Anda di halaman 1dari 6

1.

Penyakit refluks asam lambung


Penyakit refluks asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi
ketika asam lambung naik ke esofagus (kerongkongan). Kondisi ini terjadi akibat melemahnya
cincin otot kerongkongan yang berfungsi mencegah makanan kembali ke kerongkongan setelah
masuk ke lambung.

Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan di lapisan kerongkongan yang dapat menimbulkan nyeri, sulit
menelan, dan nyeri di bagian dada. Apabila dibiarkan tidak tertangani, esofagitis dapat
menyebabkan penyempitan pada kerongkongan.

Akalasia
Akalasia adalah kondisi ketika saraf di area esofagus (kerongkongan) mengalami kerusakan.
Kondisi tersebut menyebabkan otot katup di antara kerongkongan dan lambung kehilangan
kelenturan, sehingga makanan sulit terdorong ke lambung.

Gastritis
Gastritis adalah peradangan di dinding lambung, yang dapat terjadi tiba-tiba (akut), atau
berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Kondisi ini dapat menyebabkan tukak lambung.

Tukak lambung
Tukak lambung (peptic ulcer) merupakan luka terbuka yang terbentuk di lapisan lambung, atau
bisa juga terjadi di usus 12 jari (ulkus duodenum). Tukak lambung dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, dan penggunaan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid dalam jangka panjang.

Penyakit celiac
Penyakit celiac adalah penyakit akibat reaksi sistem imun terhadap konsumsi gluten, yaitu
protein yang dapat ditemukan pada gandum. Pada penderita penyakit celiac, gluten akan memicu
reaksi sistem imun di usus halus. Bila kondisi tersebut berlangsung terus-menerus, lapisan usus
halus dapat rusak dan mencegah nutrisi terserap.

Penyakit batu empedu


Penyakit batu empedu adalah kondisi ketika terjadi penyumbatan pada saluran empedu.
Sumbatan disebabkan oleh batu hasil pengkristalan kolesterol. Pada beberapa kasus, batu
empedu terbentuk dari pengkristalan bilirubin atau zat yang menyebabkan penyakit kuning.

Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan pada kantung empedu. Peradangan tersebut dipicu oleh
tersumbatnya kantung empedu oleh batu empedu atau tumor. Penyumbatan menyebabkan cairan
empedu terperangkap di dalam kantung empedu, dan memicu peradangan.

Hepatitis.
Hepatitis adalah istilah yang merujuk pada peradangan hati. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
infeksi virus, penyakit autoimun, serta paparan alkohol, obat, racun kimia, atau NAPZA.
Sirosis
Sirosis adalah terbentuknya jaringan parut di hati, yang menyebabkan fungsi hati menurun atau
bahkan gagal berfungsi. Sirosis merupakan akibat jangka panjang dari hepatitis.

Pankreatitis
Pankreatitis adalah peradangan pada organ pankreas. Pankreas merupakan organ yang
menghasilkan enzim untuk mencerna makanan dan hormon untuk mengatur kadar gula darah.
Pankreatitis dapat disebabkan oleh penyakit batu empedu atau kecanduan alkohol.

Radang usus
Sebagaimana namanya, radang usus adalah kondisi ketika usus mengalami peradangan. Radang
usus terdiri dari 2 jenis, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Bedanya, radang pada kolitis
ulseratif hanya terjadi di usus besar. Sedangkan pada penyakit Crohn, radang dapat terjadi di
seluruh bagian saluran pencernaan.

Divertikulitis
Divertikulitis adalah peradangan pada divertikula. Divertikula sendiri adalah kantong-kantong
abnormal yang terbentuk di saluran pencernaan. Divertikulitis dapat menimbulkan gejala
demam, sakit perut, mual, muntah, sembelit atau diare.

Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada rektum (bagian akhir dari usus besar yang tersambung ke
anus). Kondisi ini dapat menimbulkan rasa ingin BAB yang sering (tenesmus). Proktitis juga
menyebabkan nyeri di perut, rektum, dan anus.

Kanker usus besar


Kanker usus besar bisa bermula dari tumor jinak yang disebut polip adenoma. Seiring waktu,
polip tersebut berkembang menjadi ganas.

Fisura ani
Fisura ani adalah luka terbuka pada jaringan yang melapisi anus. Kondisi ini dapat menyebabkan
nyeri dan tegang pada dubur atau anus. Penderita juga dapat mengalami perdarahan saat buang
air besar.

Wasir
Wasir merupakan pembengkakan pembuluh darah di sekitar atau di dalam anus. Meskipun wasir
bisa tidak menimbulkan gejala, pada beberapa kasus dapat menimbulkan gatal dan nyeri pada
anus, serta keluarnya darah atau nanah saat atau setelah BAB.

2. Cegah Gangguan Pencernaan dengan Cara Ini

Agar terhindar dari berbagai gangguan pencernaan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan,
yaitu:

1. Perbanyak Konsumsi Makanan Berserat


Makanan berserat merupakan salah satu jenis makanan yang sangat baik dikonsumsi untuk
menjaga kesehatan pencernaan. Dengan menerapkan pola makan tinggi serat, sebenarnya tidak
hanya pencernaan yang akan menjadi sehat. Beberapa risiko penyakit pun dapat dicegah, seperti
diabetes, penyakit jantung koroner, wasir, dan kanker kolorektal.

Hindari makanan yang dapat menyebabkan kembung atau gas, termasuk brokoli, kacang
panggang, kubis, kembang kol, dan minuman berkarbonasi. Selain itu, sebaiknya juga minum
banyak air, karena dapat melumasi makanan di saluran pencernaan, membantu melarutkan
mineral, vitamin, dan nutrisi sehingga lebih mudah diserap, dan supaya tinja lebih lunak untuk
mencegah sembelit.

2. Kunyah Makanan dengan Baik

Mengunyah merupakan salah satu bagian yang paling penting dari pencernaan, tetapi mungkin
justru yang paling terlupakan. Mengunyah tidak hanya membantu memecah makanan, tetapi juga
merupakan tanda dari kelenjar ludah, lambung, dan usus kecil untuk mulai melepaskan enzim
pencernaan.

3. Jangan Terlalu Sering Menggunakan Antasida

Ketika gejala maag atau naiknya asam lambung muncul, mengonsumsi antasida mungkin
merupakan salah satu langkah yang akan segera diambil. Antasida adalah jenis obat yang
digunakan untuk menetralkan kadar asam di lambung.

Pada dosis tertentu, obat ini mungkin dapat mengatasi gejala gangguan pencernaan yang dialami.
Namun lain ceritanya jika obat ini digunakan terlalu sering. Jika terlalu sering digunakan,
antasida dapat menyebabkan perut kehilangan fungsi dan rentan terhadap infeksi bakteri.

4. Rutin Berolahraga dan Hindari Stres

Selain membantu mempertahankan gaya hidup sehat, olahraga juga dapat menyehatkan
pencernaan, lho. Aktivitas fisik benar-benar dapat membantu mengurangi masalah pencernaan.
Sementara stres di sisi lain dapat memiliki efek negatif pada pencernaan. Jadi, sebisa mungkin,
rutinlah berolahraga dan hindari stres.

3. Pentingnya Serat Bagi Kesehatan Tubuh

Makanan yang berserat sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh. Utamanya, makanan berserat
sangat diperlukan pada proses pencernaan untuk mempermudah kinerja saluran cerna. Secara
otomatis, saluran pencernaan yang sehat akan membantu daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Oleh sebab itu, mengonsumsi makanan berserat sangat dianjurkan.

Makanan yang berserat tersedia dalam dua bentuk yaitu serat larut (soluble fiber) dan serat tidak
larut (insoluble fiber). Serat larut bisa ditemukan pada buah, beras merah, serta jenis kacang-
kacangan. Serat larut membantu menurunkan kolesterol jahat. Serat tidak larut ditemukan
misalnya di gandum dan berguna untuk melancarkan pencernaan. Nah, kedua jenis serat tersebut
sama bermanfaatnya bagi tubuh. Berikut ini adalah penjelasan tentang pentingnya makanan yang
berserat dan porsinya yang harus tersedia dalam pola makan keseharian. Ibu, wajib simak ya!

Sehat untuk Pencernaan

Tidak bisa dipungkiri jika saluran pencernaan manusia membutuhkan banyak serat untuk bisa
bekerja lebih optimal. Serat dibutuhkan untuk memperlancar proses pencernaan. Hal ini
dikarenakan serat dapat meminimalkan tinja yang keras sehingga menjadi sempurna. Apalagi,
dilansir dari Livestrong, gerakan peristaltik pada usus juga bisa dikendalikan dengan solusi
makanan berserat. Gerakan peristaltik adalah gelombang kontraksi berturut-turut pada alat
pencernaan yang mendorong sisa makanan ke arah anus.

Biasanya, bagi mereka yang kurang asupan makanan yang berserat akan berakibat seringnya merasakan
sembelit. Selain itu, mengonsumsi serat dengan cukup akan membantu penyerapan kolesterol jahat
serta menyerap racun yang ada dalam makanan.

6. pernahkah Anda merasa mulas saat sedang bertugas untuk berbicara di hadapan umum? Well,
itulah salah satu contoh saat stres melanda kesehatan pencernaan Anda. Lebih lanjut jika hal
tersebut dibiarkan maka mampu menimbulkan serangkaian gangguan pencernaan lainnya.

Dilansir dari healthmeup.com, lambung dan usus Anda memiliki saraf yang langsung terhubung
ke otak Anda. Bahkan 95% serotonin tubuh atau hormon yang mengatur suasana hati ditemukan
di sistem pencernaan Anda. Oleh karena itu ketika Anda stres, maka terjadi gangguan di
pencernaan yang mampu menutup aliran darah ke sistem pencernaan, mengganggu kontraksi
organ pencernaan dan mengurangi sekresi enzim pencernaan.

Berikut adalah efek stres bagi kesehatan sistem pencernaan Anda.

 Stres dapat menyebabkan kerongkongan Anda mengalami ketegangan yang berakhir


dengan kejang.
 Stres akan meningkatkan produksi asam dalam perut Anda yang menyebabkan perut
Anda mulas.
 Stres akan mematikan kegiatan proses mencerna di perut yang membuat Anda mual.
 Stres mampu mempengaruhi usus yang membuat Anda mengalami sembelit atau diare.
 Stres dapat menyebabkan sistem pencernaan Anda sehingga membuat perut Anda lebih
rentan terhadap infeksi.
 Jika dibiarkan dalam jangka panjang, maka stres akan menyebabkan sindrom iritasi usus
besar.
 Stres akan mengganggu keseimbangan asam dan cairan dalam sistem pencernaan
sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan akut.

Gangguan pencernaan karena stres bisa Anda cegah dengan cara selalu mengonsumsi banyak
serat serta meditasi
9. Kinerja Pencernaan saat Puasa
Lalu, bagaimana kinerja pencernaan saat puasa? Tentunya saat Anda tengah puasa, beban kerja
dari sistem pencernaan akan berkurang dari biasanya. Saat puasa Ramadan, sistem pencernaan
akan bekerja seperti biasanya saat Anda makan sahur.

Selama 8 jam setelah makan sahur, sistem pencernaan akan mengubah makanan yang Anda
makan saat sahur menjadi glukosa untuk energi tubuh. Setelah itu, tubuh akan masuk ke dalam
mode puasa, di mana usus telah selesai menyerap nutrisi dari makanan terakhir tersebut. Pada
mode puasa ini, kadar gula darah Anda akan mulai menurun.

Jika dalam keadaan normal, glukosa tubuh Anda yang tersimpan di hati dan otot-otot (glycogen),
akan menggantikan peran glukosa yang datang dari makanan.

Glycogen inilah yang kemudian digunakan tubuh Anda untuk memberikan energi pada otak dan
bagian tubuh lainnya. Sementara itu, pada saat ini, karena tidak perlu mencerna apapun (8 jam
setelah sahur), sistem pencernaan Anda akan beristirahat dan melambatkan kinerjanya.

Saat puasa makanan berlanjut hingga sore hari, dan glycogen sudah habis digunakan oleh tubuh,
maka tubuh akan mencari sumber energi lain, yang datang dari lemak tubuh. Penggunaan lemak
sebagai sumber energi tubuh inilah yang akan mengurangi kadar lemak jahat dan kolesterol yang
ada di tubuh Anda, sekaligus menurunkan berat badan.

Energi yang berasal dari lemak bisa bertahan lebih dari 24 jam, dan jika Anda terus berpuasa
hingga berhari-hari (tanpa mengonsumsi makanan apapun), maka saat lemak tubuh habis, tubuh
akan beralih dengan mulai menggunakan protein tubuh sebagai sumber energi. Saat tubuh mulai
menggunakan simpanan protein, maka Anda akan memasuki mode kelaparan.

Meski begitu, tentu puasa Ramadan tidak akan membuat Anda mencapai mode kelaparan.
Pasalnya, Anda hanya puasa dari waktu subuh hingga senja, dan puasa yang yang dijalani
diakhiri setiap harinya.

Karenanya, energi yang dibutuhkan dan digunakan oleh tubuh bisa diganti dengan glukosa dari
makanan sahur dan makanan berbuka.

Cara Tepat Berbuka Puasa


Saat berbuka, sistem pencernaan yang kinerjanya melambat selama hampir seharian, akan
kembali aktif untuk mencerna makanan. Meski begitu, pencernaan Anda tidak bisa mendadak
sanggup mengolah dan mencerna makanan berat dalam jumlah besar.

Sistem pencernaan Anda butuh waktu, dan karenanya Anda tidak dianjurkan untuk langsung
makan berat. Mulailah berbuka dengan kurma, buah-buahan, atau makanan ringan lainnya, dan
tunggulah 1 – 2 jam untuk mulai mengonsumsi makanan berat.
10. Penyebab Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Dalam kondisi ini,
bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak,
hingga bernanah. Banyak faktor yang diduga membuat seseorang mengalami radang usus buntu,
di antaranya:

 Hambatan pada pintu rongga usus buntu


 Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran
pencernaan atau di bagian tubuh lainnya
 Tinja atau pertumbuhan parasit yang menyumbat rongga usus buntu
 Cedera pada perut.
 Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.

Kendati demikian, penyebab penyakit usus buntu tetap belum dapat dipastikan.

Penyebab Penyakit Radang Usus Buntu

Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara
pasti.

Di antaranya adalah faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh
timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.

Di antara beberapa faktor diatas, yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai
penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan
atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak.

Perlu diketahui bahwa dalam tinja manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri
Escherichia Coli, di mana hal inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada
peradangan usus buntu.

Selain itu, konsumsi cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya yang tak tercerna
dalam tinja dapat menyelinap kesaluran apendiks sebagai benda asin. Begitu pula terjadinya
pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada bagiannya yang terselip
masuk kesaluran apendiks yang pada akhirnya menjadi tempat bakteri bersarang dan
berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu.

Anda mungkin juga menyukai