BAB I
PENDAHULUAN
Konteks
(Lingkungan)
Saluran
atau Pesan
media Umpan balik
Sumber Sumber
atau atau
enkoder enkoder
Penerima Gangguan Penerima
atau atau
dekoder
Gambar 1.1 Model Universal Komunikasi (PPSDM Depkes RI, 2006)
dekoder
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari
kehidupan manusia, paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat bayi dilahirkan adalah tanda
komunikasi (Widjaja, 1986).
Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling
pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini faktor komunikasi memainkan peran
penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu manusia yang cara berpikirnya
berdasarkan logika dan rasional (penalaran) dalam melaksanakan segala kegiatan dan
aktivitasnya. Kegiatan dan aktivitas itu akan terselenggara dengan baik melalui proses
komunikasi antar manusia. Komunikasi menjadi bahan dari kehidupan manusia. Berhasilnya
suatu komunikasi ialah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung
dalam proses komunikasi. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber (resource), pesan
(message), saluran (channel, media) dan penerima (receiver, audience).
Dalam proses komunikasi bersamaan tersebut diusahakan melalui tukar menukar
pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Pada hakekatnya
setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur tersebut yaitu sumber pesan, saluran, dan
penerimaan, disamping masih terdapat pula unsur pengaruh (effect) dan umpan balik
(feedback). Setiap komunikasi senantiasa menambah efek positif atau efektivitas komunikasi.
Komunikasi tanpa efektivitas adalah komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi
adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat
pesan yang diterima baik langsung maupun tak langsung maupun media massa jika perubahan
itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu disebut efektif (Anwar Arifin;
1984).
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Beberapa ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
1. Menurut Book (1980) dimana ahli ini mengkhususkan human communication
menyampaikan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang mengendalikan lingkungannya dengan (1) membangun
hubungan antar sesama manusia. (2) melalui pertukaran informasi. (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain. (4) serta berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku.
2. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata , gambar, figur grafik,
dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya di sebut
komunikasi. ( Bernard Berelson dan Bary A,Stener)
3. Setiap tindakan komunikasi di pandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari
rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima. (Thedore M.
Newcomb).
4. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikate). ( Carl I. Hovland)
5. Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengan niat yang di sadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
(Gerald R Miller)
6. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Everett
M. Rogers).
7. Komunikasi (internasional) adalah suatu proses menyortir, memilih dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikia rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang di
maksudkan komunikator. ( Raymond S. Ross)
Dari definisi di atas ternyata tidak hanya satu definisi yang memberi pengertian
mengenai komunikasi tetapi bisa di ambil kesimpulan bahwa komunikasi mengandung unsur:
Sumber (sources), pegirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), dan
pembicara (speaker). Sehingga akan menarik sekali untuk terus menggali tentang definisi
komunikasi.
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan
beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau
yang sama tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak
hubungan atasan dengan bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang
kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan
kepada bawahan.
Ketidakmampuan membedakan dimensi isi dan hubungan
Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali
perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan atau perselisihan
yang menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta
yang dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada
seseorang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut
dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau
mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan soal isi.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer
Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua
orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang
lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan
rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif.
Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di
antara kedua orang yang bersangkutan.
Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan
pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu
menegaskan kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris
bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau
keunggulannya dari yang lain. Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu
harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan
bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan.
Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang
bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak
memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat
dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali
menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.
film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita tentang pengalaman masa lalu kita,
emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi,
dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat
berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya
secara berbeda.
6. Komunikasi tak terhindarkan
Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan,
dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula
komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin
berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti
bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar
jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari
orang lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan
cara tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan
reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi.
Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.
7. Komunikasi bersifat tak reversibel
Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda
dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat
mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan
proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya
hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah
anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari
anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel.
Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu
saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan;
anda dapat saja, misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar
bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau
meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima,
tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur.)
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam
bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita
perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik
kembali. Pesan yang mengandung komitmen suatu pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala
macam variasinya juga perlu diperhatikan , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri
kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau
komunikasi masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang,
sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
D. MODEL KOMUNIKASI
Pada proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Poses komunikasi melalui
model-model komunikasi itu sendiri, yaitu:
1. Model Komunikasi Aristoteles
Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa
setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama:
a. Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan
b. Apa yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu sendiri)
c. Penerima, orang yang menerima pesan tersebut.
2. Model Komunikasi David K.Berlo
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses
Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses
sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
Proses utama adalah sebagai berikut:
a. Source (sumber), sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam
komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya
melibatkan individu, namun dalam hal ini sumber juga melibatkan banyak individu.
Misalnya, dalam organisasi, partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering
dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
b. Message (pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan
disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif,
edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2
cara, yaitu verbal dan nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media
komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information
c. Channel (media dan saluran komunikasi), sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3
bagian yaitu lisan, tertulis, dan elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk
mengirimkan pesan tersebut. Misalkan secara personal (komunikasi interpersonal),
maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media
telepon, telegram, handphone, dimana media ini bersifat pribadi. Sedangkan
komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak
(koran, surat kabar, majalah, dll), sedangkan media elektornik dapat menggunakan
internet, TV dan radio. Namun untuk internet, termasuk media yang fleksibel, karena
bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa. Karena, internet mencakup segalanya. Jika
anda membuka website maka media ini bersifat massal, namun jika anda chatting
melalui yahoo messenger, maka media ini bersifat interpersonal, dan jika anda
menuliskan Blog (blogging atau menulis diary), media ini bisa berubah menjadi media
yang bersifat intrapersonal (kepada diri sendiri).
d. Receiver (penerima pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari
komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan
sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi
tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.
Sedangkan yang termasuk proses sekunder adalah:
a. Feedback (umpan balik), umpan balik adalah suatu respon yang diberikan oleh
penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan kepada penerima sasaran (khalayak),
namun juga bisa didapatkan dari media itu sendiri. Misal, kita sebagai seorang penulis
mengirimkan sebuah artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja artikel kita
ternyata bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media
mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.
b. Efek, sebuah komunikasi dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah
sebuah respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan
(baik itu negatif atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh
yang dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku (Kognitif, afektif, dan
konatif)
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. PENGERTIAN
Yang dimaksudkan dengan komunikasi efektif menurut Steward L Tubbs dan Sylvia
Moss meliputi:
a. Pengertian: adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan
oleh comunicator.
b. Kesenangan: pada dasarnya komunikasi bukan sekedar penyampaian informasi saja dan
membentuk adanya saling pengertian, namun komunikasi juga ditujukan untuk
mendapatkan kehangatan dalam interaksi dengan informasi atau pesan yang
menyenangkan orang lain.
c. Mempengaruhi sikap: domain utama proses komunikasi sesungguhnya adalah
mempengaruhi sikap orang lain, untuk dapat mempengaruhi orang lain maka diperlukan
suatu pendekatan psikologis berupa emotional appeals, ini bisa dilakukan apabila dalam
komunikasi melakukan pendekatan psikologis.
d. Hubungan sosial yang baik: komunikasi ditujukan untuk mencipatakan hubungan sosial
yang terbina dengan baik. Pada konteks berserikat dan berasosiasi (inclusion) maka
diperlukan komunikasi untuk bisa meneguhkan hubungan antar anggota kelompok.
Pada konteks ingin menguasai dan dikuasai (control). Sementara itu pada konteks
affection yaitu ingin dicintai dan mencintai perlu mutlak komunikasi agar kebutuhan
tersebut dapat terungkapkan.
e. Tindakan: mempengaruhi orang lain dapat berhasil apabila orang tersebut melakukan
tindakan nyata seperti apa yang di inginkan dan ini merupakan indikator terkahir selain
empat item terurai di atas. Tindakan merupakan akumulasi dari proses komunikasi dan
ini memerlukan pengetahuan mekanisme faktor psikologi yang mempengaruhi tindakan
seseorang.
Jadi Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan
sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
Karena komunikasi non-verbal memiliki peranan yang kuat, kita perlu terus berlatih
untuk mengontrolnya. Misalnya, mengontrol mimik wajah. Mungkin saja wajah kita
memang cenderung seperti orang tidak ramah sehingga kerap membuat orang lain salah
paham. Kita dapat melatihnya dengan sering-sering senyum di depan kaca atau senam
wajah supaya lebih rileks.
Komunikasi non-verbal juga memegang peranan penting dalam berkomunikasi via
media, terutama media sosial yang kerap digandrungi banyak orang. Karena tidak
bertemu langsung, orang tidak dapat melihat mimik wajah atau intonasi suara yang
bicara sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Kita dapat mengatasinya dengan
penggunaan bahasa tulisan dan tanda baca yang tepat. Seperti misalnya, menghindari
penggunaan huruf kapital pada banyak kata dan tanda seru.
4. Mendengarkan dengan baik
Mendengarkan tidak kalah pentingnya dengan penyampaian itu sendiri, supaya kita
dapat menerima pesan sesuai yang dimaksud oleh pengirim pesan. Yang paling penting
dalam mendengarkan adalah fokus pada apa yang disampaikan. Jangan melihat ke
berbagai arah, tapi lihatlah si penerima pesan dan apa yang ia sampaikan.
Dengan mendengarkan baik-baik dan memberi tanggapan, orang akan merasa dihargai.
Hal itu dapat mendukung ia untuk menyampaikan pesan lebih baik lagi, sehingga kita
pun dapat menerima pesan jauh lebih baik. Namun kita tidak perlu merasa kalau
mendengarkan adalah suatu beban, namun dengarkan saja dengan santai sehingga kita
dapat menyimak lebih baik.
Referensi
--------- 2000. Berbicara Efektif: Teknik Modern untuk komunikasi yang Dinamis. Pustaka
Delapratasa. Jakarta..
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.
Carnegie, Dale 1999. Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain. Gramedia. Jakarta.
dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.
Joedono, S.B. 2001. “Pengendalian Ektern Perilaku Dalam Teori Organisasi”, Usahawan No.
10. Lembaga Penerbit Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Neil Aryanti, 2002. Membentuk Komunikasi Dalam Dunia Kerja Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Vol. 02 No. 01 April
2002
Nitisemito, Alex . S. 1982. Manajemen Personalia, Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Robbin, James G dan Jones, Babara S. 1982. Effective Communication for Today Manager.
Terjemahan R. Truman Sirait, Tulus Jaya. Jakarta.