Anda di halaman 1dari 16

GANGGUAN HEMATOLOGI (ANEMIA)

Oleh :

Eka Agustina Putri Kinanti

1910104046

Fakultas Ilmu Kesehataan Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Universitas Aisyiyah Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah,
serta sum-sum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain,
karena berbenuk cariran. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total.
Empat puluh lima sampai 60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, dan
trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, serta memelihara
susu tubuh dan keseimbangan cairan (Arifin dkk, 2015).
Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global pada negara maju
maupun negara yang sedang berkembang serta berdampak pada kesehatan, sosial dan
ekonomi. Prevalensi anemia terbesar pada anak dan ibu hamil. Penyebab anemia
bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi, sehingga
prevalensi defisiensi besi sering digunakan untuk mewakili prevalensi anemia
defisiensi besi (ADB). Pada tahun 2002, ADB merupakan faktor terpenting yang
memberi kontribusi global burden of disease (Janus dan Moerschel 2010; WHO,
2008).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di dunia.
Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di
daerah tropis. World Health Organization (2011) menyatakan prevalensi kejadian
anemia remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan
ke-8 dari 11 negara di Asia setelah Sri Lanka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5
juta orang pada usia 10-19 tahun. Remaja putri terkena anemia karena keadaan stres,
haid, dan terlambat maka.
Berdasarkan data Depkes RI (2012) prevalensi anemia defisiensi besi di
Indonesia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%, dan pada Wanita Usia Subur
(WUS) usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Berdasarkan kelompok usia tersebut yang
memiliki risiko paling besar menderita anemia adalah remaja putri usia 10-18 tahun.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Definisi Anemia
2. Penyebab Anemia
3. Gejala Anemia
4. Jenis-jenis Anemia
5. Pencegahan Primer pada Anemia
6. Pencegahan Sekunder pada Anemia
7. Pencegahan Tersier pada Anemia
8. Pengobatan Anemia

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian anemia
2. Mahasiwa dapat mengetahui penyebab anemia
3. Mahasiwa dapat mengetahui gejala anemia
4. Mahasiwa dapat mengetahui jenis-jenis anemia
5. Mahasiwa dapat mengetahui pencegahan primer pada anemia
6. Mahasiwa dapat mengetahui pencegahan sekunder pada anemia

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pengertian anemia
2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai penyebab anemia
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai gejala anemia
4. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai jenis-jenis anemia
5. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pencegahan primer pada
anemia
6. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pencegahan sekunder pada
anemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anemia

Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobn. Seseorang


disebut anemia jika konsentrasi dari hemoglobin pada orang tersebut lebih rendah dari
harga normal hemoglobin yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur dari orang
tersebut (Hoffbrand Victor, 2016). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu
diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologisyang mendasar yang
diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

Anemia, dalam bahasa yunani adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang
dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan eritrosit kurang dari
73%, maka wanita itu dikatakan anemia.

Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.


•Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
•Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah, setiap ganguan pembentukan sel
darah merah , baik ukuran
maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan
tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum
tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen penting
seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (SoebrotoIkhsan,Cara Mudah
Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1,Yogyakarta 2009)

2.2 Penyebab Anemia


Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutirsi oleh usus. Juga dapat menyebabkan seseorang mengalami
kekurang darah. Demikian juta pada pada wanita hamil atau menyusi, jika asupan zat besi
berkurang, besar kemungkinan aan terjadi anemia. Perdarahan saluran pencernaan, kebocoran
pada saringan darah diginjalk, mensturasi yang berlebihan, serta para pendonor darah yagn
tidak diimbangi degan gizi yagn baik dapat memiliki resiko anemia. Perdarahan akut juga
dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi pendarahan yang hebat, mungkin
gejala anemia belum tampak transfusi darah merupakan tindakan penanganan terutama jika
terjadi pendarahan akut. Pendarahan tersbut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah
biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.

Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia.

1. Penghancuran sel darah merah. Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah
merahdihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merahnormalnya 120
hari).Sumsum tulang penghasil sel darahmerah tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh akan seldarah merah.
2. Kehilangandarah. Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia
karena perdarahan berlebihan, pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyakkarena menstruasi pada remaja atau perempuan
juga dapatmenyebabkan anemia. Semua faktor ini akan meningkatkan kebutuhan
tubuh akan zat besi, karena zat besi dibutuhkanuntuk membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal. Ini terjadi saat sumsum tulang tidak
dapat membentuk seldarh merah dalam jumpah cukup.ini diakibatkan
infeksivirus,paparan terhadap kimia beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang
atau obat kanker).

2.3 Gejala Anemia


Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia diantaranya:
 Lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lunglai.
 Wajah tampak pucat.
 Mata berkunang-kunang.
 Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
 Sering sakit.
 Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat
atau berkurangnya warna merah muda pada
bibir dan bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-
lahansehingga sulit disadari.
 Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari seldarah merah
,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian
putih mata ,pembesaranlimpa dan warna urin seperti teh.

2.4 Jenis-jenis Anemia

a). Anemia Defisiensi Besi

kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia di


Indonesia, dan salah satu kondisi yang paling umum terlihat pada praktek
kedokteran. Satu studi prevalensi defisiensi zat besi menemukan bahwa besi
serum rendah terjadi pada sekitar 14% wanita dewasa dan 5% laki-laki
dewasa, dan anemia terjadi pada sekitar 4-6% wanita dan 3% laki-laki.
Diperkirakan bahwa 10-30% dari populasi dunia mengalami kekurangan zat
besi.

Kekurangan zat besi tidak identik dengan anemia defisiensi besi.


Banyak orang kurang mempunyai cadangan besi yang berarti kekurangan besi,
tetapi tidak menderita anemia. Namun, tanpa adanya anemia, kekurangan zat
besi mungkin memiliki konsekuensi buruk, seperti terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan psikomotor pada anak dan gangguan kapasitas kerja dan
fungsi mental pada orang dewasa. Anemia merupakan manifestasi akhir dari
kekurangan zat besi, cadangan besi sumsum tulang akan terpakai seluruhnya
sebelum hemoglobin mulai menurun. Penurunan mean corpuscular volume
(MCV) terjadi menyusul kemudian. Hemoglobin darah turun sebelum MCV
menurun, meskipun eritrosit mikrositik dapat terlihat pada apusan darah tepi
sebelum MCV turun dibawah kisaran normal. Tidak adanya mikrositosis tidak
mengecualikan anemia akibat kekurangan zat besi.
Penyebab Defisiensi Besi:

 Penurunan asupan besi


Diet tidak memadai
 Penurunan penyerapan besi
Aklorhidria
Reseksi lambung
Penyakit celiac
Pica

 Peningkatan kehilangan besi


Kehilangan darah gastrointestinal:
 Neoplasma
 Erosi gastritis karena obat anti-inflamasi
 Penyakit ulkus peptikum
 Erosi esofagitis
 Radang usus
 Penyakit divertikular
 Wasir
 Divertikulum mackel
 Infeksi: cacing tambang, schistosomiasis
 Menstruasi berlebihan
Sering donor darah
Hemoglobinuria
Hereditary hemorrhagia telangiectasia
Hemodialisis
Idiopathic pulmonary hemosiderosis
 Peningkatan kebutuhan besi
Bayi
Kehamilan
Laktasi
b). Anemia Defisiensi Vitamin C

Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang


jarang terjadi, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat
dalam jangka waktu yang lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya
adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari-hari.

Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,


sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c, maka jumlah zat besi yang
diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa
penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada
anemia jenis ini sumsum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran
kecil.

c). Anemia Makrositik

Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12


atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (Hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Copuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.

Selain mengganggu proses pembentukan sel darah merah kekurangan


vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf, sehingga penderita anemia
ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki tungkai. Kaki dan tangan
seolah mati rasa, serta kaki dalam bergerak. Gejala lain yang dapat dilihat
adalah buta warna tertentu termasuk warna kuning dan biru, Luka terbuka
dilidah seperti terbakar,penurunan berat badan, warna kulit menjadi lebih
gelap, linglung, depresi, penurunan fungsi intelektual.

d). Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepat dari normal. Umur sel darah merah normalnya 120 hari. Pada
anemia hemolitik, umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.

e). Anemia Sel Sabit

Sicle Cell Anemia (Hemoglobin S) adalah jenis hemoglobinopati


yang paling sering diseluruh dunia. Hemoglobin S paling sering
ditemukan di Afrika dan pada orang keturunan Afrika. Di beberapa bagian
Afrika, sekitar 10-40% dari populasi mempunyai heterozigot hemoglobin
S. Sekitar 8% orang Afrika-Amerika, dan sekitar 1 dari 400-600 adalah
homozigot (anemia sel sabit).

Anemia sel sabit adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai


dengan sel darah merah yang berbentuk sabit. Sel yang berbentuk sabit
akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,
ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya, dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah
pada saat melewati pembuluh darah, kerusakan organ, bahkan sampai
pada kematian.

f). Anemia Aplastik

Anemia aplastik menunjukkan terjadinya pansitopenia karena


hiposelular ( aplastik) sumsum tulang. Anemia aplastik dapat berupa
bawaan atau didapat. Penyebab anemia aplastik yang didapat meliputi
racun kimia, obat-obatan dan radiasi pengion, serta infeksi. Setidaknya
setengah dari kasus yang diperoleh, penyebabnya tidak dapat ditentukan
(anemia aplastik idiopatik). Sebagian besar kasus anemia aplastik
idiopatik tampaknya disebabkan oleh penekanan kekebalan atau
perusakan sel prekursor hematopoietik.

2.5 Pencegahan Primer pada Anemiaa


a.Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi
dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehinggaorang
cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti,harus diberikan
pendidikan yang tepat misalnya tentang bahayayang mungkin terjadi
akibat anemia, dan harus pula
diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui tiga cara:
a)Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalorisebesar
yang semestinya dikonsumsi.
b.) Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitudengan
jalan mempromosikan makanan yang dapat memacudan menghindarkan
pangan yang bisa mereduksi penyerapanzat besi.
c.) peningkatan gizi berupa makan makanan yang
mengandungvitamin zat bezi, seperti sayur-
sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis.

b. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan
tubuhmengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi
dimanatubuh mengalami gangguan pembentukan sel darah merah, dan
istirahat yang dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari.

c. Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam
eritrosit.Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan
darahmengikat oksigen berkurang.

d. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yangdiperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragamkondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik,keracunan obat, dan sebagainya.
Menghindari situasikekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat profil
darahdan mencegah terjadinya anemia.
d) Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisamembedakan
antara anemia biasa dengan
anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat
dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

2.6 Pencegahan Sekunder pada Anemiaa) .


a. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangidampak gizi yang
tidak diingini. Meskipun, jumlah
episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang
tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnyainfeksi. Tindakan yang
penting sekali dilakukan
selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderitatentang cara
makan yang sehat selama dan sesudah sakit.Pengawasan penyakit infeksi
memerlukan upaya kesehatanseperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi
lingkungandan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit,
tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta
Schistosoma yang menjadi penyebabnya.Sementara peran parasit usus yang lain
terbukti sangat kecil.Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam
jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karenaitu, parasit
harus dimusnahkan secara rutin.
Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi denganlangkah
pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadisehingga memerlukan obat
lebih banyak. Pemusnahan cacingitu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan
parasit, tetapimanfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupanzat
besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasimaupun fortifikasi
makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum
tereliminasi.
b) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yangdiproses secara


terpusat merupakan inti pengawasan anemia
di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satucara terampuh dalam
pencegahan defisiensi zat besi. Di negaraindustri, produk makana fortifikasi yang
lazim adalah tepunggandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan
bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk
memfortifikasi garam, gula, beras dansaus ikan.

c). Tranfusi Darah


Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan
darah pasien. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukanke dalam
tubuh melalui selang infus.
d). Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lamasuplementasi selama 3-
4 bulan untuk meningkatkan kadarhemoglobin, karena kehidupan sel darah merah
hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120
hari,maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuhmemerlukan 20 mg
zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerapzat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu
setiap hari, makasuplementasi zat besi tablet tambah darah sangat pentingdilakukan.
Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat giziyang dapat menolong untuk
mengoreksi keadaan anemia gizi.Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di
Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekuranganzat besi.
e) .Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisamembedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bilaternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
f). Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
2.7 Pencegahan Tersier pada Anemiaa
a). pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan sepertivitmin B12 atau
B kompleks.
b) Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asamfolat, vitamin B6,
dan vitamin B12 seperti daging dan sayuransesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan
.c) Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12dalam darah
sehingga bisa membedakan antara anemia biasadengan
anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12normal, maka dapat dilakukan
pemberian asam folat dengandosis 0,1-1,0 mg/hari.
d) Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
.e) Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yangdiperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragamkondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik,keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasikekurangan
oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

2.8 Pengobatan Anemia


Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala danmenemukan
penyebabnya adalah langkah penting
dalam penanganan anemia.Pada dasarnya pengobatan akan disesuaikandengan
penyebab terjadinya anemia
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangankomponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutoksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.:
•Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
•Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Kemungkinan dasar penyebab anemia:

1.Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.


Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkanlebih cepat dari
normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari).Sumsumtulang penghasil sel darah merah
tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan seldarah merah.
2.Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena
perdarahan berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan darah.Kehilangan
darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau perempuan juga dapatmenyebabkan
anemia.Semua faktor ini akan meningkatkan kebutuhan tubuh akanzat besi ,karena zat besi
dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru
3.Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merahdalam jumpah
cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia beracunatau obat-obatan
(antibiotic, antikejang atau obat kanker).
3.2 Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatanlingkungan dan makanan
serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan
Fe pada tubuh kita.Sehingga kita terjauh dari penyakit terlebih anemia yang disebabkan
karena kurangnya zat besi untuk memproduksi darah
DAFTAR PUSTAKA

Kiswari,Rukman. 2014. Hematologi dan Tranfusi. Jakarta:Erlangga


Soebroto,Ikhsan. 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia.Yogyakarta:Indie
Hoffbrand,Victor. 2016. At a Glance Hematologi. Jakarta:Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

Anda mungkin juga menyukai