Kontak Person:
Indra Sidharta
Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS
Surabaya, 60111
Telp: 031 5915060, Fax: 031 5915060, E-mail: sidarta@me.its.ac.id
Abstrak
Austempered Ductile Iron (ADI) merupakan material yang memiliki keunggulan
kombinasi sifat mekanik. Keunggulan lain seperti ketahanan aus yang tinggi, massa jenis
yang lebih rendah daripada baja karbon, biaya produksi murah, serta machinability
yang baik membuat ADI menjadi material alternatif dalam program pengurangan berat
pada beberapa industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik struktur
mikro dan mekanik dari material FCD 500 yang diberi perlakuan austempering dengan
variasi tertentu, dalam kaitannya dengan usaha membuat material ADI dari bahan dasar
FCD 500. Pengamatan struktur mikro, pengukuran sifat mekanik dilakukan untuk
mempelajari karakteristik material FCD 500 yang diberi perlakuan austempering. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa material FCD 500 dapat digunakan sebagai bahan
dasar material ADI, meskipun masih diperlukan penyempurnaan proses austempering
terutama pada faktor pemilihan temperatur austempering dan austempering time.
Penambahan unsur paduan dapat dilakukan untuk menaikkan austemperability. Struktur
mikro yang terbentuk terdiri dari bainitic ferrite, dan austenit kaya karbon, dan sejumlah
fase martensit. Struktur martensit ini mempengaruhi nilai energi impact, sehingga energi
impact material FCD 500 hasil austempering pada temperatur tersebut lebih rendah
daripada energi impact material ADI grade 1400/1100/1.
Kata kunci : austempered ductile iron, FCD 500, austempering, bainitic ferrit..
Abstract
Austemperd Ductile Iron (ADI) is a material which shows outstanding combination of
mechanical properties. Other advantages such as good wear resistance, low mass
density, low cost process, and great machinability have made ADI as an alternative
material for weight reduction program in many industries. The purpose of this research is
to studying microstructure and mechanical characteristics of FCD 500, which is
austempered in several variations to produce ADI. Microstructure observation, and
mechanical testing were done to studying the characteristics of the material. Results
show that FCD 500 can be used as basic material for ADI, although some improvements
on selection of austempering temperature and austempering time still need to be done.
Alloy elements addition may be done to increase its austemperability. Microstructure
consists of bainitic ferrite, high carbon austenite and martensite. The martensite was
responsible to low impact energy of the material, which is lower than ADI Grade
1400/1100/1.
Keywords: austempered ductile iron, FCD 500, austempering, bainitic ferrite.
xxx – 1
Indra Sidharta, Wajan Berata
1 PENDAHULUAN
Austempered Ductile Iron (ADI) merupakan material yang memiliki keunggulan sifat mekanik seperti
kekuatan, ketangguhan dan kekerasan. Keunggulan lain seperti ketahanan aus yang tinggi, massa jenis
yang lebih rendah daripada baja karbon, biaya produksi yang lebih murah daripada baja dan
aluminium, serta machinability yang baik membuat ADI menjadi material alternatif dalam program
pengurangan berat pada beberapa industri seperti industri otomotif, transportasi, mesin pertanian dan
alat berat [3, 5, 9], sehingga diharapkan akan meningkatkan efisiensi energi peralatan-peralatan hasil
produksi industri tersebut.
Material ADI diperoleh dari hasil perlakuan panas austempering pada besi tuang nodular. Prinsip dasar
proses austempering, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, terdiri dari austenisasi besi tuang
nodular, dimana dalam proses tersebut matriks akan bertransformasi menjadi austenit, kemudian
dilakukan quenching pada temperatur austempering tertentu dengan waktu tahan tertentu, lalu
didinginkan sampai temperatur kamar.
Selama proses austempering, ADI mengalami dua macam proses transformasi [2, 6, 8]. Pada tahap
pertama austenite () akan terdekomposisi menjadi bainitic ferrite () dan austenite kaya karbon (hc),
perpaduan dua struktur mikro tersebut dinamakan ausferrite. Struktur mikro ausferrite dapat dilihat
pada gambar 1. Pada gambar 1 terlihat bahwa struktur ausferrite terdiri dari bainit (warna gelap
dengan bentuk seperti jarum) dan austenit kaya karbon (berwarna terang diantara jarum-jarum
bainite).
Ausferrite inilah yang memberikan ketangguhan pada material ADI, terutama struktur austenite kaya
karbon, yang pada prinsipnya sama dengan retained austenite, sehingga dengan adanya struktur
tersebut keuletan akan bertambah [4]. Tahap kedua terjadi ketika material ditahan terlalu lama pada
temperatur austempering, dimana austenite kaya karbon akan terdekomposisi menjadi bainitic ferrite
2
Karakter Mekanik dan Struktur Mikro FCD 500 Hasil Austempering dalam
Pembuatan Austempered Ductile Iron
dan karbida. Tahap kedua ini sering dihindari apabila sifat ketangguhan dari ADI yang diutamakan,
karena terbentuknya fase karbida pada tahap dua dapat menurunkan ketangguhan dari ADI.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya struktur matriks dari ADI adalah temperatur
austempering dan austempering time [2, 8]. Unsur-unsur paduan juga menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap austemperability dari suatu material [2, 6].
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik mekanik dari material FCD 500 yang diberi
perlakuan austempering dengan variasi tertentu, dalam kaitannya dengan usaha membuat material ADI
dari bahan dasar FCD 500. Material FCD 500 dapat dipertimbangkan sebagai material besi tuang
nodular tanpa paduan (unalloyed nodular cast iron), sehingga diharapkan penelitian ini akan
mengungkap karakter mekanik besi tuang nodular tanpa paduan yang diaustempering dibandingkan
dengan standard material ADI ASTM A897, mengingat penambahan unsur paduan tertentu seperti Ni,
Cu, dan Mo akan menaikkan biaya produksi.
2 METODE PENELITIAN
Material FCD 500 dengan komposisi kimia yang ditunjukkan pada tabel 1, diperoleh melalui
pengecoran dengan menggunakan medium frecuency induction furnace yang dilakukan di PT. Barata
Indonesia, dengan bentuk standard Y block, kemudian dimachining menjadi bentuk spesimen impact.
Spesimen FCD 500 diaustenisasi pada temperatur 900 C selama 1 jam, kemudian diquench dalam
larutan salt bath yang terdiri dari KNO3 dan NaNO3 dengan komposisi 40 : 60 pada temperatur
austempering (TA) 250 C, 300 C, 350 C, 375 C dan 400 C, dan diberi waktu penahanan
(austempering time) selama 30 menit, 60 menit, dan 120 menit.
Pengamatan struktur mikro, pengukuran energi impact dan kekerasan dilakukan untuk mempelajari
karakteristik material FCD 500 yang diberi perlakuan austempering. Pengamatan struktur mikro
dilakukan dengan metode pengujian metalografi dengan etching reagent nital 2%, Pengujian impact
spesimen tanpa takikan (unnotch impact test) dilakukan dengan metode charpy, beban 30 kpm, dan
pengukuran kekerasan dilakukan dengan metode Brinnel. Pengujian Vickers microhardness dilakukan
untuk membantu proses identifikasi dari struktur mikro. Hasil pengukuran sifat mekanik tersebut akan
dibandingkan dengan sifat mekanik ADI sesuai dengan standard ASTM A897 M, dan material FCD
500 tanpa perlakuan.
Struktur mikro spesimen FCD 500 as cast ditunjukkan pada gambar 2. Struktur mikro FCD 500 as cast
terdiri dari grafit nodule yang dikelilingi oleh fase ferrit dalam matriks perlitik. Suatu struktur mikro
yang umum pada as cast nodular cast iron yang disebut bulls eye structure.
000 – 3
Indra Sidharta, Wajan Berata
Hasil pengujian sifat mekanik kekerasan dan dari FCD 500 as cast/tanpa perlakuan ditampilkan pada
tabel 2.
xxx – 4
Karakter Mekanik dan Struktur Mikro FCD 500 Hasil Austempering dalam
Pembuatan Austempered Ductile Iron
TA = 250C TA = 300C
TA = 350C TA = 375C
TA = 400C
Gambar 4. Struktur mikro FCD 500 hasil austempering dengan austempering time 30 menit, variasi
temperatur austempering. Dietsa dengan nital 2%
000 – 5
Indra Sidharta, Wajan Berata
(200 X) (500 X)
(200 X) (500 X)
(200 X) (500 X)
Gambar 5. Struktur mikro spesimen FCD 500 hasil austempering pada temperatur 375C, dengan
variasi austempering time yang berbeda. Dietsa dengan nital 2%
xxx – 6
Karakter Mekanik dan Struktur Mikro FCD 500 Hasil Austempering dalam
Pembuatan Austempered Ductile Iron
terbentuk. Seiring dengan naiknya austempering time, nilai kekerasan cenderung menurun akibat
proses pembentukan bainitic ferrite dan austenit kaya karbon, kecuali pada spesimen dengan TA 375
C dan 400 C, dimana pada austempering time 120 menit terjadi kenaikan nilai kekerasan. Kenaikan
nilai kekerasan tersebut terjadi karena spesimen diperkirakan sudah memasuki tahap kedua proses
austempering, sehingga austenit kaya karbon terdekomposisi menjadi karbida. Pada gambar 6 juga
ditunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur austempering, maka nilai kekerasan cenderung semakin
turun. Temperatur autempering yang semakin tinggi akan menyebabkan proses difusi karbon kedalam
austenit semakin cepat, sehingga jumlah austenit yang terbentuk akan semakin banyak dan semakin
stabil. Austenit kaya karbon ini bersifat ulet sehingga kekerasan akan turun.
Demikian pula sebaliknya pada energi impact yang ditunjukkan pada gambar 8. Trend nilai energi
impact berkebalikan dengan trend nilai kekerasan. Austempering time dan temperatur austempering
memiliki pengaruh yang sama pada energi impact, namun sifatnya berkebalikan dengan kekerasan.
Energi impact tertinggi dihasilkan oleh spesimen dengan TA 375 C.
600
500
ADI Grade
1400/1100/1
Kekerasan (BHN)
400 250 °C
300 °C
300 350 °C
375 °C
200 400 °C
FCD 50 as cast
100
-
0 30 60 90 120 150
Waktu Austempering (menit)
40,0
ADI Grade
35,0
1400/1100/1
30,0
Energi Impact (joule)
250 °C
25,0
300 °C
20,0 350 °C
375 °C
15,0
400 °C
10,0
FCD 50 as cast
5,0
0,0
0 30 60 90 120 150
Waktu Austempering (menit)
Secara umum pada austempering time tertentu, nilai energi impact cenderung bertambah seiring
dengan naiknya temperatur austempering. Pada temperatur austempering yang semakin tinggi, laju
difusi karbon kedalam austenit semakin besar sehingga jumlah austenit kaya karbon pun semakin
bertambah, akibatnya keuletan akan naik. Energi impact yang lebih rendah pada TA 400 C terjadi
karena pada temperatur austempering yang lebih tinggi, driving force untuk reaksi tahap pertama lebih
000 – 7
Indra Sidharta, Wajan Berata
kecil daripada reaksi tahap kedua. Akibatnya struktur mikro menjadi tidak uniform, dan dapat
mengandung daerah ”blocky austenite” yang cenderung mengandung fase martensit [1].
Material FCD 500 hasil austempering menghasilkan energi impact yang lebih tinggi daripada material
FCD as cast, namun masih dibawah energi impact dari material ADI grade 1400/1100/1. Keterbatasan
unsur paduan dalam material FCD 500 seperti Ni, Cu, dan Mo memang mempengaruhi karakter
mekanik dan struktur mikro material FCD 500 hasil austempering. Kekerasan dari material FCD 500
hasil austempering sudah memberikan kekerasan yang sama dengan ADI grade 1400/1100/1.
4 KESIMPULAN
Material FCD 500 dapat digunakan sebagai bahan dasar material ADI, meskipun masih perlu
dilakukan penyempurnaan proses austempering terutama pada faktor pemilihan temperatur
austempering dan austempering time. Penambahan unsur paduan dapat dilakukan untuk menaikkan
austemperability. Energi impact terbesar diperoleh pada material dengan temperatur austempering 375
C. Struktur mikro yang terbentuk terdiri dari bainitic ferrite, dan austenit kaya karbon, namun masih
ditemukan pula sejumlah fase martensit pada material tersebut. Struktur martensit ini mempengaruhi
nilai energi impact, sehingga energi impact material FCD 500 hasil austempering pada temperatur
tersebut masih lebih rendah daripada energi impact material ADI grade 1400/1100/1. Nilai kekerasan
menurun seiring dengan bertambahnya temperatur austempering dan austempering time. Hal tersebut
terjadi karena bainitic ferrite dan austenite sisa kaya karbon yang terbentuk semakin banyak. Secara
keseluruhan material FCD 500 memiliki prospek sebagai bahan dasar ADI, dengan mengoptimalkan
temperatur austempering dan austempering time. Namun diperkirakan FCD 500 yang diaustempering
tidak dapat menghasilkan sifat mekanik seperti sifat mekanik ADI Grade 850/550/10, dan Grade
1050/700/7, mengingat keterbatasan komposisi unsur paduan yang terkandung dalam FCD 500.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bahmani, M., Elliot, R., Varahram, N., “The Austempering Kinetics and Mechanical Properties
of an Austempered Cu–Ni–Mo–Mn Alloyed Ductile Iron”, Journal of Material Science, 32, pp.
4783-4791, 1997.
[2]. Bosnjak, Branka, et al, “Microstructural and Mechanical Characteristics of Low Alloyed Ni-Cu-
Mo Austempered Ductile Iron”, ISIJ International, Vol. 40 No. 12, pp. 1246-1252, 2000.
[3]. Cast Metals Development Ltd, “Austempered Ductile-Iron Castings-Advantages, Production,
Properties and Specifications”, Materials & Design, Vol. 13 No. 5, pp. 285-297, 1992.
[4]. Herring, H., Daniel, “A Discussion of Retained Austenite”, Industrial Heating Magazine, pp.
14, March 2005.
[5]. Kilicli, V., and Erdogan, M., “Tensile Properties of Partially Austenised and Austempered
Ductile Irons with Dual Matrix Structures”, Material Science and Technology, Vol. 22 No. 8,
pp. 919-928, 2006.
[6]. Wen, D. C., Lei, T. S., “The Mechanical Properties of a Low Alloyed Austempered Ductile Iron
in the Upper Ausferrite Region”, ISIJ International, Vol. 39 No. 5, pp. 493-500, 1999.
[7]. Yan, M., Zhu, W. Z., “Morphology of Bainitic Platelets of Austempered Ductile Iron and Their
Effects on Mechanical Properties”, Journals of Materials Science Letter, 15, pp. 1044-1047,
1996.
[8]. Yescas, M.A., Bhadeshia, H.K.D.H., MacKay, D.J., “Estimation of the Amount of Retained
Austenite in Austempered Ductile Irons Using Neural Networks”, Material Science and
Engineering, A311, pp. 162-173, 2001.
[9]. Available online at www.aditreatments.com
[10]. Available online at http://www.msm.cam.ac.uk/phase-trans/2001/adi/cast.iron.html
xxx – 8