Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG WANITA G1P0A0 USIA 19 TAHUN HAMIL 30 MINGGU


PRIMIGRAVIDA MUDA DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS

Diajukan guna memenuhi tugas Kedokteran Keluarga


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

Zsa – Zsa Ayu Laksmi

22010117220191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Wanita G1P0A0 Usia 19 Tahun


Hamil 30 Minggu Primigravida Muda dengan Kekurangan Energi Kronis telah
disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro pada tanggal November 2019.

Semarang, November 2019

Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Ferdy Kurniawan, Ph.D

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam rangka pencapaian target Millenium Development Goals (MDG’s), yaitu AKI
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, perlu dilakukan upaya terobosan
yang efektif dan berkesinambungan. Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan telah
merencanakan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS). Upaya percepatan penurunan AKI
tersebut dilaksanakan melalui empat strategi, yaitu: 1. Peningkatan kualitas dan akses
pelayanan kesehatan ibu dan bayi, 2. Kerja sama lintas program, lintas sektor terkait dan
masyarakat termasuk swasta, 3. Pemberdayaan perempuan, keluarga dan pemberdayaan
masyarakat, dan 4. Meningkatkan surveilence, monitoring-evaluasi KIA dan pembiayaan.2
Hampir dua pertiga kematian maternal disebabkan oleh penyebab langsung yaitu
perdarahan (25%), infeksi / sepsis (15%), eklamsia (12%), abortus yang tidak aman 3
(13%), partus macet (8%), dan penyebab langsung lain seperti kehamilan ektopik,
embolisme, dan hal – hal yang berkaitan dengan masalah anestesi (8%). Sedangkan
sepertiga lainnya disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu keadaan yang disebabkan
oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan dan
memberat dengan adanya kehamilan atau persalinan, seperti terdapatnya penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, hepatitis, anemia, malaria atau AIDS (18%).3,4
Data Kemenkes menyebutkan, penyebab kematian ibu antara lain perdarahan, infeksi,
dan tekanan darah tinggi. Sedangkan, penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain
Kurang Energi Kronis. Pada Survey Kesehatan Nasional tahun 2002 ibu hamil dengan
KEK terjadi sebesar 34%.
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang menderita kekurangan
makanan yang berlangsung dalam jangka waktu lama atau menahun yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan dengan tanda-tanda atau gejala antara lain badan lemah dan
muka pucat (James et al, 1988 dalam Podja dan Kelley, 2000; Depkes, 1995). Risiko KEK
bisa diketahui dengan cara melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan
ambang batas (cut off point) kurang dari 23,5 cm (Depkes, 2003). Menurut Gibson (2005)
dalam pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau yang lebih dikenal dengan
LILA dapat melihat perubahan secara pararel dalam massa otot sehingga bermanfaat untuk
mendiagnosis kekurangan gizi.
Selain pemeriksaan rutin yang wajib dilaksanakan oleh ibu hamil, perlu dilaksanakan

1
pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan kedokteran keluarga agar setiap
penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil dapat lebih komprehensif dan
berkesinambungan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari studi kasus ini adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan melaksanakan
diagnosis holistik serta penanganan komprehensif terhadap wanita dengan
kekurangan energi kronis berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari studi kasus ini adalah:
 Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien
 Mengatahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien
 Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif

1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat
melaksanakan praktik kedokteran keluarga termasuk diagnostik holistik dan penanganan
komprehensif secara langsung kepada wanita dengan kekurangan energi kronis.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurang Energi Kronis (KEK)


Perhatian gizi pada periode kehamilan sangat penting karena merupakan masa
puncak perhatian mengenai pentingnya gizi dalam menurunkan jumlah bayi lahir
prematur, mortalitas bayi dan ibu. Kekurangan gizi pada ibu hamil terutama di negara
berkembang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan ibu, janin dan bayi serta
kematian ibu melahirkan. Salah satu masalah gizi ibu hamil yang banyak dijumpai di
Indonesia adalah kekurangan energi kronis (KEK).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana seseorang
dalam hal ini remaja hamil menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan ibu dengan tanda-tanda atau
gejala antara lain badan lemah dan muka pucat.4
Risiko KEK pada ibu hamil remaja juga dapat diindikasikan dengan salah satu atau
beberapa ciri sebagai berikut : berat badan (BB) sebelum hamil kurang dari 42 kg, BB
pada kehamilan trimester pertama kurang dari 40 kg, tinggi badan (TB) kurang dari 145
cm, indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil kurang dari kurang dari 17 serta ukuran
lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.4
Wanita yang mengalami kehamilan di usia remaja 15 – 19 tahun merupakan salah
satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi terutama KEK. Kehamilan yang
terjadi pada usia remaja disertai dengan kondisi KEK merupakan kehamilan yang
berisiko tinggi karena terjadi kompetisi nutrisi pada ibu hamil usia remaja dengan janin
yang dikandungnya. Pada usia 15 – 19 tahun remaja masih didalam proses pertumbuhan
sedangkan nutrisi yang diperolehnya selain digunakan untuk proses pertumbuhan remaja
itu sendiri juga digunakan untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.5
KEK pada remaja hamil tidak hanya berdampak terhadap dirinya sendiri tetapi juga
terhadap calon bayi yang akan dilahirkan. Dampak yang ditimbulkan terhadap si ibu
antara lain mempunyai risiko kesakitan lebih besar terutama pada trismester 3 kehamilan
sehingga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, 1996). Apabila ibu berusia remaja
tersebut melahirkan dengan selamat maka akan mengalami kondisi pasca persalinan yang
sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Selain itu, keadaan KEK

3
4

juga berpengaruh kepada produksi air susu ibu (ASI) dan menurunkan kemampuan
merawat anak serta dirinya sendiri.
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kurang gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah seperti berikut ini.
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain : anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan yang
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya atau prematur, pendarahan setelah
persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dapat
menimbulkan keguguran, asfiksia intra parftum (mati dalam kandungan) dan lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan pengaruh pada pengetahuan dan
pekerjaan seseorang sehingga dengan pendidikan yang tinggi akan meningkatkan status
ekonomi keluarga. Pendidikan wanita hamil dan suami merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan status gizi keluarga. Tingkat pendidikan mempengaruhi konsumsi
makanan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi maka akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dibandingan dengan
mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa KEK berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang yang
rendah.6
Selain tingkat pendidikan, pekerjaan juga merupakan salah satu gambaran status
ekonomi keluarga. Pekerjaan mempunyai peran yang penting terutama dalam
memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Dimana dengan pekerjaan mereka akan
memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam
keluarga termasuk gizi dan kesehatan.
Menurut Berg (1986) tingkat pendapatan merupakan faktor penentu terhadap
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Pendapatan juga akan menentukan
daya beli terhadap makanan dan fasilitas lainnya seperti pendidikan, perumahan,
kesehatan dan lain-lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi. Keadaan ini sangat

4
5

berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap
keadaan status gizi terutama ibu hamil/menyusui dan balita.
2.1.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kehamilan 

Usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20 – 35 tahun.
Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas 35 tahun. Wanita yang
hamil di usia muda, memiliki resiko : 
Belum mencapai kematangan fisik dan mental
yang cukup. Seperti endometrium belum kuat, peluruhan dinding rahim setiap perioe
menstruasi masih belum sempurna. Ini kurang kondusif bagi proses nidasi atau
menempelnya embrio ke dinding rahim. Resiko yang mungkin terjadi : janin mudah
keguguran, kemungkinannya 3 kali lebih tinggi di bandingkan yang hamil di usia 20 tahun.
Resiko yang lain adalah pertumbuhan janin yang intrauterine growth restriction. 
Organ
reproduksi seperti rahim, mulut rahim dan otot – otot, ligament di panggul belum matang
dan belum kuat, sehingga belum siap untuk berfungsi semestinya dalam menunjang
kehamilandan persalinan. Resiko yang mungkin terjadi adalah keguguran, perdarahan,
persalinan premature, prolaps organ panggul, bahkan rupturnya organ panggul.

Kehamilan di usia muda akan menghabiskan persediaan makan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi seorang gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Resiko yang mungkin terjadi seperti anemia akibat dari metabolisme ibu, preeklampsia,
eklampsia dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah.7
2.1.2 Hubungan Tinggi Badan Ibu dengan Kehamilan dan Persalinan 

Terdapat hubungan yang signifikan antara nutrisi ibu hamil dengan resiko terjadinya
kekurangan energi kronis. Dimana teori ini sesuai dengan teori Rustam Mochtar yang
menyebutkan bahwa wanita yang memiliki tinggi badan ≤ 145 cm tidak hanya berpotensi
memiliki panggul sempit tetapi berisiko mengalami KEK, karena ibu hamil yang ukuran
tinggi badan <145 cm sebaiknya berat badan terkontrol tidak lebih dari 12,5 kg selama
kehamilan agar terhindar dari resiko panggul sempit, hal ini yang menyebabkan asupan
pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang tidak terpenuhi dengan baik di bandingkan
dengan ibu hamil yang ukuran tinggi badan >145 cm. Dilihat dari penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh (Tenri, 2012) Tentang Hubungan Gizi Ibu hamil Dengan KEK
menunjukan pada Pemenuhan gizi ibu hamil yang memiliki ukuran LILA <23,5 cm,
terdapat nilai signifikan p=0,000 dengan KEK pada wanita hamil di Kota Makassar dan
Pada ibu hamil yang memiliki tinngi badan <145 cm p=0,012 dengan KEK pada wanita
hamil di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan Kendall-Tau didapatkan nilai τ=
0,709 dan nilai ini berada dalam batas ketentuan uji Kendal-Tau -1< τ<1. Hasil tersebut

5
6

menunjukkan bahwa hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan
antara Nutrisi ibu hamil dengan kejadian anemia sebesar 70,9% dan sisanya 29,1%
disebabkan oleh faktor lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Nutrisi ibu hamil dengan KEK dan Tinggi badan <145 cm terdapat
hubungan yang signifikan dengan KEK.8
Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehatan. Risiko persalinan
akan menjadi lebih besar bagi para perempuan berusia di bawah 20 tahun maupun di atas
35 tahun (Depkes, 2008). Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
remaja (<20 tahun) meningkat 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Tinggi badan adalah salah satu indikator pertumbuhan. Tinggi badan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal,eksternal dan lingkungan. Perempuan memiliki
panggul yang lebih lebar dibandingkan bahu dan kedua spina iliaka anterior superior
(SIAS) terpisah dengan jarak yang lebih lebar, sedangkan laki-laki memiliki bahu yang
lebih lebar dibandingkan panggul dan kedua SIAS terpisah dengan jarak yang tidak begitu
lebar. Perempuan memiliki tulang pelvis yang lebih tipis dengan sudut suprapubik yang
lebih besar dan pintu keluar pelvis yang lebih luas daripada pria.
Kematian perinatal dapat disebabkan oleh karena adanya kelainan letak persalinan.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak sungsang diantaranya paritas ibu dan
bentuk panggul ibu yaitu pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak
baik pada pintu atas panggul. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mulyawati (2011) yang mendukung teori Rustam Mochtar yang menyebutkan bahwa
wanita yang memiliki tinggi badan 145 cm berpotensi memiliki panggul sempit dan
berisiko mengalami tindakan persalinan operasi sectio caesarea.
Penelitian yang dilakukan oleh Patil (2015) di India mengenai hubungan tinggi ibu dan
perkiraan berat janin pada proses persalinan didapatkan kelahiran caesar darurat pada ibu
pendek adalah 32,5% sedangkan pada wanita dengan tinggi badan lebih dari 145 cm adalah
25%. Dengan demikian wanita yang kurang dari atau sama dengan 145 cm memiliki risiko
lebih tinggi dari operasi caesar darurat jika dibandingkan dengan wanita lebih dari 145 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kathleen dkk, wanita dengan tinggi 146 cm dengan
wanita yang tingginya 160 cm memiliki 2,5 kali lebih tinggi risiko kelahiran caesar. Risiko
untuk persalinan caesar darurat terjadi pada wanita yang sehat, nulipara tanpa obstetri atau
adanya kelainan klinis dengan tinggi 146 cm adalah 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita dengan tinggi badan 166 cm. Dengan demikian wanita tinggi <145 cm.

6
7

membentuk kelompok risiko yang membutuhkan kewaspadaan konstan selama persalinan


mereka untuk tanda-tanda DKP dan rujukan awal ke pusat yang lebih tinggi dalam hal
persalinan lama diperlukan untuk menghindari hasil persalinan yang buruk.
Baird (1962) menyatakan bahwa setiap wanita memiliki tinggi yang potensial tetapi
ditentukan oleh faktor-faktor seperti ras dan genetika. Namun, terkadang adanya
penghinaan selama periode perkembangannya. Akibatnya dia menjadi bertubuh pendek.
Penelitian yang didapatkan Patil (2015) bahwa tinggi <145 cm hampir semua kasus
dilahirkan melalui operasi caesar, pada kisaran tinggi 145 - <150 cm juga tingkat operasi
caesar sangat tinggi, kemudian tingkat operasi caesar menurun dan tingkat persalinan
normal meningkat.
Tinggi badan ibu dapat memprediksi risiko terhambatnya persalinan yang merupakan
penyumbang utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal di negara berkembang.
Namun, itu juga merupakan indeks kesehatan dan status gizi umum wanita dari masa
kecilnya. Perawakan ibu yang pendek dikaitkan dengan hasil kehamilan yang merugikan,
seperti bayi lahir mati, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, skor APGAR rendah
(penilaian cepat kesehatan langsung setelah melahirkan, berdasarkan Penampilan,
Meringis, Aktivitas dan Respirasi , dan kematian perinatal. Meskipun memiliki neonatus
yang lebih kecil, ibu yang lebih pendek juga memiliki risiko lebih tinggi untuk persalinan
yang terhambat, sehingga melahirkan dengan bantuan, khususnya persalinan caesar.
Persalinan terhambat terkait dengan pelvis wanita yang lebih pendek sempit, di mana
kepala (yaitu disproporsi sefalopelvis) atau bahu bayi terhalang.9
2.1.3 Nutrisi dalam Kehamilan
Nutrisi dalam Kehamilan
Selama masa kehamilan, energi dibutuhkan untuk mendukung perubahan fisiologis,
metabolik, dan biokimia pada wanita hamil, yang terjadi sebagai respon terhadap
pertumbuhan serta perkembangan janin yang sehat dan sesuai antara umur kehamilan
dengan berat janin. Kecukupan energi pada wanita hamil bergantung pada diet wanita
hamil itu sendiri. Pemahaman mengenai diet dasar yang adekuat serta kebutuhan nutrisi
tambahan saat kehamilan merupakan salah satu tujuan awal yang penting untuk segera
dicapai dari konseling yang dilakukan oleh seorang dokter keluarga. Beberapa studi
menunjukkan bahwa saran mengenai gizi dan penambahan berat badan yang sesuai,
didukung dengan kepatuhan pada saran tersebut, memberikan efek positif pada bayi yang
dilahirkan.10 Yang dilakukan seorang dokter keluarga dalam mengelola nutrisi wanita hamil
adalah :

7
8

a. Evaluasi nutrisi
Penilaian adekuat atau tidaknya status nutrisi pada wanita hamil dapat diperoleh
melalui anamnesis/food recall yang menggali informasi mengenai keseimbangan makanan
dan kebiasaan makan. Informasi mengenai kepercayaan dan pilihan terhadap makanan,
yang berhubungan dengan kebiasaan makan keluarga, etnis tertentu, dan budaya, juga
perlu digali, kemudian didiskusikan, dan dicari jalan keluarnya bila terdapat hal yang
bertentangan dengan ilmu kedokteran.13 Pemeriksaan fisik yaitu pengukuran berat badan,
dapat digunakan untuk memantau status nutrisi wanita hamil. Penambahan berat badan
yang direkomendasikan pada wanita hamil dengan body mass index (BMI) yang berbeda-
beda sebelum kehamilan disajikan pada tabel 1.10-11

Pemeriksaan lingkar lengan atas (LLA) wanita hamil dapat juga digunakan untuk
mengevaluasi status nutrisi. Pada trimester pertama, bila LLA < 23 cm, maka diduga
wanita hamil dalam keadaan undernutrisi atau mengidap penyakit kronis. Pada keadaan ini,
biasanya bayi yang dilahirkan akan lebih kecil dari ukuran normal. Sedangkan pada wanita
hamil dengan LLA > 33 cm, maka diduga wanita hamil mengalami obesitas, yang
memiliki resiko preeklampsia dan diabetes maternal serta melahirkan bayi dengan berat
badan lebih.11-12
Pemeriksaan laboratorium yaitu pengukuran hemoglobin (Hb), juga merupakan
pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui status nutrisi wanita hamil. Kadar Hb kurang
8
9

dari 11,0 g/dl pada trimester 1 dan 3 serta kadar Hb kurang dari 10,5 g/dl pada trimester ke
2, dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak adekuat.11
b. Konseling tentang kebutuhan kalori
Wanita hamil pada trimester 1 membutuhkan tambahan kalori sebanyak 150 kcal/hari
sedangkan selama trimester 2 dan 3 membutuhkan tambahan kalori sebanyak 300 hingga
500 kcal/hari. Estimasi total kalori yang dibutuhkan pada sebagian besar wanita hamil
adalah 1900 hingga 2750 kcal/hari.11 Namun, wanita hamil direkomendasikan untuk tetap
dapat menjaga BMI-nya pada angka 20 hingga 25.13 Sumber kalori utama, yaitu mencapai
50 hingga 60% dari total kalori yang diperlukan, berasal dari karbohidrat. Kurangnya
asupan karbohidrat dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan serta munculnya
defek neurologis pada janin. Sumber karbohidrat yang baik berasal dari gandum utuh, buah
dan sayuran segar, serta susu. Protein harus menyumbang 20% dari total kalori yang
dibutuhkan oleh wanita hamil, dengan tambahan 30 g/hari disamping kebutuhan dasar 75-
80g/hari. Protein dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, pertumbuhan plasenta,
meningkatkan volume darah ibu, pertumbuhan uterus dan payudara, serta memproduksi
kolostrum. Kebutuhan protein yang tidak terpenuhi dihubungkan dengan bayi yang kecil
masa kehamilan. Sedangkan lemak harus berkontribusi sebanyak 30% dari total kalori
yang dibutuhkan. Lemak menyediakan asam lemak untuk mielinisasi sel saraf dan absorbsi
vitamin larut lemak pada janin. Sumber asam lemak yang baik berasal dari minyak ikan
(banyak mengandung eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA)).13
c. Konseling tentang kebutuhan nutrisi tambahan
Kebutuhan nutrisi tambahan selama masa kehamilan dapat dilihat pada tabel 2 yang
membandingkan antara kebutuhan nutrisi pada wanita hamil dengan wanita tidak hamil.
Kebutuhan nutrisi tambahan yang penting dipenuhi dalam kehamilan adalah:

9
10

14
2.2 Kedokteran Keluarga
2.2.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan
klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus memahami manusia
bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus
memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga
sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam
organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau

10
11

anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga
serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan
organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilaku dan
kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak.
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
a. Proses dinamika dalam keluarga
b. Potensi keluarga
c. Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
d. Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam interaksinya
dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam
rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola
pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembang
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
2.2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga
merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk
menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang

11
12

dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan
masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif,
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga
pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah
ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap
pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan
ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-
psikologikal dan sosial keluarga.

12
13

BAB III

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Identitas pasien dan kepala keluarga


Identitas pasien
Nama : Ny. J
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 13 Maret 2000
Umur : 19 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat
Pekerjaan : Tidak/Belum bekerja
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Kedudukan dalam keluarga : Istri dari Kepala Keluarga
Alamat lengkap : Jl. Dr. Kariadi No. 514 RT 008/RW 006

Identitas kepala keluarga


Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 19 November 1997
Umur : 22 tahun
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : Tamat SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga
Alamat lengkap : Jl. Dr. Kariadi No. 514 RT 008/RW 006

13
14

3.2 Profil keluarga yang tinggal satu rumah


Tabel 6. Daftar anggota keluarga yang tinggal satu rumah
Kedudukan Umur
No. Nama dalam keluarga JK (tahun) Pendidikan Pekerjaan Status

Kepala Wiraswasta
1. Tn. R keluarga I L 43 SLTA/Sederajat Sehat
(ayah
pasien)
2. Ny. D Ibu pasien P 38 SLTP/Sederajat Wiraswasta Sehat
3. Tn. M Kepala keluarga L 22 SLTA/Sederajat Karyawan Swasta Sehat
II (menantu)
4. Ny. J Istri (pasien) P 19 SLTP/Sederajat Ibu rumah tangga Hamil

14
15

3.3 Family assessment tools


3.3.1 Genogram

TN. A Ny. D TN. AS Ny. R


B 1946 B 1948 B 1950 B 1950
D 2011 71 th D 2005 D 2010
65 th, 55 th, 60 th,
DM Tak tahu Tak tahu

Ny. D Tn. R Ny. P M 1996 Tn. B


B 1981 1976 B 1978 B 1976
38 th 43 th 41 th 43 th

M 1999

Ny. S Tn. M
B 2000 B 1997
22 th

M 2018

Gambar 1. Genogram keluarga pasien

Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: hamil

: pasien
: tinggal satu rumah

DM : Diabetes melitus

Pemberi Informasi : Ny. D dan Ny. J


Tanggal pembuatan : 8 November 2019 pukul 10.00
Jenis keluarga : keluarga extended

15
16

3.3.2 Family map

Tn. M

Tn.R Ny. D
Ny. S

Gambar 2. Family map

Disfungsional

Fungsional

Over involved /terlalu ikut campur

------------------- Clear Boundary

Rigid Boundary

………………… Diffused Boundary

1. Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
2. Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
3. Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur
Hubungan antara keluarga yang terlalu ikut campur
4. Clear Boundary (Batasan yang jelas)
Menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa
mengurangi rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan keluarga.
5. Rigid Boundary (Batasan yang terlalu kaku)

16
17

Membuat anggota keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi mungkin
tetap ada namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu sama lain.
6. Diffused Boundary (Batasan yang terlalu buram)
Membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh campur
tangan anggota keluarga lainnya. Perkembangan kemandirian menjadi terhambat.
Kesimpulan  Hubungan antara pasien, suami, ayah, ibu, dan adik dalam keadaan yang
fungsional.

3.3.3 Skor APGAR

Tabel 7. Skor APGAR


Skor
Komp Indikator
A B C
Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya, untuk
A 2 2 2
membantu saya pada waktu saya
mendapat kesusahan
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya, untuk
P membicarakan sesuatu dengan saya 2 2 2
dan mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya, menerima dan
G 2 2 2
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya, mengekpresikan
A afek dan berespon terhadap emosi- 2 2 2
emosi saya seperti marah sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara keluarga
R (teman-teman) saya, dan saya 2 2 2
menyediakan waktu bersama-sama

Keterangan skor APGAR


A : Tn. R, 10 keluarga pasien fungsional

B : Ny. D, 10 keluarga pasien fungsional


C : Ny. J, 10 keluarga pasien fungsional

17
18

3.3.4 Skor SCREEM

Tabel 8. Skor SCREEM

Variabel Resource Pathology


Social Komunikasi pasien dengan ayah, ibu, adik, dan -
suami pasien dalam keadaan baik dan
harmonis. Komunikasi pasien dengan tetangga
dan teman sebaya dalam keadaan yang baik
dan kondusif.
Cultural Pasien merupakan suku Jawa dan lama hidup -
di Jawa. Pasien tidak terlalu percaya akan hal-
hal mistis.
Religion Pasien menganut agama Islam. Ayah, ibu, -
adik, dan suami pasien juga menganut agama
yang sama. Pasien rajin sholat lima waktu
setiap hari.
Economic
Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung
-
oleh suami dan kedua orang tua pasien. Suami
bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan
Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu usaha
warung kopi. Gaji per bulan suami pasien
kurang lebih Rp. 3.000.000,00 dan kedua
orang tua pasien Rp.3.000.000,00. Penghasilan
suami, Ayah dan Ibu pasien dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti
makan, obat, dan lainnya. Pasien
menggunakan JKN non PBI. Kesan sosial
ekonomi cukup.
Education Pendidikan terakhir pasien adalah tamat -
SLTP/Sederajat, pendidikan terakhir suami
pasien adalah tamat SLTA/Sederajat,
pendidikan terakhir ayah pasien adalah tamat
SLTA/sederajat. Pendidikan terakhir ibu
pasien adalah tamat SLTP/Sederajat.
Medical Keluarga mengetahui bahwa orang yang sakit -
harus diperiksakan ke tenaga medis. Jika sakit
pasien dan keluarga berobat ke Puskesmas
Pandanaran.

Keterangan : sumber daya dalam keluarga memadai

18
19

3.3.5 Family life line


Tabel 9. Family life line

Tahun Usia Life Event Severity of Illness


2000 0 Lahir di Semarang
2006 6 th 8 Masuk SD
bulan
2012 13 th Lulus SD, masuk SMP
2015 16 th Lulus SMP, masuk SMA
2018 19 th Lulus SMA
2019 19 th Menikah
2019 19 th Hamil anak pertama

3.3.6 Family life cycle


Menurut siklus kehidupan keluarga oleh Duvall 1977, keluarga berada pada siklus ke-
6 “families launching young adults” yaitu anak pertama berusia diatas 20 tahun, atau anak
pertama sudah meninggalkan rumah atau anak pertama sudah berumah tangga.

3.4 Resume penyakit dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan


A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 6 November 2019 pukul
10.00 WIB di Puskesmas Pandanaran, dan 8 November 2019 di rumah pasien.
Keluhan Utama: Tidak ada keluhan. (Kontrol kehamilan rutin)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu datang ke Puskesmas Pandanaran
untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien mengaku saat ini tidak ada keluhan. Mual (-),
muntah (-), lemas (-), demam (-), batuk (-), pilek (-), sulit tidur (-), kenceng-kenceng (-),
keluar air dari jalan lahir (-), keputihan (-), keluar darah dari jalan lahir (-). BAB 2x sehari
warna kecoklatan , BAK dalam batas normal warna kuning muda.
Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari, teratur
HPHT : 08 April 2019
HPL : 15 Januari 2020
Riwayat Perkawinan : Pasien menikah satu kali, usia perkawinan 9 bulan
Riwayat Obsetri : G1P0A0

19
20

Riwayat ANC : 3 kali di bidan Puskesmas Pandanaran, 2 kali di Puskesmas


Pandanaran, imunisasi TT (+) 1x, minum suplemen asam folat (+), tablet tambah darah (+),
kalsium (+).
Riwayat KB : Tidak KB
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Kencing manis (-)
- Riwayat Penyakit jantung (-)
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat Alergi (-)
- Riwayat Batuk lama atau pengobatan batuk selama 6 bulan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Kencing manis (-)
- Riwayat Penyakit jantung (-)
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat Alergi (-)
- Riwayat Batuk lama atau pengobatan batuk selama 6 bulan (-)
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung oleh suami dan kedua orang tua pasien.
Suami bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu
usaha warung kopi. Gaji per bulan suami pasien kurang lebih Rp. 3.000.000,00 dan kedua
orang tua pasien Rp.3.000.000,00. Penghasilan suami, Ayah dan Ibu pasien dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti makan, obat, dan lainnya. Pasien menggunakan
JKN non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.

20
21

Food Recall:
I (5/11/19) II (6/11/19) III (7/11/19)
Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi putih 1
centong + Sayur centong + sayur centong + sayur
Pagi asem 1 mangkok + bayam ½ kangkung ½ piring
telur ayam 1+ air mangkok + Ayam + tempe goreng 1 +
putih 2 gelas bakar 1 + air air putih 2 gelas
putih 2 gelas
Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi putih 1
centong + ayam centong + sup 1 centong + tempe
Siang goreng 1 + air putih mangkok + ikan bacem 2 + air putih
2 gelas bandeng ½ + susu 2 gelas
1 gelas
Nasi putih 1 Nasi + sup ½ Nasi putih 1
centong + sayur mangkok + ayam centong + telur
Malam asem ½ mangkok + goreng 1 + air ceplok 1 + oseng
ayam goreng + Air putih 2 gelas kangkung 2 sendok
putih 1 gelas + susu 1 gelas

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 November 2019, pukul 10.15 WIB di
Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.
 Keadaan umum : Baik, tidak tampak sakit
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
Tekanan darah : 124/85mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,70C
Pernapasan : 20x/menit,reguler
 Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 54 kg
BMI : 24,6 (Normoweight WHO Asia Pasifik)
LILA : 22 cm
 Status Generalis:
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)

21
22

Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering


Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal drip (-), nyeri
telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-)
Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga melebar (-), venektasi
dinding dada (-)
Cor
I : Iktus Cordis tak tampak
Aus : SJ I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
Pulmo
I : Simetris, statis, dinamis
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen :
I : Cembung, venektasi (-)
Pa : Supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas Superior Inferior


Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cappilary Refill <2”/<2” <2”/<2”
 Status Obstetrik:
Abdomen :
TFU : 22 cm, TBJ: (TFU – 11) x 155 : 1705 gram
DJJ : 132 x/menit
His :-
Leopold : Janin 1 hidup intrauterin, letak kepala, punggung kanan, belum masuk
PAP.
Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan
 Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang: (02/10/2019)
 Hb : 13,6 g/dl
 GDS : 94 mg/dl
 Protein urine : negatif
22
23

 Reduksi urine : negatif


 HbsAg : negatif
 Syphilis : negatif
 HIV : non reaktif

Kartu Skor Poedji Rochjati

I II III IV
Triwulan
KEL Masalah/Faktor Risiko SKOR I II III. III.
NO.
F.R 1 2
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I < 16 tahun 4 -
2 Terlalu tua hamil I > 35 tahun 4 -
Terlalu lambat hamil I kawin > 4 tahun 4 -
3 Terlalu lama hamil lagi > 10 tahun 4 -
4 Terlalu cepat hamil lagi < 2 tahun 4 -
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4 -
6 Terlalu tua umur > 35 tahun 4 -
7 Terlalu pendek < 145 cm 4 -
8 Pernah gagal kehamilan 4 -
9 Pernah melahirkan dengan
4 -
a. Tarikan tang/vakum
b. Uri dirogoh 4 -
c. Diberi infus/transfuse 4 -
10 Pernah operasi sesar 8 -
II Penyakit pada ibu hamil
4 -
a. Kurang darah b. Malaria
11 c. TBC paru d. Payah jantung 4 -
Kencing manis (Diabetes) 4 -
Penyakit Menular Seksual 4 -
12 Bengkak pada muka/tungkai dan
4 -
tekanan darah tinggi
13 Hamil kembar 4 -
14 Hydramnion 4 -
15 Bayi mati dalam kandungan 4 -
16 Kehamilan lebih bulan 4 -
17 Letak sungsang 8 -
18 Letak lintang 8 -
19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8 -
III
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8 -

23
24

JUMLAH SKOR 2

TOTAL SKOR = 2 (kehamilan tidak berisiko tinggi)

DIAGNOSIS KERJA
 G1P0A0, 19 tahun, hamil 30 minggu
 Janin I hidup intrauterin
 Presentasi kepala, punggung kanan, belum masuk PAP
 Primigravida muda, kekurangan energi kronis

Identifikasi fungsi keluarga


1. Fungsi biologis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit menular dan penyakit kronis selama 2 bulan
terakhir. Pasien berusia 19 tahun meurpakan primigravida muda dengan kekurangan energi
kronis.
2. Fungsi psikologis
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan suami. Hubungan antara pasien dengan keluarga
baik. Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung oleh suami dan kedua orang tua pasien.
Suami bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu
usaha warung kopi. Pasien merupakan anak yang penurut, ramah terhadap orang lain, aktif,
dan ceria. Bila ada masalah pasien selalu bercerita kepada ayah, ibu, dan nenek pasien.
3. Fungsi ekonomi
Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung oleh suami dan kedua orang tua pasien.
Suami bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu
usaha warung kopi. Gaji per bulan suami pasien kurang lebih Rp. 3.000.000,00 dan kedua
orang tua pasien Rp.3.000.000,00. Penghasilan suami, Ayah dan Ibu pasien dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti makan, obat, dan lainnya. Pasien menggunakan
JKN non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.
4. Fungsi pendidikan
Pasien merupakan lulusan SLTP/Sederajat.
5. Fungsi religius
Pasien sejak lahir menganut agama Islam, Ayah, Ibu, Adik, dan Suami pasien juga
menganut agama yang sama dan taat beribadah.
6. Fungsi sosial dan budaya

24
25

Pasien dan keluarga tinggal di Jl. Dr. Kariadi No. 514 RT 008/RW 006, Randusari,
Kota Semarang. Komunikasi pasien dengan tetangga baik.
7. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Pasien menerima kondisi penyakitnya dan berharap kondisi kembali sehat.

Identifikasi Perilaku Hidup Sehat (PIS-PK)


Tabel 10. Indikator keluarga sehat
A. Program gizi, kesehatan ibu dan anak Keterangan
1. Keluarga mengikuti KB 1
2. Ibu bersalin di faskes N
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap N
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan N
5. Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan N
B. Pengendalian penyakit menular dan tidak menular Keterangan
6. Penderita TB paru berobat sesuai standar N
7. Penderita hipertensi berobat teratur N
8. Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan N
C. Perilaku dan kesehatan lingkungan Keterngan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok 0
10. Keluarga memiliki/memakai air bersih 1
11. Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 1
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes 1
Jumlah : 4/ (12-8)
Tidak sehat (<0,5)
Pra sehat (0,5 – 0,8)
Sehat (>0,8)
IKS : 1 (Sehat)

Hasil Kunjungan Rumah


Kunjungan rumah dilakukan pada hari Jumat, 8 November 2019 pukul 10.00
Keadaan Rumah
Ukuran :9m x8m
Penghuni : 4 orang (pasien, ayah, ibu, dan suami pasien)
Dinding rumah : tembok
Lantai rumah : keramik
Atap : genting
Ruangan : ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, 1 kamar mandi, ruang
keluarga, ruang makan, tempat cuci jemur.
Ventilasi : ada, luas >10% dari luas lantai (6 jendela ukuran 1x0,5m, 2

25
26

pintu ukuran 2x0,5 m)


Pencahayaan : cukup
Kebersihan : rumah disapu 1 kali sehari, di pel 4x seminggu, bak mandi
dikuras 1-2 minggu sekali.
Sumber air : untuk minum, masak, mandi, dan cuci menggunakan air
PDAM, jumlah cukup.
Tempat sampah : sampah dikumpulkan di bak sampah depan rumah lalu dibawa
ke tempat pembuangan sampah dekat rumah pasien.
Jendela rumah setiap hari dibuka baik jendela kamar maupun ruang tamu. Rumah dan
halaman dibersihkan setiap hari. Kebiasaan memasak dengan kompor gas.
Sarana Sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan ke selokan
tertutup yang mengalir ke belakang rumah. Pembuangan sampah dalam rumah adalah
tempat sampah terbuka di dapur yang langsung dibuang ke tempat sampah depan rumah.
Sarana air bersih dari air PDAM. Jamban keluarga ini adalah jamban bentuk leher angsa.
Terdapat septic tank. Tempat penampungan air dikuras 1-2 minggu sekali. Barang-barang
bekas sebagian dijual, sebagian dibuang.
Akses ke Sarana Kesehatan
Jarak dari rumah ke Puskesmas Pandanaran kurang lebih 10 menit dengan
menggunakan sepeda motor.
Denah Rumah

Tempat Dapur Kamar


cuci mandi
jemur

Kamar Tidur 2
Ruang
Makan

Ruang
Keluarga Kamar Tidur 1

Ruang
Tamu

Teras

26
37

Tabel 10. Indikator rumah sehat

Indikator Variabel Skor Skor rumah


Tidak rawan banjir 3 3
Lokasi
Rawan banjir 1
Tidak padat (> 8 m2/orang) 3 1
Kepadatan rumah
Padat (<8 m2/orang) 1
Semen, ubin, keramik, kayu 3 3
Lantai
Tanah 1
Cukup 3 3
Pencahayaan
Tidak cukup 1
Ada 3 3
Ventilasi
Tidak ada 1
Air kemasan 3
Ledeng PAM 3 3
Mata air terlindung 2
Sumur pompa tangan 2
Air bersih
Sumur terlindung 2
Sumur tidak terlindung 1
Mata air tidak terlindung 1
Lain-lain 1
Leher angsa 3 3
Pembuangan Plengsengan 2
Kotoran Cemplung/cubuk 2
Kakus Kolam ikan/sungai/kebun 1
Tidak ada 1
Jarak > 10 meter 3 3
Septic tank
Lainnya 1
Sendiri 3 3
Kepemilikan WC Bersama 2
Tidak ada 1
Saluran tertutup 3 3
SPAL Saluran terbuka 2
Tanpa saluran 1
Mengalir lancar 3 3
Mengalir lambat 2
Saluran got
Tergenang 1
Tidak ada got 1
Diangkut petugas 3 3
Pengelolaan sampah
Ditimbun 2

Dibuat kompos 3
Dibakar 2
Dibuang ke kali 1
Dibuang sembarangan 1
Lainnya 1
Tidak ada 3 3
Polusi udara
Ada gangguan 1
Listrik/gas 3 3
Minyak tanah 2
Bahan bakar masak
Kayu bakar 1
Arang/batu bara 1
Total skor 40

27
37

Penetapan kategori rumah sehat:


a. Baik : Skor 35 - 42 (83 %)
b. Sedang : Skor 29 - 34 (69 - 83 %)
c. Kurang : Skor < 29 (< 69 %)

Lingkungan Pekerjaan
Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung oleh suami dan kedua orang tua pasien.
Suami bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu
usaha warung kopi.
Pengetahuan kedokteran wisata
Dari hasil identifikasi pengetahuan keluarga mengenai kedokteran wisata diperoleh
hasil bahwa selama 1 tahun pasien dan keluarga pernah berwisata untuk menghilangkan
penat, ke wisata Dusun Semilir karena merupakan obyek wisata baru di daerah Semarang.
Sebelum berwisata keluarga belum mencari informasi tempat tujuan wisata terkait
kesehatan. Keluarga juga belum mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan sebelum,
selama dan sepulang dari tempat wisata agar kesehatan keluarga tetap terjaga. Keluarga
juga belum mengetahui bahwa di Indonesia sudah mulai tersedia pelayanan kesehatan
wisata yang membantu wisatawan yang memiliki rencana, sedang dan sepulang dari
tempat wisata.
Pengetahuan keluarga hanya sebatas menyediakan bekal makanan untuk wisata dan
membawa obat sederhana seperti minyak angin atau minyak kayu putih dan meminum obat
anti mabuk sebelum memulai perjalanan. Selama dan setelah berwisata, tidak ada anggota
keluarga yang sakit.

3.5 Diagnosis Holistik


a. Aspek personal
Keluhan : Tidak ada keluhan
Kekhawatiran : Khawatir mengenai persalinan karena baru pertama kali hamil
Harapan: Ingin bersalin secara lancar di hari persalinan nanti baik secara
spontan maupun operasi.
b. Aspek klinis
Pasien seorang wanita 19 tahun hamil 30 minggu, primigravida muda dengan
kekurangan energi kronis.
c. Aspek risiko internal

28
37

 Usia : 19 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Genetik : disangkal
 Pekerjaan : Belum bekerja
 Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat
 Gaya hidup : Aktivitas cukup, istirahat cukup, olahraga kurang..
 Pola makan : Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya
makan di rumah. Variasi makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu,
tempe, ayam, ikan), sayur (sop, sayur asem, bayam, dll), air minum berupa
air putih yang berasal dari air PDAM rebusan. Konsumsi buah kurang
(tidak selalu seminggu sekali makan buah).
 Pola istirahat : Pasien sehari-hari berinteraksi dengan keluarga dan
tetangga di lingkungan rumah, dan terkadang ikut ibu berjualan, membantu
pekerjaan rumah yang ringan selama kehamilan.
 Kebiasaan : Pasien sesekali minum susu, dan jarang mengonsumsi buah
– buahan, dan daging merah.
 Spiritual : Pasien beragama Islam, rutin shalat 5 waktu setiap hari..
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial
 Kebiasaan keluarga : Interaksi pasien dengan keluarga baik. Kondisi
ekonomi keluarga cukup.
 Edukasi dari keluarga : Jika pasien sakit, keluarga akan merawat pasien
dan membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat.
e. Derajat fungsional:
Derajat fungsional dengan skor 1, yaitu pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
3.6 Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
A. Patient Centered Care
1. Promotif :
a. Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal, jenis
kalori cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai, dan 1 porsi
lebih banyak daripada sebelum hamil. Sesuai “isi piringku” yaitu ¾
karbohidart (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼ lauk pauk, dan ¼
buah – buahan.
b. Mengedukasi pasien untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.

29
37

c. Mengedukasi pasien untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan


lingkungan rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil.
Menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut
minimal 2-3 kali seminggu.
d. Mengedukasi pasien untuk tetap beraktivitas fisik dengan memperhatikan
kondisi dan keamanan janin seperti dengan mengikuti senam hamil.
2. Preventif
a. Mengedukasi pasien bahwa pasien memiliki lingkar lengan < 23,5 cm
yang menandakan adanya kekurangan energi kronis, sehingga perlu
ditingkatkan asupan energi dari tidak hanya makanan sehari – hari seperti
nasi, lauk, sayur, buah namun dapat ditambah dengan susu.
b. Mengedukasi pasien bahwa perlu kontrol ke dokter spesialis kandungan
untuk mengevaluasi perkembangan janin dan mendiskusikan rencana
persalinan.
c. Mengedukasi pasien bahwa dalam kehamilan minimal melakukan 2x yaitu
1 kali saat trimester I (penentuan usia kehamilan, penentuan adanya
kelainan uterus, penentuan kehamilan kembar, terduga adanya mola), dan
1 x pada trimester II (Evaluasi pertumbuhan janin, cairan amnion, evaluasi
kelainan bawaan).
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk rutin kontrol minimal 4x. 1x
trimester pertama, 1x trimester II, dan 2x trimester III.
e. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengikuti kelas ibu hamil yang
diadakan oleh Puskesmas, di masing – masing kelurahan wilayah kerja
Puskesmas Pandanaran yang akan dipandu oleh bidan yang
bertanggungjawab pada masing – masing wilayah kerja Puskesmas
Pandanaran.
f. Mengedukasi pasien mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan
seperti demam tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan
wajah, gerakan janin berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
g. Mengedukasi pasien mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas –
mulas yang teratur, timbulnya semakins sering dan semakin lama, atau
keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan
ketuban dari jalan lahir.

30
37

3. Kuratif
a. Pemberian tablet Fe, vit C, asam folat dan kalsium kepada pasien
b. Pemberian biskuit ibu hamil dan makanan kaya Fe
4. Rehabilitatif:
a. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi persalinan baik dari sisi
fisik maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada suami dan keluarga
untuk meberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan
jasmani dalam melahirkan.
b. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas baik dari sisi fisik
maupun psikis. Edukasi kepada suami dan keluarga untuk meberikan
dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam
mengurus anak di usia muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga
dapat beraktivitas seperti sebelumnya.
B. Family Focused
1. Promotif :
a. Mengedukasi keluarga pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan
jadwal, jenis kalori cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai
“isi piringku” yaitu ¾ karbohidart (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼
lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
b. Mengedukasi keluarga untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
c. Mengedukasi keluarga untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan
lingkungan rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil.
Menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut
minimal 2-3 kali seminggu.
d. Mengedukasi keluarga pasien untuk berolahraga 2-3 kali dalam seminggu
dengan durasi 30 -45 menit.
2. Preventif
a. Memotivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam mengetahui
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin (ANC) ke dokter setiap 2
minggu mulai trimester III, untuk mengetahui perkembangan janin karena
adanya faktor risiko tinggi pada pasien, apabila perlu juga mengingatkan
pasien untuk jadwal kunjungan selanjutnya.

31
37

b. Mengedukasi keluarga mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan


seperti demam tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan
wajah, gerakan janin berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
c. Mengedukasi keluarga mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas –
mulas yang teratur, timbulnya semakins ering dan semakin lama, atau
keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan
ketuban dari jalan lahir.
d. Menghimbau keluarga pasien untuk berpartisipasi mendampingi dan
mengingatkan pasien dalam kelas hamil agar pasien semangat.
3. Kuratif
a. Mengedukasi keluarga pasien untuk mengingatkan pasien rutin ANC
b. Mengedukasi keluarga pasien untuk minum obat teratur dan istirahat
cukup ( minimal 6-8 jam per hari).
4. Rehabilitatif
a. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi persalinan baik dari sisi
fisik maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada suami dan keluarga
untuk meberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan
jasmani dalam melahirkan.
b. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas baik dari sisi fisik
maupun psikis. Edukasi kepada suami dan keluarga untuk meberikan
dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam
mengurus anak di usia muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga
dapat beraktivitas seperti sebelumnya.
C. Community Oriented
1. Promotif :
a. Mengedukasi masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal,
jenis kalori cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai “isi
piringku” yaitu ¾ karbohidart (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼
lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
b. Mengedukasi masyarakat untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
c. Mengedukasi masyarakat untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan
lingkungan rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil.

32
37

Menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut


minimal 2-3 kali seminggu.
d. Mengedukasi masyarakat untuk berolahraga 2-3 kali dalam seminggu
dengan durasi 30 - 45 menit.
2. Preventif
a. Memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengetahui
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin (ANC) ke dokter setiap
2 minggu mulai trimester III, untuk mengetahui perkembangan janin
karena adanya faktor risiko tinggi pada pasien, apabila perlu juga
mengingatkan pasien untuk jadwal kunjungan selanjutnya.
b. Mengedukasi masyarakat mengenai tanda – tanda bahaya pada
kehamilan seperti Demam tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki,
tangan, dan wajah, gerakan janin berkurang, perdarahan, air ketuban
yang keluar.
c. Mengedukasi masyarakat mengenai tanda awal persalinan yaitu perut
mulas – mulas yang teratur, timbulnya semakins ering dan semakin lama,
atau keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya
cairan ketuban dari jalan lahir.
d. Menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi mendampingi dan
mengingatkan pasien dalam kelas hamil agar pasien semangat.
3. Kuratif
a. Mengedukasi masyarakat untuk mengingatkan pasien rutin ANC
b. Mengedukasi masyarakat untuk memotivasi pasien minum obat teratur dan
istirahat cukup ( minimal 6-8 jam per hari).
4. Rehabilitatif
a. Memotivasi tetangga dan teman-teman lingkungan rumah untuk memberi
dukungan pada ibu agar ibu tidak khawatir akan persalinannya.
Pengelolaan rehabilitatif juga ditujukan untuk persiapan kondisi nifas
pasien atau setelah melahirkan baik dari sisi fisik maupun psikis. Edukasi
untuk memberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan
mental dan jasmani dalam menghadapi tugas-tugas mengurus anak setelah
melahirkan serta mengembalikan kondisi pasien sehingga dapat
beraktivitas seperti sebelumnya

33
37

3.7 Tindak Lanjut


Tabel 11. Intervensi dan Follow Up
Risiko dan
Masalah Intervensi Follow Up
Kesehatan
Kehamilan 08/11/19
KEK - Menjelaskan kepada pasien dan - Pasien dan keluarga mengetahui
keluarga definisi kehamilan KEK definisi kehamilan dengan KEK
- Menjelaskanckepada pasien dan - Pasien dan keluarga mengetahui
keluarga mengenai tanda dan bahaya mengenai tanda dan bahaya risiko
risiko tinggi pada kehamilan tinggi pada kehamilan
- Menjelaskan kepada pasien mengenai - Pasien dan keluarga mengetahui
pentingnya rujukan dini berencana mengenai pentingnya rujukan dini
sebagai usaha pencegahan kematian ibu berencana sebagai usaha pencegahan
hamil kematian ibu hamil
- Menjelaskan kepada pasien komplikasi - Pasien dan keluarga mengetahui
ibu hamil dengan KEK yang bisa terjadi komplikasi ibu hamil dengan KEK
pada ibu dan janin yang bisa terjadi pada ibu dan janin
- Menjelaskan kepada pasien dan - Pasien dan keluarga mrngetahui
keluarga mengenai nutrisi yang baik mengenai nutrisi yang baik selama
selama masa kehamilan masa kehamilan
Kurangnya 08/11/2019 - Pasien dan keluarga memahami
pengetahuan - Mengedukasi pasien dan keluarga pentingnya USG dalam kehamilan dan
pasien dan bahwa dalam kehamilan minimal dapat mengulangi edukasi yaitu
keluarga melakukan 2x yaitu 1 kali saat perlunya minimal melakukan 2x yaitu 1
mengenai trimester I (penentuan usia kali saat trimester I (penentuan usia
pentingnya kehamilan, penentuan adanya kehamilan, penentuan adanya kelainan
USG dalam kelainan uterus, penentuan kehamilan uterus, penentuan kehamilan kembar,
kehamilan, kembar, terduga adanya mola), dan 1 terduga adanya mola), dan 1 x pada
tanda bahaya x pada trimester II (Evaluasi trimester II (Evaluasi pertumbuhan
kehamilan, pertumbuhan janin, cairan amnion, janin, cairan amnion, evaluasi kelainan
dan tanda evaluasi kelainan bawaan). bawaan).
awal - Mengedukasi pasien dan keluarga - Pasien dan keluarga memahami tanda
persalinan mengenai tanda – tanda bahaya pada – tanda bahaya pada kehamilan
kehamilan seperti Demam tinggi, seperti Demam tinggi, muntah terus
muntah terus menerus, bengkak kaki, menerus, bengkak kaki, tangan, dan
tangan, dan wajah, gerakan janin wajah, gerakan janin berkurang,
berkurang, perdarahan, air ketuban perdarahan, air ketuban yang keluar.
yang keluar. - Pasien dan keluarga memahami
- Mengedukasi pasien dan keluarga mengenai tanda awal persalinan yaitu
mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas – mulas yang teratur,
perut mulas – mulas yang teratur, timbulnya semakins sering dan semakin
timbulnya semakins sering dan lama, atau keluarnya lendir bercampur
semakin lama, atau keluarnya lendir darah dari jalan lahir atau keluarnya
bercampur darah dari jalan lahir atau cairan ketuban dari jalan lahir.
keluarnya cairan ketuban dari
jalan lahir.
Faktor risiko 08/11/2019
perilaku: - Mengedukasi keluarga pasien untuk - Pasien dan keluarga memahami dan

34
37

 Makan, mengkonsumsi makanan dengan bertekad untuk mengkonsumsi


istirahat, jadwal, jenis kalori cukup, padat gizi makanan dengan jadwal, jenis kalori
dan mikro dan makro, jumlah yang sesuai cukup, padat gizi mikro dan makro,
olahraga “isi piringku” yaitu ¾ karbohidart jumlah yang sesuai “isi piringku”
tidak (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, yaitu ¾ karbohidart
teratur dan ¼ lauk pauk, dan ¼ buah – buahan. (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran,
terukur - Mengedukasi keluarga untuk istirahat ¼ lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
yang cukup 6-7 jam sehari. - Pasien dan keluarga memahami dan
- Mengedukasi pasien untuk mengikuti bertekad untuk istirahat yang cukup
senam hamil dan keluarga 6- 7 jam sehari.
untuk berolahraga 2-3 x seminggu - Pasien dan keluarga memahami dan
dengan durasi 30 -45 menit. bertekad untuk mengikuti senam
hamil dan keluarga untuk berolahraga
2-3 x seminggu dengan durasi 30 -45
menit.
Belum 08/11/2019 Pasien sudah memahami pentingnya
mencari - Mengedukasi pasien akan pentingnya mencari fasilitas kesehatan di tempat
fasilitas mengetahui fasilitas kesehatan saat wisata agar memperoleh informasi
kesehatan saat berwisata untuk mengetahui informasi kesehatan wisata dan akses pelayanan
berwisata kesehatan dan akses pelayanan kesehatan kesehatan terdekat di tempat wisata.
terdekat

Kesimpulan Tindak Lanjut:


 Tingkat pemahaman : Baik
 Faktor Pendukung : Pasien dan keluarga bersedia dan antusias menerima
informasi yang diberikan, dapat memahami dan menangkap penjelasan yang
diberikan, dan setuju untuk mempraktikkan saran yang diberikan
 Faktor penghambat : Tidak berkesempatan melakukan intervensi pada
komunitas karena keterbatasan waktu.
 Indikator keberhasilan : Pasien dan keluarga memahami, dapat mengulangi
edukasi yang diberikan, bertekad melakukan perubahan perilaku.

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien Seorang Wanita G1P0A0 Usia 19 Tahun Hamil 30 Minggu
Primigravida Muda dengan Kekurangan Energi Kronis dengan pendekatan kedokteran
keluarga adalah sebagai berikut:
A. Medikamentosa: Pemberian tablet Fe, vit C, asam folat dan kalsium kepada pasien
Pemberian biskuit ibu hamil dan makanan kaya Fe
B. Nonmedikamentosa:
 Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal, jenis kalori
cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai, dan 1 porsi lebih banyak
daripada sebelum hamil. Sesuai “isi piringku” yaitu ¾ karbohidart
(nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼ lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
 Mengedukasi pasien untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
 Mengedukasi pasien untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan lingkungan
rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil. Menyikat gigi dengan benar
minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut minimal 2-3 kali seminggu.
 Mengedukasi pasien untuk tetap beraktivitas fisik dengan memperhatikan kondisi
dan keamanan janin seperti dengan mengikuti senam hamil.
 Mengedukasi pasien bahwa pasien memiliki lingkar lengan < 23,5 cm yang
menandakan adanya kekurangan energi kronis, sehingga perlu ditingkatkan asupan
energi dari tidak hanya makanan sehari – hari seperti nasi, lauk, sayur, buah namun
dapat ditambah dengan susu.
 Mengedukasi pasien bahwa perlu kontrol ke dokter spesialis kandungan untuk
mengevaluasi perkembangan janin dan mendiskusikan rencana persalinan.
 Mengedukasi pasien bahwa dalam kehamilan minimal melakukan 2x yaitu 1 kali saat
trimester I (penentuan usia kehamilan, penentuan adanya kelainan uterus,
penentuan kehamilan kembar, terduga adanya mola), dan 1 x pada trimester II
(Evaluasi pertumbuhan janin, cairan amnion, evaluasi kelainan bawaan).
 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk rutin kontrol minimal 4x. 1x trimester
pertama, 1x trimester II, dan 2x trimester III.

36
 Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengikuti kelas ibu hamil yang diadakan
oleh Puskesmas, di masing – masing kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pandanaran
yang akan dipandu oleh bidan yang bertanggungjawab pada masing – masing
wilayah kerja Puskesmas Pandanaran.
 Mengedukasi pasien mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan seperti Demam
tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan wajah, gerakan janin
berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
 Mengedukasi pasien mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas – mulas yang
teratur, timbulnya semakins sering dan semakin lama, atau keluarnya lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
 Mengedukasi keluarga mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan seperti
Demam tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan wajah, gerakan
janin berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
 Mengedukasi keluaga mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas – mulas
yang teratur, timbulnya semakins sering dan semakin lama, atau keluarnya lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir.
 Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi persalinan baik dari sisi fisik
maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada suami dan keluarga untuk
meberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani
dalam melahirkan.
 Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas baik dari sisi fisik maupun
psikis. Edukasi kepada suami dan keluarga untuk meberikan dukungan dan
membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam mengurus anak di usia
muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga dapat beraktivitas seperti
sebelumnya.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien diperlukan pendekatan keluarga dalam
menatalaksana pasien secara komprehensif.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.2009. Pedoman Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan stiker: Dalam rangka mempercepat
penurunan AKI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.2009. Pedoman Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan stiker: Dalam rangka mempercepat
penurunan AKI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. WHO. Maternal Mortality in 2000. Departement of Reproductive Health and
Research WHO, 2003.
4. Wikjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan ed III. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. 2006
5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. 2nd ed. Jakarta :1897;Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Rochjati, P. Skrining Antenatal pada Ib Hamil (Pengenalan Faktor Risiko Deteksi
Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi), Pusat Safemotherhood Lab/SMF Obgin RSU dr.
Soetomo/FK UNAIR, Surabaya, 2003
7. Raharja, S., Emilia, O., & Rochjati, P. Profil Primigravida Muda dan Luaran
Persalinan di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(1),
39-49.
8. Astutik, V. Y., & Winarningrum, I. (2017). Hubungan Tinggi Badan Dan Nutrisi Ibu
Hamil Dengan Resiko Terjadinya Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Tm Ii
Di Wilayah Kerja Puskesmas Turen. Biomed Science, 5(2), 45-51.
9. Humaera, G., Sari, R. D. P., & Prabowo, A. Y. (2018). Hubungan Tinggi Badan Ibu
dengan Proses Persalinan. Jurnal Medula, 8(1), 44-48.
10. Baxley EG dan Brown RS. Nutrition in Pregnancy and Lactation. Di dalam: Ratcliffe
SD, editor. Family Medicine Obstetrics edisi ke 3. Missouri: Mosby Elsevier 2008.
Hal. 66-71.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2014.
12. Ricalde AE, Velásquez-Meléndez G, Tanaka AC, and de Siqueira AA. Mid- upper
arm circumference in pregnant women and its relation to birth weight. Rev Saude

38
Publica [Internet]. 1998 [cited 2015 June 2]; 32(2): 112-7. Available from : Scielo
Public Health.
13. Williamson CS. Nutrition in Pregnancy. British Nutrition Foundation Nutrition
Bulletin [Internet]. 2006 [cited 2015 June 2]; 31(1): 28-59. Available from : Wiley
Online Library.
14. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014.

39
LAMPIRAN

40
41

41
42
43
44
45
1

Anda mungkin juga menyukai