Anda di halaman 1dari 21

Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju, terbukti dengan

ditemukannya mata uang sendiri, yaitu mata uang Perlak terbuat dari

emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

Pada masa kejayaannya (abad ke-13), kerajaan Perlak mengalami

kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan

Dakwah Islamiah.

Melalui peran kerajaan Peureulak ini, Islam menyebar hingga ke

Riau, termasuk gugusan pulau yang kini disebut pulau Natuna. Setelah

Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat wafat

(1292 M), Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.

3. Samudra Pasai

Melihat fakta kerajaan Jeumpa dan Peureulak yang telah ada

sebelumnya, Kerajan Samudra Pasai merupakan kelanjutan dari Kerajaan

yang

awesi

erkan

jaan

Peureulak, meskipun pada umumnya Samudra Pasai dipandang sebagai

kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pada masa kerajaan ini, Islam

menyebar luas hingga ke Malaka. Setelah Sultan Ahmad Malik Al-Tahir


wafat, ia digantikan putranya Sultan Zainal Abidin

Bone

ada

ong

4. Kerajaan Malaka

Dikarenakan letaknya sangat strategis, sebagai jalur perdagangan

internasional, Malaka menjadi pelabuhan internasional. Kerajaan ini

lirikan oleh Parameswara. Sewaktu terjadi perang bersaudara di

Majapahit, Parameswara beserta pengikutnya melarikan diri ke pulau

Tumasik (Singapura) dan berhasil mendirikan kekuasaan. Namun tidak

lalu lama, kemudian diserang oleh kerajaan Siam (sekarang negara

Thailand), sehingga kekuasaannya dipindahkan ke Malaka.

Melalui strategi yang jitu, Parameswara berhasil memajukan wilayah

kekuasaannya. Namun, ada yang mengganjal di lubuk hatinya, apabila

berjumpa dengan pedagang muslim yang hanya berhubungan dengan

sesama muslim, Parameswara pun memeluk Islam dan mengganti

namanya menjadi Iskandar Syah.

Secara berurutan raja Malaka setelah wafatnya Iskandar Syah, yaitu Sultan Mudzafar Syah

Secara berurutan raja Malaka setelah wafatnya Iskandar Syah, yaitu


Sultan Mansyur Syah

Sultan Alauddin Syah

Sultan Mahmud Syah

5. Kerajaan Aceh

Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis. Para pedagang Islam

tidak mau lagi berdagang di Malaka dan mereka mencari pangkalan

baru di Aceh. Hanya dalam waktu singkat, Aceh berkembang mer

elabuhan dan kota perdagangan yang ramai.

Para pembesar Aceh

kemudian membangun Aceh

menjadi kerajaan untuk

menyaingi Malaka yang jatuh ke

tangan Portugis. Raja pertama

Aceh adalah Ali Mughayat Syah

yang pemerintahannya berpusat

di Kotaraja. Di masanya, Islam

berkembang dengan pesat

sampai Deli dan Aru.

Tahun 1530, Raja Ali wafat,

dan diganti oleh putranya,

Sultan Sholahudin, tetapi karena

kurang cakap dalam memerintah,


la diganti oleh adiknya yang Gambar 11.1 Menara utama

bernama Alauddin Riayat Syah Tugu Aceh Daerah Modal Rep

yang diberi julukan "Al-Qahhar" karena ketegasan, keberanian dan

kepandaiannya mengatur pemerintahan.

Masa keemasan kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan

Iskandar Muda 16071636 Di masa pemerintahan Iskandar Muda,

Johor, Pahang dan Kedah masuk dalam kekuasaan Aceh. Setelah

wafat, ia diganti oleh putranya yang bernama Iskandar Tsani. Seiring

dengan berjalannya waktu, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Hal

itu disebabkan terjadinya perselisihan di antara keluarga raja. Sultan

terakhir Aceh adalah Sultan Ali Alaudin Syah 18381870

terakhir Aceh adalah Sultan All

Seorang bupati Majapahit bernama Raden Patah memeluk Islam

bersamaan dengan itu secara terang-terangan menentang Majapahit

yang sudah lemah. Dibantu para pembesar Jepara, Tuban dan Gresik

yang telah memeluk Islam, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam di

Demak tahun 1478

6. Kerajaan Demak

Raden Patah sebagai santri Sunan Ampel diberi tugas menyebarkan

Islam di daerah Glagah Wangi (Bintoro) dekat Jepara. Usahanya

mendirikan pesantren ternyata berhasil. Lama-kelamaan berkembang

menjadi pusat perdagangan, pusat agama dan kekuasaan Islam.


Akhirnya tumbuh menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa

Akhirnya dalam waktu singkat, daerah Lasem, Tuban, Sedayu, dan

Gresik masuk dalam kekuasaan Demak.

Tahun 1513, Demak melancarkan serangannya untuk membebaskan

Malaka dari Portugis yang dipimpin Adipati Unus, meskipun

serangannya gagal, tetapi cukup merepotkan Portugis. Tahun 1518,

Raden Patah wafat, dan digantikan oleh Adipati Unus, namun sayang

pemerintahannya hanya berjalan tiga tahun lalu diganti oleh adiknya,

yaitu Pangeran Trenggono.

Sementara itu, Portugis berhasil menduduki Samudra Pasai dan

berusaha menduduki Pajajaran dan Sunda Kelapa. Menghadapi itu,

Sultan Trenggono memperkuat

pertahanannya. Seorang ulama

yang berhasil melarikan diri

dari Pasai bernama Fatahillah,

diangkat menjadi panglima

armada kerajaan Demak.

n Masjid Agung Demak dibangun oleh

Selanjutnya, Fatahillah

ditugaskan menggagalkan
rencana Portugis menduduki

Pajajaran dan Sunda Kelapa. Tahun

1522 Sunda Kelapa dapat direbut

dan berganti nama menjadi

Jayakarta (lalu kini bernama

Jakarta). Selain itu, Fatahillah

juga berhasil merebut Cirebon

dan Banten. Dengan jatuhnya dn dan

pemerintahan

ndar Muda,

Setelah

ani. Seiring

dan. Hal

kota-kota tersebut, membuat Portugis mengalami kesulitan untuk

menguasai, karena mendapat perlawanan tentara Demak.

Akhirnya, Kerajaan Demak mengalami kekacauan karena ne

kekuasaan di internal keluarga. Sejak itu, tamatlah riwayat kerajaan

Demak dan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Demak

seperti Banten, Cirebon, Tuban, Gresik dan Surabaya melepaskan diri

dari kekuasaan Demak.

ja. Sultan
7. Kerajaan Mataram

Mataram merupakan peralihan dari Kerajaan Pajang. Raden

k Islam,

majapahit

Gresik

lam di

Sutawijaya, sebagai raja, tidak memakai gelar "Sultan", tetapi lebih

senang memakai gelar Panembahan Senopati. Tahun 1601, Panembahan

Senopati wafat, kedudukannya diganti putranya yang bernama Raden

Mas Jolang.

Setelah wafat, penggantinya adalah Raden Mas Rangsang

arkan

anya

Dang

16131645 bergelar Sultan Agung. Beliau menjadi raja terbesar,

sejalan dengan itu kerajaan Mataram mengalami zaman keemasan,

wilayah kekuasaannya sangat luas mencakup seluruh Pulau Jawa

(kecuali Banten), bahkan sampai Kalimantan.Pada masanya, Belanda sudah memasuki wilayah Indonesia
dan
menguasai Batavia (Jayakarta). Sultan Agung sangat membenci Belanda

sehingga pada tahun 1628 dan 1629 mengirim pasukan untuk mengusir

Belanda, meski belum berhasil karena kuatnya pertahanan Belanda.

Disebabkan berebut kekuasaan, dan penerapan politik divide et

mpera Belanda, akhirnya kerajan ini pecah menjadi tiga, yaitu sebagai

berikut: Paku Buwono Ix (Amangkurat IV) berpusat di Surakarta, Pangeran

Mangkubumi (Hamengku Buwono I) berpusat di Yogyakarta, dan Raden

Mas Said (Mangkunegara I) di Surakarta.

8. Kerajaan Cirebon

Cirebon mulanya merupakan wilayah dari kerajaan Pajajaran,

Walangsungsang (putra Prabu Siliwangi) diberi tugas menjadi juru

labuhan yang bergelar Cakrabumi. Bersama adiknya, Nyai Rara Santang

keduanya mempelajari Islam di pesantren Gunung Jati yang dipimpin

Syekh Datu Kahfi (Nurul Jati).

Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamirkan Cirebon

menjadi kesultanan dan mengangkat dirinya menjadi Sultan yang

bergelar Cakrabhuwana. Setelah Walangsungsang wafat, kedudukan

dipimpin oleh Syarif Hidayatullah putra Nyai Rara Santang dengan

Syarif Abdullah. Menurut Babad Cirebon, Syarif Hidayatullah lah yang

berhasil mengembangkan kesultanan Cirebon, bahkan menurunkan

raja-raja Cirebon termasuk juga raja-raja Banten.

Sepeninggal Syarif Hidayatullah, kekuasaan diserahkan pada

cucunya pangeran Ratu (Panembahan Yusuf), setelah itu diganti

Panembahan Girilaya. Keutuhan kesultanan Cirebon hanya sampai


Panembahan Girilaya. Setelah itu, Cirebon diperintah oleh kedua

putranya Maratawijaya (Panembahan Sepuh) memimpin kesultanan

Kasepuhan, dan kartawijaya

(Panembahan Anom) memimpin

kesultanan Kanoman.

9. Kerajaan Banten

Tahun 1526 pasukan

gabungan Syarif Hidayatullah

(Sunan Gunung Jati) dan

Fatahillah berhasil merebut

Banten dari kekuasaan Pajajaran.

Pusat kekuasaan dipindahkan

dari Banten Girang ke Surosowan.

Dikarenakan Malaka jatuh ke

Portugis, para pedagang

Agung Banten lama masih ada hingga saat ini. Muslim mengalihkan jalur

perdagangannya ke pelabuhan Banten.

Atas persetujuan Demak, Maulana Hasanudin (putra Syarif

Hidayatullah) diangkat menjadi Adipati Banten karena ayahnya kembali

ke Cirebon, Ketika Demak mengalami kemelut, Maulana Hasanudin

melepaskan diri dari Demak menjadi kesultanan tersendiri. Kemajuan

Banten sebagai kerajaan Islam terus berlanjut pada masa raja-raja

berikutnya, tetapi pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, kebesaran Banten


mengalami kemunduran, akibat ulah putranya yang bernama Sultan

Haji yang bekerja sama dengan Belanda.

10. Kerajaan Gowa dan Tallo (Makasar)

Gowa dan Tallo merupakan dua kerajaan kembar yang berpusat

di Simbaopu (Makasar). Tahun 1605 raja Gowa yang bernama Karaeng

Tuninggalo memeluk Islam, setelah mendengar dari seorang ulama

yang berasal dari Minangkabau yang bernama Khatib Tunggal (Dato

ri Bandang) dan mengganti nama menjadi Sultan Alauddin Awwalul

Islam

Sultan Alaudin mengajak raja Bone, Soppeng dan Wajo untuk

memeluk Islam,namun ditolaknya. Awalnya menolak, tetapi di kemudian

hari, raja-raja tersebut mau memeluk Islam. Sejak itu, agama Islam

tersebar luas di Sulawesi Selatan.Ketika Sultan Alauddin wafat, diganti

oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Said. Raja Gowa yang

menentang penjajahan Belanda adalah Sultan Hasanuddin,

karena keberaniannya, ia dijuluki Ayam Jantan di T

11. Kerajaan Ternate dan Tidore

Di Maluku terdapat empat kerajaan yaitu Tidore, Ternate, Jailolo, d

Bacan. Namun, hanya kerajaan Ternate dan Tidore yang berkemba

menjadi kerajaan besar. Rajanya bergelar Kolano, tetapi setelah mas

Islam, berubah gelarnya menjadi Sultan. Antara Ternate dan Tide


selalu bersaing untuk menguasai perdagangan, mereka membentuk persekutuan dagang sehingga
lahirlah Uli Lima yang dipimpin Ternate

dan Uli Siwa yang dipimpin Tidore.

Persaingan semakin tajam, ketika Portugis dan Spanyol datang

ke Maluku. Di satu sisi Ternate bersekutu dengan Portugis, sementara

Tidore dengan Spanyol. Portugis melakukan politik monopoli dagang

dan ikut campur dalam masalah kerajaan Ternate. Tindakan tersebut

ditentang oleh rakyat Ternate dengan dipimpin Sultan Khairun, yang

berusaha melepaskan diri dari Portugis.

Tahun 1570, Sultan Khairun dibunuh Portugis, peristiwa tersebut

membangkitkan kemarahan rakyat, dengan dipimpin putra Khairun,

yaitu Sultan Baabullah. Beliau berusaha mengusir Portugis. Melalui

upaya ini kerajaan Tidore berbalik memihak Ternate dan bersama-sama

menggempur Portugis. Perjuangan rakyat Maluku di bawah pimpinan

Sultan Baabullah, akhirnya berhasil mengusir Portugis.

Peranan Umat Islam di Indonesia

ANYES

END

DAM

1. Masa Penjajahan

Sejarah mencatat, kurang lebih hampir 360 tahun bangsa Indonesia

ngalami penjajahan, yang dilakukan oleh Portugis, Inggris, Belanda,


dan Jepang. Waktu yang begitu panjang di bawah cengkeraman

jah, menjadikan bangsa Indonesia hidup dalam kemiskinan

kebodohan dan terbelakang. Miskin, karena semua kekayaan alam

Indonesia yang melimpah semuanya diangkut oleh penjajah. Bodoh dan

terbelakang, karena sebagian besar masyarakat indonesia tidak diberi

umpatan untuk menuntut ilmu. Mayoritas masyarakat Indonesia

allah penganut ajaran Islam, secara otomatis yang paling banyak

Imperialis.

derita akibat kezaliman, kebiadaban, dan keserakahan kaum

Penderitaan semakin menjadi manakala umat Islam mengerti

kan ajaran agamanya. Jadi, bukan hanya ekonomi dan politik saja

kaum imperealis melakukan penjajahan, tetapi juga menjajah hak asasi

umat Islam Indonesia yang paling mendasar. Oleh karena itu, Al Qur'an

dan Hadits sebagai sumber hukum Islam tidak boleh diterjemahkan,

khutbah harus menggunakan bahasa Arab, gerak para dai dibatasi,

dan dipersulitnya pelaksanaan ibadah haji.

Meski begitu, semangat juang umat Islam tidak melemah, bahkan

makin berkobar melalui jihad mengusir penjajah. Perlawanan umat

Islam dimulai kaum imperialis mencengkram bumi pertiwi yang saat

itu sudah berdiri kesultanan-kesultanan, antara lain kesultanan Demak,

Aceh, Ternate, Tidore, dan lain sebagainya.

Rentang abad 15 sampai abad 17, perlawanan umat Islam yang

digerakkan oleh kesultanan baik dipimpin langsung oleh sultan atau

orang yang memiliki pengaruh di kesultanan tersebut. Misalnya Sultan

Agung Hanyokrokusumo dari Mataram, Pangeran Adipati Unus dan


Fatahillah dari kesultanan Demak, Sultan Iskandar Muda dari kesultanan

Aceh, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Khairun dan Sultan

Baabullah dari kesultanan Ternate, Sultan Hasanuddin dari Makasar

dan masih banyak lainnya.

Di saat semua kesultanan Islam sudah dikuasai penjajah berkat

politik devide et impera (politik memecah belah), tidak menyurutkan

perjuangan umat Islam sebagaimana yang dilakukan oleh para tokoh

seperti Pangeran Diponegoro di Jawa, Tuanku Imam Bonjol di Sumatra

Barat, Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Dien di Aceh

Perjuangan tokoh Islam tersebut belum mengantarkan kepada

kemerdekaan Indonesia karena perjuangannya belum terorganisir dan

masih bersifat lokal. Meski demikian, perjuangan para tokoh Islam

telah memberikan inspirasi bagi pejuang-pejuang Islam agar terbebas

dari penjajahan, dan puncaknya tercapailah kemerdekaan Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945

Kenapa semua itu bisa terjadi, karena Islam sebagai agama

Rahmatan Lil Alamin yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia telah

banyak mendatangkan perubahan keyakinan masyarakat Indonesia

pada waktu itu, antara lain

a. Islam telah membebaskan masyarakat Indonesia dari pemujaan

berhala dan pendewaan raja-raja, beralih hanya menghambakan

diri kepada Allah swt.

b. Islam telah menanamkan semangat cinta tanah air dan rasa

kebangsaan, melalui semboyan "Hubbul-Wathan Minal-Iman" (cinta

tanah air sebagian dari iman) sehingga mampu mengubah cara


berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, yang

dulunya bersifat sektarian (lebih mementingkan sukunya dan

daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan

kepentingan bangsa dan negaranya).

Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi lebih cinta kepada

kemerdekaan, sehingga mampu mendorong masyarakat

Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan

bangsanya dengan berbagai cara.

2. Masa Kemerdekaan

Rasa persamaan dan keadilan yang diajarkan Islam, mampu

mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta

dan diskriminasi menjadi masyarakat yang mempunyai kedudukan

harkat, martabat, dan hak-hak yang sama. Peranan umat Islam dalan

memerdekakan Indonesia sangat besar. Kemerdekaan Indonesia tida

mungkin terjadi, tanpa perjuangan umat Islam.

Banyak tokoh muslim turun langsung memperjuangka

kemerdekaan, bahkan Jenderal Sudirman berjuang bersama umat Islam

dalam memerdekakan Indonesia. Panglima Besar ini, memiliki dua pera

sekaligus, yakni sebagai seorang Kyai serta pimpinan Tentara Nasiona

Indonesia (TNI)

ada tiga kisah teladan mulia yang dilakukan oleh Jenderal Besar

Sudirman pada masa hidupnya. Pertama, beliau senantiasa menjaga diri


dalam keadaan suci dari hadas dan najis dengan cara menjaga wudhu.

Kedua, beliau selalu berusaha shalat fardhu di awal waktu dan Ketiga;

beliau selalu berbakti kepada kedua orang tua. Tiga teladan tersebut,

hidup keseharian kita.

Apakah hal-hal yang semestinya juga kita biasakan dalam pola

Masih banyak peran umat Islam lainnya, yaitu ketika umat Islam

bersedia bersikap legawa dalam menghapus tujuh kata pada Piagam

Jakarta (dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk

pemeluknya) yang merupakan bukti eksistensi Islam sebagai dasar

negara. Disebabkan sikap tersebut, negara kesatuan Republik Indonesia

ada sampai saat ini.

Peran besar umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia tidak

terhitung lagi, betapa banyaknya para syuhada yang mengorbankan

jiwa dan raga dalam perjuangan kemerdekaan, baik perjuangan melalui

peperangan bersenjata maupun peperangan intelektual. Pengorbanan

tersebut telah mengantarkan seluruh manusia di bumi Indonesia dapat

merasakan kemerdekaan sampai saat ini.

3.

Masa Pembangunan

Sebagai usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia, umat

Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini, tampil di barisan terdepan

dalam perjuangan fisik maupun perjuangan diplomasi. Di tahun tahun


wal kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia harus menghadapi

agresi Jepang, negara Sekutu, dan Belanda.

Melalui usaha-usaha diplomatik, yaitu perundingan antara

Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan Linggarjati, perjanjian

Renville, perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di Den

Haag, delegasi Indonesia yang diwakili oleh tokoh tokoh Islam dalam

upaya mempertahankan keutuhan negara republik Indonesia,

Begitu juga usaha mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap

bangsa Indonesia melakukan usaha-usaha pembangunan dalam

berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional yang diamanatkan

oleh Undang Undang Dasar 1945. Usaha-usaha pembangunan yang

berencana dan terarah dimulai semenjak Repelita I, II, III dan IV

Kini, di saat pembangunan ini, peran umat Islam dalam masa

pembangunan setelah Indonesia merdeka sangatlah besar. Berbagai

usaha yang dilakukan umat Islam untuk memakmurkan negara

Indonesia ini meliputi bidang pendidikan, sosial, perekonomian, politik,

kebudayaan, pembangunan fisik dan lain sebagainya

Motivasi yang dimiliki umat Islam adalah motivasi religius untuk

mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia sesuai cita-cita luhur pendiri

bangsa dan negara. Semboyan "Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Gafur

artinya negara yang penuh dengan kebaikan/kemakmuran dan Tuhan

pun melapangkan ampunan-Nya, merupakan motivasi religius sekaligus

menghilangkan sisa-sisa pemikiran yang mempertentangkan agama dan Pancasila serta


memperlawankan kepentingan umat Islam da

kepentingan nasional

Pemikiran yang mempertentangkan antara agama dan Pancasila


serta memperlawankan antara kepentingan umat Islam dan kepentingan

nasional, jelas tidak menguntungkan bangsa Indonesia umat Islam

sendiri. Bahkan, hal itu sangat berbahaya bagi kesatuan dan masa depan

bangsa. Masyarakat Indonesia yang kita bangun bersama, harus tetap

merupakan masyarakat Indonesia yang bercorak kepribadian Indonesia

sendiri.

Peran Organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU).

Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan organisasi keagamaan

yang lain, tidak kecil peran sumbangsihnya untuk Indonesia yang

kegiatannya mencakup bidang pendidikan, dakwah, dan sosial

kemasyarakatan.

Di bidang pendidikan, mendirikan Lembaga-lembaga pendidikan,

misalnya pesantren, madrasah, dan ada pula sekolah. Penyelenggara

pendidikannya mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Di samping itu,

ada pula kegiatan yang bersifat pembinaan umat dengan dakwah atau

majelis ta'lim. Peran lembaga Pendidikan Islam ini, misalnya turut serta

secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, pemberian

dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembinaan dan

kesatuan (Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah wathaniyah).

4. Masa Reformasi

Masa reformasi di Indonesia diawali dengan lengsernya Presiden

Soeharto pada tahun 1998, kemudian digantikan oleh presiden

B.J. Habibie. Di era ini, banyak bermunculan partai-partai Islam, d


antaranya adalah PKB, PBB, Partai Keadilan, Partai Persatuan, Masyumi,

Partai Kebangkitan Umat (PKU), PSII-1905, PNU dan Partai Cinta Damai

(PCD), PAN, Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (SUNI), dan lain

sebagainya.

Meskipun partai-partai Islam ini tidak meraih suara terbesar

namun koalisi mereka melalui kaukus Poros Tengah dapat menghalang

tampilnya aliran dan kelompok politikus nasionalis dan koalisinya serta

memunculkan beberapa tokoh utama pada posisi-posisi strategis di

lembaga eksekutif dan legistatif. Seperti Prof. Dr. Amien Rais sebagai

ketua MPR-RI dan K.H. Abdurrahman Wahid yang biasa disapa dengan

Gus Dur sebagai presiden.

Era reformasi merupakan momentum akhirnya ekspresi Islam

yang berbeda, NU dan Muhammadiyah tidak lagi menjadi dwi-tunggal

ndang perhatian banyak pengamat asing. Selain NU dan

Muhammadiyah, realitasnya, ada banyak organisasi massa Islam di

Indonesia, misalnya Persis atau Perti, Front Pembela Islam (FPI) dan

banyak lagi, namun memang tidak sebesar dua organisasi sebelumnya.

Sementara itu, era reformasi adalah era keterbukaan yang

memungkinkan orang untuk mengekspresikan pikiran, termasuk

cara keberagaman. Peranan umat Islam tersebut, tentu tidak terlepas

dan adanya kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain.

Umat Islam menginisiasi nilai-nilai keberagaman melalui kekompakan


dan kegotong-royongan. Kebersamaan ini, tidak berarti harus

menghilangkan perbedaan yang wajar, yang lahir dan keadaan yang

majemuk, bahkan perbedaan itu seharusnya merupakan kekuatan

pendorong untuk kemajuan.

Gerakan untuk melembagakan Syari'ah Islam di semua sektor

pemerintahan dan pengambilan kebijakan di Indonesia, tumbuh

subur setelah era reformasi ini bergulir. Pada masa Orde Baru,

Islamisme dikategorikan sebagai ekstrim kanan. Pemerintah Orde Baru

mengambil pendekatan yang keras terhadap gerakan Islamisme. Politik

reformasi yang ditandai oleh keterbukaan dan kebebasan politik telah

memungkinkan politik Islamisme tumbuh dengan subur.

Nilai-nilai Keteladanan Tokoh-tokoh dalam

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

gu Su.

LAPOR

9440

perjalanan Islam di Indonesia yang begitu panjang, sehingga

menjadikan ajaran Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia.


Itu semua, merupakan jasa dari para pendakwah yang merupakan

tokoh-tokoh sejarah berkembangnya Islam di Indonesia. Nilai-nilai

keteladanan yang bisa diambil dari perjuangan mereka adalah niat

karena Allah swt yang terhujam dalam dada yang melahirkan sikap

ikhlas dalam bentuk:

1. Berani; memiliki ketegasan dalam melakukan tindakan, termasuk

mengambil keputusan yang dilakukan secara tepat dan benar.

2. Tangguh; memiliki keuletan, kemauan yang keras, kesabaran

dan sikap tidak mudah menyerah ketika menemui kesulitan dan

hambatan.

3. Rela berkorban; bersedia melakukan pengorbanan terkait dengan tenaga, waktu, pikiran, harta bahkan
nyawa.

4. Keyakinan yang kuat; memiliki rasa optimis yang besar dalam

memperjuangkan kebenaran, karena adanya landasan keimanan

yang kuat.

Berkaca dari semangat perjuangan para tokoh muslim dalam

mensyiarkan ajaran Islam di Indonesia, sehingga bangsa Indonesi

yang tadinya menganut ajaran animisme dan dinamisme, beralil

menjadi penganut agama tauhid yang meyakini hanya Allah swt.-la

satu-satunya Rabb semesta alam, juga dari masyarakat yang berkasta

kasta menjadi masyarakat yang memiliki kesamaan hak dan derajat

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus yang menghargai da

menghormati jasa para tokoh muslim, teruskan perjuangannya denga

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, cinta tanah air, semangat persatua

untuk kejayaan dan keunggulan Indonesia.


Manfaat Mempelajari Sejarah Perkembangan

Islam di Indonesia

Berikut manfaat mempelajari sejarah perkembangan Islam di Indonesia

Sebagian besar isi kandungan Al-Qur'an adalah sejarah. Kisah bai

dapat dijadikan pelajaran, sebaliknya sejarah kelam, agar tida

ditiru dan harus dihindari. Orang yang tidak memahami sejarah

mendapatkan kesulitan dan cercaan, karena mereka tidak mam

mengambil 'ibrah dari sejarah masa lalu (Q.S. Ar-Rum/30: 9-10

2. Sejarah menjadi sarana mengungkapkan kebenaran haki

sehingga manusia dapat mengambil 'ibrah dalam kehidupan

3. Pandai membaca perubahan zaman dan cermat menganalogik

perkembangan tarikh dengan realitas yang dihadapi, sehingga

mampu membuat perisai terhadap perkembangan zaman (gaz

fikri) dengan menguatkan kesadaran ber-Islam yang lebih baik la

4. Mampu mempelajari dan mencontoh para Assalafus Shc

(pendahulu yang memberi teladan baik), sehingga da

mengambil peran sebagai mujahid dakwah atau cendekiawan

muslim yang mampu menyinari zaman.

Anda mungkin juga menyukai