus

lateralis)

b) lakukan peregangan tali pusat

c) lakukan massase fundus uteri. (Varney,2009; Sumarah,2009 ;

Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013).

4) Standard IV Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuahn kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence base

kepada klien/pasien bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Kriteria penatalaksanaan kala III :

Melakukan Manajemen Aktif Kala III yaitu

a) pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,

10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus

lateralis)

b) melakukan peregangan tali pusat

c) melakukan massase fundus uteri. (Varney,2009; Sumarah,2009

; Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013).
126

5) Standard V Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Kriteria evaluasi kala III :

Telah dilakukan Manajemen Aktif Kala III yaitu pemberian oksitosin

dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM pada

1
/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis), peregangan

tali pusat, dan massase fundus uteri. (Varney,2009; Sumarah,2009;

Prawirohardjo,2010 ; Moctar,2013).

6) Standard VI Pencatatan

Bidan melakukan pencatatan segera lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.

Kriteria Pencatatan :

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/ status pasien/buku

KIA).

b) Ditulis dalam bentuk SOAP.

c) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa


127

d) O adalah data obyektif,mencatat hasil pemeriksaan

e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan

f) P adalah penatalaksanaan ,mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, dan tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up).

g) Pendokumentasian Catatan perkembangan asuhan kebidanan,

Asuhan kebidanan kehamilan, Persalinan, Neonatus dan Nifas

ditulis dalam bentuk SOAP

d. KALA IV

1) Standar I pengkajian

Data Subjektif

Keluhan Utama : Ibu mengatakan lelah dan ingin

tidur.(Bobak,2005; Lowdernmilk,2013)

Data Objektif

a) Keadaan umum : Keadaan umum menunjukkan kondisi ibu

baik. (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Sumarah,2009;

Joharyah,2012; Nurasih,2014 ; Prawirohardjo,2014).

b) Tanda-tanda Vital

(1) Tekanan Darah : Tekanan darah meningkat selama

kontraksi uterus, sistol meningkat 10 – 20 mmHg dan

diastole meningkat 5 – 10 mmHg.


128

(2) Nilai dan catat nadi ibu

(3) Nilai dan catat suhu tubuh ibu

(4) Pernapasan : Menghitung pernapasan selama 1 menit

penuh dengan tujuan mengetahui sistem fungsi

pernapasan. Frekuensi pernapasan normal untuk orang

dewasa yaitu 16-20x/menit (Pusdiknes-WHO-

JHPIEGO,2003; Sumarah,2009; Joharyah,2012 ;

Nurasih,2014;

c) Tinggi Fundus Uteri = 2 jari dibawah pusat

d) Kontraksi uterus = kuat

e) Kandung kemih = kosong

f) Perdarahan = 300 cc

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO,2003; Cuningham,2006;

2) Standar II Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan.

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis utuk menegakkan

diagnosa dan msalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan

diagnosa atau masalah

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien


129

c) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan

3) Standart III Perencanaan

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal

a) Observasi KU, VS, TFU, kontraksi uterus dan perdarahan

setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah kelahiran, dan

setiap 30 menit pada jam berikutnya untuk memantau kondisi

ibu.

b) Periksa adanya robekan jalan lahir untuk mengetahui perlu

tidaknya dilakukan penjahitan pada perineum.

c) Bersihkan ibu agar ibu nyaman.

d) Bereskan alat dengan direndam dalam larutan klorin sebelum

dicuci dengan sabun dan disterilkan kembali.

e) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu. Ibu boleh makan atau minum

setelah melahirkan untuk mengembalikan tenaga.

4) STANDAR IV: Pelaksanaan

a) Melakukan observasi KU, VS, TFU, kontraksi uterus dan

perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah

kelahiran, dan setiap 30 menit pada jam berikutnya untuk

memantau kondisi ibu.

b) Memeriksa adanya robekan jalan lahir untuk mengetahui perlu

tidaknya dilakukan penjahitan pada perineum.

c) Membersihkan ibu agar ibu nyaman.


130

d) Membereskan alat dengan direndam dalam larutan klorin

sebelum dicuci dengan sabun dan disterilkan kembali.

e) Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Ibu boleh makan atau

minum setelah melahirkan untuk mengembalikan tenaga.

5) STANDAR V: Evaluasi

a) Telah dilakukan observasi KU, VS, TFU, kontraksi uterus dan

perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah

kelahiran, dan setiap 30 menit pada jam berikutnya untuk

memantau kondisi ibu.

b) Telah dilakukan pemeriksaan adanya robekan jalan lahir untuk

mengetahui perlu tidaknya dilakukan penjahitan pada

perineum.

c) Ibu telah dibersihkan agar ibu nyaman

d) Alat telah direndam dalam larutan klorin sebelum dicuci

dengan sabun dan disterilkan kembali.

e) Ibu telah memenuhi kebutuhan nutrisi ibu yaitu makan dan

minum setelah melahirkan untuk mengembalikan tenaga.


131

C. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat lahir 2500 gram – 4000

gram (Depkes RI, 2007)

Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran, berusia 0-28 hari.( Manuaba, 2007; Benson, 2009;

Marmi,2012; Dorland, 2013)

b. Pertolongan pada bayi baru lahir

1) Pertolongan pada bayi segera setelah lahir

a) Melakukan pemeriksaan sepintas terdiri dari : observasi

warna, tonus, dan upaya pernapasan. (Bobak, 2005; Walsh,

2007; Lissauer, 2008; Oxfort, 2013)

b) Pemeriksaan APGAR score. (Bobak, 2005; Cunningham,

2006; Walsh, 2007; Lissauer, 2008; Oxfort, 2013)

Dilakukan pada menit pertama setelah lahir dengan penilaian

sebagai berikut : 7 – 10 (beradaptasi baik), 4 – 6 (asfiksia ringan

hingga sedang) dan 0 – 3 (asfiksia berat), kemudian penilaian

selanjutnya dilakukan setelah 5 menit dan dapat diulang jika skor

masih rendah.
132

Tabel 2.6 Nilai Apgar


Skor 0 1 2
Denyut jantung Tidak ada 100/ menit >100
denyut/menit
Pernapasan Tidak ada Lemah, Baik, menangis
menangis kuat
lemah
Otot Lemas Refleks Gerak aktif,
lemah refleks baik
Reaksi terhadap Tidak ada Meringis Menangis
rangsang
Warna kulit Biru pucat Badan merah, Seluruhnya
ekstremitas merah
pucat
Sumber : Manuaba (2010).

Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit

pertama dan 5 menit kedua. Pada bayi normal nilai Apgar 1

menit pertama sudah mencapai 8 – 10. Apabila terjadi

penyimpangan nilai Apgar, segera konsultasi dengan dokter

anak atau dirujuk.

c) Mengeringkan bayi (Cunningham, 2006; Lissauer, 2008;

Walsh, 2008; Benson, 2013; Elmeida, 2015)

d) Membersihkan jalan napas

Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar,

yaitu dengan membersihkan mulut, hidung dan mata dengan

kapas atau kassa steril. (Cunningham, 2006; Walsh, 2008;

Saifuddin, 2009; Benson, 2013)

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi lahir tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan dengan cara :


133

(1) Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras

dan hangat.

(2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu

sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.

(3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.

(4) Lakukan rangsangan supaya bayi menangis dengan

menepuk kedua telapak kaki bayi 2 - 3x atau menggosok

kulit bayi dengan kain kering (Saifuddin, 2009, Elmaida,

2015).

e) Memotong dan merawat tali pusat

Apabila bayi lahir tidak menangis maka tali pusat segera

dipotong untuk memudahkaan melakukan tindakan resusitasi

pada bayi. Tali pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi

dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril

(Saifuddin, 2009; Oxford, 2013; Elysabeth, 2014)

f) Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi

pernafasan bayi, kehangatan bayi sehingga bisa tidur nyenyak

dan berat badan bayi cepat meningkat, mengendalikan suhu

tubuh yang baik, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk

bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Bagi ibu, IMD dapat


134

mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin,

dan secara psikologis menguatkan ikatan bayi antara ibu dan

bayi (Lowdernmilk, 2006; Prawirohardjo, 2014; Elysabeth,

2014; Elmeida, 2015).

g) Memberi salep mata

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata dapat

menyebabkan terjadinya konjungtivitis. Konjungtivitis pada

bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu

yang menderita penyakit menular seksual. Konjungtivitis ini

muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran.

Obat salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% pada kedua

mata, digunakan untuk pencegahan penyakit mata karena

klamidia (penyakit menular seksual). Salep mata ini diberikan

setelah satu jam kelahiran bayi (Lowdernmilk, 2006; Walsh,

2008; Saifuddin, 2009; Benson, 2009; Lissauer, 2015)

h) Memberi vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberi suntikan vitamin K1 1 mg

intramuskuler di paha kiri anterolateral segera setelah

pemberian salep mata. Suntikan vitamin K1 untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K (Lowdernmilk,

2006; Walsh,2008; Benson, 2009; Oxford, 2013;

Prawirohardjo, 2014)
135

i) Memberikan imunisasi Hb-0

Imunisasi HB-0 diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin

K1 dengan dosis 0,5 ml intramuskuler dipaha kanan

anterolateral. Imunisasi HB-0 untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi. (Walsh, 2008; Mochtar, 2011)

Pada usia dibawah 1 tahun pemberian Hb-0 dimulai dari usia

0-7 hari. (Depkes RI, 2010)

2) Pertolongan bayi baru lahir setelah 2

jam 1) Pengukuran antropometri

Pengukuran berat badan bayi yang akurat penting

karena untuk membantu mengidentifikasi masalah kesehatan

potensial, memberi pembanding untuk pengkajian selanjutnya

terhadap bayi, dan membimbing memberi perawatan dalam

menghitung dosis medikasi yang tepat untuk bayi baru lahir.

normalnya 2500 gram sampai 4000 gram. Bayi dengan berat

badan kurang dari 2500 gram diklasifikasikan sebagai berat

badan rendah dan bayi dengan berat badan kurang dari 1500

gram dipertimbangkan berat badan sangat rendah. (Bobak,

2005; Walsh, 2007)

Pengukuran panjang badan dengan menggunakan pita

ukur tidak akurat. Bila diperlukan data mengenai panjang lahir,

maka sebaiknya dilakukan dengan menggunakan stadiometer

bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstrimitas


136

dalam keadaan ekstensi. Ukuran Normal panjang badan bayi ,

yaitu 45 – 55 cm. Bayi dengan panjang badan kurang bisa

disebabkan karena BBLR, IUGR dan lain-lain. (Bobak, 2005;

Prawirohardjo, 2014).

Lingkar kepala

Ukuran Normal lingkar kepala bayi , yaitu 30-33 cm.

Lingkar kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia

kehamilan 32-36 minggu, kemudian akan lebih kecil. Kepala

yang berukuran sangat besar bisa mengindikasikan

hidrocepalus. (Bobak, 2005; Manuaba, 2007) Lingkar dada

Ukuran Normal lingkar dada bayi, yaitu 32-36,8 cm.

Lingkar dada lebih kecil dari lingkar kepala 1-2 cm. (Bobak,

2005)

2) Menjaga kehangatan bayi

Cara untuk menstabilkan temperatur tubuh bayi baru

lahir diantaranya menempatkan bayi langsung diatas perut ibu,

dan menyelimutinya dengan selimut hangat (kontak kulit ke

kulit), menjaga suhu lingkungan pada kamar perawatan bayi

pada suhu 220 C hingga 260 C. (Lowdernmilk,2006;

Prawiroharjo, 2010; Lowdermilk, 2013; Elysabeth, 2014)


Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih kering dan

hangat, tutupi kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan


137

memberikan ASI, jangan segera menimbang bayi atau

memandikan bagi baru lahir, tempatkan bayi di lingkungan

yang hangat. (Elysabeth, 2014; Elmeida, 2015)

3) Monitoring keadaan umum bayi

(1) Melakukan pemeriksaan umum, untuk mengetahui

keadaan umum dan kesadaran bayi

Keadaan Umum

(a) Baik, jika kesadaran penuh, TTV stabil

(b) Sedang, jika kesadaran penuh sampai dengan apatis,

TTV stabil

(c) Lemah, jika kesadaran penuh sampai dengan

somnolen, TTV tidak stabil, memakai alat bantu

organ vital, memerlukan tindakan pengobatan dan

perawatan intensif

(2) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

(a) Suhu

Normalnya 36,5-37,5°C. Untuk menilai kondisi

metabolisme di dalam tubuh bayi, dimana tubuh

menghasilkan panas secara kimiawi melalui

metabolisme darah dan mengetahui adanya hipotermi

atau hipertermi pada bayi. (Bobak, 2005; Walsh, 2008;

Marmi, 2012; lowdermilk, 2013)


138

(b) Pernapasan

Normalnya 40-60x/menit. ( Manuaba, 2007;

Elysabeth, 2014). Menurut (Walsh, 2008;

Lowdernmilk,2013). Untuk menilai adanya retraksi

dada dan suara merintih saat ekspirasi, serta untuk

menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran

karbondioksida.

(c) Denyut jantung

Menurut Elysabeth (2014) denyut jantung normal

bayi baru lahir 120-150 x/menit. Menurut Bobak(

2005); Walsh(2008); Marmi(2012) denyut jantung

normal bayi baru lahir 120-160 x/menit.

(3) Melakukan pemeriksaan fisik

(a) Kepala

Memeriksa kontur tulang tengkorak dan merasakan

untuk ubun – ubun dan sutura, normalnya teraba

berdenyut, tidak ada molase. Hal ini bertujuan

memeriksa apakah ada trauma akibat jalan lahir.

(Bobak, 2005; Walsh, 2008; Benson, 2009;

Lowdernmilk, 2013)

(b) Muka

Bayi tampak normal, raut wajah tampak sesuai,

letak proporsional, dan simetris. (Bobak, 2005; Walsh,


139

2008). Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini

dikarenakan posisi bayi di intrauterine. Perhatikan

kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau

sindrom piere robin. (Marmi, 2012; Lissauer, 2015)

(c) Mata

Periksa mata untuk mengetahui kelainan konginetal

pada bayi. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan

dengan kelainan konginetal. Pemeriksaan sklera pada

kondisi putih dan kekuningan pada kondisi ikterik,

hemoragik akibat trauma lahir, konjungtiva normalnya

berwarna merah muda, periksa tanda-tanda infeksi

yakni keluarnya pus pada mata. ( Bobak, 2005; Walsh,

2008; Marmi, 2012; Elmeida, 2015)

(d) Mulut

Simetris, tidak terdapat palatoschisis, bibir

kemerahan dan tidak ada labioschisis ( Bobak, 2005;

Manuaba, 2007; Walsh, 2007; Saifuddin, 2009;

Elmeida, 2015)

(e) Hidung

Simetris / tidak (menilai adakah kelainan bentuk),

pola pernafasan ( bila bayi bernafas lewat mulut

kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan nafas),

ada / tidak pernafasan cuping hidung (menunjukan


140

gangguan paru), ada/ tidak sekret (menunjukkan adanya

kelainan kongenital). (Walsh, 2008; Marmi, 2012;

Lowdernmilk, 2013; Mochtar, 2013; Elmeida, 2015).

(f) Telinga

Berhubungan dengan letak mata dan kepala (jika

telinga tidak sejajar dengan mata, maka kemungkinan

ini merupakan tanda dari sindrom down). (Bobak,

2005; Oxford, 2011; Marmi, 2012 ; Elmeida, 2015)

(g) Leher

Bentuk simetris/pendek (untuk memeriksa apakah

ada kelainan pada leher bayi atau tidak),

pembengkakan/benjolan (untuk memeriksa adanya

cedera akibat persalinan atau tidak). (Saifuddin, 2009;

Walsh, 2007; Bobak, 2005; Marmi, 2012; Elmeida,

2015)

(h) Dada

Hampir bulat, berbentuk tong, ujung sternum

menonjol, puting susu menonjol sudah terbentuk

dengan baik dan letaknya simetris. (Bobak, 2005;

Oxford, 2007; Marmi,2012; Lowdernmilk, 2013;

Elmeida,2015)
141

(i) Abdomen

Inspeksi batas antara tali pusat dan kulit jelas,

palpasi normalnya abdomen harus simetris, lunak dan

bulat, auskultasi pada keempat kuadran dengan

stetoskop harus mengidentifikasi bising usus. (Bobak,

2005; Ladewik, 2006; Walsh, 2007; Marmi, 2012)

Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.

Kadang – kadang didapatkan kulit yang mengelupas

ringan, pengelupasan yang berlebihan, harus

dipikirkan kemungkinan adanya kelainan. Waspada

timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (cutis

marmorata), telapak tangan, telapak kaki, atau kuku

yang menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning.

Bercak – bercak beessar biru yang sering terdapat di

sekitar bokong (mongolian spot) akan menghilang

pada umur 1-5 tahun (Bobak 2005; Walsh, 2008;

Saifuddin, 2009; Marmi,2012)

(k) Genetalia

laki-laki : panjang penis 3-4 cm, lebar 1-1,3 cm,

memeriksa ada tidaknya lubang uretra, memeriksa

ada tidaknya hipospadia dan epispadia, palpasi

skrotum untuk mengetahui posisi testis ada dua.


142

(Marmi, 2015;Walsh, 2008; Oxford, 2011), namun

dalam Oxford, 2011 testis harus terdapat di dalam

skrotum pada 98% anak laki-laki cukup bulan.

perempuan : ukuran labia mayora pada bayi

perempuan ditentukan berdasarkan usia gestasional.

Pada usia cukup bulan ukuran labia harus secara

komplit menutupi labia minora, klitoris memiliki

ukuran beragam. Jika besar kemungkinan terjadi

sindrom adenogenital terutama jika labia juga

mengalami fusi atau bergabung. (Oxford, 2011;

Marmi, 2012; Elmeida, 2015), akan tetapi dalam

Marmi (2015) terdapat tambahan lubang uretra

terpisah oleh lubang vagina, ada mukoid atau sedikit

trabas darah yang terlihat pada usia 2-7 hari bersifat

normal karena efek sementara dari estrogen ibu

(Bobak, 2005; Walsh, 2008). Pada bayi prematur,

klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan

terbuka.(Bobak, 2005)

(l) Ekstremitas

Atas : dalam kondisi normal terdapat 5 jari pada

setiap tangan, kedua tangan simetris. Dalam kondisi

abnormal jari-jari memiliki selaput jala, sindaktili,


143

polidaktili atau trisomi 21 (Bobak,2005, Walsh,

2008; Marmi, 2012; Elmeida, 2015)

Bawah : dalam kondisi normal tungkai simetris,

terdapat 5 jari pada setiap kaki, femur harus utuh,

lapisan lemak pada telapak kaki terlihat kaki

terlihat datar. (Bobak,2005; Walsh, 2008; Marmi,

2012; Elmeida, 2015)

(m) Refleks :

Morro adalah Reflek terkejut, refleks yang dimulai

dengan mengejutkan bayi dengan menopang bayi

dalam posisi telentang di bagian kepala dan lengan

bawahnya. Lengan bayi akan melakukan gerakan

abduksi disertain fleksi pada siku, tangan tetap

menggenggam. (Bobak, 2006; Saifuddin, 2009;

Oxford, 2011; Lowdernmilk, 2013; Marmi, 2015)

Grasping yaitu apabila telapak tangan disentuh

dengan jari makan bayi akan berusaha untuk

menggenggam jari. (Bobak, 2006; Oxford, 2011;

Lowdernmilk, 2013; Marmi, 2015)

Rooting yaitu apabila bayi menoleh ke arah benda

yang menyentuh pipi. (Bobak, 2005; Saifuddin,

2009; Oxford, 2011; Lowdernmilk, 2013; Marmi,

2015)
144

Sucking yaitu apabila reflek menghisap saat pangkal

mulut bayi disentuhkan dengan jari yang bersih bayi

secara spontan akan mulai menghisap. Respon ini

dimulai sejah 32 minggu gestasi tetapi belum

berkembang penuh sampai usia 36 minggu, oleh

sebab itu bayi prematur memiliki reflek menghisap

yang lemah. (Bobak, 2006; Oxford, 2011)

Tonic neck yaitu saat bayi berbaring datar, saat

kepala bayi miring ke salah satu sisi, salah satu

kaki dan lenganmengalami ekstensi disisi yang

searah dengan kepala bayi. Lengan dan tungkai

disisi lain akan berada di posisi fleksi. (Oxford,

2011; Marmi, 2015)

Babinski mengusap telapak kaki dari tumit sampai

jari akan membuat jari kaki bayi melebar seperti

kipas dan kaki mengarah ke arah dalam. Refleks ini

terjadi sampi usia 2 tahu. (Oxford, 2011;

Lowdernmilk, 2013; Marmi, 2015)

Glabella yaitu ketuk dahi, batang hidung, atau

maksila bayi baru lahir yang matanya sedang

terbuka. Bayi baru lahir akan mengejapkan mata

pada 4-5 ketukan pertama.(Bobak, 2005;

Lowdernmilk, 2013; Marmi, 2015)


145

Ekstrusi yaitu reflek menjulurkan lidah, sentuh atau

ujung lidah bayi baru lahir mendorong lidah keluar,

respon menghilang pada bulan keempat kehidupan.

(Saifuddin, 2009; Lowdernmilk, 2013; Marmi,

2015)

(n) Eliminasi

BAK : dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK

dengan volume 20-30 ml per hari. Sebelum menyusui

bayi BAK ± 5x selama 1 hari, setelah menyusu 8-10x

dalam 1 hari. (Saifuddin,2009; Marmi,2012;

Elmeida,2015). Menurut Elmeida (2015) dan Bobak

(2005) sebagian besar bayi baryu lahir berkemih 2-10

x/hari pada 1-2 hari pertama

BAB : mekonium dibentuk selama kehidupan janin

dari cairan amnion dan konstituennya, sekresi usus

(meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari

mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan

kental serta mengandung darah samar mayoritas

bayi matur yang sehat mengeluarkan mekonium

dalam 12 hingga 24 jam pertama kehidupan, dan

hampir semua bayi mengalaminya dalam 48 jam

pertama. (Bobak, 2005; Cunningham; 2006;

Marmi, 2012; Lowdernilk, 2013, Elmeida, 2015)


146

c. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1) Termoregulasi

Suhu aksila normal adalah 36,5 sampai 37,5oC. Suhu kulit

abdomen adalah 360 sampai 36,5oC. Mekanisme kemungkinan

hilangnya panas tubuh dari bayi ke lingkungan meliputi:

a) Konduksi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan yang

lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain. Contoh:

menimbang bayi tanpa alastimbangan.

b) Konveksi

Aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih

dingin. Contoh: menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,

dan membiarkannya terbuka

c) Radiasi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan padat

lain yang lebih dingin tanpa kontak langsung satu sama lain,

dalam kontak dekat. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan

keadaan telanjang.

d) Evaporasi

Kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi

gas. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan alam suhu kamar 25ᵒC.

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo,

2010; Marmi, 2012)


147

2) Sistem pernapasan

Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong

cairan untuk keluar dari saluran pernapasan. Tekanan yang agak

besar sering ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran

pervaginam dan diperkirakan bahwa cairan paru-paru yang

didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional.

(Saunders, 1978 dalam Cunningham, 2006).

Bayi yang lahir dengan secsio caesaria mungkin

mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam

parunya selama 6 jam pertama setelah lahir. (Milner, dkk; 1978

dalam Cunningham, 2006).

Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervaginam dan

ekspansi yang mengikuti kelahiran mungkin merupakan suatu

faktor penyokong pada inisiasi respirasi. (Bobak, 2005;

Cunningham, 2006)

3) Sistem pencernaan

Pada saat lahir, usus bayi steril dan fungsinya imatur. Bising

usus normalnya mulai setelah kira-kira 30 menit. Kapasitas

lambung bayi baru lahir cukup bulan kira-kira 30 ml. Selama 2

minggu pertama bayi mengonsumsi 30-60 ml setiap 2 sampai 4

jam. (Walsh, 2007; Elmeida, 2015)

Kapasitas lambung bervariasi dari 30-90 ml tergantung pada

ukuran bayi. Bayi baru lahir normal dapat kehilangan kira-kira


148

10% - 15% berat badan selama 3 hari pertama dan kemudian

meningkat lagi dalam 1 minggu. Setelahnya rata-rata penambahan

berat badan adalah 30 gram per hari, dan bayi bertumbuh

panjangnya kira-kira 2,5 cm per bulan. (Bobak,2005;

Cunningham, 2006; Walsh, 2007)

4) Sistem kardiovaskuler dan darah

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 120-160 kali/ menit.

Tekanan darah berkisar antara 50-55/ 25-30 mmHg hingga 80/ 50

mmHg pada 10 hari pertama kelahiran. Volume sirkulasi total

darah mencapai 80 ml/ kg berat badan. Aliran darah melalui tali

pusat berhenti, menggerakkan tekanan rendah sirkulasi plasenta

dan meningkatan tahanan vaskuler sistemik. (Bobak,2005;

Cunningham, 2006; Walsh, 2008; Marmi, 2012; Lowdermilk,

2013)

5) Metabolisme glukosa

Metabolisme glukosa berubah setelah bayi lahir. Selama

kehidupan janin, glukosa dan insulin berperan dalam anabolisme dan

produksi energi. Pada trimester ketiga janin menyimpan glukosa

sebagai glikogen. Setelah lahir, aktivitas insulin menurun. Kadar

asam lemak meningkat dengan cepat dalam 3 jam setelah lahir

sebagai akibat lipolisis. Terdapat nadir fisiologis glukosa darah 1-1,5

jam setelah lahir, tetapi kadar glukosa stabil dalam 3-4 jam. Rata-

rata kadar glukosa pada bayi baru lahir adalah 60-70 mg/
149

dl. Penurunan dibawah 40 mg/ dl perlu diwaspadai. Bayi beresiko

mengalami hipoglikemi bila berat badan bayi lahir rendah, bayi

besar, dan bayi yang mengalami intoleransi persalinan. (Walsh,

2008; Marmi, 2012)

6) Sistem ginjal

Ginjal bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Urin

pertama dikeluarkan saat lahir atau dalam 24 jam pertama dan

semakin meningkat seiring bertambahnya asupan cairan. Urin

encer, berwarna kuning dan tidak berbau. (Bobak, 2005;

Cunningham, 2009; Marmi, 2012)

d. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan

sesuai standart yang diberikan oleh tenaga kesehtan yang kompeten

kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari

setelah lahir, baik difasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonates menurut Kepmenkes

(2014) adalah :

1) Kunjungan Neonatal ke-I (KN I) dilakukan pada kurun waktu 6-

48 jam setelah lahir

a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat

dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan

(≥24 jam)
150

b) Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan

bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 -

24 jam setelah lahir.

Hal yang dilaksanakan :

(1) Jaga kehangatan tubuh bayi

(2) Berikan Asi eksklusif

(3) Cegah infeksi

(4) Rawat tali pusat

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah lahir

a) Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit

b) Jaga kehangatan tubuh

c) Beri ASI eksklusif

d) Rawat tali pusat

e) Pencegahan infeksi

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

a) Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit

b) Jaga kehangatan tubuh

(1) Beri ASI eksklusif

(2) Pencegahan infeksi (Hidayat, 2008)


151

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini

mungkin bila terdapat kelainan kesehatan pada neonatus.

Selain itu di dalam kunjungan bisa diberikan pijat bayi. Pijat

bayi adalah Tindakan stimulasi tubuh bayi dengan terapi sentuhan

untuk meningkatkan sirkulasi darah dan tumbuh kembang bayi yang

lebih optimal. Pijat bayi bertujuan untuk merangsang syaraf motorik,

memperbaiki pola tidur, membantu memperlancar sistem

pencernaan, meningkatkan ketenangan emosional anak,

meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh,

membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak. Tekanan pemijatan

disesuaikan umur yaitu:

1) 0-1 bulan: Gerakan atau tekanan lebih mendekati usapan halus

dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan

daerah perut.

2) 1-3 bulan: Tekanan lebih kuat dan gerakan lebih variatif.

3) 3 bulan- 3 tahun: Dilakukan seluruh gerakan pemijatan sesuai

teknik pada seluruh tubuh

4) Pada bayi premature sebelum bayi sehat betul, hanya diberikan

sentuhan ringan

Tidak melakukan pemijatan bila bayi telah selesai makan, bayi dalam

keadaan tidak sehat, bayi tidak mau dipijat atau memaksakan posisi

pijat tertentu.
152

2. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Menejemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dibedakan menjadi

dua yaitu Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera setelah lahir sampai dengan

2 (dua) jam dan setelah 2 (dua) jam setelah lahir.

Menejemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir mengacu pada

KEPEMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan yang meliputi :

a. Menejemen Asuhan Kebidanan pada Bayi segera setelah lahir


1) Standart I : Pengkajian

Melakukan pemeriksaan sepintas terdiri dari : observasi warna, tonus,

dan upaya pernapasan (Bobak, 2005; Walsh, 2007; Lissauer, 2008;

Oxfort, 2013).

2) Standart II : Perumusan Diagnosa/Analisa

a) Merumuskan diagnosa dan atau masalah dari pengkajian yang

sudah dilakukan. Bayi baru lahir normal bila lahir cukup bulan

sesuai masa kehamilan Diagnosa sesuai dengan nomenklatur

Kebidanan

Bayi Ny. X usia 0 hari lahir normal cukup bulan sesuai masa

kehamilan.

b) Kebutuhan : membersihkan jalan napas, memotong dan merawat

tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan

pencegahan infeksi. (Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008;

Prawirohardjo, 2010; Marmi, 2012)


153

3) Standart III : Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada bayi baru lahir antara lain :

a) Keringkan bayi,

b) Potong dan rawat tali pusat,

c) Lakukan IMD,

d) Berikan salep mata pada dengan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin

1% pada 1 jam pertama

e) Berikan injeksi Vit K1 1 mg IM pada 1 jam pertama

f) Berikan Imunisasi HB0 pada 1 jam setelah injeksi vit K1

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo, 2010;

Marmi, 2012)

4) Standart IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan.

a) Mengeringkan bayi,

b) Memotong dan rawat tali pusat,

c) Melakukan IMD,

d) Memberikan salep mata pada dengan eritromisin 0,5% atau

tetrasiklin 1% pada 1 jam pertama

e) Memberikan injeksi Vit K1 1 mg IM pada 1 jam pertama

f) Memberikan Imunisasi HB0 pada 1 jam setelah injeksi vit K1

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo, 2010;

Marmi, 2012)
154

5) Standart V : Evaluasi

Evaluasi pada bayi baru lahir antara lain :

a) Bayi sudah dalam keadaan kering

b) Jalan napas pada bayi telah dibersihkan dan bayi dapat menangis

kuat.

c) Tali pusat telah dipotong dan di klem dengan klem steril.

d) Bayi tidak megalami hipotermi karena dijaga kehangatannya

dengan kontak langsung kulit ibu melalui IMD.

e) Telah diberikan vitamin K 1 mg IM untuk mencegah perdarahan

dan salep/tetes mata eritromicyn 0,5 % untuk mencegah infeksi

pada mata.

f) Bayi sudah diberikan suntikan Hb0 pada paha kanan bagian

anterolateral.

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo, 2010;

Marmi, 2012)

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Mencatat seluruh pengkajian, diagnosa, dan atau masalah dan

kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku (SOAP) dalam

status klien dan mencatat hasil pelayanan dalam rekam medis atau

buku KIA/kartu pasien.


155

b. Menejemen Asuhan Kebidanan pada Bayi setelah 2 jam

1) Standart I : Pengkajian

Tanggal/Jam Masuk :Untuk mengetahui tanggal dan waktu

melakukan pengkajian.

Data Subjektif

a) Identitas

(1) Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan

(2) Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus

(3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan

memberikan informasi pada ibu dan keluarga serta

memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.

(4) Alamat : untuk memudahkan saat kunjungan rumah.

Identitas Orang Tua

(1) Nama : Untuk mengenal pasien

(2) Umur : Usia reproduksi sehat seorang wanita 20-35

tahun

(3) Agama : Untuk memberikan motivasi sesuai dengan

agama yang dianut oleh pasien.

(4) Suku/Bangsa : Untuk menentukan faktor pembawa

genetika pasien

(5) Pendidikan: Untuk menyesuaikan dalam menentukan

pengetahuan kesehatan
156

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

pasien

(7) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta

mempermudah saat melakukan pengkajian maupun kunjungan.

(Kriebs, 2006; Prawirohardjo, 2010; Robson, 2011; Mochtar,

2013)

b) Riwayat Persalinan

(1) Penolong : penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

(2) Tempat : fasilitas kesehatan.

(3) Jenis : bayi lahir spontan

(4) Komplikasi : tidak ada komplikasi.

Data Objektif

a) Pemeriksaan APGAR score

Dilakukan pada menit pertama setelah lahir dengan penilaian

sebagai berikut : 7 – 10 (beradaptasi baik), 4 – 6 (asfiksia ringan

hingga sedang) dan 0 – 3 (asfiksia berat), kemudian penilaian

selanjutnya dilakukan setelah 5 menit dan dapat diulang jika skor

masih rendah. (Bobak,2005; Cunningham,2006; Walsh,2007;

Lissauer,2008; Oxfort,2013)

b) Pemeriksaan umum

Keadaan umum = baik


157

c) Pemeriksaan tanda – tanda vital

(1) Suhu

Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5-37,5°C.(Walsh, 2008;

Bobak, 2005; Lowdernmilk, 2006; Marmi, 2012)

(2) Pernapasan

Pernapasan normal bayi baru lahir berkisar 40-60 x/menit.

(Manuaba, 2007; Elysabeth, 2014).

(3) Denyut jantung

Normalnya 130 – 160 x/menit. (Walsh, 2008; Bobak, 2005;

Lowdernmilk, 2006; Marmi, 2012)

d) Melakukan pemeriksaan fisik

(1) Kepala

Memeriksa kontur tulang tengkorak dan merasakan untuk

ubun – ubun dan sutura, normalnya teraba berdenyut, tidak ada

molase. Hal ini bertujuan memeriksa apakah ada trauma akibat

jalan lahir. (Bobak, 2005; Lowdernmilk, 2006; Walsh, 2008;

Benson, 2009)

(2) Muka

Bayi tampak normal, raut wajah tampak sesuai, letak

proporsional, dan simetris. (Bobak, 2005; Walsh, 2007)


158

(3) Mata

Pemeriksaan sklera pada kondisi putih, dan konjungtiva

normalnya berwarna merah muda.(Bobak, 2005; Walsh, 2008;

Marmi, 2012; Elmeida, 2015)

(4) Mulut

Bibir simetris, tidak terdapat palatoschisis, bibir

kemerahan, tidak ada labioschisis (Bobak, 2005; Manuaba,

2007; Walsh, 2007; Saifuddin, 2009; Elmeida, 2015)

(5) Hidung

Simetris, pola pernafasan, tidak ada pernafasan cuping

hidung, tidak ada sekret. (Lowdernmilk, 2006; Walsh, 2008;

Mochtar, 2013; Marmi, 2012; Elmeida, 2015).

(6) Telinga

Berhubungan dengan letak mata dan kepala (jika telinga

tidak sejajar dengan mata, maka kemungkinan ini merupakan

tanda dari sindrom down) (Bobak, 2005; Oxford, 2011; Marmi,

2012; Elmeida, 2015).

(7) Leher

Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan/benjolan

(Saifuddin, 2009; Walsh, 2007; Bobak, 2005).

(8) Dada

Hampir bulat, berbentuk tong, ujung sternum menonjol,

puting susu menonjol sudah terbentuk dengan baik dan letaknya


159

simetris (Bobak, 2005; Lowdernmilk, 2006; Oxford, 2007;

Marmi, 2012; Elmeida, 2015).

(9) Abdomen

Inspeksi batas antara tali pusat dan kulit jelas, palpasi

normalnya abdomen harus simetris, lunak dan bulat, auskultasi

pada keempat kuadran dengan stetoskop harus mengidentifikasi

bising usus (Bobak, 2005; Lowdernmilk, 2006; Walsh, 2007;

Marmi, 2012)

Kulit berwarna kemerahan, kadang terdapat bercak

mongol yang akan menghilang pada umur 1-5 tahun (Bobak

2005; Walsh, 2008; Saifuddin, 2009; Marmi, 2012).

(11) Genetalia

(a) Laki-laki : panjang penis 3-4 cm, lebar 1-1,3 cm, terdapat

lubang uretra, testis sudah turun ke skrotum (Walsh, 2008;

Oxford, 2011; Marmi, 2012)

(b) Perempuan : labia mayora menutupi labia minora, lubang

uretra terpisah dengan lubang vagina (Bobak, 2006;

Walsh, 2008; Marmi, 2012).

(12) Eliminasi

(a) BAK : BAK pertama terjadi dalam 24 jam dengan

volume 20-30 ml per hari. Sebelum menyusui bayi BAK ± 5x


160

selama 1 hari, setelah menyusu 8-10 x dalam 1 hari

(Saifuddin, 2009; Marmi, 2012; Elmeida, 2015).

(b) BAB : Mekonium berwarna hitam kehijauan dan kental

(Bobak, 2005; Lowdermilk, 2013, Cunningham; 2006;

Marmi, 2012; Elmeida, 2015). Menurut IDAI (2013)

frekuensi BAB ±4x sehari berwarna kekuningan dengan

butiran berwarna putih susu, berat badan bayi tidak turun

lebih dari 10% berat badan lahir

(13) Ekstremitas

(a) Atas : terdapat 5 jari pada setiap tangan, simetris, terdapat

kuku di setiap jari

(b) Bawah : simetris, terdapat 5 jari pada setiap kaki, femur

utuh, terdapat kuku di setiap jari. . (Bobak, 2005; Walsh,

2008; Marmi, 2015)

(14) Refleks

Terdapat reflek morro, grasping, sucking, rooting, tonic neck,

babinski, glabella, dan ekstrusi (Bobak, 2006; Saifuddin,

2009; Oxford, 2011; Lowdernmilk, 2013; Marmi, 2015)

b. Standart II : Perumusan Diagnosa/Analisa

1) Merumuskan diagnosa dan atau masalah dari pengkajian yang

sudah dilakukan. Bayi baru lahir normal bila lahir cukup bulan

sesuai masa kehamilan Diagnosa sesuai dengan nomenklatur


161

Kebidanan Bayi Ny. X usia 0 hari lahir normal cukup bulan

sesuai masa kehamilan.

2) Kebutuhan : memberikan injeksi Hb0, menjaga kehangatan,

menjaga personal hygiene (Bobak, 2005; Manuaba, 2007;

Walsh, 2008; Prawirohardjo, 2010; Marmi, 2012).

c. Standart III : Perencanaan

Perencanaan pada bayi baru lahir setelah 2 jam, antara lain :

1) Pengukuran antropometri

2) Jaga kehangatan bayi

3) Monitoring keadaan umum bayi

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo,

2010; Marmi, 2012)

d. Standart IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan

1) Melakukan pengukuran antropometri

2) Menjaga kehangatan bayi

3) Memonitoring keadaan umum bayi

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo,

2010; Marmi, 2012)

e. Standart V : Evaluasi

1) Pengukuran antropometri telah dilakukan dengan hasil normal

2) Kehangatan bayi tetap terjaga dengan menggedong bayi

3) Memonitoring keadaan umum bayi


162

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007; Walsh, 2008; Prawirohardjo,

2010; Marmi, 2012)

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Mencatat seluruh pengkajian, diagnosa, dan atau masalah dan

kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku ( SOAP )

dalam status klien dan mencatat hasil pelayanan dalam rekam

medis atau buku KIA/kartu pasien.

C. NIFAS

1. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian

Masa puerperium atau sering disebut dengan masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Biasanya

dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42

hari). (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Cuningham, 2006;

Walsh, 2008; Fraser, 2009; Prawirohardjo, 2014).

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Setelah melahirkan, pada uterus terjadi proses

pengembalian uterus kedalam keadaan seperti sebelum hamil

(Involusi uterus). Proses ini segera setelah plasenta keluar akibat


163

kontraksi otot-otot polos uterus. Proses involusi uterus adalah

sebagai berikut :

(1) Iskemia miometrium, disebabkan oleh kontraksi dan

retraksi terus menerus dari uterus setelah pengeluaran

plasenta, menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam uterus.

(3) Efek oksitosin, oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi

dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke

uterus untuk mengurangi perdarahan.

Tabel 2.7 Involusio Uterus


Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minngu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar, 2013; Kemenkes,2015

(PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Fraser, 2009;

Cuningham, 2006; Walsh, 2008; Moctar, 2013).

b) Lochea

Lochea adalah sekret uterus yang keluar melalui vagina

selama masa nifas. (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003;

Fraser, 2009; Cuningham, 2006; Walsh, 2008; Moctar, 2013)


164

Sedangkan menurut Moctar (2013), Dewi (2014),

Kemenkes (2015) lochea dibedakan menjadi:

(1) Lochea rubra yang terdiri dari darah, desidua dan bagian

amnion serta korion, berwarna coklat-kemerahan dalam

jumlah banyak (selama 2 hari).

(2) Lochea Sanguilenta berwarna merah kekuningan (Hari ke

3-7).

(3) Lochea Serosa yang teridiri dari darah tua, serum, leukosit,

dan debris jaringan, berwarna kuning kecoklatan yang

lebih gelap (Hari ke 7-14)

(4) Lochea Alba yang terdiri dari sel darah putih, sel epitel,

mukus, serum, dan bakteri, berwarna kuning-keputihan

(>14 hari).

c) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong, berwarna marah kehitaman. Konsistensinya lunak dan

kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,

tangan masih bisa dimasukkan ke rongga rahim. Setelah 2 jam

dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1

jari (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Cuningham,

2006; Walsh, 2008; Moctar, 2013; Indriyani, 2016).


165

d) Vagina

Vulva dan vagina akan menjadi kendur karena selama

proses persalinan mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar. Setelah 3 minggu vulva dan vagina akan kembali

seperti keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina berangsur-

angsur akan muncul, serta labia menjadi lebih menonjol

(PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Cuningham, 2006;

Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009; Indriyani, 2016).

e) Perineum

Akibat tekanan bayi yang bergerak maju membuat

perineum mengalami peregangan dan menjadi kendur. Pada

hari ke- 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

tonusnya, meski tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

hamil (Fraser, 2009; Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009;

Indriyani, 2016).

f) Payudara

Wanita yang menyusui bayinya berespons terhadap

stimulus bayi yang disusui sehingga akan terus melepaskan

hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Pada

ibu pascapartum hari ke-2 sampai ke-4, pembesaran payudara

primer dapat dialami akibat distensi dan stasis vaskular serta

sistem limfatik. Kurangnya stimulasi puting menimbulkan

penurunan kadar prolaktin dan produksi ASI terhenti


166

(PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Fraser, 2009;

Cuningham, 2006; Walsh, 2008; Kemenkes, 2015; Indriyani,

2016).

Untuk memperlancar dalam proses menyusui dapat

diberikan pijat oksitosin yaitu pemijatan di daerah tulang

belakang sampai tulang costae ke-6. Dilakukan 2 sehari denan

durasi 3-5 menit. Hal ini bisa dilakukan oleh suami atau

keluarga karena saat dipijat suami mampu meningkatkan

hormon oksitosin yaitu dengan sentuhan suami / keluarga ibu

lebih merasa nyaman, dengan seperti itu maka produksi ASI

dapat lancar. (Ummah,2014)

2) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan Darah

Segera setelah melahirkan, tekanan darah sistolik dan

diastolik kembali normal seperti sebelum hamil.

b) Suhu

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik

sedikit (37,5o – 38 o C) sebagai akibat kerja keras sewaktu

melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan

normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke- 3

suhu badan naik lagi karena adanya pembentuka ASI. Payudara

menjadi bengkak dan berwarna merah karena adanya ASI. Bila


167

suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain).

c) Nadi

Denyut nadi kembali normal setelah beberapa jam pertama

pascapartum. Apabila denyut nadi di atas 100 selama

puerperium, hal tersebut merupakan abnormal dan dapat

menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum

lambat.

d) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan

juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus

pada saluran pencernaan.

(PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003; Fraser, 2009;

Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Dewi, 2014; Kemenkes,

2015; Indriyani, 2016).

3) Sistem Pencernaan

Dalam waktu satu atau dua jam pascapartum, wanita

mungkin merasa kelaparan dan mulai makan. Konstipasi dapat

menjadi masalah saat puerperium awal karena kurangnya

makanan padat selama persalinan dan menahan defekasi (Fraser,

2009; Bahiyatun, 2009; Dewi, 2014; Indriyani, 2016).


168

4) Sistem Endokrin

Saat plasenta lepas dari dinding uterus, kadar HCG dan

HPL sacara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari

postpartum. HCG tidak terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari

postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma (Sulistyawati,

2009; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009; Kemenkes, 2015; Indriyani,

2016).

5) Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama proses persalinan dan

berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus

dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama dan

akan kembali normal pada akhir minggu ke -3 postpartum

(Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Dewi, 2014;

Indriyani, 2016).

6) Sistem Hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar-kadar fibrinogen

dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih kental

dengan peningkatan viskositas yang meningkatkan faktor

pembekuan darah. Terjadi leukositosis dengan peningkatan sel

darah putih hingga 15.000 atau lebih selama persalinan, yaitu

selama dua hari pertama pascapartum hingga 20.000-30.000

(Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009; Dewi, 2014).


169

7) Sistem Perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang

tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan

setelah wanita melahirkan kadar steroid menurun selama masa

postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan

postpartum. (PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003;

Cunningham, 2006; Fraser, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha,

2009; Bahiyatun, 2009; Dewi, 2014; Indriyani, 2016).

c. Kebutuhan pada Masa Nifas

Menurut Walsh (2008) kebutuhan ibu pada masa nifas meliputi:

1) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.

Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

sebagai berikut:

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.


170

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. Minum kapsul

vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI (Walsh, 2008; Fraser, 2009;

Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009;

Moctar, 2013; Dewi, 2014; Astutik, 2015; Kemenkes RI,

2015; Indriyani, 2016).

2) Ambulasi

Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada

kontraindikasi. Sebaiknya, ibu nifas turun dari tempat tidur

sedini mungkin 1 atau 2 jam setelah persalinan. Ambulasi dini

dapat mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih,

konstipasi, Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu

karena pada saat ini biasanya ibu merasa pening ketika pertama

kali bangun setelah melahirkan (Cuningham, 2006;

Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009; Dewi,

2014; Astutik, 2015; Kemenkes RI, 2015; Indriyani, 2016).

3) Perawatan Perineum

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,

terutama perineum. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut

dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelainnya dan bagi ibu yang

mempunyai luka episiotomi atau laserasi, disarankan untuk


171

mencuci luka tersebut dengan air dingin dan menghindari

menyentuh daerah tersebut Perawatan Payudara (Cuningham,

2006; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009; Dewi,

2014; Astutik, 2015; Kemenkes RI, 2015; Indriyani, 2016).

4) Perawatan payudara

Ibu menyusui dianjurkan untuk mencuci puting hanya

dengan air hangat dan dilakukan setiap akan menyusui bayi.

Bra yang tepat dapat memberi sokongan dan meningkatkan

kenyamanan (Bobak, 2005; Cuningham, 2006; Walsh, 2008;

Moctar, 2013; Dewi, 2014; Astutik, 2015; Indriyani, 2016).

5) Seksualitas

Umumnya koitus seksual dapat dilakukan kembali dengan

aman ketika tidak ada perdarahan vagina berwarna merah,

ketika jahitan telah sembuh dan secara emosional merasa

memerlukannya sehingga ibu dianjurkan untuk melakukan

kembali hubungan seksual biasanya 30-40 hari. Secara fisik

aman untuk melakukan hubungan seksual adalah begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke

dalam vagina tanpa rasa nyeri (Cuningham, 2006; Walsh,

2008; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Manuaba, 2010; Dewi,

2014; Kemenkes RI, 2015).


172

6) Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan senam nifas dilakukan seawal mungkin

dengan catatan ibu menjalani persalinan secara normal dan

tidak ada penyulit postpartum (Bobak, 2005; Walsh, 2008;

Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Indriyani, 2016).

Apabila senam nifas tidak memungkinkan untuk diberikan

maka dapat diberikan massase tubuh, sesuai dengan teori

(Asosiasi Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Jawa

Tengah,2006 dan Purwanto,2014) yang menyatakan bahwa

Massase tubuh adalah tindakan perawatan tubuh klien dengan

memberikan sentuhan pemijatan yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan otot, nyeri, meningkatkan kebugaran

dengan relaksasi fisik, mengkaji kondisi kulit, meningkatkan

sirkulasi/ peredaran darah pada area yang di masasse.

Untuk melancarkan peredaran darah pada daerah wajah bisa

diberikan totok wajah yang dapat menyeimbangkan keadaan

fisik dan emosionwl (Riggio,ahli terapi Amerika Serikat)

7) Eliminasi

a) Miksi

Menurut Cuningham (2006), Dewi (2014) dan Astutik

(2015) ibu dapat buang air kecil spontan 3-4 jam setelah

masa persalinan. Dan menurut Bobak (2005), Sulistyawati


173

(2009), Saleha (2009) ibu dapat buang air kecil spontan 7-8

jam setelah masa persalinan. Apabila tidak bisa dilakukan

sendiri, dirangsang dengan mengalirkan air mengalir dekat

pasien, mengompres air hangat diatas simpisis.

b) Defekasi

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Jika pasien pada hari ketiga belum buang air besar maka di

berikan laksan supositoria dan minum air hangat (Saleha,

2009; Moctar, 2013; Dewi, 2014; Astutik, 2015; Kemenkes

RI, 2015).

d. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas sebagai berikut :

1) Puerperium Dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Puerperium Lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama apabila selama hamil atau

sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai

kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan atau

tahunan (Sulistyawati, 2009; Bahiyatun, 2009; Moctar, 2013;

Dewi, 2014; Astutik, 2015).


174

e. Kunjungan Masa Nifas

1) Kunjungan I :

a) 6 jam – 8 jam setelah persalinan

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

bila perdarahan berlanjut

(3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

(4) Pemberian ASI awal

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

b) 3 hari setelah persalinan

(1) Konseling Memastikan involusi uterus berjalan dengan

normal, uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, lochea tidak

berbau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

(3) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.

(4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi, cukup

cairan dan cukup istirahat.

(5) Memasatikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak terdapat tanda-tanda kesulitan menyusui


175

2) Kunjungan II : 2 minggu setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus.

b) Berkontraksi, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, lochea tidak berbau.

c) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

d) Memastikan ibu mendapat isitirahat yang cukup.

e) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi, cukup cairan

dan cukup istirahat.

3) Kunjungan III (6 minggu postpartum)

a) Menanyakan masalah/penyulit yang dialami ibu dan bayinya.

b) Memberiakn konseling KB secara dini

c) Menganjurkan atau mengajak ibu untuk membawa bayi ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

(Syaifudin, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Mochtar,

2013; Astutik, 2015).

f. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Syaifudin, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Astutik, 2015)


176

g. Adaptasi Psikologi Masa Nifas

Menurut Lowdermilk (2013) fase-fase adaptasi setelah melahirkan

adalah :

1) Fase Dependen (taking in)

Fase taking in adalah periode ketergantungan. Berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini,

ibu lebih berfokus pada dirinya sendiri. Ibu sangat gembira dan suka

mengkomunikasikannya, sehingga petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik dengan cara mendengarkan

dan memperhatikan ibu.

2) Fase Dependen-Mandiri (taking hold)

Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk

mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain serta

keinginan untuk dapat melakukan segala sesuatu secara mandiri.

Namun perasaan mudah tersinggung dapat timbul akibat jenuh

dengan banyaknya tanggung jawab. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menambah kepercayaan ibu.

3) Fase Interdependen (letting go)

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan terhadap bayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih dibutuhkan oleh ibu, yaitu


177

dengan membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga

sehingga ibu tidak terlalu terbebani (Bobak, 2005; Saleha, 2009;

Bahiyatun, 2009; Kemenkes RI, 2015; Astutik, 2015).

h. Tanda Bahaya Pascapartum

Memberitahu ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika

mengalami gejala seperti :

1) Perdarahan pervagina yang luar biasa banyak atau yang tiba-tiba

bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau bila

memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam dan

berbau busuk).

2) Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung

3) Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah

penglihatan.

4) Pembengkakan di wajah atau tangan.

5) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak

enak badan.

6) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit

7) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

8) Rasa sakit, merah, nyeri tekan dan pembengkakan pada kaki

9) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

10) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah. (Bobak, 2005;

Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009; Kemenkes RI, 2015; Astutik, 2015).


178

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Manajemen asuhan kebidanan yang digunakan sesuai dengan

KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007 yang meliputi :

a. STANDAR I : PENGKAJIAN

1) Data Subjektif

a) Identitas

Berisi nama ibu dan suami, umur, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan dan alamat (Kriebs, 2007)

b) Keluhan utama

Ibu mengatakan mengeluh mengalami mules-mules

akibat kontraksi rahim dan payudara bengkak. pengeluaran

pervaginam atau perdarahan lokhea (Pusdiknakes-WHO-

JHPIEGO, 2003; Fraser, 2009; Cuningham, 2006; Walsh,

2008; Kemenkes, 2015; Indriyani, 2016)

c) Data Kebiasaan sehari-hari

(1) Pola Makan

Ibu mengatakan makan 3 kali sehari 1 porsi sedang

dan tidak ada pantangan, minum 8 gelas perhari. (Walsh,

2008; Fraser, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009;

Bahiyatun, 2009; Moctar, 2013; Dewi, 2014; Astutik,

2015; Kepmenkes RI, 2015; Indriyani, 2016)


179

(2) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan BAK 5 kali perhari dengan

keluhan agak takut serta BAB 3 kali sehari dengan

keluhan agak takut (Saleha, 2009; Mochtar, 2013;

Dewi, 2014; Astutik, 2015; Kepmenkes RI, 2015)

(3) Pola Tidur

Ibu mengatakan istirahat tidur malam sekitar 7-8

jam dan tidur siang sekitar 1 jam. (Walsh, 2008;

Sulistyawati, 2009; Bahiyatun, 2009; Astutik, 2015)

(4) Pola seksual

Ibu mengatakan belum melakukan aktivitas

seksual karena masih takut. (Cunningham, 2006;

Walsh, 2008; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009;

Manuaba, 2010; Dewi, 2014; Kepmenkes RI, 2015)

d) Data Psikologi

Ibu mengatakan sudah bisa merawat bayi dan dibantu

oleh keluarga. (Bobak, 2005; Saleha, 2009; Bahiyatun,

2009; Dewi, 2014; Kemenkes RI, 2015; Astutik, 2015)

e) Data Sosial

Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu

menjalani masa nifas dengan membantu merawat bayi,

mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu


180

terbebani.(Bobak, 2005; Saleha, 2009; Bahiyatun, 2009;

Kemenkes RI, 2015; Astutik ,2015)

f) Data Pengetahuan

(1) Cara membersihkan vulva

Ibu sudah mengerti cara membersihkan vulva

(2) Perawatan payudara

Ibu sudah mengerti cara perawatan payudara

(3) Mobilisasi/ Senam

Ibu sudah mengerti mengenai senam masa nifas

(4) Zat besi/ Vitamin A

Ibu sudah mengerti tentang zat besi dan vitamin A

(5) Gizi ibu menyusui

Ibu sudah mengertitentang gizi ibu menyusui

(6) ASI Ekslusif

Ibu sudah mengerti mengenai ASI Ekslusif

(7) Teknik menyusui yang benar

Ibu sudah mengerti mengenai ASI Ekslusif

(8) Tanda bahaya masa nifas

Ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas

2) Data Obyektif

a) Keadaan umum : Keadaan umum menunjukkan kondisi ibu baik.

(Pusdiknes-WHO-JHPIEGO, 2003; Sumarah, 2009;

Johariyah, 2012; Nurasih, 2014; Prawirohardjo, 2014)


181

b) Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah normal antara 100/60 sampai dengan

120/80 mmHg. Suhu normal yang berkisar antara 36,5 –

37,5ºC. Pernapasan normal per menit antara 20-24

x/menit. Denyut nadi normal per menit antara 80-90

x/menit (Pusdiknes-WHO-JHPIEGO, 2003; Sumarah,

2009; Johariyah, 2012; Lowdermilk, 2013; Nurasih, 2014;

Prawirohardjo, 2014)

c) Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Muka : tidak odema

Mata : konjungtiva merah muda, sklera

putih bersih

Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sariawan

Telinga : pendengaran normal

Leher : tidak ada pembesaran vena

jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

b. Dada

Paru-paru : tidak ada bunyi wheezing


182

Payudara : kolostrum sudah keluar, payudara

tidak bengkak

c. Uterus : TFU 3 jari di bawah pusat

d. Genetalia : tidak varises, tidak odema, tidak

ada kelenjar bartholini, lochea

berwarna merah kecoklatan.

e. Kandung kemih : kandung kemih kosong

f. Perineum : terdapat jahitan laserasi, tidak ada

tanda infeksi

g. Anus : tidak ada haemoroid

h. Ekstremitas

(a) Atas : tidak odema, dan tidak terpasang

infus

(b) Bawah : tidak odema, tidak ada

tromboflebitis

d) Data Penunjang

Pemeriksaan urine : protein urin negatif (-)

b. STANDAR II : PERUMUSKAN DIAGNOSIS DAN ATAU

MASALAH

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan

P2A0 umur… tahun nifas normal hari ke....


183

2) Masalah

Rasa sakit yang disebut afterpains (mules-mules) akibat

kontraksi rahim yang berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

pengeluaran pervaginam atau perdarahan lokhea, putting atau

payudara yang bengkak atau lecet (PUSDIKNAKES-WHO-

JHPIEGO,2003 h.25; Cunningham, 2006 h.448; Walsh, 2008;

Mochtar, 2009; Fraser, 2009; Kemenkes, 2015; Indriyani, 2016 )

3) Kebutuhan

Kebersihan diri, istirahat, nutrisi, perawatan payudara,

hubungan suami istri, konseling mengenai tanda–tanda bahaya

masa nifas dan bayi baru lahir, konseling keluarga berencana.

(Bobak, 2005; Cuningham, 2006; Walsh, 2008; Saifudin, 2012;

Moctar, 2013; Dewi, 2014; Astutik, 2015; Indriyani, 2016)

c. STANDAR III : PERENCANAAN

Menurut Profil Kesehatan RI (2014) kunjungan nifas dilakukan

sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan :

1) Kunjungan I :

a) 6 jam – 8 jam setelah persalinan

(1) Lakukan informed consent

(2) Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan

(3) Lakukan pemeriksaan fisik dan umum

(4) Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

dengan ajari ibu massase uterus


184

(5) Pemberian ASI awal

(6) Jaga bayi tetap hangat dan nyaman

(7) Beri KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

(8) Jika tidak ada keluhan beri KIE perawatan perineum,

gizi ibu nifas dan teknik menyusui yang benar

(9) Jadwalkan kunjungan ulang.

b) 3 hari setelah persalinan

(1) Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan

(2) Kaji kebisaan sehari-hari

(3) Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan umum

seperti tanda vital, TFU, pengeluaran pervaginam,

eliminasi, laktasi dan jahitan

(4) Lakukan evaluasi tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

(5) Beri KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

(6) Jika tidak ada keluhan beri KIE breast care dan tanda

bahaya ibu nifas

2) Kunjungan II : 2 minggu setelah persalinan

a) Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan


185

b) Lakukan pemeriksaan fisik dan umum seperti tanda vital,

TFU, pengeluaran pervaginam, eliminasi, laktasi dan

jahitan

c) Pastikan involusi berjalaan normal, asupan nutrisi cukup

dan istirahat cukup.

d) Lakukan evaluasi tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

e) Jika tidak ada keluhan beri KIE ASI eksklusif dan vitamin

A pada ibu nifas

f) Beri KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

3) Kunjungan III : 6 minggu postpartum

a) Tanyakan masalah/penyulit yang dialami ibu dan bayinya.

b) Berikan konseling KB secara dini

c) Anjurkan atau ajak ibu untuk membawa bayi ke posyandu

atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi

(Syaifudin, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Moctar,

2013; Astutik, 2015)

d. STANDAR IV : PELAKSANAAN

1) Kunjungan I :

a) 6 jam – 8 jam setelah persalinan

(1) Melakukan informed consent

(2) Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan


186

(3) Melakukan pemeriksaan fisik dan umum

(4) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

dengan mengajari ibu massase uterus

(5) Melakukan pemberian ASI awal

(6) Menjaga bayi tetap hangat dan nyaman

(7) Memberi KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

(8) Jika tidak ada keluhan, memberi KIE perawatan perineum,

gizi ibu nifas dan teknik menyusui yang benar

(9) Menjadwalkan kunjungan ulang.

b) 3 hari setelah persalinan

(1) Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan

(2) Mengkaji kebiasaan sehari-hari.

(3) Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan umum

seperti tanda vital, TFU, pengeluaran pervaginam,

eliminasi, laktasi dan jahitan

(4) Melakukan evaluasi tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

(5) Memberi KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

(6) Jika tidak ada keluhan, memberi KIE breast care dan

tanda bahaya ibu nifas


187

2) Kunjungan II : 2 minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan

b) Melakukan pemeriksaan fisik dan umum seperti tanda vital,

TFU, pengeluaran pervaginam, eliminasi, laktasi dan jahitan

c) Memastikan involusi berjalaan normal, asupan nutrisi cukup

dan istirahat cukup

d) Melakukan evaluasi tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

e) Jika tidak ada keluhan, memberi KIE ASI eksklusif dan

vitamin A pada ibu nifas

f) Memberi KIE dan konseling sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu

3) Kunjungan III : 6 minggu postpartum

a) Menanyakan masalah/penyulit yang dialami ibu dan bayinya.

b) Memberikan konseling KB secara dini

c) Menganjurkan atau mengajak ibu untuk membawa bayi ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi

(Saifuddin, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Mochtar,

2013; Dewi, 2014; Astutik,2015)

e. STANDAR V : EVALUASI

1) Kunjungan I :

a) 6 jam – 8 jam setelah persalinan

(1) Telah dilakukan informed consent


188

(2) Telah ditanyakan keluhan pada ibu

(3) Keadaan ibu normal.

(4) Ibu mengerti dan sudah bisa massase uterus

(5) Telah dilakukan IMD

(6) Bayi telah dijaga tetap hangat dan nyaman

(7) Telah diberikan KIE dan konseling sesuai dengan

masalah dan kebutuhan ibu

(8) Ibu mengerti tentang perawatan perineum, gizi ibu nifas

dan teknik menyusui yang benar

(9) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

b) 3 hari setelah persalinan

(1) Telah ditanyakan keluhan yang dirasakan ibu.

(2) Telah dilakukan pengkajian kebiasaan sehari-hari.

(3) Keadaan ibu normal.

(4) Ibu telah mengerti tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

(5) Ibu telah mengerti KIE dan konseling sesuai dengan

masalah dan kebutuhan ibu

(6) Ibu mengerti tentang breast care dan tanda bahaya ibu

nifas

2) Kunjungan II : 2 minggu setelah persalinan

a) Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

b) Keadaan ibu normal.


189

c) Ibu telah mengerti tentang KIE dan konseling pada

kunjungan sebelumnya

d) Ibu mengerti tentang ASI eksklusif dan vitamin A pada ibu

nifas

e) Ibu mengerti tentang masalah dan kebutuhan yang dialami.

3) Kunjungan III : 6 minggu postpartum

a) Tidak ada masalah/penyulit yang dialami ibu dan bayinya.

b) Ibu mengerti tentang KB secara dini

c) Ibu bersedia membawa bayi ke posyandu atau puskesmas

untuk penimbangan dan imunisasi

(Saifuddinh, 2009; Sulistyawati, 2009; Saleha, 2009; Moctar,

2013; Dewi, 2014; Astutik, 2015)

f. STANDAR VI : PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekammedis/KMS/status pasien/ bukuKIA)

1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan P

adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara berkesinambungan penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.


190

E. KERANGKA PIKIR

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa masalah
3. Perencanaan sesuai teori 1. Kesehatan
Ibu Hamil 36 Ibu
4. Implementasi
Minggu 2. Kesehatan
5. Evaluasi
6. Pencatatan asuhan kebidanan Janin

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa masalah 1.Kesehatan
Ibu Bersalin 3. Perencanaan sesuai teori Ibu
4. Implementasi 2.Kesehatan
5. Evaluasi Janin
6. Pencatatan asuhan kebidanan

1.Pengkajian
2.Perumusan diagnosa masalah 1.Kesehatan
Bayi Baru Lahir 3.Perencanaan sesuai teori Ibu
4.Implementasi 2.Kesehatan
5.Evaluasi Bayi
6.Pencatatan asuhan kebidanan

1.Pengkajian
2.Perumusan diagnosa masalah 1.Kesehatan
Ibu Nifas 3.Perencanaan sesuai teori Ibu
4.Implementasi 2.Kesehatan
5.Evaluasi Bayi
6.Pencatatan asuhan kebidanan

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Asuhan Berkesinambungan Pada Ibu

Hamil, Bersalin, BBL dan Nifas (KEPMENKES

No.938/Menkes/SK/VIII/2007)

Anda mungkin juga menyukai