Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergeseran pola hidup masyarakat dari pola hidup tradisional menjadi pola
hidup yang praktis dan instan, khususnya pada pemilihan makanan, memiliki
dampak negatif bagi kesehatan. Makanan cepat saji dengan pemanasan tinggi dan
pembakaran merupakan pilihan dominan yang dapat memicu terbentuknya
senyawa radikal bebas (Tina dkk, 2013).
Antioksidan merupakan senyawa yang berfungsi menstabilkan radikal
bebas dengan cara menerima electron yang tidak berpasangan sehingga dapat
menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas (Stevi dkk, 2012).
Dalam kehidupan sehari-hari, bekatul dimanfaatkan sebagai minyak bekatul
rice bran oil (RBO) dan pakan ternak (Fanny, 2018). Namun, bekatul juga
mengandung senyawa bioaktif sebagai antioksidan seperti tokoferol, tokotrienol,
oryzanol, antioksidan fenolik (Siti, 2016).
Kunyit dikenal sebagai salah satu rempah-rempah yang berkhasiat sebagai
jamu dan obat tradisional untuk penyakit akibat infeksi mikroba parasit, gigitan
serangga, penyakit mata, cacar, gangguan pencernaan, penyakit kulit, penyakit pada
hati, asma, dan mengurangi nyeri pada penderita rematik arthtritis (Ayu dkk, 2018).
Kunyit mengandung komponen kurkuminoid yang termasuk golongan fenol yang
berpotensi sebagai antioksidan alami (Ni Kadek Riaminanti dkk, 2016).
Melihat banyaknya manfaat dari berbagai sumber daya alam yang dimiliki
negara Indonesia sebagai bukti atas kebesaran Allah SWT sesuai dengan firman-
Nya Surat Al-Imran (3) ayat 190-191, menjelaskan tentang orang – orang yang
berakal yang selalu berfikir dan menyadari tentang kebesaran Allah SWT terhadap
penciptaan langit dan bumi. Allah SWT menciptakan segalanya untuk tujuan –
tujuan yang luhur dan mulia. Allah SWT akan memuliakan orang – orang yang
pandai bersyukur atas segala penciptaan-Nya.
Pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan oleh manusia dapat
dipahami dari konsep mashlahah mursalah yaitu, memelihara jiwa (hifzun nafs)

1
agar tidak menurunkan kualitas hidup manusia yang dapat berakibat terganggunya
hifzun nafs (Primadilla, 2015)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
untuk mengetahui dan membuktikan aktivitas antioksidan dari campuran ekstrak
kunyit (Curcuma longa.) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa) ditinjau dari
pandangan Islam.

1.2 Perumusan Masalah

Semakin banyaknya radikal bebas yang berasal dari makanan instan pada
saat ini, sehingga memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, penuaan dini
dan kanker. Oleh sebab itu dibutuhkan antioksidan untuk mengatasi radikal bebas.
Senyawa – senyawa antioksidan alami yang dapat diperoleh dari sumber daya alam
di Indonesia. Beberapa sumber daya alam yang kaya antioksidan yakni kunyit
(Curcuma longa) dan bekatul (Oryza sativa).

Untuk mengkaji lebih dalam mengenai aktivitas antioksidan dari campuran


ekstrak kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa), maka perlu
dilakukan penelitian ditinjau dari kedokteran dan Islam. Antioksidan diperlukan
untuk pencegahan penyakit.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) mengandung senyawa


antioksidan?
2. Apakah ekstrak bekatul (Oryza sativa) mengandung senyawa antioksidan?
3. Bagaimana efektifitas antioksidan dari campuran kunyit (Curcuma longa) dan
ekstrak bekatul (Oryza sativa)?
4. Bagaimakah menurut pandangan Islam mengenai pemanfaatan campuran
ekstrak kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza sativa) dalam
memenuhi antioksidan setiap hari?

2
1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan membuktikan potensi antioksidan dari kombinasi ekstrak kunyit


(Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa) yang ditinjau dari
kedokteran dan Islam.
1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan membuktikan aktivitas antioksidan dari ekstrak rimpang kunyit


(Curcuma longa).
2. Mengetahui dan membuktikan aktivitas antioksidan dari ekstrak bekatul (Oryza
sativa).
3. Mengetahui efektifitas antioksidan dari kombinasi ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa).
4. Mengetahui dan memahami pandangan Islam mengenai pemanfaatan campuran
ekstrak kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa) dalam
memenuhi antioksidan setiap hari.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti

1. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan sebagai dokter muslim Fakultas


Kedokteran Universitas YARSI.

2. Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi peneliti adalah untuk mendapatkan


pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
4. Hasil penelitian dapat menambah rujukan dalam bidang Biokomia dan Ilmu
Herbal.
5. Menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya di Universitas YARSI.
6. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan kesehatan dalam
Islam.

3
1.5.2. Manfaat bagi Masyarakat

1. Didapatkan beberapa sumber daya alam Indonesia yang mengandung


antioksidan.
2. Diketahui ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) mengandung antioksidan.
3. Diketahui ekstrak bekatul (Oryza sativa) mengandung antioksidan.
4. Diketahui efektifitas antioksidan dari kombinasi ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa)
5. Diketahui pandangan Islam mengenai pemanfaatan antioksidan dari campuran
ekstrak kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa) dalam
memenuhi antioksidan setiap hari.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka yang Telah Dilakukan

2.1.1. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang mendonorkan electron kepada


radikal bebas sehingga dapat menunda atau memperlambat proses oksidan yang
dapat melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas (Maria Inggrid &
Henry Santoso, 2014).

Sitem antioksidan terdiri dari tiga kelompok yaitu primer, sekunder, dan
tersier. Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah pembentukan radikal bebas,
contohnya transferrin, ferritin, dan albumin. Antioksidan sekunder berfungsi untuk
menangkap dan memberhentikan pembentukan radikal bebas, contohnya
superoksida dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GPx), dan katalase.
Antioksidan tersier berfungsi untuk memperbaiki jaringan atau sel yang rusak,
contohnya metionin sulfide reduktase, DNA repair enzymes, protease, transferase,
dan lipase.

Sumber antioksidan diproduksi dari dalam tubuh atau endogen dan


diproduksi dari luar tubuh atau eksogen. Sumber antioksidan endogen berupa enzim
superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx), dan katalase.
Sedangkan sumber antioksidan eksogen berasal dari alam atau pangan. Sumber
antioksidan dari alam merupakan bagian dari tumbuhan yang mengandung vitamin
A, vitamin C,, vitamin E, senyawa fenolik (flavonoid). Sumber antioksidan eksogen
sintetis dari sumber pangan brupa butil hidrosi anisol (BHA), butil hidroksi tolunen
(BHT), propil galat dan ter-butil hidroksi qiunon (TBHIQ).

Enzim antioksidan superoksida dismutase (SOD) merupakan metaloenzim


yang mengkatalis reaksi reduksi radikal anion superoksida (O2*) menjadi hidrogen
peroksida (H2O2) dan oksigen (O2*). Enzim katalase mengakatalis reaksi reduksi

5
senyawa hidrogen peroksida (H2O2) menjadi O2 dan H2O. SOD dan katalase banyak
terdapat dalam hati, kelenjar adrenalin, ginjal, darah, limfa, penkreas, otak paru-
paru, lambung, usus, ovarium, dan timus. Enzim glutation peroksidase (GP*)
memiliki empat sub unit protein yang mengkatalis reaksi reduksi H2O2 menjadi
senyawa organik hidroperoksida (ROOH). Enzim GP* banyak terdapat pada sitosol
hati dan merupakan enzim antioksidan tubuh yang paling besar atau mayor (I Made
Oka Adi Parwata, 2016).

Dengan demikian pada individu yang hidup dengan stres tinggi, pekerjaan
yang melelahkan, bekerja di bawah paparan sinar matahari dan polusi udara
memerlukan antioksidan eksogen agar radikal bebas yang berlebihan dapat
diperangkap oleh antioksidan tersebut. Antioksidan tersebut diperoleh dari bahan
makanan yang mengandung vitamin C,E, dan betacaroten, serta senyawa flavonoid
(Kesuma Sayuti & Rina Yenrina, 2015)

2.1.2. Kunyit

Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman golongan umbi-umbian yang


sering dijadikan bumbu penyedap masakan, pewarna makanan alami, dan juga
berkhasiat sebagai obat tradisional untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti
demam, diare, lever, sesak nafas, radang hidung, maag, eksim, dan hipertensi.

Beberapa manfaat kunyit yang telah dilaporkan secara ilmiah ialah sebagai
antimikroba dan antioksidan. Kemampuan sebagai antioksidan dari rimpang kunyit
telah banyak dilaporkan oleh para peneliti. Beberapa diantaranya ialah ekstrak
etanol rimpang kunyit mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode peredaman radikal bebas. Selanjutnya dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang paling
tinggi dibandingkan dengan empat jenis Curcuma C. zedoaria, C. angustifolia, C.
aromatica, dan C. amada. Selain bagian rimpang, bagian daun tanaman kunyit juga
telah dilaporkan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Ekstrak metanol daun
kunyit segar dan serbuk daun kunyit memiliki aktivitas antioksidan (Eris &
Partomuan, 2015).

6
2.1.2.1. Karakteristik Tanaman Kunyit

Tanaman kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman berbentuk rumpun


yang secara berkelompok. Memiliki batang semu yang tegak berbentuk bulat dan
menyimpan banyak air di dalamnya. Batang semu ini berwarna hijau kekuningan
dan terdiri dari beberapa pelepah daun. Tinggi batang tanaman kunyit (Curcuma
longa) antara 75 – 100 cm. Daun tanaman kunyit berbentuk lanset (bulat telur)
dengan panjang 10 – 4- cm dan lebar 8 – 13 cm. Tulang daun menyirip, berarna
hijau pucat dengan bagian ujung dan pangkal daun meruncing dan tepi daun rata.
Satu tanaman kunyit biasanya terdiri dari 6 – 10 lembar daun yang tersusun
berselang-seling.

Bunga kunyit (Curcuma longa) merupakan bunga majemuk yang berambut


dan bersisik tumbuh pada pucuk batang semu. Bentuknya kerucut meruncing
dengan warna kekuningan sepanjang 10 – 15 cm. Rimpang kunyit (Curcuma longa)
terdiri dari rimpang utama (ibu kunyit) dan rimpang cabang (tunas). Tunas tumbuh
pada rimpang utama kearah samping, mendatar atau melengkung. Tunas berbuku-
buku pendek dan biasanya berjumlah banyak. Tunas berkembang terus-menerus
membentuk cabang-cabang baru dan batang semu sehingga menjadi rumpun
tanaman kunyit (Curcuma longa). Panjang rimpang bisa mencapai 20 cm dengan
ketebalan 1,5 – 4 cm. Kulit rimpang berwarna coklat hitam, daging rimpang
berwarna kuning sampai jingga kemerahn (Cahyaning, 2012).

2.1.2.2. Klasifikasi Tanaman Kunyit

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiiberales

Familia : Zingiberaceae

7
Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa

2.1.2.3. Kandungan Kimia Tanaman Kunyit

Dalam tanaman kunyit terkandung senyawa kurkuminoid yang tediri dari


kurkumin, desmetoksikumin 10% dan bisdesmetoksikurkumin 1- 5% serta zat-zat
lainnya, seperti minyak atsiri atau volatil oil, lemak, karbohidrat, protein, pati,
vitamin C, zat besi, fosfor, dan kalsium. Minyak atsiri memberikan aroma pedas
yang lembut yang khas pada kunyit. Kandungan nutrisi pada kunyit meliputi lemak
1 – 3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45 – 55%, dan mineral
zat besi, fosfor, dan kalsium.

Minyak atsiri merupakan senyawa yang bersifat mudah menguap, berbau


dan berasa khas. Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit sebanyak 2 - 7%
(aprilisyawati, 2008). Minyak atsiri rimpang kunyit antara lain mengandung
terpinol, carvacrol, pinene, myrcene, phellandrene, 1,8-cineole, terpinolene,
curcumene, curlone, curcuphenol, turmerone, dan ar-turmerone. Minyak atsiri ini
bersifat sebagai antiradang, antibakteri, dan antifungsi.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, beberapa


penelitian telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat kunyit yaitu sebagai
agen antiseptik dan antibakteri alami, berguna sebagai desinfektan luka biasa atau
luka bakar, obat penghilang rasa sakit alami, mencegah panas dalam, mencegah
keputihan, mencegah gatal-gatal dan penyakit kulit, mengurangi rasa tidak nyaman
dimulut seperti sariawan, bengkak pada mulut, gatal-gatal pada tenggorokan, dan
lain-lain.

Kunyit mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi, sehingga kunyit


dipercaya dapat menurunkan kolesterol, dan menyempitkan arteri, selain itu kunyit
dapat mencegah penyakit serangan jantung mendadak. Kunyit mempunyai
kandungan vitamin C dan E yang tinggi juga karatenoid ini adalah sejenis makanan

8
herbal yang mengahalangi oksigen berlebih yang masuk dalam badan. Oleh karena
itulah, selain meningkatkan daya tahan tubuh, kunyit juga dapat mencegah masuk
angin (Cahyaning, 2012).

2.1.3. Bekatul
Bekatul (Oryza sativa) merupakan hasil samping dari proses penggilingan
dan penumbukkan gabah menjadi beras. Peningkatan hasil samping proses tersebut
di Indonesia tidak sebanding dengan pemanfaatannya. Pada umumnya, bekatul
(Oryza sativa) hanya digunakan sebagai pakan ternak, namun bekatul (Oryza
sativa) memiliki potensi lain yaitu minyak bekatul atau rica bran oil (RBO) untuk
pembuatan produk roti, biscuit, dan sereal. Minyak bekatul mengandung lemak
tidak jenuh yang tinggi sehingga aman dikonsumsi oleh penderita kolesterol dan
penyakit jantung (Siti Maria Ulfa, 2016).
Bekatul (Oryza sativa) mengandung sejumlah senyawa fenolik, serta kaya
akan serat pangan, vitamin, dan mineral. Beberapa penelitian mengenai
fungsionalitas bekatul bagi kesehatan antara lain: antikanker,
antihipokolesterolemik, dan antiaterogenik (Mirna Zena Tuarita, dkk., 2017).
2.1.3.1. Karakteristik Tanaman Bekatul

Dalam proses penggilingan dan penggilingan padi atau gabah akan


menghasilkan beras 57-60%, sekam 18-20%, dan bekatul 8-10%. Bekatul (Oryza
sativa) berasal dari lapisan dalam kulit padi yang terpisah dari beras saat
penyosohan selama penggilingan. Bekatul (Oryza sativa) berwarna kuning
kecoklatan beraroma beras (Fanny Nadia, 2018).
Secara morfologi, bekatul (Oryza sativa) terdiri atas lapisan perikarp, testa
dan lapisan aleuron (Gambar 1). Lapisan-lapisan ini mengandung sejumlah nutrien
seperti protein, lemak dan serat pangan serta sejumlah vitamin dan mineral.

9
Gambar 1. Morfologi Padi

Sumber : (Siti Maria Ulfa, 2016)

2.1.3.2. Klasifikasi Tanaman Bekatul

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Graminae

Genus : Oryza Linn

Spesies : Oryza sativa L

2.1.3.3. Kandungan Kimia Tanaman Bekatul

Kandungan asam amino esensial, antara lain dalam bekatul antara lain:
triptofan, histidin, sistein, dan arginin. Jenis serat pangan terdiri atas selulosa,
hemiselulosa, pektin, arabinosilan, lignin, dan β-glukan. Selain itu, bekatul juga
mengandung beberapa komponen bioaktif, seperti γ-oryzanol, asam ferulat, asam

10
kafeat, tricine, asam kumarat, asam fitat, isoform vitamin E (α-tokoferol, γ-
tokoferol, tokotrienol), fitosterol (β-sitosterol, stigmasterol, kampesterol), dan
karotenoid (α-karoten, β-karoten, lutein, likopen) (Mirna Zena Tuarita, dkk., 2017).

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Bekatul (edible grade)

Nutrien Kandungan (per Nutrien Kandun


100 g) gan (per
100 g)
Analisis Proksimat Vitamin
Protein 16,5 g Biotin 5,5 mg
Lemak 21,3 g Kolin 226 mg
Mineral 8,3 g Asam folat 83 μg
Total karbohidrat 49,4 g Inositol 982 mg
kompleks
Serat kasar 11,4 g
Serat pangan 25,3 g Mineral
Serat larut air 2,1 g Besi (Fe) 11,0 mg
Pati 24,1 g Seng (Zn) 6,4 mg
Gula sederhana 5,0 g Mangan (Mg) 28,6 mg
Tembaga (Cu) 0,6 mg

Vitamin Iodin 67 μg
Tiamin (B1) 3,0 mg Kalsium (Ca) 80 mg
Riboflavin (B2) 0,4 mg Fosfor (P) 2,1 g
Niasin (B3) 43 mg Kalium (K) 1.9 g
Asam pantotenat 7 mg Natrium (Na) 20,3 g
(B5)
Piridoksin (B6) 0,49 mg Magnesium (Mg) 0,9 g
Sumber : Mirna Zena Tuarita, dkk., 2017.

11
Campuran ekstrak kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza
sativa) merupakan salah satu sumber alam yang mengandung antioksidan yang
tinggi. Maha besar Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini
tidak ada yang sia – sia, sebagaimana telah dijelaskan dalam salah satu ayat:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demkian itu adalah anggapan orang-orang kafir,
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (QS.
Shaad (38) : 37).

Makna dari ayat tersebut adalah tuntutan bagi kita agar mengetahui dan
memahami serta mensyukuri setiap hasil ciptaan Allah salah satunya yakni hasil
sumber daya alam berupa tumbuhan kunyit dan bekatul yang kaya akan antioksidan
yang sangat dibutuhkan oleh manusia demi kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu
perlunya dilakukan penelitian mengenai aktifitas antioksidan dari campuran ekstrak
kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa).

2.2. Kerangka Teori

Radikal bebas meningkat

Antioksidan

Internal (dalam tubuh) Ekternal

Glutation Bahan alam

Nabati Hewani

Kunyit Bekatul

12
2.3. Kerangka Konsep

Bekatul Kunyit

Ekstrak Ekstrak

Aktivitas Antioksidan

2.4. Perumusan Hipotesis

1. H0: Pengolahan ekstrak kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza
sativa) tidak memengaruhi kandungan antioksidan di dalamnya.

2. H1: Pengolahan ekstrak kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza
sativa) memengaruhi kandungan antioksidan di dalamnya.

2.5 Definisi Operasional

1. Kunyit merupakan tanaman golongan temu-temuan yang banyak dimanfaatkan


sebagai bumbu masakan maupun pewarna makanan. Selain itu, tanaman kunyit
juga sering digunakan sebagai tanaman obat tradisional untuk mengobati
beberapa jenis penyakit seperti demam, diare, lever, sesak nafas, radang
hidung, maag, eksim, dan hipertensi (Eris & Partomuan, 2015).
2. Bekatul adalah bagian terluar butir beras dan salah satu produk samping
penggilingan padi (Mirna Zena Tuarita, dkk., 2017).
3. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak
negatif oksidan (Kesuma Sayuti & Rina Yenrina, 2015).

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian eksperimental invitro.

3.2 Bahan Penelitian

Kunyit yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma longa) yang diperoleh dari Laboratorium Herbal lantai 11 Universitas
Yarsi. Bekatul (Oryza sativa) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
daerah Karawang. Sampel ini kemudian diambil sebagiannya lalu dicampur
kemudian diuji antioksidannya tanpa olahan diteliti di Laboratorium Herbal lantai
11 Universitas Yarsi.

3.3 Kelompok Sampel


 Kelompok 1 : Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)
 Kelompok 2 : Ekstrak bekatul (Oryza sativa)
 Kelompok 3 :Kombinasi ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)
dan ekstrak bekatul (Oryza sativa)

3.4 Jenis Data


Data primer yang bersifat kuantitatif berupa konsentrasi IC50 (ppm).

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Pembuatan Ekstrak Rimpang kunyit (Curcuma longa), ekstrak bekatul
(Oryza sativa) dengan menggunakan Pelarut Ethanol 70%

Ekstrak rimpang kunyit diperoleh dari sediaan Laboratorium Herbal lantai


11 Universitas Yarsi sebanyak 1 gram. Ekstrak bekatul diperoleh dengan cara
menimbang bekatul sebanyak 150 gram lalu direndam dengan etanol 70% sebanyak

14
750 ml kemudian direndam dengan metode maserasi selama 24 jam. Kemudian
hasil dari maserasi disaring diperoleh filtrat bekatul berbentuk cair. Filtrat
kemudian dilakukan pemekatan menggunakan alat evaporator sampai diperoleh
ekstrak bekatul sebanyak 4,87 gram dengan konsistensi padat dan tidak ada etanol
yang tersisa. Hasil ekstrak dimasukkan dalam wadah lalu disimpan dalam lemari
pendingin selama 24 jam. Ekstrak siap digunakan sebagai sampel uji antioksidan
dengan metode DPPH.

3.5.2 Uji Antioksidan

3.5.2.1 Persiapan Larutan Uji

Metode yang digunakan untuk menguji antioksidan adalah DPPH. Metode


DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan tidak membutuhkan biaya
tinggi dalam menentukan kemampuan antioksidan menggunakan radikal bebas 2,2-
diphenyl- 1 – picrylhydrazyl (DPPH). Metode ini sering digunkan untuk menguji
senyawa yang berperan sebagai free radical scavengers atau donor hidrogen dan
mengevaluasi aktivitas antioksidannya, serta mengkuantifikasi jumlah kompleks
radikal-antioksidan yang terbentuk. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel
yang berupa padatan maupun cairan (Richard, 2016).

Gugus kromofor dan auksokrom pada radikal bebas DPPH memberikan


absorbansi maksimum pada panjang gelombang 517 nm sehingga menimbulkan
warna ungu. Warna ungu DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning sering
penambahan antioksidan yaitu saat electron tunggal pada DPPH berpasangan
dengan hidrogen dari antioksidan. Hasil dekolorisasi oleh antioksidan setara dengan
jumlah electron yang tertangkap (Richard, 2016).

Pengukuran penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang


mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis
sehingga dengan demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas
yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). IC50 didefinisikan
sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas

15
sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas
semakin tinggi (Ery, 2013).

Suatu senyawa dikatakan memliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat


apabila nilai IC50 < 50 ppm, antioksidan kuat apabila nilai IC50 50 – 100 ppm,
tingkat antioksidan sedang apabila nilai IC50 101 – 150 ppm, dan tingkat
antioksidan lemah apabila nilai IC50 > 150 ppm (Maulidya dkk., 2017).

Sedangkan menurut Eris Septiana dan Partomuan Simanjuntak (2018) yang


mengutip pernyataan Minami, dkk (1994) mengatakan bahwa kekuatan aktivitas
antioksidan dapat dikategorikan sangat aktif apabila memiliki IC50 < 10 ppm, aktif
apabila memiliki IC50 < 100 ppm, dan tidak aktif apabila memiliki IC50 > 100 ppm.

a. Pembuatan reagen DPPH


DPPH dengan konsentrasi 160 mg/L dibuat dengan menimbang zat tersebut
sebanyak 4,0 mg dan dilarutkan dalam 25 mL metanol di dalam labu ukur. Larutan
yang dihasilkan disimpan di ruang gelap dan dilindungi dengan aluminium foil.

b. Pembuatan larutan stock sampel


Sampel ekstrak ditimbang sebanyak 10,0 mg dan dilarutkan dengan metanol hingga
volumenya 10 mL. Larutan ekstrak yang tersedia menjadi larutan stok dengan
konsentrasi 1000 ppm.

c. Pengukuran sampel
Pengenceran sampel uji dengan DPPH dilakukan sesuai dengan Tabel. Semua
larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit yang dihitung sejak penambahan larutan DPPH pada sampel.
Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksima DPPH (517 nm).
Persentasi penghambatan aktivitas antioksidan dpaat dihitung melalui rumus:
𝐴0 − 𝐴1
% 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = 𝑋 100%
𝐴0

Keterangan: A0 = absorbansi blanko (metanol)


A1 = absorbansi sampel (ekstrak)

16
IC50 sediaan sampel terhadap larutan DPPH ditentukan dari persamaan
regresi linier yang dihasilkan dari pengukuran variasi konsentrasi sampel terhadap
larutan DPPH. Persamaan regresi linier, y = a + bx, dimana sumbu x adalah
konsentrasi sampel dan sumbu y adalah %inhibisi, maka nilai IC50 dapat dihitung
menggunakan rumus:
50 − 𝑎
𝐼𝐶50 =
𝑏

3.6 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan adalah alat-alat laboratorium yaitu rotari evaporator,
spektofotometer UV-Vis yang dilakukan di Laboratorium Herbal Universitas
Yarsi lantai 11.

3.7 Analisis Data


Pada penelitian kali ini, ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak
bekatul (Oryza sativa) akan diuji dengan menggunakan metode pengukuran
aktifitas antioksidan. Analisis data dilakukan untuk uji perbandingan aktifitas
antioksidan pada ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul
(Oryza sativa).
3.8 Alur Penelitia

PENGUMPULAN BAHAN

EKSTRAK KUNYIT (SUDAH


DIKERJAKAN) + EKSTRAK BEKATUL

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

PENGOLAHAN DATA

17
3.9 JADWAL PENELITIAN
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahun
2018 2019

Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Penyusunan Proposal  

Ujian Proposal 

Revisi Proposal 

Pengumpulan Data  

Pengolahan dan  
Analisis Data

Penyusunan Laporan  
Skripsi

Ujian Skripsi 

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksian Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak
Bekatul

Penentuan parameter IC50 (inhibition concentration) bertujuan untuk


memperoleh kadar ekstrak yang dapat memenurunkan daya serapan atau
penangkapan radikal bebas. Hasil pengujian antioksidan ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak bekatul pada setiap konsenterasi terjadi perubahan warna ungu menjadi
jingga hingga kuning menandakan terjadinya penghambatan aktivitas radikal bebas
sebanyak 50%.

19
Berdasarkan uji aktivitas antioksian ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
bekatul yang diperoleh adalah:

Tabel 4.1 Hasil IC50 dari Uji Antioksidan Ekstrak Rimpang Kunyit dan
Ekstrak Bekatul

Sampel Pengujian Nilai IC50 Rata- Standar


(ppm) rata deviasi
Bekatul 1 139.04 130.81 7.72
2 129.65
3 123.73
Kunyit 1 23.62 25.56 2.88
2 28.87
3 24.18
Bekatul:Kunyit 1 48.84 50.71 2.11
(1:1)
2 53.00
3 50.30
Bekatul:Kunyit 1 41.60 41.42 0.50
(1:2)
2 40.86
3 41.81
Bekatul:Kunyit 1 39.08 37.66 1.31
(1:3)
2 37.39
3 36.5
Bekatul:Kunyit 1 20.66 31.22 9.16
(1:4)
2 37.03
3 35.97
Bekatul:Kunyit 1 47.72 50.19 2.14
(2:1)
2 51.33
3 51.52

Berdasarkan tabel tersebut, sampel tunggal ekstrak bekatul memiliki nilai


IC50 paling besar yaitu 130,81 ppm. Sampel tunggal ekstrak rimpang kunyit
memiliki nilai IC50 jauh lebih kecil dari sampel tunggal ekstrak bekatul yaitu dengan
rata-rata nilai IC50 25,56 ppm. Sampel campuran ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak bekatul dengan perbandingan 1:1 memiliki nilai IC50 yang cukup tinggi

20
yaitu 50.71 ppm. Sampel campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak bekatul
dengan perbandingan 2:1 memiliki nilai IC50 lebih rendah apabila dibandingkan
dengan perbandingan 1:2, yaitu 41,42 ppm sedangkan sampel campuran ekstrak
rimpang kunyit dan ekstrak bekatul dengan perbandingan 1:2 memiliki nilai IC 50
sebesar 50,19 ppm. Sampel campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak bekatul
dengan perbandingan 3:1 memiliki nilai IC50 yang lebih rendah yaitu 37,66 ppm.
Sampel campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak bekatul dengan perbandingan
4:1 memiliki nilai IC50 yang paling kecil dari berbagai macam perbandingan, yaitu
sebesar 31.22 ppm.

Agar mempermudah dalam memahami hasil IC50 dari uji antioksidan


ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak bekatul dapat melihat diagram batang berikut
ini:

IC50
140.00

120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
Bekatul Kunyit Bekatul : Bekatul : Bekatul : Bekatul : Bekatul :
Kunyit = 1:1 Kunyit = 1:2 Kunyit = 1:3 Kunyit = 1:4 Kunyit = 2:1

IC50 (ppm)

Gambar 4.1 Hasil IC50 dari uji antioksidan ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak bekatul

Aktivitas antioksidan tertinggi dari kelima campuran adalah campuran


ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak bekatul dengan perbandingan 4:1 memiliki nilai

21
IC50 yang paling kecil (31.22 ppm), karena semakin kecil nilai IC50 maka semakin
tinggi aktivitas antioksidan.

Suatu senyawa dikatakan memliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat


apabila nilai IC50 < 50 ppm, antioksidan kuat apabila nilai IC50 50 – 100 ppm,
tingkat antioksidan sedang apabila nilai IC50 101 – 150 ppm, dan tingkat
antioksidan lemah apabila nilai IC50 > 150 ppm (Maulidya dkk., 2017).

Sedangkan menurut Eris Septiana dan Partomuan Simanjuntak (2018) yang


mengutip pernyataan Minami, dkk (1994) mengatakan bahwa kekuatan aktivitas
antioksidan dapat dikategorikan sangat aktif apabila memiliki IC50 < 10 ppm, aktif
apabila memiliki IC50 < 100 ppm, dan tidak aktif apabila memiliki IC50 > 100 ppm.

Berdasarkan hasil IC50 dari uji antioksidan ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak bekatul dapat dimasukkan sesuai katergori nilai IC50 seperti pada tabel
berikut ini:

Tabel 4.2 Pengelompokkan Hasil nilai IC50 dari Uji Antioksidan Ekstrak
Rimpang Kunyit dan Ekstrak Bekatul

Sampel Rata-rata IC50 Kategori 1 Kategori 2


(ppm)
Bekatul 130.81 Sedang Tidak Aktif
Kunyit 25.56 Sangat Kuat Aktif
Bekatul:Kunyit (1:1) 50.71 Kuat Aktif
Bekatul:Kunyit (1:2) 41.42 Sangat Kuat Aktif
Bekatul:Kunyit (1:3) 37.66 Sangat Kuat Aktif
Bekatul:Kunyit (1:4) 31.22 Sangat Kuat Aktif
Bekatul:Kunyit (2:1) 50.19 Kuat Aktif

Keterangan Tabel 4.2: Kategori 1 menurut Ramadhan (2012), sedangkan Kategori


2 menurut Eris Septiana dan Partomuan Simanjuntak (2018).

Dengan demikian berdasarkan hasil IC50 dari uji antioksidan ekstrak


rimpang kunyit dan ekstrak bekatul, dapat dinyatakan bahwa campuran ekstrak
bekatul dan ekstrak rimpang kunyit dengan perbandingan 1:4 memiliki aktivitas
antioksidan yang paling tinggi dibandingkan dengan campuran yang lain karena

22
memiliki nilai IC50 terendah (31.22 ppm). Dan berdasarkan uji antioksidan tersebut
dapat diketahui bahwa campuran ekstrak bekatul dan ekstrak rimpang kunyit
dengan perbandingan 1:1 memiliki aktivitas antioksidan yang paling rendah
dibandingkan dengan campuran yang lain karena memiliki nilai IC50 tertinggi
(50.71 ppm). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar
perbandingan ekstrak rimpang kunyit dalam campuran ekstrak bekatul dan ekstrak
rimpang kunyit, semakin tinggi aktivitas antioksidan yang dapat ditunjukkan
dengan semakin menurunnya nilai IC50.

4.2 Pembahasan Hasil Uji Aktivitas Antioksian Ekstrak Rimpang Kunyit dan
Ekstrak Bekatul

Hasil penelitian uji aktivitas antioksian ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
bekatul menghasilkan nilai IC50 ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) sebesar
25,56 ppm. Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan
Eris Septiana dan Partomuan Simanjuntak (2015) tentang aktivitas antimikroba dan
antioksidan ekstrak beberapa bagian tanaman kunyit yang membuktikan bahwa
rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki nilai IC50 yang rendah yaitu 20,42 ppm.
Nilai IC50 tersebut menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)
termasuk kedalam kategori aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan aktif
sehingga sangat baik dalam melawan radikal bebas.

Hasil penelitian uji aktivitas antioksian pada ekstrak bekatul menghasilkan


nilai IC50 yang tinggi yaitu 130,81 ppm. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan
dengan nilai IC50 yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Maria Ulfa
(2016) yaitu sebesar 437 ppm dengan alat, bahan, dan metode yang sama.
Berdasarkan nilai IC50 tersebut menunjukkan bahwa ekstrak bekatul (Oryza sativa)
termasuk kedalam kategori aktivitas antioksidan yang tidak aktif, sehingga tidak
mampu untuk melawan radikal bebas.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan campuran ekstrak yang paling


baik adalah campuran ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak
bekatul (Oryza sativa) dengan perbandingan 4:1 yang menghasilkan nilai IC50

23
sebesar 31.22 ppm yang termasuk kategori aktivitas antioksidan yang aktif dan
sangat kuat sehingga mampu melawan radikal bebas dengan baik.

Uji aktivitas antioksian yang dilakukan merupakan penelitian yang pertama


karena tidak ditemukannya literatur penelitian sebelumnya tentang campuran
ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa).

Berdasarkan hasil penelitian secara menyeluruh membuktikan bahwa


ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas antioksidan terbaik dan
jika dicampurkan dengan ekstrak bekatul (Oryza sativa) memiliki aktivitas
antioksidan yang baik untuk melawan radikal bebas dengan kesimpulan, semakin
besar perbandingan ekstrak rimpang kunyit, maka semakin baik dalam melawan
radikal bebas ditunjukan dengan semakin rendahnya nilai nilai IC50.

24
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aktivitas antioksidan dari campuran


ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza sativa) dan
tinjauannya menurut pandangan Islam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)


yang memiliki aktivitas antioksidan paling baik dengan IC50 25.56 ppm,
sedangkan ekstrak bekatul (Oryza sativa) memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih rendah dengan IC50 130.80 ppm.
2. Berdasarkan hasil penelitian ini, campuran ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza sativa) perbandingan 4:1 yang
memiliki aktivitas antioksidan paling baik dengan IC50 31.22 ppm.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin besar
perbandingan ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) pada campuran
ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza sativa)
menghasilkan aktivitas antioksidan yang semakin baik dengan nilai IC50
semakin menurun.
4. Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin besar
perbandingan ekstrak bekatul (Oryza sativa) pada campuran ekstrak
rimpang kunyit (Curcuma longa) dan ekstrak bekatul (Oryza sativa) tidak
mempengaruhi nilai IC50.
5. Menurut pandangan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menumbuhkan
kunyit (Curcuma longa) dan padi sehingga menghasilkan bekatul (Oryza
sativa) terbukti sangat bermanfaat untuk pangan dan pengobatan. Maha
Kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan segala sesuatu
sangat bermanfaat bagi manusia.

25
6.2 Saran

1. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat memotivasi


dan sebagai referensi dalam mengembang hasil penelitian ini untuk
dijadikan bahan obat dan komestik yang lebih mutakhir.
2. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperluas
wawasan mengenai pemanfaatan rimpang kunyit (Curcuma longa) dan
bekatul (Oryza sativa).
3. Bagi para ulama, diharapkan agar selalu mengingatkan umat Islam untuk
selalu memperhatikan semua kejadian dan ciptaan-Nya yang terjadi dimuka
bumi ini sebagai tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

26
DAFTAR PUSTAKA

 Fauzi, Maulidya Hafsari, dkk. 2017. Uji Fitokimia, Toksisitas (Brine


Shrimp Lethality Test) serta Antioksidan Kulit Batang Terap (Artocarpus
elasticus reinw) dengan Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhidrazyl).
Prosiding Seminar Nasional Kimia FMIPA UNMUL. Halaman 77.
 Septiana, Eris & Partomuan Simanjuntak. 2018. Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Kulit Batang Calopyllum pulcherrimum, C. soulattri, dan
C.teysmannii. 29 (2). 63.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tina, Mimin, dan Fitri. 2013. Uji Aktivitas Daya Antioksidan Buah Rambutan
Rapiah dengan Metode Dpph. Bandung : Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Bandung.

Kesuma dan Rina. 2015. Antioksidan, Alami dan Sintetik. Padang : Andalas
University Press.

Sri, Yustinus, dkk. 2015. Komposisi Kimia serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Hidrofilik Bekatul Beberapa Varietas Padi. Yogyakarta : AGRITECH.

Primadilla. 2015. Aktivitas Antioksidan dari Sabun Cair Bekatul (Oryza Sativa L.),
Buah Bengkoang (Pachyrhizus Erosus), dan Kulit Bengkoang (Pachyrhizus
Erosus) serta Kombinasi Ketiganya yang Ditinjau dari Kedokteran dan Islam.
Jakarta : Universitas Yarsi.

Tuarita, Mirna Zena., dkk. 2017. Pengembangan Bekatul sebagai Pangan


Fungsional: Peluang, Hambatan, dan Tantangan. Bogor: ResearchGate.

Septiana, Eris. Partomuan Simanjutak. 2015. Aktivitas Antimikroba dan


Antioksidan Ekstrak Beberapa Bagian Tanaman Kunyit (Curcuma longa). 5 (1).
32.

Anggun, Cahyaning W. 2012. Budidaya Tanaman Kunyit (Curcuma domestica


Val) dan Khasiatnya Sebagai Obat Tradisional di PT. Indimira Citra Tani Nusantara
Jl. Kaliurang KM 16,3 Sleman, Yogyakarta [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas
Sebelas Maret.

28
BIODATA PENELITIAN

Nama Lengkap : Zahra Mumtaza


Nomor Pokok Mahasiswa : 1102016234
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 April 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas / Program Studi : Kedokteran / Kedokteran Umum
Alamat Rumah : Taman Buaran Indah 1 Blok O No.323 Kelurahan
Klender Kecamatan Durensawit Jakarta Timur
(13470)
Riwayat Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Alamat e-mail : zahramumtaz2@gmail.com

29

Anda mungkin juga menyukai