PENDAHULUAN
Hal penting pada setiap kunjungan perawatan gigi pada anak adalah
mengurangi rasa ketidaknyamanan. Pengendalian rasa sakit pada anak dapat
dilakukan dengan teknik pemberian anestesi lokal yang baik dan aman.
Keberhasilan pemberian anestesi lokal didasarkan pada konsep persiapan
psikologis dan ketrampilan penyampaian anestesi lokal tersebut. Pengendalian
rasa sakit adalah aspek yang terpenting dalam penanganan tingkah laku anak pada
saat melakukan perawatan gigi. Jika anak mengalami rasa sakit selama dilakukan
perawatan, maka masa depan mereka sebagai pasien akan terhambat. (Noerdin,
2000).
Bahan anestesi lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering
digunakan dalam kedokteran gigi, bahkan menjadi bahan yang mutlak digunakan
dalam praktek dokter gigi sehari-hari (Gaffen dkk, 2009; kirova dkk, 2005).
Anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada
satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran. Anak dapat ditangani anestesi lokal dengan kerjasama
dari orang tua dan tidak ada kontra indikasi. Macam anestesi lokal yang sering
dilakukan dengan kondisi gigi susu sudah goyang adalah anestesi topikal, dimana
fungsinya adalah untuk menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja
karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Ada berbagai macam
bahan anestesi topikal baik dalam bentuk spray, gel maupun salep. Macam-
macam bahan anestesi topikal menurut bahan obatnya adalah chloride ethyl,
Xylestesin ointment, Xylocain Ointment, Xylocain Spray, dan benzokain (cairan,
gel, spray) (Tarigan, 2011).
Rasa takut ataupun cemas sering dirasakan oleh anak pada saat melakukan
kunjungan ke dokter gigi, terlebih jika dihadapkan dengan terapi pencabutan yang
menggunakan anestesi suntikan yang menghasilkan respon negatif pada anak-
anak. Sehingga seringkali mereka sebagian besar masih didampingi oleh orang tua
1
pada waktu melakukan perawatan. Berbagai manifestasi dari rasa cemas ataupun
tingkat penerimaan anak terhadap prosedur perawatan gigi dapat terlihat dari
ekspresi, sikap dan tingkah laku. Tingkat penerimaan anak terhadap prosedur
pencabutan gigi ini biasanya berbeda-beda (Pratiwi, 2012).
2
2. Apakah dokter gigi muda Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah
menggunakan anestesi topikal atau hanya menggunakan Chlor Etil pada
pencabutan gigi anak.
3. Apa yang menyebabkan dokter gigi muda Kedokteran Gigi Universitas
Baiturrahmah tidak menyukai penggunaan salah satu anestesi lokal.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anestesi lokal mana yang lebih sering digunakan oleh
dokter gigi muda Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah pada pasien
anak bagian Paedodonti.
2. Untuk mengetahui apakah dokter gigi muda Kedokteran Gigi Universitas
Baiturrahmah menggunakan anestesi topikal atau hanya menggunakan
Chlor Etil pada pencabutan gigi anak.
3. Untuk menegetahui apa yang menyebabkan dokter gigi muda Kedokteran
Gigi Universitas Baiturrahmah tidak menyukai penggunaan salah satu
anestesi lokal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi lokal harus memiliki dua kriteria utama yaitu tidak mengiritasi
jaringan lunak dan bersifat reversibel. Sangat penting diketahui yaitu adanya
hubungan penggunaan anestesi lokal dengan toksisitas sistemik, karena semua
anestesi lokal yang diinjeksikan ke tubuh terutama topikal anestesi lokal langsung
4
terabsorbsi dan diteruskan ke sistem kardiovaskular. Potensi toksisitas dari
anestetikum merupakan faktor penting dalam pertimbangan untuk digunakan
sebagai anestesi lokal. Toksisitas anastesi lokal sangat bevariasi sesuai dengan
dosis penggunaanya. Meskipun banyak bahan anestesi lokal yang sesuai kriteria,
tetapi tidak semua bersifat efektif pada saat digunakan, baik yang diinjeksikan
maupun secara topikal.
Tidak ada anestesi lokal memenuhi semua kriteria diatas, namun semua
anestetikum sebagian besar memiliki sifat ideal tersebut. Penelitian masih tetap
dilanjutkan untuk mencari anestetikum yang mempunyai efek yang maksimum
dengan sedikit kekurangan.
1. Anestesi topikal
Menghilamgkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai
hanya ujung-ujung serabut saraf saja. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anestesi infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas dann rahang bawah,
mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam
karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
5
dengan gangguan mental. Hal ini berkaitan dengan masa kerja yang panjang
karena dapat menambah esiko injuri pada jaringan lunak.
Bahan yang sering digunakan sebagai anestesikum adalah lidocain dan
epinephrin (adrenalin). Lidocain 2% dan epinephrin 1:80.000 merupakan pilihan
utama (kecuali pabila ada alergi). Anestesikum tanpa adrenalin kurang efektif
dibanding dengan adrenalin. Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio
injeksi.
Hal yang paling penting bagi dokter gigi ketika akan menganestesikan
pasien anak adalah dosis. Dosis yang diperkenankan adalah berdasarkan berat
badan anak (tabel).
6
2.1.5 Penggunaan Syringe dan Jarum (Tarigan, 2011)
7
a. Tampak rileks dan menikmati kunjungan sejak di ruang tunggu
b. Mengikuti semua instruksi yang disampaikan dengan rileks
c. Memahami sendiri semua perinta
d. Terlihat antusias terhadap perawatan yang akan dilakukan
e. Penanganan dalam klinik biasanya cukup dengan teknik tell show do
(TSD)
f. Adanya hubungan antara dokter
8
secara lembut disertai pemberian penjelasan mengenai prosedur perawatan
untuk mengurangi tingkat kecemasannya.
4. Perilaku keras kepala (Obstinate/ defiant patient)
Beberapa karakteristik anak dengan perilaku keras kepala, yakni:
a. Melawan pada setiap instruksi
b. Pasif mempertahankan diri dan tidak ada perhatian terhadap perintah
c. Berdiam diri tidak mau bergerak dan membuka mulut.
d. Bersikap menentang dan tidak sopan
Pasien anak dengan perilaku keras kepala dapat ditangani dengan
mencoba memahami dan melakukan komunikasi dengan pasien tersebut
tanpa melakukan paksaan. Karena dengan paksaan akan semakin men
yulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan.
9
c. Memulai percakapan dengan “tidak” dan “saya tidak akan”
d. Tangan bergetar
e. Menatap ke sekeliling ruang klinik
f. Menerima perawatan yang diberikan
g. Anak jenis ini ingin tampak berani dan tumbuh dewasa.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
2.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di RSGM Universitas Baiturrahmah.
2.6 Sampel
n = N/N(d)2 + 1
n =N/N(d)2
n = 33/33 (0,05)2+1
=33/33 (0,0025 ) +1
= 33/1,0825
= 30,48
12
BAB IV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel 1 dan grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah jarang menggunakan anestesi untuk
pencabutan gigi pada pasien anak bagian paedodonti. Karena dokter gigi muda
13
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah lebih sering menggunakan Chlor Etil
yang di semprotkan pada kapas dan diaplikasikan pada daerah yang akan
dianestesi.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
14
Tabel 3: Jenis anestesi yang sering digunakan apada pasien anak
Jenis anastesi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel 3 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah lebih cendrung menggunakan anestesi
topikal dibanding dengan anestesi infiltrasi. Hal ini disebabkan oleh rasa takut
pasien anak terhadap jarum suntik.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
15
Tabel 4 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah lebih jarang menggunakan gel pada
anestesi topikal. Mereka lebih sering menggunakan Chlor Etil sebagai anestesi
topikal. Hal ini berkaitan dengan hasil dari tabel 1 diatas.
Jenis Spuit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
16
Tabel 5 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah sering menggunakan spuit 1 cc untuk
anestesi infiltrasi pada pasien anak bagian paedodonti. Hal ini dilakukan karena
spuit 1 cc memiliki jarum yang pendek dan kecil, sehingga mencegah pasien takut
dan merasa sakit.
Lama penyuntikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
17
Tabel 6 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah melakukan deponir pada anestesi
infiltrasi dengan pelan-pelan sehingga memakan waktu yang agak lama. Hal ini
dilakukan untuk mencegah rasa sakit pada saat melakukan deponir.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
18
Tabel 7 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa walaupun anestesi
topikal merupakan anestesi yang lebih sering digunakan karena pasien anak tidak
akan merasakan takut, namun hal yang tidak disukai dari anestesi topikal ini
adalah durasi anestesi yang pendek. Karena terkadang pasien anak tidak langsung
mau dicabut karena takut dengan instrumen pencabutan gigi.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
19
Tabel 8 dan grafik batang diatas menunjukkan bahwa dokter gigi muda
Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah tidak menyukai penggunaan anestesi
infiltrasi pada pasien anak adalah dikarenakan pasien akan takut dan histeris
setelah melihat adanya jarum suntik.
4.2 Pembahasan
Salah satu aspek yang paling penting dalam menghadapi pasien anak adalah
pengendalian rasa sakit. Karena itu, penting bagi dokter gigi untuk berusha
meminimalkan rasa sakit dan ketidaknyamanan selama perawatan gigi pada
pasien anak. Karena ketidaknyamanan tersebut dokter gigi menggunakan anestesi
lokal untuk mengontrol rasa sakit (Corssen, 1988). Namun, penggunaan jarum
suntik untuk anestesi meningkatkan kecemasan pada pasien anak bahkan pasien
dewasa (American Academy of Pediatric Dentistry, 1999). Anak yang lebih kecil
bahkan akan menunjukkan perilaku negatif sebelum dan selama proses injeksi.
20
Panjang jarum harus disesuaikan dengan kebutuhan penetrasi ketebalan
jaringan lunak yang signifikan. Jarum yang pendek dapat digunakan untuk injeksi
yang tidak memerlukan penetrasi kedalaman jaringan lunak yang signifikan
(Hersh, 1993).
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Budenz, A.W. 2000. Local anesthetics and medically complex patient. Journal of
california dental association. 4(20): 1-9.
Gaffen AS, Haas DA. Survey of local anesthetic use by Ontario dentists. J Can
Dent Assoc. 2009;75(9):649.
Malamed, S.F. 2014. Handbook of local anaesthesia 6th ed. St. Louis: Mosby. 16-
7, 59-64, 89-90.
23
Pratiwi, A. R., 2012, Tingkat Kecemasan Pasien Anak Dengan Metode
Pendampingan dan Non Pendampingan Berdasarkan Facial Image Scale
dan Blood Pressure, Thesis, universitas Indonesia, Jakarta.
Rahmania, H.N., Putra, B.A. 2006. Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh
otoriter orang tua dengan kecenderungan pemalu (shyness) pada remaja
awal. Insan. 8(3): p.211-9.
Zuhri, A., Salurapa, N., Horax, S. 2010. Diagnosis perilaku suatu keharusan untuk
mencapai derajat kesehatan gigi anak optimal. PIN IDGAI Bandung:1-7.
24
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
NAMA :
NIM :
Pertanyaan:
1. Seberapa sering anda menggunakan anestesi untuk merawat pasien anak-
anak?
a. Sangat sering b. Seringkali c. Jarang
5. Spuit yang paling sering anda gunakan untuk anestesi lokal pasien anak?
a. Spuit 1 cc b. Spuit 3 cc
6. Berapa banyak waktu yang anda ambil untuk menyuntikkan 1 spuit penuh?
a. < 10 dtk b. 11-20 dtk c. 31-60 dtk
8. Faktor apa yang tidak disukai pada penggunaan anestesi lokal infiltrasi pada
pasien anak?
a. Durasi anestesi b. Pasien tidak mau melanjutkan
perawatan
25
26