PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah
jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan dan kejadiannya
di masyarakat terus meningkat. Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik
merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik
dan sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi
menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara
umum antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan menghasilkan urine,
keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis dimana fungsi
ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan fosfor,
regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab dari
gangguan ginjal dapat menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut dengan
gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang irreversibel
ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah klien gagal ginjal pada tahun
2011-2013 telah meningkat 50%. Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat klien
gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data survei yang dilakukan PERNEFRI 2013 ini
mencapai 30,7 juta penduduk yang menderita penyakit CKD (Kartika, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal
kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar
0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan
prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6
persen. Di DKI jakarta menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita penyakit
CKD dari 31 provensi di indonesia (Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), data klien CKD pada bulan Januari sampai dengan bulan
Maret tahun 2016 terdapat 145 klien. Ruang Melati sebagai perawatan umum di rumah sakit
Islam Jakarta masuk ke10 penyakit terbanyak selama tiga bulan terakhir (Januari sampai Maret
2016) yaitu menempati urutan ke sembilan penyebab klien mengalami rawat inap (RSIJ, 2016).
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan dasar
yaitu, Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel. Pada klien CKD cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium. Kebutuhan cairan CKD terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan
natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Kebutuhan nutrisi merupakan
proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Pada penyakit CKD sistem
pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan CKD mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah
ureum.
Kebutuhan aktivitas Pada klien CKD abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu,
metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat
serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun. Pada klien CKD cenderung
ditemukan, mudah lemas, konjugtiva pucat, cepat lelah beraktivitas, energi berkurang. Dari
uraian gangguan pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditegakan masalah keperawatan perubahan
pola napas, kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi
aktivitas (Potter dan Patricia, 2010; Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC,2015).
Jika pemenuhan kebutaha dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani berpotensi terjadi
komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis,
hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi dan
mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak
yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein
(Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah kliennya
sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan
mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD yang melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan untuk memberikan
pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara
pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin
berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang berbahaya.
Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau cairan dan
elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator tubuh serta membatasi
cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan
hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu
mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah terjadinya
komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan pembatasan aktivitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga penulis
melakukan studi kasus dan menguraikan hasil karya tulis ilmiah tersebut dengan judul :
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada klien Tn.DJ dengan Chronic Kidney Disease di Paviliun
Melati RSIJ Cempaka Putih.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu : Dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) khususnya pada Tn. D di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada
Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen dengan CKD
khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada
Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. DJ
di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kebutuhan dasar
klien dengan CKD khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih.
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi
kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada klien
Tn. DJ dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta dari tanggal 03 - 05 juni 2016.
D. Metode penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah penulis menggunakan metode deskriptif dan study kepustakaan.
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan judul
karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan diagnosa,
mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
E. Sistematika penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan khusus,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan).
BAB III : Tujuan Khusus
Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn.DJ dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diangnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai pengkajian
keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.
BAB V : Penutup
Kesimpulan : Merupakan tulisan singkat mengenai pemenuhan kebutuhan dasar dengan
Gangguan Sistem Perkemihan khususnya masalah CKD.
Saran : Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di bidang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar dengan
CKD.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya
adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang ireversibel
ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
b. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang tidak
dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal
tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan uremia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut
:
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006) diantaranya adalah
tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat,
gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif.
Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis
arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan seklerosis
sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta amiloidosis.
g. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu, neoplasma,
fibrosis retroperitoneal.
4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan (kebutuhan cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan personal
higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau
pendapat (kebutuahan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi (kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal
dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori,
yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1
– 9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan
psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk
komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga,
mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CKD, yaitu :
1) Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Jaringan
yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk energi dengan adanya oksigen,
bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup.
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat
dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas
normal, adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk mengeluarkan ion
H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak simetris, vokal fremitus
cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness saat perkusi paru
sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi paru cenderung terdengar adanya
bunyi rales. Pada tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai
akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya edema paru,
nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di paru-paru (Potter dan Patricia,
2010).
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada individu dewasa, ginjal
mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah
untuk disaring menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam.
Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi oleh
ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal
istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk
menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam
terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto, 2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol
dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh
yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi
juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan
resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran
pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ asesoris terdiri
atas hati , kantung empedu dan pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya
Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di
dalam usus. Keadaan Chronic Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah ureum.
Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang
peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik disebabkan oleh
ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di
mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan membran mukosa mulut
berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang
meningkat dalam usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan kembung
pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga
akan terjadi gangguan pada absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
4) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan relaks tanpa
adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi
yang membutuhkan ketenangan. pada sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis,
tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung
ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak bersisik, kelembaban
kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung
akan terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna
pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat urokrom, suatu penumpukan kristal
urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan
akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan Patricia, 2010).
5) Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu,
metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat
serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada
tulang dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun, seiring dengan
berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal.
Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).
5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD)
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi
dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak
kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa komplikasi.
Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg
(1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak.
b) Klien yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan kalium serum normal
pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik ambulatory peritonial dealysis), kalium yang
dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan
keseimbangan cairan.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang tidak
dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien sering
menganggap Operasi AV-Shunt adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya
menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter penyakit
dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium yaitu , Hb > 8
mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien
tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya heparin
tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12 jam
post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk
merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah
satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler)
maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan mengikat
fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila ginjal
tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang
tidak meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan dialysis
peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran semipermeabel.
Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan dari
tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Disfungsi
adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi memlalui membran semipermeabel.
Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat menebus
membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar. Osmosi
menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari tempat yang berkonsentrasi
rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan
melalui membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan. Tekanan gradien buatan
dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada
osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip
osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan secara simultan atau persamaan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doengoes,
2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD
dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan
kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air
minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi,
rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah
dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap
akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi
anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu
hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan
diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem (umum,
tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa
terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas
kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada
klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon
imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi
metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos mentis
sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan
terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat
dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill
lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi
perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker,
2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong
atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan
kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter glomerolus,
disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah
mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus. Untuk
menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan
dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam
NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan
natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diit dan ketidak
mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
g. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut
Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. Tidak ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. Ambulasi tanpa jatuh.
5. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar pada
klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di paviliun Melati Rumah Salkit Islam Jakarta
Cempaka Putih. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tanggal 03
Juni sampai 05 Juni 2016. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan
keluarga, tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari catatan medis dan
catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung serta pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016 di paviliun melati Rumah Sakit Islam
Jakarta
1. Identitas
Klien berinisial Tn. DJ, usia 62 th, jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, Suku bangsa Jawa,
Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah SLTA, Status perkawinan sudah
menikah, pekerjaan pesiunan PNS, alamat Jl. Pondok ungu Blok A, kel. Kali Abang, kec. Bekasi
Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Sumber biaya Jaminan Perusahaan PBI, Sumber
Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim Perawat di Ruangan dan Status Klien.
2. Resume Keperawatan
Klien masuk dari IGD pada hari Rabu, Tgl 01 Juni 2016, Jam 21:00 WIB, dibawa oleh keluarga.
Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis, GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total 15, Hasil TTV TD:
130/90 mmHg, N: 78 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,4 °C. klien mengatakan keluhan lemas,
mengalami bengkak di tungkai bagian kaki kanan, klien mempunyai riwayat penyakit DM,
Hipertensi dan Asam urat. Klien menjalani therapi hemodialisa di RSIJ pada setiap hari Rabu
dan Sabtu sejak Tgl 25 Mei 2016. Di IGD dilakukan tindakan pemasangan Infus dengan cairan
NaCl 500 cc/24jam , kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil :
Klien di pindahkan ke paviliun Melati dikamar 02 pada hari Rabu, Tanggal 01 Juni 2016 jam
23.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di IGD. Kesadaran compos mentis, keadaan
umum klien sakit sedang TTV : TD : 140/100 mmHg, Nd : 98 x/menit , RR : 19 x/menit , S : 36
°C. Klien di diagnosa CKD Anemia, dan diagnosa keperawatanya adalah : Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium. Intervensinya
yaitu : Kaji status cairan , timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan haluran, turgor
kulit dan adanya edema, distensi vena jugularis, ttv, membatasi masukan cairan, Menjelaskan
pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam menmghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan, pemberian terapi oral yaitu : Allopurinol 100mg 1x1, nitrocaf 2.5mg,
lansoprazol 30mg 1x1, folic acid 5mg 1x3, CaCO3 1mg 3x1. Kemudian pada hari itu juga
dilakukan tranfusi darah PRC: 300cc golongan darah B.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas selama 2 hari dan cepat lelah saat
beraktivitas, edem tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya keluhan sudah 2 bulan.
Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum obat. Saat ini klien direncanakan untuk
dilakukan pemasangan cimino untuk akses HD.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut keluarga klien memiliki riwayat DM, Hipertensi dan Asam urat sejak 2 th yang lalu.
Kemudian riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat herbal dan jamu-jamuan. Klien
sekarang adalah rawatan ke 3 klien didiagnosa dokter CKD Anemia, klien pernah dirawat di
Rumah Sakit Islam Jakarta dengan diagnosa : CKD Anemia dan Gastritis pada tgl 14 Maret
2016 selama 2 minggu. Kemudian riwayat pemakain obat selama 3 bulan sebelum masuk rumah
sakit : Allopurinol 100mg 1x1, Nitrocap 2.5mg, Lansoprazol 30mg 1x1, Folic acid 5mg 1x3,
CaCO3 1mg 3x1.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak pertama atau anak tunggal. Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari klien
Tn.DJ terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai riwayat diabetes militus. Klien
memiliki tiga orang anak dan dua anaknya sudah tidak tinggal serumah, klien tinggal serumah
dengan istri dan satu orang anak.
DM DM
KETERANGAN
:
Laki-laki
KLIEN 62 Th : Perempuan
: meninggal dunia
: tinggal satu rumah
: klien
: menikah
: keturunan
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, berat badan klien 73 kg, bb kering setelah di HD 71 kg (BB ideal :54-67
kg) tinggi badan 161 cm, tekanan darah klien 150/100 mmHg, nadi 91 x/menit, RR 16 x/menit,
Suhu 36,6°C.
a. Sistem penglihatan
Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak ada kelainan otot-otot
mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor.
Klien mengatakan riwayat glukoma.
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu dengar dan tidak
mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga normal, tidak ada serumen, dan tidak ada
perasaan di telinga.
c. Sistem wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi pembicaraan sesuai.
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas
klien 16 x/menit, irama teratur, nafas dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas
vesikular, tidak ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular
Nadi 91 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 150/100 mmHg, tidak ada distensi
vena jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2
detik, odem tungkai kaki kanan grade + 1.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva pucat, hemoglobin rendah 9.4 g/dl.
g. Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4, M: 6, V: 5
total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, pemeriksaan reflek fisiologis normal dan reflek
patologis tidak.
h. Sistem pencernaan
Gigi ada karies, tidak menggunakan gigi palsu, ada stomatitis di rongga mulut, bibir lembab,
abdomen kembung, bising usus 8 x/menit.
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka gangren.
j. Sistem urologi
Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1100 – 1795 + 1095 (Output + IWL) = - 695ml, tidak ada
perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan
sakit pinggang. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan cairan di kaki.
k. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36,6°C, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada
kelainan kulit, terjadi pembengkakan pada kulit daerah pemasangan infus, ada bekas luka
menjadi berwarna hitam di bagian siku tangan kiri dan bagian betis kaki kiri, kulit kering.
l. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada tulang sendi dan kulit, tidak
ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan struktur tulang belakang, klien menggunakan alat
bantu tongkat saat berjalan, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
5 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 01 Juni 2016
Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan
HB L 9.4 G/dl 13.2-17.3
Leukosit 8.33 Ribu/µl 3.80-10.60
Hematokrit L 29 % 40-52
Trombosit 177 Ribu/µl 150-440
Eritrosit L 3.26 10^6/ µl 4.40-5.90
MCV/VER 69 Fl 80-100
MCH/HER 29 Pg 26-34
MCHC/AHER 32 G/dl 32-36
Kimia Klinik
Glukosa Sewattu 127 Mg/dl 70-200
Ureum Darah 36 Mg/dl 10-50
Kreatinin Darah H 3.1 Mg/dl <1.4
Elektrolit
Masa pendarahan 1.30 Menit 1.00-3.00
Masa pembekuan 4.30 Menit 4.00-6.00
Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi oral
a. Allopurinol 100mg 1x1 jam 06.00 wib.
b. Nitrocaf 2.5mg 1x1 jam 06.00 wib.
c. Lansoprazol 30mg 1x1 jam 06.00 wib.
d. Folic acid 5mg 1x3 jam 06.00 wib.
e. CaCO3 1mg 3x1 jam 06.00, 12.00, 18.00 wib.
2. Diit tim DM 1700 RG3 60 gr protein.
3. HD 2x seminggu pada hari Rabu dan Sabtu.
4. Rencanakan untuk pemasangan cimino hari Selasa, tanggal 07 Juni 2016.
6 DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
Sariawan
Minum sedikit 2gls/hari (900cc/hari)
BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
Badan lemas sudah 2 hari
Perut kembung
Cepat lelah saat beraktivitas
Kaki kaku, berat saat berjalan
Riwayat 1 th yang lalu sering minum obat herbal dan jamu-jamuan
Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 2 kg
Data Obyektif ;
Keadaan umum klien sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Edema tungkai grade +1
konjungtiva pucat dan anemis
GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
TTV : TD : 150/100 mmHg, N : 91 x/menit, RR : 16 x/menit, S : 36,6°C
Aktifitas hanya di tempat tidur, kursi dan sebagian di bantu.
Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat
BB: 73kg, TB : 161cm.
IMT : 28.1 (over weight), BB ideal klien : 54 kg – 67 kg.
Porsi makan yang dihabiskan 1 p
Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari (900cc/hari)
Balance cairan dalam 24jam yang terdiri dari intake – output+IWL adalah 1100ml – (700 + 1095
= - 695 ml
lab Hb : L 9.4 g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit : L 3.26 10^6/µl ureum : 36 mg/dl , kreatinin : H 3.1
mg/dl.
GFR : 25 % (berat)
Hasil RO thorak : Cardiomegali (05 Mei 2016)
7 ANALISA DATA
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium di tandai dengan :
DS:
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat saat di bawa jalan.
DO:
Kulit kering dan pucat
Edem di tungkai kaki kanan grade + 1
Balance cairan : intake 1100 – (700 + 1095) = - 695 ml/hari (output+IWL)
Ureum : 36 mg/dl
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
GFR : 25 %
Penambahan berat badan 1 kg dari 73>74 kg
TD : 150/100 mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien di tandai dengan :
DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, sariawan dan BB turun 2 kg dalam
3 bulan terakhir.
DO :
Keadaan klien sakit sedang
Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
Klien terlihat lemas
Urin dalam 24 jam 600 cc
A. : BB : 73 kg
TB : 161cm
IMT : 28.1 (overweight)
BB ideal klien : 54 kg – 67 kg.
B. : HB : L 9.4 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 36 mg/dl
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
C. : konjungtiva anemis, rongga mulut sariawan, abdomen kembung, bising usus 8 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari, klien suka, Klien tidak terlalu suka minum air putih. Diit tim DM
1700 RG3 60 gr protein.
3. Resiko Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia ditandai dengan :
DS :
klien mengatakan lemas sudah 2 hari, mudah lelah saat beraktivitas, menggunakan alat bantu
tongkat saat berjalan, kaki kaku, berat saat berjalan dan bengkak di tungkai kaki kanan.
DO :
Aktifitas hanya di tempat tidur dan kursi
Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat
Aktivitas sebagian di bantu.
Konjungtiva pucat dan anemis
Edema tungkai grade +1
HB : L 9.4 g/dl
Ureum : 36 mg / dl
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
C. Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
03/06/2016 3 Memberikan obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 Renal
wib yuli
12.00 wib Respon : setiawan
DS : klien mengatakan obat diminum.
DO : klien terlihat obat diminum dan tidak muntah
03/06/2016 3 Membantu klien untuk mengembangkan motivasi diri Renal
dan penguatan. yuli
13.00 wib Respon : setiawan
DS : klien mengatakan senang.
DO : klien tampak senang dan termotivasi.
05/06/2016 3 Berikan obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 wib Renal
Respon : yuli
12.00 wib DS : klien mengatakan obat diminum. setiawan
DO : klien terlihat obat diminum dan tidak muntah
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 03 – 05 juni 2016 maka evaluasi di ambil
pada hari terakhir yaitu :
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori dan praktek
serta analisa faktor-faktor penghabat atau pendukung yang disertai dengan alternative pemecahan
masalah pada Tn. DJ dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di paviliun Melati Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih. Asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama tiga hari dari
tanggl 03 Juni 2016 sampai 05 Juni 2016 yang pembahasannya dibagi ke dalam beberapa tahap
yaitu :
A. Pengkajian Keperwatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah disediakan, tetapi tidak jauh
berbeda dengan format yang ada pada tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data, penulis
melakukan pengkajian secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi klien. Data
hasil pengkajian penulis didapatkan dari hasil wawancara dengan klien dan keuarga,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis, catatan keperawatan, serta
bekerja sama dengan perawat ruangan, dan tim kesehatan lainnya yang mendukung pengkajian.
Dari hasil pengkajian, klien di diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) dan Anemia. CKD
adalah kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang ditandai dengan uremia, yang
diakibatkan oleh kerusakan nefron dan glomerolus, penyebab CKD adalah penyakit ginjal
polikistik, glomerolunefritis kronis, pielonefritis kronis, obstruksi urin kronis, nefropati
hipertensi, nefropati diabetic, dan nefropati gout. Diagnosa pada klien Tn. DJ dibuktikan dengan
adanya penurunan filtrasi Ginjal, hasil penghitungan GFR dengan menggunakan Creatinin
didapatkan hasil 25 %. Dengan ini menunjukan bahwa klien termasuk stadium berat. Tn. DJ
mempunyai riwayat Hipertensi, DM, dan Asam urat sejak 2 th yang lalu dan riwayat 1 th yang
lalu klien sering minum obat herbal dan jamu-jamuan yang menyebabkan dirinya menderit
penyakit CKD. Pada pemeriksaan rontgen thorak didapatkan kesan : Cardiomegali.
Didalam tinjauan kasus, penulis menemukan kesesuaian etiologi dengan tinjauan teori yang ada
yaitu Tn. DJ menderita CKD karena diabetes militus, hipertensi dan asam urat yang sudah lama
beliau derita, mengakibatkan aliran darah menjadi kental sehingga aliran darah ke ginjal menjadi
lambat, darah yang kental mengakibatkan ginjal untuk bekerja lebih keras, ginjal yang bekerja
terlalu keras dan terlalu lama mengakibatkan ginjal menjadi lemah nefron banyak yang mati dan
produksi vit D, Renin angio tensin, eritopoitin, sehingga terjadi CKD.
Kebutuhan dasar yang terganggu pada Tn. DJ yaitu :
1. Kebutuhan cairan, didapatkan data pada Tn. DJ terjadinya oedem pada tungkai kaki kanan grade
+1, hipertensi TD 150/100 mmHg, kulit kering, tidak elastis, balance cairan slama 24 jam yang
terdiri dari intake 1100 ml dan output 1795 ml (1100-1795 + IWL = - 695 ml / 24 jam), TD :
150/100 mmHg, suhu : 36,6°C, RR : 16 x / menit, Nadi : 91 x / menit. hasil Lab ureum 36 mg/dl,
kreatinin H 3.1 mg/dl.
2. Kebutuhan nutrisi, didapatkan data pada Tn. DJ mengeluh sariawan, perut kembung, mulut
terasa tidak enak, BB : 73 kg, TB 161 cm, IMT : 28 konjungtiva anemis, sclera ikterik, kulit
pucat, Hb : L 9.4 g/dl, Ht 29 %, ureum 36 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.
3. Kebutuhan aktivitas, didapatkan data pada Tn. DJ Aktifitas hanya di tempat tidur dan kursi,
Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat, Aktivitas sebagian di bantu, Konjungtiva pucat
dan anemis, Edema tungkai grade +1 membuat jalan berat, HB : L 9.4 g/dl, Ureum : 36 mg / dl,
Kreatinin : H 3.1 mg/dl.
Pemeriksaan penunjang pada klien CKD menurut Sudoyo, 2015 :
Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam), Hitungan darah lengakap :
penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP. Pemerikasaan urin : Warna
PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT. Kimia darah : kadar BUN,
kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal. Uji pencitraan : IVP,
ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan. EKG. Poto polos abdomen. Pemeriksaan
penunjang yang diilakukan pada klien diantaranya pemeriksaan rontgen thorak, laboratorium Hb,
leukosit, hematokrit, trombosit, eritrosit MCV/VER, MCH/HER, MCHC/KHER, Ureum darah,
Kreatinin darah, GDS, dan EKG pada 01 Juni 2016.
Pada kasus Tn. DJ, untuk penatalaksanaan medis CKD dilakukan terapi farmakologis
Allopurinol 100mg 1x1, nitrocaf 2.5mg, lansoprazol 30mg 1x1, folic acid 5mg 1x3, CaCO3 1mg
3x1. Memonitor status cairan dengan menimbang bb per hari, keseimbangan intake dan output,
Monitor tanda kelebihan/kekurangan cairan. Serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemeberian
diit tim DM 1700 RG3 60 gr protein. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi komplikasinya
dan juga mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan hasil pengkajian, terdapat beberapa kesenjangan yang penulis temukan pada
manifestasi klinis antara teori dengan kasus Tn. DJ pada kasus tidak ditemukan manifestasi
Krekels, pernapasan Kussmaul, Napas berbau amonia, ulserasi, pendarahan pada mulut, mual,
muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal, konfusi, disorientasi, kejang,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku, Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang,
foot drop, Amenore dan atrofi testikuler.
Pada kasus Tn .DJ beberapa pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan diruangan seperti
pemeriksaan Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan,
glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT. Kimia darah : kadar BUN, kalium, kalsium,
fosfor, natrium, klorida abnormal. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal,
CT scan, Poto polos abdomen.
Dalam melakukan pengkajian , adapun faktor pendukung yang penulis temukan dalam
melakukan pengkajian yaitu perawat ruangan yang sangat membantu dan adanya status klien
sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan kerjasama yang baik antara tim
kesehatan lain seperti, dokter, petugas gizi, klien yang sangat kooperatif. Adapun faktor
penghambat yang ditemui saat melakukan pengkajian seperti data yang penulis kaji kurang
maksimal.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan analisa sesuai dengan masalah yang ditentukan, maka
penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-data tersebut.
Dari hasil analisa data maka didapatkan lima diagnosa yang :
1. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium. Diagnosa kelebihan cairan terjadi karena penurunan fungsi ginjal
terutama pada kinerja laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan
natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,
respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak
terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan sehingga klien
terjadinya oedem pada tungkai kaki kanan grade +1, hipertensi TD 150/100 mmHg, kulit kering,
tidak elastis, balance cairan slama 24 jam yang terdiri dari intake 1100 ml dan output 1795 ml
(1100-1795 + IWL = - 695 ml / 24 jam), TD : 150/100 mmHg, suhu : 36,6°C, RR : 16 x / menit,
Nadi : 91 x / menit. hasil Lab ureum 36 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien. Penulis mengakat diagnosa sesuai
dengan manifestasi yang dirasakan oleh klien yaitu mengeluh sariawan, perut kembung (karena
adanya penumpukan ureum di dalam sistem pencernaan, ureum yang terlalu banyak
dipencernaan merangsang naiknya HCL sehingga terjadi asam lambung naik), mulut terasa tidak
enak, BB : 73 kg, TB 161 cm, IMT : 28 konjungtiva anemis, sclera ikterik, kulit pucat, Hb : L
9.4 g/dl, Ht 29 %, ureum 36 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal bersamaan dengan GFR juga turun menyebabkan peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Sehingga tubuh tidak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, berdasarkan data
obyektif yang penulis temukan yaitu, Aktifitas hanya di tempat tidur dan kursi, Tampak jalan
menggunakan alat bantu tongkat, Aktivitas sebagian di bantu, Konjungtiva pucat dan anemis,
Edema tungkai grade +1 membuat jalan berat, HB : L 9.4 g/dl, Ureum : 36 mg / dl, Kreatinin : H
3.1 mg/dl
Terdapat diagnosa yang tidak tercantum dalam tinjauan teoritis. Diagnosa tersebut diantaranya :
1. Gangguan perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru : kompensasi melalui
melalui alkalosis respiratorik.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis
meneggakan diagnosa ini seperti penimbunan cairan di paru paru yang mengakibatkan pola nafas
klien terganggu dan tidak adanya tanda seperti batuk berdahak, kesulitan untuk bernafas.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis
meneggakan diagnosa ini seperti riwayat stroke.
3. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
Tidak dicantumkan karena klien sebelumnya sudah menjalani therapi HD sehingga tidak
ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis meneggakan diagnosa ini seperti
gatal – gatal.
4. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis
meneggakan diagnosa ini seperti nyeri di dada.
Penatalaksanaan terapi yang tidak adekuat berhubungan dengan tekanan terapi CKD. Faktor
pendukung yang penulis temukan pada saat merumuskan masalah diagnosa adalah data yang
relevan sehingga memudahkan data merumuskan masalah keperawatan dan adanya bimbingan
yang mendukung terkumpulnya data yang memudahkan penulis mengangkat diagnosa. Adanya
faktor penghambat yang penulis temukan adalah beda merumuskan masalah keperawatan
diruangan hanya satu sehingga ada keterbatasan pengetahuan dalam merumuskan diagnosa
keperawatan bagi klien dengan CKD sedangkan di teori masalah keperawatan lebih releven dan
lebih terperinci.
C. Perencanaan Keperawatan
Dalam penyusunan rencana tindakan menurut NANDA 2015; Dongoes 2012, penulis terlebih
dahulu menentukan tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan yang sesuai dengan prioritas
masalah yang berdasarkan pada masalah yang mengancam kehidupan atau keselamatan
berdasarkan kebutuhan Hendersen, diantaranya adalah:
1. Diagnosa Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium . Intervensinya sudah sesuai dengan teori.
2. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien. Intervensinya sudah
sesuai dengan teori.
3. Diagnosa Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia. Intervensinya
sudah sesuai dengan teori.
Penetapan waktu dan tujuan disesuaikan berdasarkan kondisi klien diruangan. Penetapan
kriterian hasil (SMART) berdasarkan tujuan teoritis, Intervensi yang penulis buat dari diagnosa
pertama sampai ke tiga berdasarkan tinjauan kasus.
Kesenjangan dalam intervensi tinjauan teoritis dan tinjauan kasus adalah penulis tidak
menuliskan semua intervensi yang dilakukan penulis, yang ada pada tinjauan teoritis. Hal ini
karena intervensi yang dilakukan penulis, berdasarkan kebutuhan serta kondisi klien saat ini.
Dalam penyusunan perencanaan ini, penulis tidak mengalami kesulitan karena telah bekerja
sama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. Namun demikian penulis mendapatkan
perbedaan dalam penghitungan jumlah cairan yang harus dikonsumsi klien.
Pada rencana keperawatan oleh Tim perawat di ruangan Klien diberikan program cairan masuk
900cc, sesuai teori klien CKD tanpa sesak nafas, kebutuhan cairan sesuai dengan pengeluaran
yaitu urine ditambah dengan IWL.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan. Dalam tahap ini, penulis
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
tindakan keperawatan disesuaikan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi klien saat itu.
Pada tahap pelaksanaan keperawatan, penulis bekerja sama dengan klien, keluarga, perawat, dan
tim kesehatan yang mengacu pada pada rencana tindakan di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih serta didukung dengan adanya pembimbing yang telah ditunjuk oleh
institusi.
Diagnosa pertama Diagnosa Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium. Implementasi prioritas yang dilakukan
adalah malakukan pemeriksaan tanda–tanda vital, tanda–tanda vital dapat menggambarkan
keadaan umum klien, mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan perhari dan intake
serta output untuk mengetahui adanya penambahan berat badan dan mengetahui masukan dan
pengeluaran cairan, memonitor tanda kelebihan atau kekurangan cairan untuk mengetahui
adanya kelebihan atau kekurangan cairan, membatasi masukan cairan (dengan minum 2 gelas
per/hari 900cc), pengeluaran urin, dan respon terhadap terapi, menjelaskan kepada klien tentang
pembatasan cairan yang seharusnya dilakukan .
Diagnos kedua ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien. Implementasi prioritas
yang dilakukan adalah Kaji status nutrisi Pengukuran ABCD, Monitor lab hemoglobin,
hematokrit, ureum dan kreatinin. Anjurkan perawatan mulut, Berikan obat oral : lansoprazol
30mg 1 tablet jam 06.00 wib, folic acid 5mg 3 tablet jam 06.00 wib, Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit rendah protein 60 gram. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat ketosteril.
Diagnosa ketiga Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia.
Implementasi prioritas yang dilakukan adalah Monitor respon fisik, social dan spiritual, Bantu
klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek, Berikan obat oral
CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 wib, Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
Faktor pendukung dalam melakukan rencana keperawatan ini adalah karena keluarga klien dan
klien yang kooperatif, serta adanya kerjasama dengan perawat ruangan dan tim dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga tidak ditemukan hambatan dalam melakukan
implementasi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah dilakukan tindakan,
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan. Dalam mengevaluasi
perkembangan klien, penulis menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planing),
sehingga dapat diketahui, masalah yang teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah yang
belum teratasi. Keberhasilan dari asuhan keperawatan ini bukan hanya tergantung pada perawat
dan tenaga kesehatan lainnya, melainkan dari partisipasi klien juga dukungan keluarga.
Berdasarkan hasil evaluasi pada klien Tn. DJ yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016 sampai
05 Juni 2016, diperoleh hasil evaluasi berikut :
Diagnosa pertama Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium., masalah teratasi sebagian dibuktikan
dengan klien mengatakan “saya mengerti untuk membatasi cairan agar tidak kelebihan, minum
900cc/hari)”, odem tungkai berkurang, klien masih lemas, balance cairan selama 24 jam (- 695)
yang terdiri dari intake 1100 ml dan output 1795 ml.
Diagnosa kedua Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, masalah
teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan “ sariawan berkurang, perut sudah tidak
kembung”. Makan yang di sediakan habis 1 porsi, terjadi penurunan berat badan yaitu dari 73 kg
menjadi 71 kg.
Diagnosa ketiga Resiko Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia teratasi
sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan masih lemas, menggunakan alat bantu tongkat
saat berjalan, kaki mulai tidak kaku saat berjalan dan bengkak di tungkai kaki kanan mulai
berkurang.
Diagnosa yang belum teratasi di beritahukan kepada perawat atau CI untuk ditindak lanjuti.
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi yaitu klien yang kooperatif dan keluarga klien
yang selalu memberikan motivasi agar klien cepat sembuh, sedangkan faktor penghambat yang
penulis temukan adalah pendokumentasian didalam ruangan yang kurang lengkap sehingga sulit
bagi penulis untuk melakukan evaluasi akhir yang sesuai untuk klien. Oleh sebab itu solusi yang
penulis lakukan untuk masalah ini adalah dengan berbicara kepada CI agar lebih lengkap lagi
dalam malakukan pendokumentasian.
BAB V
PENUTUP
Setelah pembahasan pada BAB sebelumnya yang menerangakan tinjauan teoritis, tinjauan kasus
serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis akan memberikan kesimpulan
dan saran dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. DJ dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cemaka Putih yang dilaksanakan
pada tanggal 03 – 05 Juni 2016.
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi
ginjal. Dari hasil pengkajian Tn. DJ telah terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga kemampuan
memfiltrasi hanya 25 ml/menit. jika dilihat dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo, 2015 Tn. DJ
mengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 25% dari normal (90-100%).
Manifestasi yang penulis temukan pada Tn. DJ yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde +1,
konjungtiva pucat dan anemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu :
1. Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi berdasarkan hasil
landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien karena ada beberapa intervensi
yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan. Tetapi penulis
menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung banlace cairan per 24 jam,
didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan tidak didapatkan dan tidak tersedianya
hasil CCT. Tetapi semua bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien
dan bantuan dari perawat ruangan.
Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu evaluasi keperawatan, diagnosa yang penulis
temukan pada klien yang belum teratasi yaitu : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium, Resiko ketidak seimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien, Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia.
Untuk masalah keperawatan yang belum teratasi akan dilanjukkan oleh perawat diruangan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat membantu klien dalam
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis
memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD),
dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI selanjutnya dapat
melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang optimal bagi klien. Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk kebutuhan
dasar manusia pada gangguan sistem perlu diperbanyak.
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan pendokumentasian dengan lebih
terperinci kembali setelah malakukan tindakan keperawatan terutama untuk balance cairan, pada
kasus CKD sehingga akan didapatkan balance cairan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA
NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. Alih bahasa: Egi
Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap 3 Bulan Terakhir.
Jakarta: tidak di publikasi.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih
bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
EGC. 2014.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-1040.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.