Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca-krisis keuangan Asia yang terjadi pada tahun 1997, Pemerintah Indonesia
mencanangkan suatu rencana jangka panjang untuk mereformasi sistem-sistem pengelolaan
keuangan publiknya. Krisis tersebut telah secara drastis meningkatkan tingkat utang
pemerintah dan mengikis pendapatan pemerintah, membawa Indonesia ke batas terendah
posisi aman fskal dibanding sebelum terjadinya krisis. Sejak tahun 1997, berbagai langkah
telah diambil untuk mengetatkan kendali terhadap pemanfaatan sumber daya publik dan
peningkatan keuangan publik. Pada saat yang sama, Indonesia memulai suatu masa transisi
yang cukup menantang, dari sebuah negara otokratis dan terpusat menjadi negara dengan
sistem pemerintahan yang demokratis dan terdesentralisasi, saat langkah drastis
desentralisasi pada tahun 2001 mengalihkan sejumlah besar kewenangan atas belanja publik
dan pelaksanaan layanan publik dari pemerintah pusat ke lebih dari 400 pemerintah daerah.
Selama masa transisi ini, prestasi Indonesia terus dibayangi oleh keprihatinan meluas terkait
berbagai kelemahan dalam lembagalembaga publik, transparansi dan akuntabilitas yang
rendah, serta korupsi.
Pengalaman krisis tahun 1997 dan tuntutan publik atas adanya tata kelola pemerintahan
yang baik meningkatkan kesadaran akan perlunya reformasi pengelolaan keuangan publik
(public fnance management, PFM) yang komprehensif. Strategi reformasi pengelolaan
keuangan publik disusun pada tahun 2003 – dimana salah satu langkah pentingnya adalah
penerbitan kerangka peraturan perbendaharaan yang modern pada tahun 2004. Salah satu
penekanan utamanya adalah pengelolaan kas. Peraturan yang baru tersebut mengarah kepada
pembentukan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang bertanggung jawab atas pencairan
dana ke seluruh kementerian dan lembaga pemerintah, serta melakukan upaya pencarian
berbagai sumber daya untuk membiayai APBN. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa
tujuan pengelolaan kas adalah untuk memastikan (i) tersedianya kas untuk membiayai
kewajiban negara, (ii) adanya tindakan yang efektif dan efsien untuk mengoptimalkan
imbalan-imbalan dari surplus kas atau untuk mengatasi kekurangan kas, (iii) penyediaan kas
bagi semua Kementerian/Lembaga sesuai dengan proyeksi arus kas mereka untuk
membiayai berbagai kegiatan mereka, dan (iv) pembayaran tepat waktu kepada para
pemasok Kementerian/Lembaga sesuai dengan jadwal kegiatan mereka.

B. Ruang Lingkup
Sektor publik di Indonesia terdiri dari: (i) Pemerintah Pusat, termasuk kementerian,
lembaga negara non-kementerian, dan Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah
kementerian; (ii) Pemerintah Provinsi; dan (iii) Pemerintah Kabupaten/ Kota. Namun,
pengelolaan kas pemerintah saat ini diterapkan hanya pada tingkat pemerintah pusat. Dalam
pengelolaan kas pemerintah pusat terdapat sebuah celah utama, yaitu tidak tercakupnya BLU.

C. Tujuan
Tujuan dalam melakukan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui proses bisnis dan gambaran dalam modul kas
2. Mengetahui proses transaksi dalam modul kas
3. Mengetahui keterkaitan modul kas dengan modul atau sistem lain
4. Mengetahui risiko dan pengendalian dalam modul kas

DASAR HUKUM DAN KERANGKA TEORI


Dasar Hukum
 UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 UU No 17 Tahun 2013 ttg Keuangan Negara
 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
(Lembaran negara RI Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4378).
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.05/2014 tentang
Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 59/PB/2013 Tentang Modul Kas

Dasar Teori
Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi. Manajemen kas
memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu organisasi dengan menggunakan
kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya dengan cara yang tepat. Mike Williams (2004)
mendefinisikan manajemen kas pemerintah sebagai strategi dan proses-prosesnya untuk
mengelola secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam
pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektorsektor lain.
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent)
adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau
tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi
kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Investasi dalam
bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebut adalah setara
kas. Sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo serta tanggal
penebusan (redemption date) telah ditentukan. Pinjaman bank pada umumnya termasuk aktivitas
pendanaan. Namun demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan
setara kas. Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbulnya fluktuasi saldo bank dari
positif ke overdraft.
Arus kas tidak mencakupi mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas atau setara kas,
karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari pengelolaan kas perusahaan dan bukan
sebagai bagian dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa pengertian kas meliputi saldo kas (cash on hand), saldo simpanan di bank
yang setiap saat dapat digunakan serta instrumen investasi yang sangat likuid, berjangka pendek
dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yangsignifikan.
Sesuai dengan UU. No.1 Tahun 2004 tetang Perbendaharaan Negara pada pasal 24
dinyatakan bahwa pemerintah berhak untuk mendapatkan bunga/jasa giro atas dana yang
disimpan pada bank umum maupun bank sentral, bunga/jasa giro yang diperoleh didasarkan pada
tingkat suku bunga yang berlaku. Pemerintah juga dapat melakukan investasi jangka panjang
untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. Investasi tersebut dapat
berupa saham, surat utang dan investasi langsung (pasal 41, UU No.1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara) Pembelian kembali (Buy back) Surat Utang Negara (SUN). Pembelian
kembali SUN akan memberikan dampak positif terhadap pengurangan beban bunga yang harus
dibayar oleh pemerintah.
PEMBAHASAN
Keterkaitan dengan modul/sistem lain

Peranan perbankan untuk mendukung tercapainya managemen kas yang efektif adalah
sangat besar. Penggunaan rekening bank memungkinkan float atas penerimaan dan pengeluaran
dapat ditekan pada titik minimal. Peminimalan float ini tidak terlepas dengan tekhnologi yang
digunakan perbankan saat ini yang sudah memadai, di mana tranfer dapat dilakukan dalam
hitungan detik. Dari sisi penerimaan, konsep TSA menginginkan semua penerimaan ditransferke
rekening kas negara di bank sentral setiap harinya. Praktik di Indonesia, penerimaan ini akan
ditransfer ke rekening kas negara di bank sentral dua kali seminggu, yaitu selasa dan jum’at, dan
akhir bulan bersangkutan. Hal ini jelas terdapat float dalam penerimaan, di mana kas yang
terkumpul pada bank persepsi tidak segera disetorkan kepada rekening kas negara. Adanya
timelag yang ada menguatkan kemampuan perbankan untuk memberikan kredit, namun di lain
pihak kemampuan negara untuk memenuhi pembayaran atas tagihan. Penyetoran tiap hari
kepada kas negara akan menghilangkan kemampuan perbankan dalam memberikan kredit dan
memposisikannya sebagai agen pengumpul penerimaan. Hal ini akan menjadi biaya tersendiri
bagi perbankan sehingga mengurangi semangat perbankan untuk menjadi bank persepsi. Untuk
itu formula mengenai insentive yang akan diberikan kepada perbankan harus dibuat untuk
mendukung kegiatan ini.
Pengurangan atas float dari sisi pengeluaran dapat juga dikurangi sebagaimana dilakukan
pada sisi penerimaan. Pembayaran tagihan atas pengeluaran departemen atau unit pengguna
dapat langsung dibayarkan sesaat setelah SP2D dikeluarkan oleh KPPN sebagai otoritas
perbendaharaan. Proses yang perlu dipercepat adalahpemrosesan pembayaran itu sendiri yang
terjadi pada departemen atau unit pengguna dana dan pada otoritas perbendaharaan. Selain
proses-proses kelembagaan yang diperlihatkan di atas, pengelolaan kas secara aktif di Indonesia
difasilitasi oleh pertukaran data secara teratur dengan sistem sebagai berikut:
i. Sistem-sistem di Bank Sentral (Bank Indonesia – BI) yang terkait dengan pelaksanaan
Treasury Dealing Room Settlement System meliputi:
- BI Government Electronic Banking (BIG-eB) untuk memberikan koneksi perbankan melalui
internet kepada Pemerintah.
- BI Centralized Automated Accounting System (BI-SOSA) untuk menyediakan ketatausahaan
dan pembukuan rekening Pemerintah yang dikelola oleh bank sentral.
- BI Real Time Gross Settlement System (RTGS) untuk memberikan transfer dana secara online
dan real time atas uang pemerintah ke bankbank komersial yang bertindak sebagai bank rekanan
pemerintah untuk pemungutan penerimaan dan pembayaran pengeluaran.
- BI Script-less Securities Settlement System (SSSS) untuk mengelola penyelesaian (settlement)
penerbitan obligasi pemerintah di pasar primer dan sekunder, melalui koordinasi yang erat
dengan Ditjen Pengelolaan Utang.
ii. Aplikasi TI yang dikembangkan secara mandiri oleh Ditjen Perbendaharaan, yang disebut
Aplikasi Forecasting Satker (AFS), dikembangkan dan didistribusikan ke setiap satuan kerja
pada tahun 2010 untuk memfasilitasi penyampaian pemutakhiran kas secara periodik sebagai
dasar pelaksanaan anggaran. Kementerian Keuangan berencana menghubungkan pemutakhiran
rencana kas dengan pelaksanaan anggaran sehingga apabila data tidak dimutakhirkan maka dana
tidak dapat dicairkan, akan tetapi sanksi ini dalam prakteknya tidak dapat dilaksanakan.
iii. Ditjen Perbendaharaan menggunakan aplikasi perangkat lunak yang dikembangkan secara
mandiri, yang disebut e-kirana, untuk mengkonsolidasi kebutuhan pendanaan harian bagi setiap
KPPN dan transfer dana ke rekening-rekening bank KPPN guna memenuhi kebutuhan
pembayaran harian ke para pemasok satuan kerja. Salah satu reformasi terkini yang dilakukan
oleh Kementerian Keuangan adalah pengembangan sistem penyusunan anggaran dan
pelaksanaan perbendaharaan terpadu yang disebut Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN). SPAN saat ini sedang digulirkan secara bertahap ke semua lokasi KPPN. Reformasi
Pengelolaan Kas di Indonesia: Dari Administrasi Kas Menuju Pengelolaan Kas Secara Aktif
Fungsionalitas pengelolaan kas di SPAN meliputi: Pengelolaan Rekening, Perkiraan Kas dan
Pendanaan Harian, Transfer Dana, Rekonsiliasi Bank, Akuntansi dan Pelaporan, dan Pengelolaan
Kas di berbagai Ditjen yang mengelola anggaran non kementerian. Diagram di bawah ini
memperlihatkan ftur standar modul pengelolaan kas SPAN Oracle yang terhubung dengan
modul-modul lainnya.

Anda mungkin juga menyukai