Anda di halaman 1dari 9

A.

PENDAHULUAN
a. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri remaja
2. Bagaimana permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
3. Bagaimana implikasi proses penyusuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dan proses penyesuaian diri remaja
2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
3. Untuk mengetahui implikasi proses penyusuaian remaja terhadap penyelenggaraan
pendidikan
B. ISI
a. Kajian pustaka

Pengertian Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik adalah individu yang telah bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannya
dengan cara cara yang matang, efisien, memuakan dan sehat, serta dapat mengatasi konflik mental,
frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengembangkan perilaku simptomatik dan gangguan
psikosomatik yang mengganggu tujuan-tujuan moral, sosial, agama, dan pekerjaan. (Ali, 2005: 176)

Penyesuaian diri sebagai interaksi yang kontinu dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan
dunia. (Sobur, 2003: 526)

Adapun penyesuaian diri menurut para Ahli-ahli sebagai berikud;

1. Kartono (2000),

penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapaiharmoni pada diri sendiri dan pada
lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan,depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon
pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisienbisa dikikis.

2. Hariyadi (2003)

penyesuaian diri adalah kemampuanmengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula
mengubah lingkungansesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.

3. Ali dan Asrori (2005)

penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan
perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

4. Scheneiders (dalam Yusuf, 2004),


penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mentaldan perbuatan individu
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan,frustasi dan konflik secara sukses
serta menghasilkan hubungan yang harmonis antarakebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan
lingkungan dimana dia hidup.

5. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003)

penyesuaian diri secara lebih umum,yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap
orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah
laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya.Dengan perkataan
lain,orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya.

Aspek Penyesuaian Diri Dalam Belajar

 Kepemimpinan (Agency atau leadership)


Kepemimpinan merupakan proses dimana seseorang memberi pengaruh kepada orang lain. Karakter
seorang pemimpin digambarkan seperti memiliki motivasi tinggi untuk berprestasi, persuasife memiliki
keterampilan sosial yang baik, kreatif dan memiliki penyesuaian diri sosial yang baik.

 Kemasyarakatan (Communion)
Remaja yang sehat tidak hanya memiliki kemampuan untuk berhasil secara individual tetapi juga
mampu mempertahankan keterikatan yang memuaskan dan sehat dengan orang lain.

 Ketahanan (Presistence)
Siswa idealnya merasa yakin pada kemampuan diri sendiri dan tidak tergantungpada orang lain dalam
menghadapi berbagai masalah

 Keterlibatan Terhadap Tugas (Task Involvement)


Siswa dengan task involment lebih peduli terhadap aktivitas belajar dan pengerjaan tugas tugas sekolah.
Sedangkan siswa dengan ego involment tidak peduli pada proses belajarnya dan lebih mementingkan
pandangan dan tanggapan orang lain tentang dirinya.

 Kepercayaan Diri Akademis (Academic Confidence)


Menunjukkan seberapa besar rasa optimis siswa terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas
sekolah.

 Kepercayaan Diri Sosial (Social Confidence)


Menggambarkan bagaimana kemampuan siswa dalam menjalin hubungan dengan orang di sekitarnya
sehingga dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa dengan guru, teman sebaya, dan
sebagainya di sekolah.

 Lokus Control Internal (Internal Locus of Control)


Dalam situasi pendidikan, bila seseorang siswa melihat penyebab kegagalan dan ketidakberhasilannya
yang tidak terkontrol, maka ia cenderung tidak ingin merubah perilakunya di masa depan agar meraih
sukses.

 Kepercayaan Pengembangan Diri (Incremental Scale)


Menggambarkan bahwa kemampuan manusia tidak stabil tetapi dapat dikontrol sehingga masih dapat
dikembangkan

 Hubungan dengan Guru (Teacher Repport)


Terjadinya hubungan antara siswa dan guru, maka mereka saling mengenal kepribadian dan akan lebih
memudahkan dalam proses penyesuaian diri.

 Hubungan dengan Teman Sebaya (Peer Rapport)


Mengembangkan pengetahuan serta keterampilan sosial. Melihat dari sudut pandang orang lain dalam
menilai serta memperlakukan dirinya sebagai proses pembelajaran suatu dimensi untuk menunjukkan
dirinya sebagai siswa di sekolah.

(Rosdiana, 2009: 3)

Karakteristik Individu yang Mampu Menyesuaikan Diri

1. Tidak adanya ketegangan sosial


2. Tidak memunjukkan adanya mekanisme mekanisme psikologis
3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Mampu dalam belajar
6. Menghargai pengalaman
7. Bersikap relistik dan objektif

(Hartinah, 2008: 186)

b. Pembahasaan
1. Pengertian dan proses penyusuaian diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah
peilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Penyesuaian dapat berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya,dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah,dan dapat mengadakanrelasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagaikonformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar dan prinsip.Penyesuaian diridapat diartikan sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana danmengorganisasi respon-
respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macamkoflik,kesulitan,dan frustrasi
secara efesien. Individu memiliki kemampuanmenghadapi realitas hidup dengan cara
adekuat/memenuhi syarat.Penyesuaian social terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat
individu itu hidup danberinterakasi dengan orang lain. Hubungan sosial tersebut mencakup
hungandengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat
luas.

secara umum, Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah
kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok
masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses
penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha
untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya. penyesuaian diri secara
lebih umum,yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum
ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan
berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya.Dengan perkataan lain,orang itu mampu
menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya. Penyesuaian diri adalah proses bagaimana
individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Respons
penyesuaian diri,baikatau buruk,dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau
menjauhi ketegangan dan memelihara kondisi-kondisi keseibangan yang wajar.Pada dasarnya,
penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya.

 Karakteristik penyesuian diri


Rintangan- rintangan tertentu menyebabkan individu tidak berhasil dalam melakukan
penyesuian diri . individu dapat melakkukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula
yang melakukannya secara salah. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik penyesuain diri yang
positif maupun negative.

a. Penyesuian diri secara positif


Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif indivdu akan melakukannya dalam
bentuk sebagai berikut :
1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6. Penyesuaian dengan belajar.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengandalian diri.
8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Penyesuian diri secara positif ditandai dari beberapa hal sebagai berikut :
1. Tidak menunjukan adannya ketegangan emosional
2. Tidak menunjukan adanya mekanisme mekanisme psikologis
3. Tidak menunjukan adanya frustasi
4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5. Mampu dalam belajar
6. Bersifat realistik dan objektif
9. Penyesuian diri secara bersalah
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1. Reaksi Bertahan (Defence Reaction).
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya,seolah-olah tidak mengalami
kegagalan.
2. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction).
Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
 Selalu membenarkan diri,
 Mau berkuasa dalam setiap situasi,
 Mau memiliki segalanya, dan yang lainnya.
3. Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction).
10. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari
situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku
seperti berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh
diri, menjadi pecandu ganja, narkotika , dan regresi
 Faktor-faktor penyesuian diri
Proses penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai
berikut : kondisi-kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan dan sebagainya,
perkembangan dan kematangan (kematangan intelektual sosial dan emosional), penentu
psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri, frustasi dan konflik), kondisi
lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu kultural (budaya dan agama).
a. Kondisi jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh.
b. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat
instinktifmenjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman.
c. Penentu psikologis terhadap penyesuaian diri
Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya adalah :
1. Pengalaman
2. Proses belajar
3. Determinasi diri
4. Konflik dan penyesuaiaan
d. Lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga, dan pola hubungan di dalamnya, sekolah
masyarakat,kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri.
1. Pengaruh rumah dan keluarga
2. Hubungan orang tua dan anak
3. Hubungan saudara
4. Hubungan masyarakat
5. Sekolah
 Kultural dan agama sebagai penentu penyesuaian diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Contohnya : tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja dan semacamnya
akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan
memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama memegang
peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.
Ada beberapa Permasalahan-Permasalan Penyesuaian Diri Remaja
a. Sikap orang tua yang otoriter
Otoritas kepada remaja dapat menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja
berusaha menentang kekuasaan orang tua dan ia nantinya akan cenderung otoriter terhadap
teman-temannya serta cenderung otoritas yang ada baik di sekolah maupun di masyarakat.
b. Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan
Memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak perempuan terhadap saudara yang laki-
laki.
c. Remaja yang hidup di keluarga yang retak
Tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, kurang
kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar.
2. Permaslahan-permasalahan penyesuaian diri remaja

Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang
menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua
dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga.
Sebagai contoh, sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat
dibagi menjadi dua macam:
1. Pertama
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak
sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut
Boldwyn, “Bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah
kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata”.
2. Kedua
Dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di
sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah
lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan
penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah
belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar
yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi
waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan
sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya.

3. Implikasi proses penyesuian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan


Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari
peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika peserta didik
mengalami masalah. Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati
dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada
masa perkembangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun
internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh
seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami keterbelakangan mental. Karena
remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, mereka akan
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan.
Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah
tersebut dengan pena -didikan, baik pendidikan formal atau non-formal.Masa
perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide
pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk
meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang
lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk
mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan
itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain. Laju
proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor
dominan adalah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan
(environment): termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor
dominan utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan,
menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.

Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma).
Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peran sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peran
keluarga, yaitu sebagai referensi dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri
remaja khususnya di sekolah adalah:
a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman (at home) bagi anak-anak
didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh
aspek pribadinya.
d) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f) Ruang kelas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
g) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h) Teladan dari para guru dalam hal pendidikan.
i) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di
sekolah.
j) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
k) Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid
maupun pada guru.

BAB III
PENUTUP

C. KESIMPULAN

Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan
proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan,
dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan
antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah.
Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari
suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan
penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa
remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru
hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya
sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.
D. DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartinah, Siti. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama

Hidayat, Syarif. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang : PT Pustaka Mandri.


Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Press

Rosdiana, Dewi. (2009). Penyusunan Modul Pelatihan Penyesuaian Akademis Bagi Mahasiswa UNISBA
Tingkat Pertama. https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/schema/article/view/2618.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sunarto dan Hartono, Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
Wahjosumidjo.Buku Kumpulan Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis) editor Dr. A.
Supratiknya(1993). Yogyakarta : KANISIUS

Anda mungkin juga menyukai