Revolusi Industri
Revolusi Industri
yang termaktub di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea keempat yakni sebagai berikut:
Tertulis di dalam pembukaan UUD 1945 tersebut bahwa negara Indonesia bercita-cita
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu bentuk untuk mencapai cita-cita tersebut
melalui pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses e, cara, perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002: 263).
Lebih dari 93 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna internet dan kurang lebih 71
juta memiliki telepon seluler (ponsel). Mereka cenderung terhubung dengan media digital.
Sebagian besar adalah anak muda yang senang terhubung (connected), berkomunikasi
(communicate), dan gandrung akan perubahan (change).
Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penggunaan mesin berbasis manufaktur yang terjadi
pada abad ke-18, revolusi industri 2.0 ditandai dengan produksi dengan mesin bertenaga listrik
yang terjadi pada awal abad ke-19, revolusi industri 3.0 ditandai dengan teknologi informasi dan
elektronika yang terjadi pada awal abad ke-20, dan revolusi industri 4.0 ditandai dengan integrasi
online dengan produksi industri untuk peningkatan efisiensi proses industri.
Saat ini kita sedang menghadapi revolusi industri keempat yang kita kenal dengan
revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan
oleh ekonom asal Jerman bernama Klaus Schwab. Pada bukunya yang bertajuk “The Fourth
Industrial Revolution”. Klaus mengungkapkan empat tahap revolusi industri dimana setiap
tahapnya dapat mengubah hidup dan cara kerja manusia. Revolusi ini merupakan era inovasi
disruptif, pada era ini berkembang sangat pesat yang berdampak pada terciptanya pasar baru
bahkan yang lebih dahsyat lagi pada era disruptif ini dapat merusak atau menggantikan pasar yang
sudah ada dan menggantikan teknologi yang sudah ada. Era ini tidak hanya berdampak pada
bidang industri dan teknologi saja akan tetapi berdampak pada semua aspek kehidupan tanpa
kecuali pada dunia pendidikan.
Pada era revolusi industri 4.0 ini terdapat dua pilihan yaitu berubah atau mati, dalam
menghadapi tantangan yang ada pendidikan dituntut untuk berubah. Pada proses pembelajaran di
era ini, pendidikan memanfaatkan teknologi digital dalam proses pembelajaran yang dikenal
dengan cyber-physical system. Adanya sistem ini membuat proses pembelaran dapat berlangsung
secara kontinu tanpa terbatas ruang dan waktu.
Belakangan ini materi pembelajaran berbasis kertas diubah ke dalam bentuk elektronik
yang kemudian disajikan secara online, teknologi multimedia juga dipercaya mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam hal interaktifitas, kemenarikan, dan motivasi peserta
belajar (leaner). Pengembangan teknologi untuk meningkatkan manfaat dan kontribusi
penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien , dari segi komunikasi,
pedagogis, interaksi sampai dengan menejemen penyelenggaraan pendidikan terus dilakukan.
Kini berbagai industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia,
mesin, dan data yanng lebih dikenal dengan nama Internet of Things. IoT adalah sebuah revolusi
teknologi yang mempresentasikan masa depan dengan komputer dan komunikasi, dimana
perkembangannya bergantung pada dinamika inovasi teknologi dalam berbagai bidang, mulai dari
sensor nirkabel hingga teknologi nano. Teknologi ini akan menghasilkan berbagai perangkat dan
peralatan cerdas. Gagasan IoT akan dipermudah dengan terjadinya kemajuan dalam bidang
teknologi telekomunikasi. Ide untuk menghubungkan berbagai perangkat dan benda ke dalam
jejaring cerdas yang dapat dikelola web dan memungkinkan adanya interaksi dengan manusia
sejalan dengan evolusi teknologi pendidikan yang bergerak dari e-learning (electronic learning),
m-learning (mobile learning), hingga u-learning (ubiquitous learning). IoT dapat diaplikasikan
dalam mendukung proses pembelajaran dengan mengoptimalkan komunikasi dan interaktifitas,
baik antar mansia dengan manusia, manusia dengan benda maupun benda dengan benda.
Aplikasi pendidikan yang memanfaatkan IoT dapat dianggap sebagai alat kreatif yang
kuat dan mengubah cara kegiatan belajar mengajar. Aplikasi ini juga memungkinkan pendidik dan
peserta didik untuk membuat buku teks grafik 3D yang dapat menampilkan video dan memberikan
kemampuan untuk membuat catatan. Aplikasi pendidikan tersebut dapat menyediakan banyak fitur
yang menawarkan pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran.
https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2019/08/22/70-guru-tidak-kompeten
http://repository.upi.edu/11154/4/S_PJKR_0901776_Chapter1.pdf
https://www.kompasiana.com/sozi/5cf4846995760e765c2937e9/tantangan-pendidikan-di-era-revolusi-
4-0?page=all