Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Lansia


II.1.1 Pengertian Lansia
Seseorang dikatakan lansia adalah berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
maupun social (Nugroho, 2012). Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan social secara bertahap ( Azizah, 2011).

II.1.2 Klasifikasi Lansia


Menurut Siti Maryam (2009), lansia dikategorikan sebagai berikut :
1. Paralansia (presenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada orang lain.

II.1.3 Tugas Perkembangan Lansia


Tugas perkembangan lansia menurut Siti Maryam (2009), tugas
perkembangan pada lansi yaitu :

1. Mempersiapkan diri untuk kodisi yang menurun


2. Mempersiapkan diri untuk pension
3. Membentuk hubungan yang baikdengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan peyesuaian terhadap kehidupan social / masyarakat secara
santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

II.2 Teori Hipertensi

II.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai elevasi persisten dari tekanan darah sistolik


(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada
level 90 mmHg atau lebih (Black, 2014).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus
lebih dari suatu periode (Irianto, 2014)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna.

II.2.2 Penyebab Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013), Price dan Wilson (2006), Syamsudin
(2011), Udjianti (2010) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Merupakan 90% dari seluruh
kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik).
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
1. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat
keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa
dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya
karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan
tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya
dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang
tua karena jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang
bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak
dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah seseorang
atau dengan kata lain pembuluh darah membawa lebih banyak
cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah.
Kelenjar adrenal memproduksi suatu hormon yang dinamakan
Ouobain. Kelenjar ini akan lebih banyak memproduksi hormon
tersebut ketika seseorang mengkonsumsi terlalu banyak garam.
Hormon ouobain ini berfungsi untuk menghadirkan protein yang
menyeimbangkan kadar garam dan kalsium dalam pembuluh
darah, namun ketika konsumsi garam meningkat produksi hormon
ouobain menganggu kesimbangan kalsium dan garam dalam
pembuluh darah. Kalsium dikirim kepembuluh darah untuk
menyeimbangkan kembali, kalsium dan garam yang banyak inilah
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan tekanan
darah tinggi. Konsumsi garam berlebih membuat pembuluh darah
pada ginjal menyempit dan menahan aliran darah. Ginjal
memproduksi hormone renin dan angiostenin agar pembuluh darah
utama mengeluarkan tekanan darah yang besar sehingga pembuluh
darah pada ginjal bisa mengalirkan darah seperti biasanya.
Tekanan darah yang besar dan kuat ini menyebabkan seseorang
menderita hipertensi. Konsumsi garam per hari yang dianjurkan
adalah sebesar 1500 – 2000 mg atau setara dengan satu sendok teh.
Perlu diingat bahwa sebagian orang sensitif terhadap garam
sehingga mengkonsumsi garam sedikit saja dapat menaikan
tekanan darah. Membatasi konsumsi garam sejak dini akan
membebaskan anda dari komplikasi yang bisa terjadi.
4. Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga
berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%
diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan
tekanan darah atau hipertensi.
5. Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup
dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat
menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang
sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi
pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah
pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting
agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal
atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf
pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena
hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal
(renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan
tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang
merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal.
Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat
yang meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang terjadi pada tiroid
juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang
mengakibtkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga
mengakibtkan hipertensi. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik
(tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan
volume intravaskuler, luka bakar, dan stress karena stres bisa memicu
sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan
tekanan pada pembuluh darah.

II.2.3 Faktor Risiko Hipertensi


Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita.
Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen
setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone estrogen
adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor
pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause,
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas
hormon estrogen sesuai dengan umur wanita secara alami.
Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah
yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat.
Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada
usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon
sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
resiko hipertensi (Elsanti,2009). Prevalensi di kalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %
diatas umur 60 tahun.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi. Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa tekanan
darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi,
maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya
selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan
darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan
meningkat menjadi 60%.

b. Faktor risiko yang dapat dikontrol


1) Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan
kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik
sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen,
sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa
oksigen ke jantung dan jaringan lainnya. Tandra (2013) menyatakan
bahwa nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain
menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen
jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan
gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak,
dan banyak bagian tubuh lainnya.
2) Status Gizi
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko
penyakitpenyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas
kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan
secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi
seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika
memiliki nilai IMT ≥ 25.0. Obesitas merupakan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit degeneratf, seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus.
3) Konsumsi Natrium Berlebih
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor
lain yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan
penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin
berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada
timbulnya hipertensi.
4) Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan lebih
tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

II.2.4 Klasifikasi Hipertensi


Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat
diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu.
Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII
Tahun 2014
Berdasarkan Tekanan Kategori
Darah
≥ 150/90 mmHg Usia ≥ 60 tahun tanpa penyakit diabetes dan
cronic kidney disease
≥ 140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥ 140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes
Sumber : The Joint National Commite VIII (2014)
Berdasarkan American Heart Association (2014) menggolongkan hasil
pengukuran tekanan darah menjadi :
Tabel 2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association
Tahun 2014
Kategori Tekanan Sistolik Diastolik
Darah
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
Sumber : American Heart Assosiation (2014)
II.2.5 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan
perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem
kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem
baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medulla diotak. Pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak
kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013). Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila,
2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang
peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis,
sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin,
angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011). Sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah
(Padila, 2013). Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).

II.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi


Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan
simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai berdebar–debar,
rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat untuk
merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau
perut (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Syam, 2014). Gejala yang muncul sakit
kepala, pendarahan pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa
terjadi saat orang menderita hipertensi (Irianto, 2014).

II.2.7 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
angiotensin II, stres aksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar
dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekpresi transformating growth factor-b (TGF-) (Kartikasari, 2012).
a) Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteriarteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.
Arteri-arteri di otak yang akanmengalami arteroklerosis melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensafalopati juga dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.
Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan
tekanan kepala, sehingga mendorong cairan masuk kedalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuronneuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma bahkan kematian.

b) Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai
oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi
menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi
infark. Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung akan
terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak adekuat
pada tahap ini maka dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
c) Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal.
Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar
melalui urin sehingga sering dijumpai edema sehingga akibat dari tekanan
osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada
hipertensi kronik.
d) Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan.
Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah
iskemia optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat penyumbatan
aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita hypertensitive retinopathy
pada awalnya tidak menunjukan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi
kebutuhan pada stadium akhir. Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi
pada kondisi hipertensi maligna, tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.
Manisfestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara mendadak,
antara lain nyeri kepala.

II.2.8 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Menurut Aspiani (2015), pemeriksaan penunjang hipertensi meliputi :
a. Laboratorium
Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parankim ginjal, kreatinin serum
dan BUN menignkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal
ginjal akut, darah periper lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa), profil lemak (setelah puasa 9-12 jam) termasuk HDL, LDL,
dan trigliserida.
b. Elektrokardiogram
Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia atau infak miokard, peninggian gelombang P
dan gangguan konduksi.
c. Foto rontgen
Bentuk dan besar jantung Noothing daru iga pada koarktasi aorta,
pembendungan dan melebarnya paru, hipertropi parankkm ginjal dan
hipertropi vaskuler ginjal.

II.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hiperetensi bertujuan untuk menghentikan kelanjutan
kenaikan tekanan darah yang dapat menyebabkan komplikasi. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sitolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko (Aspiani, 2015).
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup (Kemenks RI, 2014)

a. Terapi Farmakologis menurut JNC 8


ACE inhibitors (captopril, enalapril, lisinopril), angiotensin receptor
blokers inhibitors (eprosarta, candesartan, losartan, valsartan, irbesartan),
ß-Blokers (atenolol, metoprolol), calcium channel blokers (amlodipine,
ditiazem extended release, nitrendipine), thiazide-type diuretics
(bendroflumethiazide, chlorthalidone, hyrochlorothiazide, indapamide.
b. Terapi Non Farmakologi
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor resiko denga
cara modifikasi gaya hidup menurut JNC 8 dalam (Muhadi, 2016), antara
lain:
1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-
20 mmHg/penurunan 10 kg. rekomendasi penurunan berat badan
meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga meningkatkan
aktivitas fisik.
2. Adopsi pola makan DASH (Dietary Apporoaches to Stop
Hypertension)
Pola makan ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14
mmHg. Lebih banyak makan buah, sayur-sayuran, dan produk
susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total lebih
sedikit, kay akan potassium dan calcium.
3. Retriksi garam
Retriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
mmHg. Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari (100 mmol
sodium/hari). Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai
bagian pola makan sehat.
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9
mmHg. Lakukan aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan,
atau setiap hari pada 1 minggu (total harian dapat diakumulasikan,
misal 3 sesi @10 menit).
5. Pembatasan konsumsi alcohol
Cara ini dapat menurunkan tekanan darah sitolik 2-4 mmHg.
Maksimum 2 minuman standar/hari
6. Berhenti merokok
Untuk mengurangi resiko kardiovaskuler secara keseluruhan.
7. Olahraga teratur dapat mengurangi stres dimana dengan olahraga
teratur membuat badan lebih rileks dan sering melakukan relaksasi
(Muawanah, 2012). Olahraga yang efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi adalah olahraga dinamis
sedang. Olahraga aerobik teratur seperti senam, jalan cepat,
berenang dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi rata-
rata 4,9/3,9 mmHg. Salah satu senam yang dapat menurunkan
tekanan darah yaitu senam tera. Senam tera merupakan suatu
latihan yang melatih fisik dan mental yang memadukan gerakan-
gerakan anggota tubuh dengan suatu teknik irama pernapasan
melalui pemusatan pemikiran dan dilakukan secara beraturan
serasi, benar dan berkesinambungan. Senam tera juga dapat
memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta fungsi jantung dan
peredaran darah, serta mengontrol hipertensi (Komunitas Senam
Tera Indonesia Jakarta Barat, 2014).

II.3 Teori Senam Tera

II.3.1 Pengertian Senam Tera


Senam tera adalah olahraga pernafasan yang dipadu dengan olah gerak.
Senam ini di adopsi dari senam Tai Chi yang berasal dari China. Tera dari kata terapi
yang berarti bahwa olah raga yang berfungsi sebagai terapi (penyembuhan) (Ghani,
2009). Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih fisik dan mental, yang
memadukan gerakan-gerakan anggota tubuh dengan suatu teknik irama pernapasan
melalui pemusatan pemikiran dan dilakukan secara beraturan, serasi, benar dan
berkesinambungan.

II.3.2 Manfaat Senam Tera

1. Senam tera juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta fungsi
jantung dan peredaran darah, serta mengontrol hipertensi.
2. Senam tera mempunyai banyak manfaat, salah satunya dari setiap gerakannya
yakni, gerakan peregangan yang bertujuan untuk meregangkan otot sebelum
melakukan gerakan senam, gerakan persendian yakni menggerakan seluruh
persendian yang mempunyai manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Sedangkan gerakan pernafasan yang mengadaptasi dari senam Tai Chi oleh
karena itu gerakan/jurus Senam Tera Indonesia lembut dan rileks.
3. Secara khusus / jasmani bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi
dan fungsi : jantung dan peredaran darah ; sistem pernafasan, sistem susunan
syaraf, pencernakan makanan, kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan
otot, kelenturan otot dan sendi, keseimbangan dan koordinasi dan proses
metabolisme.
4. Secara rokhani yaitu memelihara kestabilan penguasan diri, mengurangi dan
menghilangkan stress/ketegangan, mengurangi/menghilangkan
ketergantungan obat, melatih konsentrasi, meningkat kepekaan, memupuk
rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

II.3.3 Gerakan Senam Tera

a. Senam Peregangan
Senam Peregangan ini terdiri dari 17 macam dengan tujuan memelihara kerja
otot sebagai persiapan suatu gerakan agar terhindar dari suatu cidera. Gerak
peregangan ini akan memakan waktu antara 4 – 5 menit. Adapun gerakannya
yaitu :
1) Dorong tangan ke atas
2) Dorong tangan ke kiri
3) Dorong tangan ke kanan
4) Dorong tangan ke depan
5) Rentangkan ke samping
6) Angkat siku rapat
7) Buka ke belakang
8) Putar ke kiri
9) Putar ke kanan
10) Bungkuk lengan ke atas
11) Lenturkan badan
12) Tekuk lutut ke kiri
13) Tekuk lutut ke kanan
14) Lutut kiri ke depan
15) Lutut kanan ke depan
16) Putar pinggul ke kiri
17) Tekuk lutut rapat

b. Senam Persendian
Gerakan dari senam persendian ini terdiri dari 25 macam gerakan yang
mempunyai nilai aerobik yang cukup tinggi yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan mental atau semangat kerja. Gerakan ini meliputi - Gerakan
berputar - Bergerak dua arah - Gerakan pada sumbu tulang belakang. Adapun
gerakannya yaitu :
1) Menoleh ke kiri ke kanan
2) Tundukan kepala
3) Miringkan kepala
4) Putarkan kepala
5) Lengan ke depan
6) Telapak tangan ke arah badan
7) Putar bahu ke depan
8) Balik arah
9) Busungkan badan
10) Telapak tangan ke bawah
11) Rentangakan tangan
12) Rentangankan tangan
13) Dorong tangan ke atas
14) Putarkan pinggang
15) Bermain piano
16) Kaki kiri ke depan
17) Kaki kiri ke belakang
18) Angkat lutut
19) Tumit ke depan
20) Tumit ke samping
21) Kaki ke belakang
22) Tangan dilipat
23) Bertepuk tangan
24) Tumit diangkat
25) Jalan ditempat

c. Senam Pernafasan
Senam pernafasan merupakan inti dari senam tera Indonesia yaitu gabungan
gerakan tubuh, pernafasan dan kosnentrasi yang dilakukan secara
berkesinambungan tidak terputus antara satu gerakan dengan gerakan
berikutnya, secara benar dan mengikuti aba-aba musik pengiring, dilakukan
konsentrasi pada gerakan dan imajinasi sesuai gerakan yang dimainkan.
Gerakan ini berlangsung 30-45 menit. Senam pernafasan terdiri dari senam
pernafasan pokok dan senam pernafasan lanjutan. Adapun uruatan gerakannya
adalah sebagai berikut:
1) Mengatur nafas
2) Bangkit mengatur nafas
3) Melapangkan dada
4) Mengayun pelangi
5) Membelah awan
6) Mengayun lengan
7) Mengayuh di danau
8) Mengangkat bola
9) Memandang rembulan
10) Mendorong telapak
11) Membelai mega
12) Meraup air
13) Mendorong ombak
14) Membentangkan sayap
15) Menyulurkan tinju
16) Terbang melayang
17) Memutar roda
18) Menepuk bola
19) Menggosok telapak tangan

II.4 Kerangka Teori


Bagan 1 Kerangka Teori

Faktor Yang tidak dapat dikontrol : Faktor Yang dapat dikontrol :


1. Jenis Kelamin 1. Merokok
2. Umur 2. Status Gizi
3. Keturunan (Genetik) 3. Konsumsi Natrium Berlebih
4. Stress
(Sumber : Elsanti, 2009)
(Sumber : Elsanti, 2009)

Peningkatan Lansia dengan


Tekanan Darah pada Hipertensi
usia 45-55 tahun

Penatalaksanaan Hipertensi :
a. Farmakologi
b. Non Farmakologi :
1. Penurunan berat badan
2. DASH (Dietary Apporoaches to Stop
Latihan pernapasan Hypertension)
secara perlahan 3. Retriksi garam
4. Aktivitas fisik
↓ 5. Pembatasan konsumsi alcohol
6. Berhenti merokok
Tubuh rileks dan 7. Olahraga teratur (berenang, jalan cepat, dan
senam tera)
dilatasi pembuluh
↓ darah
kapiler (Sumber : Kemenkes RI, 2014)


Meningkatkan sirkulasi
darah

Senam tera

↓ Latihan fisik&mental yang memadukan


semua anggota tubuh dengan teknik irama
Pengontrolan Tekanan pernapasan melalui pemusatan pikiran.
Darah (Sumber : Komunitas Senam Tera
Indonesia Jakarta Barat, 2014).

Anda mungkin juga menyukai