KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun oleh :
22010117220191
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan kedokteran keluarga agar setiap
penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil dapat lebih komprehensif dan
berkesinambungan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari studi kasus ini adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan melaksanakan
diagnosis holistik serta penanganan komprehensif terhadap wanita dengan
kekurangan energi kronis berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari studi kasus ini adalah:
Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien
Mengatahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien
Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif
1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat
melaksanakan praktik kedokteran keluarga termasuk diagnostik holistik dan penanganan
komprehensif secara langsung kepada wanita dengan kekurangan energi kronis.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
juga berpengaruh kepada produksi air susu ibu (ASI) dan menurunkan kemampuan
merawat anak serta dirinya sendiri.
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kurang gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah seperti berikut ini.
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain : anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan yang
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya atau prematur, pendarahan setelah
persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dapat
menimbulkan keguguran, asfiksia intra parftum (mati dalam kandungan) dan lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan pengaruh pada pengetahuan dan
pekerjaan seseorang sehingga dengan pendidikan yang tinggi akan meningkatkan status
ekonomi keluarga. Pendidikan wanita hamil dan suami merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan status gizi keluarga. Tingkat pendidikan mempengaruhi konsumsi
makanan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi maka akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dibandingan dengan
mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa KEK berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang yang
rendah.6
Selain tingkat pendidikan, pekerjaan juga merupakan salah satu gambaran status
ekonomi keluarga. Pekerjaan mempunyai peran yang penting terutama dalam
memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Dimana dengan pekerjaan mereka akan
memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam
keluarga termasuk gizi dan kesehatan.
Menurut Berg (1986) tingkat pendapatan merupakan faktor penentu terhadap
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Pendapatan juga akan menentukan
daya beli terhadap makanan dan fasilitas lainnya seperti pendidikan, perumahan,
kesehatan dan lain-lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi. Keadaan ini sangat
4
5
berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap
keadaan status gizi terutama ibu hamil/menyusui dan balita.
2.1.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kehamilan
Usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 20 – 35 tahun.
Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas 35 tahun. Wanita yang
hamil di usia muda, memiliki resiko :
Belum mencapai kematangan fisik dan mental
yang cukup. Seperti endometrium belum kuat, peluruhan dinding rahim setiap perioe
menstruasi masih belum sempurna. Ini kurang kondusif bagi proses nidasi atau
menempelnya embrio ke dinding rahim. Resiko yang mungkin terjadi : janin mudah
keguguran, kemungkinannya 3 kali lebih tinggi di bandingkan yang hamil di usia 20 tahun.
Resiko yang lain adalah pertumbuhan janin yang intrauterine growth restriction.
Organ
reproduksi seperti rahim, mulut rahim dan otot – otot, ligament di panggul belum matang
dan belum kuat, sehingga belum siap untuk berfungsi semestinya dalam menunjang
kehamilandan persalinan. Resiko yang mungkin terjadi adalah keguguran, perdarahan,
persalinan premature, prolaps organ panggul, bahkan rupturnya organ panggul.
Kehamilan di usia muda akan menghabiskan persediaan makan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan bagi seorang gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Resiko yang mungkin terjadi seperti anemia akibat dari metabolisme ibu, preeklampsia,
eklampsia dan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah.7
2.1.2 Hubungan Tinggi Badan Ibu dengan Kehamilan dan Persalinan
Terdapat hubungan yang signifikan antara nutrisi ibu hamil dengan resiko terjadinya
kekurangan energi kronis. Dimana teori ini sesuai dengan teori Rustam Mochtar yang
menyebutkan bahwa wanita yang memiliki tinggi badan ≤ 145 cm tidak hanya berpotensi
memiliki panggul sempit tetapi berisiko mengalami KEK, karena ibu hamil yang ukuran
tinggi badan <145 cm sebaiknya berat badan terkontrol tidak lebih dari 12,5 kg selama
kehamilan agar terhindar dari resiko panggul sempit, hal ini yang menyebabkan asupan
pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang tidak terpenuhi dengan baik di bandingkan
dengan ibu hamil yang ukuran tinggi badan >145 cm. Dilihat dari penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh (Tenri, 2012) Tentang Hubungan Gizi Ibu hamil Dengan KEK
menunjukan pada Pemenuhan gizi ibu hamil yang memiliki ukuran LILA <23,5 cm,
terdapat nilai signifikan p=0,000 dengan KEK pada wanita hamil di Kota Makassar dan
Pada ibu hamil yang memiliki tinngi badan <145 cm p=0,012 dengan KEK pada wanita
hamil di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan Kendall-Tau didapatkan nilai τ=
0,709 dan nilai ini berada dalam batas ketentuan uji Kendal-Tau -1< τ<1. Hasil tersebut
5
6
menunjukkan bahwa hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan
antara Nutrisi ibu hamil dengan kejadian anemia sebesar 70,9% dan sisanya 29,1%
disebabkan oleh faktor lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Nutrisi ibu hamil dengan KEK dan Tinggi badan <145 cm terdapat
hubungan yang signifikan dengan KEK.8
Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehatan. Risiko persalinan
akan menjadi lebih besar bagi para perempuan berusia di bawah 20 tahun maupun di atas
35 tahun (Depkes, 2008). Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
remaja (<20 tahun) meningkat 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Tinggi badan adalah salah satu indikator pertumbuhan. Tinggi badan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal,eksternal dan lingkungan. Perempuan memiliki
panggul yang lebih lebar dibandingkan bahu dan kedua spina iliaka anterior superior
(SIAS) terpisah dengan jarak yang lebih lebar, sedangkan laki-laki memiliki bahu yang
lebih lebar dibandingkan panggul dan kedua SIAS terpisah dengan jarak yang tidak begitu
lebar. Perempuan memiliki tulang pelvis yang lebih tipis dengan sudut suprapubik yang
lebih besar dan pintu keluar pelvis yang lebih luas daripada pria.
Kematian perinatal dapat disebabkan oleh karena adanya kelainan letak persalinan.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak sungsang diantaranya paritas ibu dan
bentuk panggul ibu yaitu pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak
baik pada pintu atas panggul. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mulyawati (2011) yang mendukung teori Rustam Mochtar yang menyebutkan bahwa
wanita yang memiliki tinggi badan 145 cm berpotensi memiliki panggul sempit dan
berisiko mengalami tindakan persalinan operasi sectio caesarea.
Penelitian yang dilakukan oleh Patil (2015) di India mengenai hubungan tinggi ibu dan
perkiraan berat janin pada proses persalinan didapatkan kelahiran caesar darurat pada ibu
pendek adalah 32,5% sedangkan pada wanita dengan tinggi badan lebih dari 145 cm adalah
25%. Dengan demikian wanita yang kurang dari atau sama dengan 145 cm memiliki risiko
lebih tinggi dari operasi caesar darurat jika dibandingkan dengan wanita lebih dari 145 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kathleen dkk, wanita dengan tinggi 146 cm dengan
wanita yang tingginya 160 cm memiliki 2,5 kali lebih tinggi risiko kelahiran caesar. Risiko
untuk persalinan caesar darurat terjadi pada wanita yang sehat, nulipara tanpa obstetri atau
adanya kelainan klinis dengan tinggi 146 cm adalah 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita dengan tinggi badan 166 cm. Dengan demikian wanita tinggi <145 cm.
6
7
7
8
a. Evaluasi nutrisi
Penilaian adekuat atau tidaknya status nutrisi pada wanita hamil dapat diperoleh
melalui anamnesis/food recall yang menggali informasi mengenai keseimbangan makanan
dan kebiasaan makan. Informasi mengenai kepercayaan dan pilihan terhadap makanan,
yang berhubungan dengan kebiasaan makan keluarga, etnis tertentu, dan budaya, juga
perlu digali, kemudian didiskusikan, dan dicari jalan keluarnya bila terdapat hal yang
bertentangan dengan ilmu kedokteran.13 Pemeriksaan fisik yaitu pengukuran berat badan,
dapat digunakan untuk memantau status nutrisi wanita hamil. Penambahan berat badan
yang direkomendasikan pada wanita hamil dengan body mass index (BMI) yang berbeda-
beda sebelum kehamilan disajikan pada tabel 1.10-11
Pemeriksaan lingkar lengan atas (LLA) wanita hamil dapat juga digunakan untuk
mengevaluasi status nutrisi. Pada trimester pertama, bila LLA < 23 cm, maka diduga
wanita hamil dalam keadaan undernutrisi atau mengidap penyakit kronis. Pada keadaan ini,
biasanya bayi yang dilahirkan akan lebih kecil dari ukuran normal. Sedangkan pada wanita
hamil dengan LLA > 33 cm, maka diduga wanita hamil mengalami obesitas, yang
memiliki resiko preeklampsia dan diabetes maternal serta melahirkan bayi dengan berat
badan lebih.11-12
Pemeriksaan laboratorium yaitu pengukuran hemoglobin (Hb), juga merupakan
pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui status nutrisi wanita hamil. Kadar Hb kurang
8
9
dari 11,0 g/dl pada trimester 1 dan 3 serta kadar Hb kurang dari 10,5 g/dl pada trimester ke
2, dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak adekuat.11
b. Konseling tentang kebutuhan kalori
Wanita hamil pada trimester 1 membutuhkan tambahan kalori sebanyak 150 kcal/hari
sedangkan selama trimester 2 dan 3 membutuhkan tambahan kalori sebanyak 300 hingga
500 kcal/hari. Estimasi total kalori yang dibutuhkan pada sebagian besar wanita hamil
adalah 1900 hingga 2750 kcal/hari.11 Namun, wanita hamil direkomendasikan untuk tetap
dapat menjaga BMI-nya pada angka 20 hingga 25.13 Sumber kalori utama, yaitu mencapai
50 hingga 60% dari total kalori yang diperlukan, berasal dari karbohidrat. Kurangnya
asupan karbohidrat dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan serta munculnya
defek neurologis pada janin. Sumber karbohidrat yang baik berasal dari gandum utuh, buah
dan sayuran segar, serta susu. Protein harus menyumbang 20% dari total kalori yang
dibutuhkan oleh wanita hamil, dengan tambahan 30 g/hari disamping kebutuhan dasar 75-
80g/hari. Protein dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, pertumbuhan plasenta,
meningkatkan volume darah ibu, pertumbuhan uterus dan payudara, serta memproduksi
kolostrum. Kebutuhan protein yang tidak terpenuhi dihubungkan dengan bayi yang kecil
masa kehamilan. Sedangkan lemak harus berkontribusi sebanyak 30% dari total kalori
yang dibutuhkan. Lemak menyediakan asam lemak untuk mielinisasi sel saraf dan absorbsi
vitamin larut lemak pada janin. Sumber asam lemak yang baik berasal dari minyak ikan
(banyak mengandung eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA)).13
c. Konseling tentang kebutuhan nutrisi tambahan
Kebutuhan nutrisi tambahan selama masa kehamilan dapat dilihat pada tabel 2 yang
membandingkan antara kebutuhan nutrisi pada wanita hamil dengan wanita tidak hamil.
Kebutuhan nutrisi tambahan yang penting dipenuhi dalam kehamilan adalah:
9
10
14
2.2 Kedokteran Keluarga
2.2.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan
klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus memahami manusia
bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus
memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga
sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam
organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau
10
11
anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga
serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan
organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilaku dan
kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak.
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
a. Proses dinamika dalam keluarga
b. Potensi keluarga
c. Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
d. Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam interaksinya
dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam
rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola
pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembang
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
2.2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga
merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk
menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang
11
12
dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan
masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif,
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga
pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah
ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap
pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan
ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-
psikologikal dan sosial keluarga.
12
13
BAB III
13
14
Kepala Wiraswasta
1. Tn. R keluarga I L 43 SLTA/Sederajat Sehat
(ayah
pasien)
2. Ny. D Ibu pasien P 38 SLTP/Sederajat Wiraswasta Sehat
3. Tn. M Kepala keluarga L 22 SLTA/Sederajat Karyawan Swasta Sehat
II (menantu)
4. Ny. J Istri (pasien) P 19 SLTP/Sederajat Ibu rumah tangga Hamil
14
15
M 1999
Ny. S Tn. M
B 2000 B 1997
22 th
M 2018
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: hamil
: pasien
: tinggal satu rumah
DM : Diabetes melitus
15
16
Tn. M
Tn.R Ny. D
Ny. S
Disfungsional
Fungsional
Rigid Boundary
1. Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
2. Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
3. Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur
Hubungan antara keluarga yang terlalu ikut campur
4. Clear Boundary (Batasan yang jelas)
Menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa
mengurangi rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan keluarga.
5. Rigid Boundary (Batasan yang terlalu kaku)
16
17
Membuat anggota keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi mungkin
tetap ada namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu sama lain.
6. Diffused Boundary (Batasan yang terlalu buram)
Membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh campur
tangan anggota keluarga lainnya. Perkembangan kemandirian menjadi terhambat.
Kesimpulan Hubungan antara pasien, suami, ayah, ibu, dan adik dalam keadaan yang
fungsional.
17
18
18
19
19
20
20
21
Food Recall:
I (5/11/19) II (6/11/19) III (7/11/19)
Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi putih 1
centong + Sayur centong + sayur centong + sayur
Pagi asem 1 mangkok + bayam ½ kangkung ½ piring
telur ayam 1+ air mangkok + Ayam + tempe goreng 1 +
putih 2 gelas bakar 1 + air air putih 2 gelas
putih 2 gelas
Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi putih 1
centong + ayam centong + sup 1 centong + tempe
Siang goreng 1 + air putih mangkok + ikan bacem 2 + air putih
2 gelas bandeng ½ + susu 2 gelas
1 gelas
Nasi putih 1 Nasi + sup ½ Nasi putih 1
centong + sayur mangkok + ayam centong + telur
Malam asem ½ mangkok + goreng 1 + air ceplok 1 + oseng
ayam goreng + Air putih 2 gelas kangkung 2 sendok
putih 1 gelas + susu 1 gelas
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 November 2019, pukul 10.15 WIB di
Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.
Keadaan umum : Baik, tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah : 124/85mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,70C
Pernapasan : 20x/menit,reguler
Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 54 kg
BMI : 24,6 (Normoweight WHO Asia Pasifik)
LILA : 22 cm
Status Generalis:
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
21
22
I II III IV
Triwulan
KEL Masalah/Faktor Risiko SKOR I II III. III.
NO.
F.R 1 2
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I < 16 tahun 4 -
2 Terlalu tua hamil I > 35 tahun 4 -
Terlalu lambat hamil I kawin > 4 tahun 4 -
3 Terlalu lama hamil lagi > 10 tahun 4 -
4 Terlalu cepat hamil lagi < 2 tahun 4 -
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4 -
6 Terlalu tua umur > 35 tahun 4 -
7 Terlalu pendek < 145 cm 4 -
8 Pernah gagal kehamilan 4 -
9 Pernah melahirkan dengan
4 -
a. Tarikan tang/vakum
b. Uri dirogoh 4 -
c. Diberi infus/transfuse 4 -
10 Pernah operasi sesar 8 -
II Penyakit pada ibu hamil
4 -
a. Kurang darah b. Malaria
11 c. TBC paru d. Payah jantung 4 -
Kencing manis (Diabetes) 4 -
Penyakit Menular Seksual 4 -
12 Bengkak pada muka/tungkai dan
4 -
tekanan darah tinggi
13 Hamil kembar 4 -
14 Hydramnion 4 -
15 Bayi mati dalam kandungan 4 -
16 Kehamilan lebih bulan 4 -
17 Letak sungsang 8 -
18 Letak lintang 8 -
19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8 -
III
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8 -
23
24
JUMLAH SKOR 2
DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0, 19 tahun, hamil 30 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi kepala, punggung kanan, belum masuk PAP
Primigravida muda, kekurangan energi kronis
24
25
Pasien dan keluarga tinggal di Jl. Dr. Kariadi No. 514 RT 008/RW 006, Randusari,
Kota Semarang. Komunikasi pasien dengan tetangga baik.
7. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Pasien menerima kondisi penyakitnya dan berharap kondisi kembali sehat.
25
26
Kamar Tidur 2
Ruang
Makan
Ruang
Keluarga Kamar Tidur 1
Ruang
Tamu
Teras
26
37
Dibuat kompos 3
Dibakar 2
Dibuang ke kali 1
Dibuang sembarangan 1
Lainnya 1
Tidak ada 3 3
Polusi udara
Ada gangguan 1
Listrik/gas 3 3
Minyak tanah 2
Bahan bakar masak
Kayu bakar 1
Arang/batu bara 1
Total skor 40
27
37
Lingkungan Pekerjaan
Pasien tidak bekerja, Pembiayaan ditanggung oleh suami dan kedua orang tua pasien.
Suami bekerja sebagai karyawan swasta. Ayah dan Ibu pasien bekerja wiraswasta yaitu
usaha warung kopi.
Pengetahuan kedokteran wisata
Dari hasil identifikasi pengetahuan keluarga mengenai kedokteran wisata diperoleh
hasil bahwa selama 1 tahun pasien dan keluarga pernah berwisata untuk menghilangkan
penat, ke wisata Dusun Semilir karena merupakan obyek wisata baru di daerah Semarang.
Sebelum berwisata keluarga belum mencari informasi tempat tujuan wisata terkait
kesehatan. Keluarga juga belum mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan sebelum,
selama dan sepulang dari tempat wisata agar kesehatan keluarga tetap terjaga. Keluarga
juga belum mengetahui bahwa di Indonesia sudah mulai tersedia pelayanan kesehatan
wisata yang membantu wisatawan yang memiliki rencana, sedang dan sepulang dari
tempat wisata.
Pengetahuan keluarga hanya sebatas menyediakan bekal makanan untuk wisata dan
membawa obat sederhana seperti minyak angin atau minyak kayu putih dan meminum obat
anti mabuk sebelum memulai perjalanan. Selama dan setelah berwisata, tidak ada anggota
keluarga yang sakit.
28
37
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Genetik : disangkal
Pekerjaan : Belum bekerja
Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat
Gaya hidup : Aktivitas cukup, istirahat cukup, olahraga kurang..
Pola makan : Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya
makan di rumah. Variasi makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu,
tempe, ayam, ikan), sayur (sop, sayur asem, bayam, dll), air minum berupa
air putih yang berasal dari air PDAM rebusan. Konsumsi buah kurang
(tidak selalu seminggu sekali makan buah).
Pola istirahat : Pasien sehari-hari berinteraksi dengan keluarga dan
tetangga di lingkungan rumah, dan terkadang ikut ibu berjualan, membantu
pekerjaan rumah yang ringan selama kehamilan.
Kebiasaan : Pasien sesekali minum susu, dan jarang mengonsumsi buah
– buahan, dan daging merah.
Spiritual : Pasien beragama Islam, rutin shalat 5 waktu setiap hari..
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial
Kebiasaan keluarga : Interaksi pasien dengan keluarga baik. Kondisi
ekonomi keluarga cukup.
Edukasi dari keluarga : Jika pasien sakit, keluarga akan merawat pasien
dan membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat.
e. Derajat fungsional:
Derajat fungsional dengan skor 1, yaitu pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
3.6 Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
A. Patient Centered Care
1. Promotif :
a. Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal, jenis
kalori cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai, dan 1 porsi
lebih banyak daripada sebelum hamil. Sesuai “isi piringku” yaitu ¾
karbohidart (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼ lauk pauk, dan ¼
buah – buahan.
b. Mengedukasi pasien untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
29
37
30
37
3. Kuratif
a. Pemberian tablet Fe, vit C, asam folat dan kalsium kepada pasien
b. Pemberian biskuit ibu hamil dan makanan kaya Fe
4. Rehabilitatif:
a. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi persalinan baik dari sisi
fisik maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada suami dan keluarga
untuk meberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan
jasmani dalam melahirkan.
b. Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas baik dari sisi fisik
maupun psikis. Edukasi kepada suami dan keluarga untuk meberikan
dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam
mengurus anak di usia muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga
dapat beraktivitas seperti sebelumnya.
B. Family Focused
1. Promotif :
a. Mengedukasi keluarga pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan
jadwal, jenis kalori cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai
“isi piringku” yaitu ¾ karbohidart (nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼
lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
b. Mengedukasi keluarga untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
c. Mengedukasi keluarga untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan
lingkungan rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil.
Menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut
minimal 2-3 kali seminggu.
d. Mengedukasi keluarga pasien untuk berolahraga 2-3 kali dalam seminggu
dengan durasi 30 -45 menit.
2. Preventif
a. Memotivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam mengetahui
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin (ANC) ke dokter setiap 2
minggu mulai trimester III, untuk mengetahui perkembangan janin karena
adanya faktor risiko tinggi pada pasien, apabila perlu juga mengingatkan
pasien untuk jadwal kunjungan selanjutnya.
31
37
32
37
33
37
34
37
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien Seorang Wanita G1P0A0 Usia 19 Tahun Hamil 30 Minggu
Primigravida Muda dengan Kekurangan Energi Kronis dengan pendekatan kedokteran
keluarga adalah sebagai berikut:
A. Medikamentosa: Pemberian tablet Fe, vit C, asam folat dan kalsium kepada pasien
Pemberian biskuit ibu hamil dan makanan kaya Fe
B. Nonmedikamentosa:
Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal, jenis kalori
cukup, padat gizi mikro dan makro, jumlah yang sesuai, dan 1 porsi lebih banyak
daripada sebelum hamil. Sesuai “isi piringku” yaitu ¾ karbohidart
(nasi/kentang/jagung/ubi), ¾ sayuran, ¼ lauk pauk, dan ¼ buah – buahan.
Mengedukasi pasien untuk istirahat yang cukup 6-7 jam sehari.
Mengedukasi pasien untuk tetap mempertahankan kebersihan diri dan lingkungan
rumah, dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, setelah buang air besar, dan buang air kecil. Menyikat gigi dengan benar
minimal 2 kali sehari. Mencuci rambut minimal 2-3 kali seminggu.
Mengedukasi pasien untuk tetap beraktivitas fisik dengan memperhatikan kondisi
dan keamanan janin seperti dengan mengikuti senam hamil.
Mengedukasi pasien bahwa pasien memiliki lingkar lengan < 23,5 cm yang
menandakan adanya kekurangan energi kronis, sehingga perlu ditingkatkan asupan
energi dari tidak hanya makanan sehari – hari seperti nasi, lauk, sayur, buah namun
dapat ditambah dengan susu.
Mengedukasi pasien bahwa perlu kontrol ke dokter spesialis kandungan untuk
mengevaluasi perkembangan janin dan mendiskusikan rencana persalinan.
Mengedukasi pasien bahwa dalam kehamilan minimal melakukan 2x yaitu 1 kali saat
trimester I (penentuan usia kehamilan, penentuan adanya kelainan uterus,
penentuan kehamilan kembar, terduga adanya mola), dan 1 x pada trimester II
(Evaluasi pertumbuhan janin, cairan amnion, evaluasi kelainan bawaan).
Memberikan penjelasan kepada pasien untuk rutin kontrol minimal 4x. 1x trimester
pertama, 1x trimester II, dan 2x trimester III.
36
Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengikuti kelas ibu hamil yang diadakan
oleh Puskesmas, di masing – masing kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pandanaran
yang akan dipandu oleh bidan yang bertanggungjawab pada masing – masing
wilayah kerja Puskesmas Pandanaran.
Mengedukasi pasien mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan seperti Demam
tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan wajah, gerakan janin
berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
Mengedukasi pasien mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas – mulas yang
teratur, timbulnya semakins sering dan semakin lama, atau keluarnya lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
Mengedukasi keluarga mengenai tanda – tanda bahaya pada kehamilan seperti
Demam tinggi, muntah terus menerus, bengkak kaki, tangan, dan wajah, gerakan
janin berkurang, perdarahan, air ketuban yang keluar.
Mengedukasi keluaga mengenai tanda awal persalinan yaitu perut mulas – mulas
yang teratur, timbulnya semakins sering dan semakin lama, atau keluarnya lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir.
Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi persalinan baik dari sisi fisik
maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada suami dan keluarga untuk
meberikan dukungan dan membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani
dalam melahirkan.
Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas baik dari sisi fisik maupun
psikis. Edukasi kepada suami dan keluarga untuk meberikan dukungan dan
membantu pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam mengurus anak di usia
muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga dapat beraktivitas seperti
sebelumnya.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien diperlukan pendekatan keluarga dalam
menatalaksana pasien secara komprehensif.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Publica [Internet]. 1998 [cited 2015 June 2]; 32(2): 112-7. Available from : Scielo
Public Health.
13. Williamson CS. Nutrition in Pregnancy. British Nutrition Foundation Nutrition
Bulletin [Internet]. 2006 [cited 2015 June 2]; 31(1): 28-59. Available from : Wiley
Online Library.
14. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014.
39
LAMPIRAN
40
41
41
42
43
44
45
1