Anda di halaman 1dari 6

26

BIODETERIORASI KOMPONEN KAYU RUMAH DI BEBERAPA DAERAH


YANG BERBEDA SUHU DAN KELEMBABANNYA
Biodeterioration of Wooden House Components in Some Places with
Different Temperature and Humidity
Trisna PRIADI1, Dodi NANDIKA1, Kurnia SOFYAN1, ACHMAD2, Arif Budi WITARTO3
Corresponding Author : trisnapriadiipb@yahoo.com

ABSTRACT pasokan kayu dari hutan alam semakin berkurang


kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harganyapun semakin
Biodeterioration should be controlled properly for efficient mahal. Kecenderungan yang ada adalah kayu-kayu yang
and sustainable forest products (woods) utilization. This dipanen semakin muda umurnya dan tidak tahan dari
research aimed to know the distribution of wood serangan organisme perusak.
biodeterioration in house structure; the biodeterioration Paling tidak ada dua alasan yang menyebabkan kayu
intensity and its economic loss in Lembang, Bogor, Serang menjadi sasaran serangan organisme perusak. Pertama,
and North Jakarta, which were different in temperature and kayu merupakan bahan berlignoselulosa yang menjadi nutrisi
humidity. The survey was conducted to 200 houses in the bagi organisme (jamur, rayap, dsb). Ke dua, kayu merupakan
four places. The result showed that wood biodeterioration substrat/tempat untuk tumbuh, shelter dan tempat
occured in most (90%) house buildings. Doors, windows and berkembang biak bagi organisme tersebut.
roof structures were the most frequent attacked by Harris (2001) menjelaskan bahwa kondisi yang diperlukan
biodeterioration agents. Decay fungi attacked wet wooden jamur untuk kelangsungan pertumbuhannya adalah:
house components, mainly lisplank and ceiling, whereas makanan, oksigen, temperatur yang sedang, dan
termites attacked mainly doors, windows, poles and walls. The kelembaban. Selain itu pertumbuhannya dipengaruhi oleh pH
volume of damaged wooden house components in Lembang dan kompetisi dengan mikroorganisme lainnya. Kerusakan
and Bogor were higher than those in the warmer and drier kayu oleh jamur pelapuk dapat semakin berat karena
regions, Serang and North Jakarta. The average economic mengundang perhatian beberapa jenis serangga perusak
loss due to wood biodeterioration in a houses was about kayu. Banyak serangga yang tertarik menyerang kayu
Rp28 000/year. However the economic loss per region was berkadar air tinggi, diantaranya adalah rayap tanah. Hal lain
quite high, about two billion rupiahs per year in Serang and yang disukai rayap adalah kondisi lembab dan hangat.
Sehingga sarang rayap sangat ideal untuk pertumbuhan
more than eight billion rupiahs in Bogor City.
jamur yang menjadi sumber protein dan vitamin bagi rayap.
Keywords : Biodeterioration, decay fungi, termites, beetles, Akumulasi kotoran rayap dalam sarang membantu
residential buildings pertumbuhan jamur.
Rayap merupakan serangga yang banyak menimbulkan
masalah kerusakan kayu bangunan. Rayap tanah dan rayap
kayu kering dikenal masyarakat terutama karena perbedaan
PENDAHULUAN karakteristik serangannya. Rayap tanah senantiasa mengotori
kayu yang dilewati dan diserangnya dengan tanah. Menurut
Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi, yaitu
Tarumingkeng (2000), rayap tanah bersarang dalam tanah,
antara tahun 2000 sampai 2008 sekitar 1,36% per tahun
terutama dari family Termitidae. Rayap tanah cukup ganas
(BPS 2009). Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat
terhadap kayu meningkat pula, misalnya untuk bangunan dan dapat menyerang objeknya yang berjarak 200 meter dari
tempat tinggal ataupun untuk keperluan lainnya. Adapun sarangnya.
Rayap kayu kering tergolong dalam famili Kalotermitidae
(Tarumingkeng 2000). Sesuai namanya, rayap kayu kering
dapat hidup pada kayu-kayu berkadar air rendah yang ada
1 Departemen pada bangunan rumah, gedung-gedung, atau bangunan
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
2 Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor lainnya. Mereka cenderung tidak membangun sarang-sarang
3 UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI atau terowongan-terowongan pada tempat terbuka sehingga
sulit untuk diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang
dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)


Biodeteriorasi Komponen Kayu Rumah di Beberapa Daerah 27

diserang menjadi keropos dan menyebabkan rongga-rongga HASIL DAN PEMBAHASAN


tidak teratur dalam kayu. Ada lapisan kayu tipis yang
disisakan pada bagian permukaan kayu sehingga dari luar Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sekitar 90% rumah
kurang tampak serangannya, tetapi dengan tekanan sedikit yang disurvei di empat daerah (Lembang, Bogor, Serang dan
Jakarta Utara) mengalami biodeteriorasi terutama oleh jamur
saja kayu akan rusak. Tanda serangan yang kelihatan adalah
pelapuk dan rayap. Ini menunjukkan bahwa biodeteriorasi
keluarnya ekskremen berupa butir-butir kecil berdiameter 0,6-
kayu bangunan merupakan masalah yang dialami oleh
0,8 mm, berwarna kecoklatan yang dikeluarkan dari lubang
masyarakat luas. Gambar 1 menampilkan beberapa bentuk
serangan dalam jumlah yang besar (Nandika et al. 2003). serangan organisme perusak kayu pada komponen bangunan
Bubuk kayu kering disebabkan oleh Coleoptera rumah yang sering ditemukan di rumah-rumah masyarakat.
(kumbang) yang makan dan merusak kayu kering. Kerusakan Tentu saja hal ini selain menurunkan estetika rumah, juga
kayu terutama disebabkan oleh larvanya. Sesuai dengan dapat mengganggu dan membahayakan bagi penghuninya.
namanya, kumbang memiliki sayap depan yang tebal dan Kayu yang diserang jamur mengalami perubahan warna
menjadi pelindung sayap belakangnya. Kumbang yang menjadi kotor dan tidak menarik. Secara fisik juga menjadi
menyerang kayu kering terutama dari tiga famili, yaitu lunak. Secara mekanis kayu tersebut mengalami penurunan
Anobiidae, Bostrychidae, dan Cerambycidae (Eaton & Hale sehingga tampak pada gambar tersebut kayunya patah.
1993). Genting yang ditahannya bisa saja jatuh menimpa anak-anak
Kerusakan kayu bangunan oleh organisme perusak yang sedang bermain di bawahnya. Kelalaian pemilik rumah
banyak dikeluhkan masyarakat. Oleh karena itu, penting dikaji seperti ini banyak ditemukan di lapangan. Sebaiknya
lebih dalam dan dilakukan diseminasi yang lebih luas untuk pendeteksian pelapukan dan penanggulangannya dilakukan
membangun pemahaman masyarakat tentang hal ini dengan secara dini, tidak ditunggu hingga kayu patah. Hal ini
baik. Lebih jauh diharapkan masyarakat dapat lebih berperan mengingat penjelasan Clausen & Kartal (2003) bahwa
dalam pencegahan dan pengendalian biodeteriorasi kayu ini serangan enzimatik jamur pelapuk pada kayu dapat
sehingga penggunaan kayu bisa lebih efisien dan menekan menimbulkan penurunan kekuatan yang nyata, walaupun di
konsumsi kayu dari hutan. Sehubungan dengan itu penelitian awal serangan tidak terlihat adanya kerusakan.
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi Serangan rayap kayu kering tampak pada Gambar 1
serangan organisme perusak kayu pada berbagai komponen dicirikan dengan adanya butiran serbuk gerek yang ada di
bangunan rumah. Selain itu untuk mengetahui intensitas dalam kayu dan dikeluarkan melalui lubang gerek di
biodeteriorasi serta kerugian yang ditimbulkannya di empat permukaan kayu. Pada umumnya kayu yang diserang rayap
daerah yang berbeda suhu dan kelembabannya. kayu kering ini tidak terbuka atau menyisakan lapisan kayu
bagian luar. Sebagaimana uraian Tarumingkeng (2000)
bahwa rayap bersifat kriptobiotik atau selalu menyembunyikan
BAHAN DAN METODE
diri. Dengan mengetuk-ngetuk kayu, bagian yang diserang
Kegiatan survei dilakukan di empat kota yang berbeda rayap kayu kering terdengar lebih nyaring dari yang lain
suhu dan kelembabannya. Hal ini dilakukan setelah dilakukan karena ada rongga yang telah digerek oleh rayap tersebut.
cluster analyses dengan program Minitab 11 terhadap data Tidak sedikit masyarakat tidak menangani kerusakan kayu
suhu dan kelembaban berbagai daerah di Jawa Barat, Banten akibat serangan rayap kayu kering ini. Diantaranya karena
dan Jakarta yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan tidak tahu cara pengendaliannya atau beralasan menunggu
Geofisika. Daerah yang terpilih untuk disurvey adalah kerusakan yang parah dan menggantinya.
Lembang, Bogor, Serang dan Jakarta Utara. Lima puluh Serangan rayap tanah ditemukan banyak menyerang
rumah dipilih secara acak mewakili kondisi geografis di setiap rumah penduduk dengan ciri adanya tanah pada komponen
daerah untuk dijadikan obyek penelitian. bangunan yang diserangnya sebagaimana pada Gambar 1.
Observasi dilakukan terhadap seluruh bagian rumah. Umumnya bagian bertanah tersebut cepat dibersihkan oleh
Dimensi kerusakan kayu diukur dengan meteran untuk penghuni tanpa pengendalian rayap tanah yang berarti.
mendapatkan volume kerusakannya. Jenis organisme Walaupun bersarang di tanah serangan rayap tanah
penyebab kerusakan yang sudah tidak ada ditentukan ditemukan juga pada komponen rangka atap. Sebagaimana
berdasarkan ciri-ciri serangannya. Selain itu informasi dijelaskan Tarumingkeng (2000) bahwa rayap tanah
dilengkapi melalui wawancara dengan penghuni rumah. mencapai obyek serangannya karena obyek tersebut
Umur bangunan yang disurvey dan jenis kayu yang digunakan berhubungan langsung dengan tanah; rayap membangun
dicatat. Data volume kerusakan kayu dianalisis secara pipa perlindungan (sheltertubes) dari tanah sampai ke objek
deskriptif. Volume kerusakan kayu per rumah di setiap target; melalui celah-celah pondasi dan dinding; atau
daerah dianalisis keragamannya dan diuji beda rata-ratanya menembus penghalang berbahan plastik, logam tipis, ataupun
menggunakan program SPSS 17,0. Nilai kerugian akibat bahan lain yang bukan makanannya.
biodeteriorasi kayu pada bangunan rumah dihitung
berdasarkan biaya bahan kayu dan upah perbaikan yang
diperlukan.

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)


28

B C

Gambar 1. Serangan jamur (A), rayap kayu kering (B), dan


rayap tanah (C) pada berbagai komponen
rumah. Tanda panah menunjukkan patahan B
kayu (pada A), butiran serbuk gerek (pada B),
dan tanah bawaan rayap tanah (pada C).
Gambar 2 menampilkan distribusi serangan organisme
perusak pada berbagai komponen bangunan rumah. Secara
kumulatif pintu dan jendela adalah yang paling sering
mengalami biodeteriorasi. Selain itu yang juga cukup tinggi
frekuensi biodeteriorasinya adalah rangka atap. Distribusi
serangan organisme perusak pada bangunan rumah didukung
oleh kondisi lingkungan dan aksesibilitas yang sesuai bagi
masing-masing organisme perusak. C
Serangan jamur pelapuk pada umumnya terjadi pada
komponen bangunan yang terkena air hujan baik langsung
ataupun tidak langsung. Baik jamur pelapuk putih maupun
pelapuk coklat membutuhkan adanya air dalam kayu. Dalam
hal ini Ridout (2004) menjelaskan bahwa jamur pelapuk putih
membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan jamur
pelapuk coklat untuk mendegradasi kayu. Oleh karena itu
dalam bangunan jamur pelapuk putih lebih banyak menyerang
bagian yang lebih basah dibandingkan jamur pelapuk coklat.
D
Lisplang dan rangka plafon adalah komponen rumah yang
paling banyak diserang jamur pelapuk dengan persentase
masing-masing 37% dan 33%. Lisplang merupakan
komponen eksterior yang langsung terkena air hujan dan
penyinaran matahari. Sedangkan rangka plafon yang
terserang jamur pelapuk adalah yang terkena pembasahan
tidak langsung, seperti karena kebocoran atap atau talang
saluran air. Terpaparnya komponen lisplang terhadap sinar
matahari menyebabkan cat pelindung lebih cepat terkelupas
dibandingkan dengan cat kayu yang ternaungi. Selain E
terkelupasnya cat, retakan yang terjadi pada kayu lisplang
karena pemanasan berulang oleh sinar matahari, menjadi Gambar 2. Distribusi kerusakan kayu pada bangunan rumah
bagian yang bisa menyimpan air dan menjadi sarana infeksi akibat serangan berbagai organisme perusak (A),
spora jamur. jamur pelapuk (B), rayap kayu kering (C), rayap
tanah (D), dan bubuk kayu kering (E).

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)


Biodeteriorasi Komponen Kayu Rumah di Beberapa Daerah 29

Kerusakan sistem atap, seperti retakan atau pergesaran Kerusakan kayu oleh bubuk kayu kering adalah yang paling
genting, menimbulkan rembesan dan kebocoran air ke dalam kecil (260 cm3/rumah).
struktur rumah. Banyak juga ditemukan sistem atap yang tidak
sempurna melindungi komponen kayu di bawahnya. Kayu
yang terkena air tersebut mengalami peningkatan kadar air
sehingga mendukung pertumbuhan jamur. Menurut Nicholas
& Crawford (2003) pelapukan kayu oleh jamur dapat terjadi
jika kadar air kayu minimal sama dengan titik jenuh seratnya
(28%-30%). Kadar air optimal untuk pertumbuhan jamur
pelapuk adalah antara 40% - 80%.
Serangan rayap kayu kering terbanyak ditemukan pada
komponen jendela dan pintu yaitu 62%. Selain itu banyak
juga ditemukan pada rangka atap yaitu 25% dari frekuensi
serangan rayap kayu keing. Pintu dan jendela merupakan
komponen yang umumnya berhubungan langsung dengan
lingkungan luar, sehingga rayap kayu kering bisa langsung
menyerang dan bersarang pada komponen tersebut.
Serangan awal biasanya tidak diketahui penghuni rumah. Gambar 3. Rata-rata volume kerusakan komponen kayu
Adanya serangan rayap kayu kering baru disadari ketika per rumah di empat daerah survei.
serbuk gerek terlihat atau teraba di bagian luar kayu atau
berjatuhan di lantai. Walaupun koloni rayap kayu kering relatif Pada Gambar 4 tampak volume kerusakan kayu dan nilai
kecil dibandingkan dengan koloni rayap tanah, tapi serangan kerugian yang disebabkan oleh faktor biologis pada bangunan
rayap kayu kering yang banyak terjadi sering dikeluhkan rumah di empat daerah penelitian (Lembang, Bogor, Serang
masyarakat. Uniknya rayap kayu kering ini mampu hidup pada dan Jakarta Utara). Bila dibandingkan dengan data rata-rata
komponen kayu rumah dan furniture yang kering, yaitu kadar suhu dan kelembaban daerah (Tabel 1), volume kayu
air dibawah 20%. bangunan rumah yang terkena biodeteriorasi ini cenderung
Serangan rayap tanah paling banyak ditemukan pada lebih tinggi di daerah kelembaban tinggi dan suhu rendah.
komponen pintu, jendela, tiang dan dinding kayu. Kayu yang Hasil analisis ragam dan uji beda rata-rata (Tabel 2)
diserang rayap tanah cepat terdegradasi karena anggota membuktikan bahwa volume kerusakan kayu per rumah per
koloni rayap tanah relatif lebih banyak dibandingkan dengan tahun di Jakarta Utara dan Serang adalah nyata lebih rendah
koloni rayap kayu kering. Selain itu menurut Tarumingkeng dibandingkan dengan di Bogor dan Lembang. Jakarta Utara
(2000), rayap tanah membutuhkan kelembaban yang lebih dan Serang relatif lebih kering dan lebih panas dibandingkan
tinggi dibandingkan rayap kayu kering. Oleh karena itu dengan di Bogor dan Lembang.
mereka selalu membawa tanah yang diantaranya berfungsi Tabel 1. Nilai rata-rata suhu dan kelembaban daerah survei
untuk melembabkan lingkungannya.
Serangan bubuk kayu kering pada komponen kayu rumah No Kota Suhu (ºC) Kelembaban (%)
adalah relatif jarang dibandingkan serangan rayap dan jamur. 1 Lembang 20,31 84,67
Kerusakan kayu yang disebabkan oleh sejenis kumbang ini 2 Bogor 25,83 83,92
ditemukan pada komponen rangka atap dan plafon. Kayu 3 Serang 26,86 80,67
yang diserang pada umumnya dalam keadaan kering. Dari 4 Jakarta Utara 28,38 70,25
lubang gereknya yang kecil keluar serbuk gerek berbentuk Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2008)
tepung yang lebih halus dibandingkan dengan serbuk gerek
dari rayap kayu kering. Komponen yang banyak diserang Tabel 2. Uji beda rata-rata volume kerusakan kayu per
bubuk kayu kering ini terutama yang berbahan bambu, seperti rumah per tahun antar daerah
pada reng dan kaso atap.
Volume Kerusakan Kayu
Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3, volume
kerusakan kayu oleh organisme perusak juga Subset
Daerah N
menggambarkan tingginya ancaman masing-masing 1 2
organisme tersebut terhadap komponen rumah berkayu Tukey HSDa,,b Serang 50 1937,48
ataupun produk berkayu lainnya. Kerusakan komponen Jakarta 50 251,82
rumah akibat serangan rayap kayu kering adalah yang paling Bogor 50 3612,16
besar (45437 cm3/rumah). Kerusakan oleh jamur pelapuk Lembang 50 4647,48
(24300 cm3/rumah) relatif lebih kecil dibandingkan dengan Sig. 0,507 0,066
akibat serangan rayap kayu kering, tapi lebih besar
dibandingkan yang dirusak oleh rayap tanah (291 cm3/rumah).

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)


30

Gambar 5. Volume kerusakan kayu bangunan rumah di


Gambar 4. Rata-rata volume kerusakan kayu per rumah empat daerah survei serta kerugian yang
akibat serangan organisme perusak (cm3/th)dan ditimbulkannya.
kerugian yang ditimbulkannya (Rp/th).
KESIMPULAN
Berdasarkan observasi lapang bangunan rumah di
keempat kota, rata-rata nilai kerugian yang diakibatkan Kesimpulan yang dapat diambil adalah biodeteriorasi kayu
biodeteriorasi pada setiap rumah per tahun tampaknya tidak
terjadi pada sebagian besar (90%) bangunan rumah tinggal di
begitu besar, rata-rata sekitar Rp 28.359/tahun atau berkisar
keempat daerah survei (Lembang, Bogor, Serang dan Jakarta
antara Rp 17.000/tahun hingga kurang dari Rp 40.000/tahun.
Timur).
Nilai rata-rata ini sudah memperhitungkan rumah yang
mengalami rusak berat, ringan bahkan yang tidak rusak.Tapi Pintu, jendela, dan rangka atap merupakan bagian yang
dalam skala daerah dengan memperhitungkan jumlah rumah paling banyak mengalami biodeteriorasi. Komponen yang
di setiap daerah (Tabel 3), nilai kerugian menjadi besar paling banyak diserang jamur pelapuk adalah lisplang dan
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4. Sebagai contoh, rangka plafon karena pembasahan langsung ataupun tidak
di Kota Bogor pada tahun 2008 yang berpenduduk langsung. Adapun yang paling banyak diserang rayap kayu
955.788 jiwa dengan jumlah rumah sekitar 238.947 kering dan rayap tanah adalah pintu, jendela, tiang, dan
bangunan, kerugian akibat biodeteriorasinya adalah dinding berkayu.
Rp. 8.783.000.000/tahun. Nilai kerugian sesungguhnya bisa Volume biodeteriorasi di Lembang dan Bogor lebih tinggi
lebih besar karena dalam penelitian ini hanya dibandingkan dengan di Serang dan Jakarta Utara yang lebih
memperhitungkan biaya bahan dan upah perbaikan. rendah kelembabannya dan lebih tinggi suhunya.
Kerugian akibat terhentinya kegiatan produktif keluarga Kerugian akibat biodeteriorasi per rumah di keempat
karena perbaikan tersebut ataupun bentuk kerugian lainnya daerah survei rata-rata sekitar Rp. 28.000/tahun. Tapi dalam
tidak dihitung dalam penelitian ini. skala daerah nilainya menjadi besar. Kerugian di Serang
Mengingat nilai kerugian dalam skala daerah akibat adalah sekitar dua milyar rupiah per tahun, sedangkan di Kota
biodeteriorasi ini ternyata cukup besar, maka harus menjadi Bogor adalah lebih dari delapan milyar rupiah per tahun.
perhatian penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk
memelihara bangunan rumah ataupun bangunan lainnya
dengan lebih baik. Selain itu perlu mengantisipasi dan DAFTAR PUSTAKA
memperbaiki lebih dini biodeteriorasi yang terjadi.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2008.
Tabel 3. Jumlah penduduk dan bangunan rumah tahun 2008 Data Klimatologi 2008. Badan Meteorologi, Klimatologi
di setiap daerah survei dan Geofisika.

Kota Jumlah Penduduk Jumlah Rumah [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia 2009.
Jakarta: BPS
Lembang 1 201.765 55.418
Bogor 2 955.788 238.947 Clausen CA, Kartal SN. 2003. Accelerated detection of
Serang 3 503.491 110.612 brown-rot decay: Comparison of soil block test, chemicl
Jakarta Utara 4 1.421.265 357.744 analysis, mechanical properties and immunodetection.
Sumber: 1 (Wikipedia 2008) Forest Products Journal, 53 (11/12):90-94.
2 (BPD Kota Bogor & BPS Kota Bogor 2008)
3 (DKCS Kabupaten Serang 2009) Eaton RA, Hale MDC. 1993. Wood: Decay, Pests and
4 (DKCS Kotamadya Jakarta Utara 2009) Protection. London: Chapman & Hall Inc.

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)


Biodeteriorasi Komponen Kayu Rumah di Beberapa Daerah 31

Harris SY. 2001. Building Pathology: Deterioration, Wikipedia. 2008. Lembang, Bandung Barat.
Diagnostics, and Intervention. John Wiley & Sons, Inc. http://id.wikipedia.org/wiki/Lembang,_Bandung_Barat [25
New York. Februari 2008].
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap : Biologi dan [BPD Kota Bogor & BPS Kota Bogor] Badan Perencanaan
Pengendaliannya. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Daerah Kota Bogor dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor.
Surakarta. 2008. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Bogor
Tahun 2008. Bogor: BPD Kota Bogor & BPS Kota Bogor.
Nicholas DD, Crawford D. 2003. Concepts in the
Development of New Accelerated Test Methods for Wood [DKCS Jakarta Utara] Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Decay. American Chemical Society. Kotamadya Jakarta Utara. 2009. Jumlah RT, RW.
www.fpl.fs.fed.us/documnts/pdf2003/nicho03a.pdf. [24 http://www.kependudukancapil.go.id/index.php/component
May 2007]. /content/25?task=view [20 Agustus 2010]. Jakarta:
DKCP.
Ridout B. 2004. Timber Decay in Buildings: The
Conservation Approach to Treatment. London: Spon [DKCS Kabupaten Serang] Dinas Kependudukan dan Catatan
Press. Sipil Kabupaten Serang. 2009. Jumlah Penduduk
Kabupaten serang Tahun 2008. http://www.disdukcapil-
Tarumingkeng RC. 2000. Manajemen Deteriorasi Hasil
serang.com/news/?page_id=47 [27 Mei 2009
Hutan: Topik-topik terpilih. Jakarta: UKRIDA Press.

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): 26-31 (2010)

Anda mungkin juga menyukai