Anda di halaman 1dari 16

STUDI KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO DARI

MATERIAL PISTON ALUMINIUM-SILICON ALLOY

Wili jamaludin
Jurusan Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl.Jenderal Sudirman Km.3 Cilegon, Banten 42435.
Email :wilijamaludin94@gmail.com.

Abstrak

Pemakaian aluminium khusus pada industri otomotif yang terus meningkat sejak tahun
1980,khususnya paduan aluminium yang digunakan untuk pembuatan piston, blok mesin, kepala
silinder dan katup. Dalam penelitian ini menggunakan limbah sepatu rem tromol yang di daur ulang
(remelting) menjadi piston Honda Vario 110 0C dengan penambahan ADC 12 dilebur dengan proses
penuangan gravitasi pada suhu penuangan 700 0C. Untuk meningkatkan sifat mekanis tsb, dalam
penelitian ini digunakan metode aging heat treatment. Variasi waktu penahanan yang digunakan
adalah 2 Jam, 4 Jam dan 5 Jam dengan temperature 155 0C, kegiatan penelitian meliputi uji kekerasan,
uji Tarik, Uji keausan, uji X-ray Diffraction (XRD) dan Struktur mikro. Dari material Piston Honda
Vario buatan Honda memiliki kekerasan sebesar 114,36 HB, kekuataan Tarik 190 N/mm2 ,faktor
keausan 2.7005 x 10-5 cm3 /N.m Hasil proses perlakuan panas dan artificial aging pada material piston
Honda Vario berbahan baku 60% skrap sepatu rem + 40% ADC12 meningkat sehingga memiliki sifat
mekanik lebih tinggi. hasil uji kekerasan, Kuat Tarik, dan faktor keausan. Waktu aging 4 jam memiliki
nilai kekerasan tertinggi 119,320 HB, kuat Tarik 191,6 N/mm2 ,dan Faktor keausan 2,6973 x 10-5 cm3
/N.m. Pada pengujian X-ray Diffraction terdapat senyawa Mg2Si pada hasil pengecoran berbahan baku
60% skrap sepatu rem + 40% ADC12 . Dan pada pengujian metalografi terdapat perubahan bentuk
ukuran butir struktur mikro yang terbentuk, yaitu pada waktu aging 2 jam 5,3323 µm, aging 4 jam
3,1288 µm, aging 5 jam 7,6829 µm.

Kata Kunci : Artificial Aging, Holding time, Sifat Mekanik, Struktur Mikro.

Pendahuluan kendaraan bermotor di Indonesia.


Banyak komponen otomotif yang
Pemakaian aluminium khusus pada
terbuat dari paduan aluminium,
industri otomotif yang terus meningkat
diantaranya adalah piston, blok mesin,
sejak tahun 1980 (Budinski, 2001),dan
cylinder head, valve dan lain
seiring meningkatnya jumlah

1
sebagainya. Aluminium memiliki maka perlu dilakukan studi lebih lanjut
beberapa kelebihan dari pada logam tentang daur ulang limbah Sepatu rem

lainnya. Penggunaan paduan menjadi material piston baru.

aluminium untuk komponen otomotif


Agar piston hasil daur ulang bisa
dituntut memiliki kekuatan yang baik. digunakan dengan baik dan aman, maka
Agar aluminium mempunyai kekuatan
perlu dilakukan treatment (perlakuan)
yang baik biasanya logam aluminium untuk memperbaiki sifat aluminium piston
dipadukan dengan unsur-unsur seperti:
hasil pengecoran ulang. Karena biasanya
Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni dan sifat dan kualitas piston hasil pengecoran
sebagainya. Mengolah bijih aluminium
ulang tidak bisa sama dengan piston dari
menjadi logam aluminium (Al) bahan baku baru yaitu Al-Si. Pada
memerlukan energi yang besar dan penelitian ini, fokus masalah yang ingin
biaya yang mahal untuk mendapatkan dipelajari adalah perlakuan panas (heat
logam aluminium masalah yang utama treatment) pada paduan aluminium sebagai
sebetulnya pada keterbatasan bijih upaya meningkatkan sifat-sifat mekanis
aluminium di alam, karena bijih piston berbasis material 60% sekrap sepatu
aluminium merupakan sumber daya rem.
alam yang tidak dapat diperbaharui.
Tinjauan Pustaka
Tuntutan akan kebutuhan paduan Aluminium
aluminium yang terus meningkat dan Aluminium merupakan logam non ferro
keterbatasan biji aluminium yang ada, yang memiliki sifat ringan dan tahan karat.
merupakan masalah yang harus dicari Aluminium dipakai sebagai paduan
solusinya. Karena masalah ketersediaan berbagai logam murni, sebab tidak
bahan baku biji aluminium ini akan kehilangan sifat ringan dan sifat–sifat
menyababkan terganggunya proses
mekanisnya dan mampu cornya diperbaiki
produksi pada industri-industri
dengan menambah unsur–unsur lain.
pengguna logam aluminium, termasuk
Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga,
industri pembuatan piston. Untuk
silikon, magnesium, mangan, nikel, dan
mengatasi masalah keterbatasan bahan
sebagainya yang dapat merubah sifat
baku piston tersebut salah satu usaha
paduan aluminium (Surdia, 1991)
yang dimungkinkan adalah dengan
melakukan daur ulang limbah piston Perlakuan panas (heat treatment)

bekas. Agar piston hasil daur ulang bisa Perlakuan panas atau heat treatment
digunakan dengan baik, aman dan handal, adalah salah satu proses untuk mengubah

2
struktur logam dengan jalan memanaskan kepentingan dan dalam keadaan sesuai
specimen pada electric furnace (tungku) dengan fungsinya. Tetapi terkadang sifat-
pada temperatur rekristalisasi selama sifat bahan logam ternyata kurang
periode tertentu kemudian didinginkan memenuhi persyaratan sesuai dengan
pada media pendingin seperti udara, air, air fungsi dan kegunaannya. Sehingga
garam, oli dan solar yang masing-masing diperlukan suatu usaha untuk dapat
mempunyai kerapatan pendinginan yang meningkatkan atau memperbaiki sifat-sifat
berbeda-beda. Sifat-sifat logam terutama logam. Sifat-sifat logam tersebut dapat
sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh ditingkatkan dengan salah satunya adalah
struktur mikro logam disamping komposisi perlakuan panas.
kimianya, contoh suatu logam atau paduan
Perlakuan panas adalah proses
akan mempunyai sifat mekanis yang
untuk memperbaiki sifat dari logam dengan
berbeda-beda struktur mikronya diubah.
jalan memanaskan coran sampai temperatur
Dengan adanya pemanasan atau
yang cocok, kemudian dibiarkan beberapa
pendinginan dengan kecepatan tertentu
waktu pada temperatur itu, kemudian
maka bahan-bahan logam dan paduan
didinginkan ke temperatur yang lebih
memperlihatkan perubahan strukturnya
rendah dengan kecepatan yang sesuai.
Perlakuan panas merupakan proses Tata Surdia dan Kenji Chijiwa (1991).
kombinasi antara proses pemanasan atau Salah satu cara perlakuan panas pada logam
pendinginan dari suatu logam atau paduan aluminium adalah dengan
paduannya dalam keadaan padat untuk penuaan keras ( age hardening ).
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk
Melalui penuaan keras ( age
mendapatkan hal ini maka kecepatan
hardening ), logam paduan aluminium akan
pendinginan dan batas temperatur sangat
memperoleh kekuatan dan kekerasan yang
menentukan sehingga penentuan bahan
lebih baik. Dahulu orang menyebut
logam yang tepat pada hakekatnya
penuaan keras (age hardening ) dengan
merupakan kesepakatan antara berbagai
sebutan pemuliaan atau penemperan
sifat, lingkungan dan cara penggunaan
keras. Penamaan tersebut kemudian
hingga sampai dimana sifat bahan logam
dibakukan menjadi penuaan keras (age
tersebut dapat memenuhi persyaratan yang
hardening ) karena penemperan keras pada
telah ditentukan. Sifat –sifat bahan logam
logam paduan aluminium berbeda dengan
perlu dikenal secara baik karena bahan
penemperan keras yang berlangsung pada
logam tersebut dipakai pada berbagai
penemperan keras baja.

3
Paduan aluminium yang dapat pemanasan ditahan beberapa saat agar
dituakeraskan atau di age hardening didapat larutan padat yang mendekati
dibedakan atas paduan aluminium yang homogen.
dapat dituakeraskan dalam keadaan dingin
dan paduan aluminium yang dapat
dituakeraskan dalam keadaan panas.
Penuaan keras ( age hardening )
berlangsung dalam tiga tahap yaitu:

Tahap perlakuan panas pelarutan


(Solution heat treatment)
Gambar 1. Diagram fase pemanasan
Tahap pertama dalam proses age
logam paduan
hardening yaitu solution heat treatment
atau perlakuan panas pelarutan. Solution Quenching
heat treatment yaitu penasan logam Quenching merupakan tahap yang
aluminium dalam dapur pemanas paling kritis dalm proses perlakuan
dengan temperatur 550 0 C -560 0 C dan panas. Quenching dilakukan dengan cara
dilakukan penahanan atau holding sesuai mendinginkan logam yang telah
dengan jenis dan ukuran benda kerja ( dipanaskan dalam dapur pemanas kedalam
Schonmetz, 1990). pada tahap solution heat media pendingin. Dalam proses age
treatment terjadi pelarutan fasa-fasa yang hardening logam yang diquenching adalah
ada, menjadi larutan padat. Tujuan dari logam paduan aluminium yang telah
solution heat treatment itu sendiri yaitu dipanaskan dalam dapur pemanas kedalam
untuk mendapatkan larutan padat yang media pendingin air. Dipilihnya air sebagai
mendekati homogen. media pendingin pada proses quenching
karena air merupakan media pendingin
Proses solution heat treatment dapat
yang cocok untuk logam-logam yang
dijelaskan dalam gambar 1 dimana logam
memiliki tingkat kekerasan atau
paduan alumunium pertama kali
hardenabiliti yang relatif rendah seperti
dipanaskan dalam dapur pemanas hingga
logam paduan aluminium.
mencapai temperatur T1. Pada temperatur
T1 fase logam paduan alumunium akan Pendingin dilakukan secara cepat,
berupa kristal campuran  dalam larutan dari temperatur pemanas ( 505 0C) ke
padat. Pada temperatur T1 tersebut temperatur yang lebih rendah, pada

4
umumnya mendekati temperatur ruang. alami ( natural aging ) dan penuaan
Tujuan dilakukan quenching adalah agar buatan (artificial aging ).
larutan padat homogen yang terbentuk pada
Penuaan alami ( natural aging )
solution heat treatment dan kekosongan
adalah penuaan untuk paduan aluminium
atom dalam keseimbangan termal pada yang di age hardening dalam keadaan
temperatur tinggi tetap pada tempatnya. dingin. Natural aging berlangsung pada
Pada tahap quenching akan menghasilkan temperatur ruang antara 15oC - 25oC dan
larutan padat lewat jenuh (Super Saturated dengan waktu penahanan 5 sampai 8 hari.
Solid Solution) yang merupakan fasa tidak Penuaan buatan ( artifical aging ) adalah
stabil pada temperatur biasa atau penuaan untuk paduan aluminium yang di
temperatur ruang. Pada proses quenching age hardening dalam keadaan panas.
tidak hanya menyebabkan atom terlarut Artifical aging berlangsung pada
tetap ada dalam larutan, namun juga temperatur antara 100oC -200oC dan
menyebabkan jumlah kekosongan atom dengan lamanya waktu penahanan antara
tetap besar. Adanya kekosongan atom 1 sampai 24 jam. ( Schonmetz, 1990).
dalam jumlah besar dapat membantu
Pada tahap artificial aging dalam
proses difusi atom pada temperatur ruang
proses age hardening dapat dilakukan
untuk membentuk zona Guinier - Preston beberapa variasi perlakuan yang dapat
(Zona GP). Zona Guinier - Preston ( Zona mempengaruhi hasil dari proses age
GP) adalah kondisi didalam paduan dimana hardening. Salah satu variasi tersebut
terdapat agregasi atom padat atau adalah variasi temperatur artificial aging.
pengelompokan atom padat. (Tata Surdia Temperatur artificial aging dapat
dan Shinroku Saito, 1992). ditetapkan pada temperatur saat
pengkristalan paduan alumunium
Tahap Penuaan (Aging)
(1500 C), di bawah temperatur
Setelah solution heat treatment dan
pengkristalan atau di atas temperatur
quenching tahap selanjutnya dalam
pengkristalan logam paduan
proses age hardening adalah aging atau
alumunium.(Schonmetz,1990). Penuaan
penuaan. Perubahan sifat-sifat dengan
buatan (artificial aging) berlangsung pada
berjalanya waktu pada umumnya
suhu antara 1000C - 2000 C.
dinamakan aging atau penuaan. Aging
atau penuaan pada paduan aluminium Pengambilan temperatur artificial
dibedakan menjadi dua, yaitu penuaan aging pada temperatur antara 1000C -

5
2000C akan berpengaruh pada tingkat b. Zona [GP 1]

kekerasan sebab pada proses artificial Zona [GP 1] adalah zona presipitasi

aging akan terjadi perubahan-perubahan yang terbentuk oleh temperatur penuaan

fasa atau struktur. Perubahan fasa tersebut atau aging yang rendah dan dibentuk oleh

akan memberikan sumbangan terhadap segregasi atom Cu dalam larutan padat

pengerasan. Urut-urutan perubahan fasa lewat jenuh atau super saturated solid

dalam proses artificial aging adalah solution α.( Smith, 1995)

sebagai berikut: Zona [GP 1] akan muncul pada tahap


mula atau awal dari proses artificial aging.
Zona ini terbentuk ketika temperatur

artificial aging dibawah 1000C atau mulai

temperatur ruang hingga temperatur 1000C


dan Zona [GP 1] tidak akan terbentuk pada
temperatur artificial aging yang terlalu
tinggi. Terbentuknya Zona

[GP 1] akan mulai dapat


meningkatkan kekerasan logam paduan
alumunium ( Smith, 1995). Jika artificial

aging ditetapkan pada temperatur 1000C,


a. Larutan Padat Lewat
Jenuh (Super Saturated maka tahap perubahan fasa hanya sampai
Solid Solution α) terbentuknya zona [GP 1] saja. Proses
Setelah paduan alumunium melawati pengerasan dari larutan padat lewat jenuh
tahap solution heat treatmen dan sampai terbentuknya zona [GP 1] biasa
disebut dengan pengerasan tahap pertama
quenching maka akan didapatkan larutan
padat lewat jenuh pada temperatur kamar. c. Zona [GP 2] atau Fasa ”
Pada kondisi ini secara simultan Setelah temperatur artificial aging
kekosongan atom dalam keseimbangan
melewati 1000C ke atas, maka akan mulai
termal pada temperatur tinggi tetap pada
muncul fasa  ” atau zona [GP 2]. Pada
tempatnya. Setelah pendinginan atau
temperatur 130 0C akan terbentuk zona
quenching, maka logam paduan
[GP2] dan apabila waktu penahanan
alumunium menjadi lunak jika
artificial agingnya terpenuhi maka akan
dibandingkan dengan kondisi awalnya.
didapatkan tingkat kekerasan yang optimal

6
(Smith, 1995).Biasanya proses artificial antara atau fasa θ’. Terbentuknya fasa θ’ ini
aging berhenti ketika sampai terbentuknya masih dapat memberikan sumbangan
zona [GP 2] dan terbentuknya fasa antara terhadap peningkatan kekerasan pada
yang halus (presipitasi ”), karena setelah paduan alumunium. Peningkatan kekerasan
melewati zona [GP 2] maka yang terjadi pada fasa θ’ ini berjalan sangat

paduan akan kembali menjadi lunak lambat

kembali. Jika proses artificial aging e. Fasa θ


berlangsung sampai terbentuknya fasa ”
Apabila temperatur dinaikan atau
atau zona [GP 2], maka disebut dengan
waktu penuaan diperpanjang, maka fasa
pengerasan tahap kedua. Gambar 2.6.
berubah menjadi fasa θ . Jika fasa θ
menunjukkan terbentuknya kembali fasa
terbentuk maka akan menyebabkan paduan
keseimbangan pada proses aging
aluminium-tembaga (Al-Cu) sehingga aluminium kembali menjadi lunak.

paduan akan kembali ke fasa awal yaitu : Sementara waktu penahanan dalam
artificial aging merupakan salah satu
komponen yang dapat mempengaruhi hasil
dari proses age hardening secara
keseluruhan. Seperti halnya temperatur,
waktu penahanan pada tahap artificial
aging akan mempengaruhi perubahan
struktur atau perubahan fasa paduan
alumunium. Sehingga pemilihan waktu
penahan artificial aging harus dilakukan
Gambar 2 (a)supersaturated solute
solution, (b) fasa θ’’ mulai terbentuk dengan hati-hati.

precipitate (Al-Cu), (c) fasa kesetibangan Hubungan antara waktu (aging)


θ Al-Cu. dengan kekerasan paduan aluminium

d.Fasa θ’ diawali oleh proses perubahan fasa yang


terbentuk pada proses precipitation
Kalau paduan alumunium dinaikan
hardening dimana fasa berawal dari
temperatur aging atau waktu aging
supersaturated solute solution, setelah
diperpanjang tetapi temperaturnya tetap,
proses quenching. Kemudian paduan akan
maka akan terbentuk presipitasi dengan
mengalami penuaan atau munculnya
struktur kristal yang teratur yang berbeda
presipitat baru seiring bertambahnya
dengan fasa θ. Fasa ini dinamakan fasa

7
waktu, Hubungan antara waktu (aging) ini terbentuk maka akan menyebabkan
dengan kekerasan dapat dilihat pada paduan alumunium menjadi lunak kembali
gambar 2.7 dan berkurang kekerasannya (Smith,1995) .

Metode Penelitian
Proses preparasi paduan 60 %skrap dan
40% ADC12 diawali dengan proses
convensional melting dengan temperatur
720 0C dan waktu holding 1 jam. Dalam
proses penuangan menggunakan metode
Gambar 3. Hubungan Antara Lamanya
Waktu (aging) Dengan Kekuatan dan gravity casting . proses selanjutnya adalah
Kekerasan Paduan Aluminium (Smith, memberikan perlakuan panas dengan
1995).
solution treatment menggunakan
Dalam kurva penuaan tersebut,
temperatur 5050C dengan waktu holding 6
pada awal-awal tahap artificial aging
jam. Setelah itu dilakukan proses quench
struktur atau fasanya masih berupa larutan
menggunakan air. Pada proses aging
padat lewat jenuh (Super Saturated Solid
dilakukan pada temperatur 1550 C dengan
Solution). Seiring dengan penambahan
waktu holding 2 jam , 4 jam , 5 jam di
waktu penuaan atau ketika penuaan sampai
lakukan dalam furnace, proses pendinginan
di daerah under aged, maka mulai terbentuk
dilakukan di luar furnace. Selanjutnya
zona presipitat zona [GP 1] dan paduan
dilakukan pengujian kekerasan, Tarik,
aluminium menjadi agak kuat dan keras.
Keausan, XRD (X-ray Diffraction), dan
Ketika waktu aging ditambah lagi maka
pengamatan metalografi.
akan masuk dalam daerah peak aged. Pada
daerah peak aged presipitat mengumpul
Hasil dan Pembahasan
atau mulai terbentuk zona [GP 2] dan fasa
1. Hasil Uji Kekerasan
antara yang halus (fasa θ’). Jika fasa-fasa
tersebut mulai terbentuk maka akan
didapatkan tingkat kekerasan dan kekuatan
logam paduan alumunium yang optimal.
Apabila setelah mencapai peak aged
(puncak penuaan) waktu artificial aging
masih ditambah lagi maka akan masuk
Gambar 4 Grafik Hasil Uji Kekerasan
dalam daerah over age. Pada daerah over
aged ini akan didapatkan fasa θ, jika fasa θ

8
Dari Grafik diatas, diketahui bahwa untuk nilai kekerasan rata-rata terendah
nilai kekerasan dari material hasil pada waktu aging 5 jam, yaitu 166,1
pengecoran mengalami peningkatan setelah N/mm2. Dengan nilai kuat tarik awal
melalui proses Aging . Dan cenderung sebesar 137,9 N/mm2
menurun setelah waktu aging 4 jam.
3. Hasil Uji Keausan
Kekerasan piston asli sebesar 114,368 HB
dan nilai kekerasan rata-rata tertinggi
terjadi pada waktu aging 2 jam 4 jam
sebesar 117,014 HB dan 191,32 HB.
Sedangkan untuk nilai kekerasan rata-rata
terendah pada waktu aging 5 jam, yaitu
110,706 HB. Dengan nilai kekerasan awal
sebesar 92,822 HB.

2. Hasil Uji Tarik


3.

Gambar 6 Grafik Faktor Keausan


Dari Grafik diatas, diketahui bahwa nilai
Faktor keausan dari material hasil
pengecoran dan aging memiliki nilai faktor
keausan yang rendah . Dan cenderung
meningkat setelah waktu aging 4 jam.
Faktor keausan piston asli sebesar 2.7005 x
10-5 cm3/N.m dan nilai faktor keausan rata-
Gambar 5 Grafik Hasil Uji Tarik rata terendah terjadi pada waktu aging 2
Dari Grafik diatas, diketahui bahwa jam 2.7024 x 10-5 cm3/N.m 4 jam sebesar
nilai Kuat Tarik (σu) dari material hasil 2.6973 x 10-5 cm3/N.m .Sedangkan untuk
pengecoran mengalami peningkatan setelah nilai faktor keausan rata-rata tertinggi pada
melalui proses Aging . Dan cenderung waktu aging 5 jam, yaitu 2.7058 x 10-5
menurun setelah waktu aging 4 jam. Kuat cm3/N.m. Dengan nilai faktor keausan awal
Tarik piston asli sebesar 190 N/mm2 dan sebesar 2.8302 x 10-5 cm3/N.m.
nilai Kuat tarik rata-rata tertinggi terjadi
pada waktu aging 2 jam 4 jam sebesar 187,7
N/mm2 dan 191,6 N/mm2. Sedangkan
9
4. Hasil Uji XRD (X-ray Diffraction) 60% dan 40% ADC 12 setelah proses
Perlakuan Panas terlihat pada gambar 6

Gambar 7 Grafik Hasil Uji XRD Piston


Asli

Gambar 9 Struktur Mikro Piston Asli

Hasil pengamatan struktur mikro material


Piston Asli terdapat fasa Al-Mg2Si dimana
fasa Al (berwarna terang) dan fasa Mg2Si
(berwarna kelabu kehitam-hitaman) dengan
adanya fasa ini akan meningkatkan
kekuatan dan kekerasan aluminium paduan.
Gambar 8 Grafik Uji XRD Hasil Pada struktur mikro material piston asli
Pengecoran terlihat lebih kecil dengan ukuran butir
yaitu 3,7263 µm.
Dari gambar 7 dan 8 menunjukan Dendrit
fasa yang sama antara piston asli buatan
pabrik dan hasil pengecoran
Mg2Si
material Sekrap + ADC12 yaitu
terdapat Al-Mg2Si.

5. Hasil Pengamatan Struktur mikro

Hasil pengamatan struktur mikro dengan


pembesaran 200x terhadap material piston Gambar 10 Struktur mikro Non Treatment
dengan menggunakan skrap sepatu rem

10
Hasil pengamatan struktur mikro material
hasil pengecoran skrap sepatu rem dan
ADC12 terdapat fasa Al-Mg2Si dimana
fasa Al (berwarna terang) dan fasa Mg2Si
(berwarna kelabu kehitam-hitaman) dengan
adanya fasa ini akan meningkatkan
Mg2Si
kekuatan dan kekerasan aluminium paduan.
Gambar 12 Struktur mikro Aging 4 jam
Pada hasil pengecoran ini terdapat struktur
mikro yang terlihat lebih besar dengan Hasil pengamatan struktur mikro material

ukuran butir yaitu 6,3819 µm. hasil Aging 4 jam terdapat fasa Al-Mg2Si
dimana fasa Al (berwarna terang) dan fasa
Mg2Si (berwarna kelabu kehitam-hitaman)
dengan adanya fasa ini akan meningkatkan
kekuatan dan kekerasan aluminium paduan.
Mg2Si
Pada hasil aging 4 jam struktur mikro yang
terlihat lebih kecil dengan ukuran butir
yaitu 3,1288 µm.
Mg2Si

Gambar 11 Struktur mikro Aging 2 jam.


Mg2Si
Hasil pengamatan struktur mikro material
hasil Aging 2 jam terdapat fasa Al-Mg2Si
dimana fasa Al (berwarna terang) dan fasa
Mg2Si (berwarna kelabu kehitam-hitaman)
dengan adanya fasa ini akan meningkatkan
kekuatan dan kekerasan aluminium paduan. Gambar 13 Struktur mikro Aging 5 jam
Pada hasil aging 2 jam struktur mikro yang Hasil pengamatan struktur mikro material
terlihat lebih besar dengan ukuran butir hasil Aging 5 jam terdapat fasa Al-Mg2Si
yaitu 5,3323 µm. dimana fasa Al (berwarna terang) dan fasa
Mg2Si (berwarna kelabu kehitam-hitaman)
dengan adanya fasa ini akan meningkatkan
kekuatan dan kekerasan aluminium paduan.
Pada hasil aging 5 jam struktur mikro yang

11
terlihat lebih sedikit dan besar dengan bertambahnya waktu aging. Untuk
ukuran butir yaitu 7,6829 µm. presipitat yang bertambah besar dan jumlah
yang juga bertambah banyak menyebabkan
6. Pembahasan
jarak antar partikel presipitat semakin rapat.
6.1 Hubungan antara kekerasan dengan Presipitat yang rapat inilah yang bertindak
kuat karik. sebagai penghalang yang menyebabkan
pergeseran dislokasi semakin sulit ketika
terjadi deformasi pada paduan.Smith,
(1993:464-466). Akibatnya didapatkan
kekerasan dan Kuat Tarik paduan Al Mg2Si
yang meningkat seiring dengan
peningkatan waktu penahanan.
Peningkatan kekerasan dan kuat Tarik
seiring dengan peningkatan waktu aging
juga akan menemui titik puncak dan setelah
titik puncak dilewati kekerasan dan Kuat
Gambar 14 Grafik Hubungan antara Tarik cenderung akan menurun.
kekerasan dengan kuat tarik
6.2 Hubungan Kekerasan dengan Faktor
Dari gambar grafik 14 diketahui Keausan terhadap waktu aging
bahwa semakin tinggi nilai kekerasan maka
semakin tinggi pula nilai kuat tariknya.
Material hasil pengecoran mengalami
peningkatan setelah melalui proses Aging,
dan cenderung menurun setelah waktu
aging 4 jam. Dapat diketahui bahwa seiring
dengan penambahan waktu aging
kekerasan dan Kuat Tarik yang dihasilkan
cenderung meningkat. Dimana kekerasan
tertinggi dihasilkan pada waktu aging 4
jam. Hal ini dikarenakan pada waktu
permulaan aging, Zona GP yang terbentuk
Gambar 15 Grafik Hubungan antara faktor
terus berkembang baik dari segi ukuran,
keausan dengan faktor keausan.
maupun jumlah seiring dengan

12
Dari gambar grafik 15 diketahui Hubungan antara ukuran butir dengan
bahwa tinggkat kekerasan semakin tinggi kekerasan.
maka Faktor Keausan semakin rendah.
Material hasil pengecoran mengalami
penurunan setelah melalui proses Aging,
dan cenderung meningkat setelah waktu
aging 4 jam. Dapat diketahui bahwa seiring
dengan penambahan waktu aging Faktor
keausan yang dihasilkan cenderung
menurun. Dimana faktor keausan terendah
dihasilkan pada waktu 4 jam. Hal ini
dikarenakan pada waktu permulaan aging,
Zona GP yang terbentuk terus berkembang Gambar 16 Grafik hubungan antara ukuran
baik dari segi ukuran, maupun jumlah butir dengan kekerasan
seiring dengan bertambahnya waktu aging.
Dari gambar 16 dapat diketahui
Untuk presipitat yang bertambah besar dan
bahwa semakin tinggi tinggkat kekerasan
jumlah yang juga bertambah banyak
maka semakin kecil ukuran butir. Artificial
menyebabkan jarak antar partikel presipitat
Aging menyebabkan perubahan bentuk
semakin rapat. Presipitat yang rapat inilah
struktur mikro paduan Al-Mg2Si. Hal ini
yang bertindak sebagai penghalang yang
terlihat baik pada waktu aging 2 jam,4
menyebabkan pergeseran dislokasi
jam,dan 5 jam dimana terdapat perbedaan
semakin sulit ketika terjadi deformasi pada
bentuk struktur mikro sebelum dan sesudah
paduan.Smith, (1993:464-466). Akibatnya
Aging. Perubahan yang terjadi akibat proses
didapatkan faktor keausan paduan Al
Artificial Aging dimungkin kan karena
Mg2Si yang menurun dengan peningkatan
pemanasan yang diberikan memberi
waktu penahanan. Penurunan faktor
peluang atom untuk bergerak dan menata
keausan seiring dengan peningkatan waktu
letaknya, sehingga bentuk struktur atom
aging juga akan menemui titik puncak dan
setelah proses pelakuan panas menjadi
setelah titik puncak dilewati faktor keausan
lebih tertata ,seiring dengan penambahan
cenderung akan meningkat.
waktu aging bentuk butir menjadi tertata
dan kelihatan lebih rapat, dengan ukuran
butir sebagai berikut Non Treatment 6.3819
um., Aging 2 jam 5.3323 um.,Aging 4 jam

13
3.1288 um., aging 5 jam 7.6829 um. Dapat 1. Proses Artificial Aging dapat
diketahui diketahui bahwa seiring dengan menghasilkan sifat mekanik lebih dari
penambahan waktu aging ukuran butir piston asli.pada temperatur aging 155
o
yang dihasilkan cenderung kecil. Dimana C dengan waktu aging aging 4 jam,
ukuran butir terkecil dihasilkan pada sebesar 119.32 HB., Kuat Tarik (σu.)
waktu aging 4 jam. Hal ini dikarenakan sebesar 191,6 N/mm2 ., dan Faktor
pada waktu permulaan aging, Zona GP keausan 2,6973 x10-5 cm3 /N.m, Serta
yang terbentuk terus berkembang baik dari kekerasasn piston asli yaitu 114.36
segi ukuran, maupun jumlah seiring dengan HB., Kuat Tarik (σu.) sebesar 190
bertambahnya waktu aging. Untuk N/mm2, dan faktor keausan 2.7005
presipitat yang bertambah besar dan jumlah x10-5 cm3 /N.m .dimana hasil pengujian
yang juga bertambah banyak menyebabkan ini tidak bisa dibandingkan antara
jarak antar partikel presipitat semakin rapat. piston asli dengan hasil pengecoran
Presipitat yang rapat inilah yang bertindak dikarenakan dimensi yang tidak sesuai
sebagai penghalang yang menyebabkan standar uji.
pergeseran dislokasi semakin sulit ketika 2. Pada waktu aging 4 jam sifat mekanis
terjadi deformasi pada paduan. Smith, menunjukkan kecenderungan yang
(1993:464-466). Akibatnya didapatkan meningkat. Tetapi setelah waktu aging
ukuran butir paduan Al Mg2Si yang kecil 4 jam grafik menunjukkan
seiring dengan peningkatan waktu kecenderungan menurun. Sehingga
penahanan. Peningkatan ukuran butir kekerasan yang optimal didapatkan
seiring dengan peningkatan waktu aging pada waktu aging 4 jam.
juga akan menemui titik puncak dan setelah 3. Proses artificial aging meneyebabkan
titik puncak dilewati ukuran butir perubahan bentuk struktur paduan Al-
cenderung akan membesar. Mg2Si baik pada waktu aging 2 jam, 4
jam, dan 5 jam., dimana ukuran butir
.
semakin kecil maka semakin tinggi
Kesimpulan pula tingkat kekerasan dan kuat

Berdasarkan hasil pengujian yang tariknya serta rendahnya nilai faktor

sudah dilakukan pada aluminium alloy keausan dan begitu pula sebaliknya.

hasil proses pengecoran dan dilanjutkan Didapatkan ukuran butir rata-rata yang

dengan proses Artificial Aging dapat terdapat pada waktu aging 2 jam
diambil kesimpulan sebagai berikut: 5,3323 µm, waktu aging 4 jam 3,1288
µm, waktu aging, 5 jam 7,6829 µm,
14
Non treatment 6,3819 µm, piston asli ASM Handbook, vol 08, Mechanical
3,7263 µm Testing and Evaluation

5.2 Saran ASM Handbook, vol 09,Metallography


and Microstructur 2004
1. Pengecoran piston pada penelitian ini
menggunakan metode penuangan ASM Handbook, vol 15 Casting
gravitasi, sehingga masih banyak
Bondan T.Sofyan, 2010, Pengantar
diperlukan penelitian-peneltian Material Teknik, Salemba Teknika,
lanjutan untuk mendalami proses Jagakarsa,Jakarta.

pengecoran sentrifugal, cetak tekan, William D. Callister,Jr., 1990., Materials


Science And Engineering An
die casting yang dapat meningkatkan
Introduction., second edition., New York.
sifat mekaniknya.
Smith, F. William. 1995. Material Science
and engineering. (second edition).
2. Pada material sekrap sepatu rem
NewYork: Mc Graw- Hill inc.
banyak impruti karena banyak factor
Budinski., 2001,” Engineering Materials
kebersihan sehingga mempengaruhi Properties and Selection,” PHI New
sifat mekanisya. Maka penelitian Delhi, pp. 517–536.

selanjutnya pada material sekrap Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992.
Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi
sepatu rem yang sama perlu dilakukan
kedua).Jakarta: Pradnya Paramita.
pembersihan yang baik.
Surdia, T. dan Cijiiwa K, 1991, Teknik
3. Efektifitas penggunaan sekrap sepatu Pengecoran Logam, PT Pradnya
Paramita, Jakarta
rem dinilai efektif dan ekonomis dalam
Surdia, T. dan Shinroku, 1982,
penelitian ini adalah pada paduan 60%
Pengetahuan Bahan Teknik, PT
sekrap sepatu rem + ADC12. Maka Pradnya Paramita, Jakarta
penelitian selanjutnya untuk pelakukan Anne Zulfa dkk.,2010.,“Proses Penuaan
proses perlakuan panas pada komposisi (Aging) pada Paduan Aluminium AA 333
paduan 60% ADC12+ 40% sekrap Hasil Proses Sand Casting” Universitas
sepatu rem. Indonesia, Jakarta.

Daftar Pustaka Darmanto dkk, 2014.,“Analisis Keausan


ASM Handbook, Vol.2, Properties and Aluminium Menggunakan Tribotester Pin-
selection Nonferrous Alloys and Special On-Disc Dengan Variasi Kondisi
Purpose Mat. Pelumas”. Universitas Wahid Hasyim.
Semarang.
ASM Handbook, Vol 04, Heat treating

15
Fuad Abdillah.,2010., Perlakuan Panas Sumpena,2017.,“Pengaruh Paduan Serbuk
Paduan Al-Si pada prototype piston Fe 12% Pada Aluminium Terhadap
berbasis material piston bekas., Universitas Porositas Dan Struktur Mikro Dengan
Diponegoro., Semarang. Metode Grafity Casting.”Universitas 45
Yogyakarta.,Yogyakarta
Nurhadi., 2010., “Studi karakteristik
material piston dan pengembangan Suyanto dkk.2016, ADC3 Yang Dibuat
prototype piston berbasis limbah piston Dengan Peleburan Ulang Aluminium
Sebagai Bahan Propeler Kapal Kayu,
bekas” Universitas Diponegoro., Akademi Teknik Perkapalan Veteran.
Semarang. Widi Aprianto., Arie Triyadi
R.bagus Suryana Majanasastra, 2015., S.,2014.,”Pemilihan bahan dan proses “
Pengaruh Variabel Waktu (Aging Heat Universitas Jenderal Achmad Yani.,
Treatment) Terhadap peningkatan Bandung
kekerasan permukaan dan struktur mikro https://www.jfssteel.com/en/steelDetail/JI
kepala piston sepeda motor Honda Vario S-ADC12/JIS-ADC12-H5302.html
Universitas Islam 45 Bekasi. (diakses 6 mei 2018 pukul 01.47 Wib)
Rieco Malik dan Sutaris.,2014.,”Pengaruh
Temperatur Aging dan Waktu Holding
Aging presipitasi Hardening pada Struktur
Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Mg-5Al-
1%Y untuk Aplikasi komponen Otomotif
Temperatur Tinggi” Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS)., Surabaya

R.Sivashankar,S.Maheswaran.,E.Harihara
n.,2016.,Characterization of Mechanical
Properties and wear behavior of
aluminium-Silicon piston alloy. Institute of
Technology,salem, India.

Solechan., 2010.,“Studi Pembuatan


Prototipe Material Piston Menggunakan
Limbah Piston Bekas Dan ADC 12 Yang
Diperkuat Dengan Insert ST 60 Dan Besi
Cor” Universitas Diponegoro., Semarang.

16

Anda mungkin juga menyukai