Anda di halaman 1dari 82

PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI PELVIC

ROCKING EXERCISE DAN CAT STREACH


EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID
(DYSMENORRHEA) PADA REMAJA PUTRI
DENGAN METODE NARATIF REVIEW

SKRIPSI

Di susun oleh :
Siti Hajar Fahri
201510301013

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS’AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI PELVIC
ROCKING EXERCISE DAN CAT STREACH
EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID
(DYSMENORRHEA) PADA REMAJA PUTRI
DENGAN METODE NARATIF REVIEW

SKRISI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Terapan fisioterapi
Program Studi Fisioterapi S1
Fakultas Ilmu Kesehatan di
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
(2020)

Di susun oleh :
Siti Hajar Fahri
201510301013

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adolesen (remaja) merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi

dewasa. Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan masa

perkembangan pada diri remaja yang sangat penting, diawali dengan

matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu

bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan-perubahan yang terjadi

seperti perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi

tersebut dinamakan dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada

remaja putri yaitu terjadinya menstruasi (Batubara, 2012).

Remaja yang mengalami pubertas khususnya wanita yaitu ditandai

dengan haid pertama kali atau menarche kemudian berlanjut dengan

menstruas. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai

tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran,2012).

Remaja Pada tahap akhir pubertas, umumnya menarche terjadi dalam dua

tahun sejak terjadi perkembangan payudara dengan rerata usia 12,8 tahun

dengan rentang usia 10-16 tahun. Proses menstruasi yang di alami setiap

wanita terdapat ganguan-gangguan yang terjadi baik dari sebelum menstruasi,

atau saat menstruasi. Gangguan tersebut antara lain: jumlah darah haid seperti

hiperminorea yaitu haid lebih dari 7 hari, hipominorea yaitu haid dengan

jumlah darah sedikit dan siklus haid yang lebih pendek dari normalnya,

gangguan siklus menstruasi seperti: poliminorea yaitu siklus menstruasi yang

ii
lebih pendek atau kurang dari 21 hari, oligominorea yaitu siklus menstruasi

yang lebih lama atau lebih dari 35 hari dengan jumlah darah yang sedikit,

aminorea tidak mendapatkan haid selama 3 bulan berturut-turut ( Sarwono,

2011). Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu nyeri saat menstruasi biasanya

terjadi pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga punggung

bawah dan paha. dysmenorrhea atau nyeri saat menstruasi datang berupa

mual dan muntah dan nyeri kepala ( Haryono, 2016).

Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka dismenore di

dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara

mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%. Di Amerika Serikat

diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%

diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak

mampu melakukan kegiatan apapun. 2 Menurut Journal Pediomaternal tahun

2013, di Africa 85,4% remaja putri mengalami dismenore primer. Sama

halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gagua et al (2012) di

Jerman, bahwa 52,07% remaja putri mengalami dismenore primer.

Di Indonesia sendiri kejadian dismenore cukup besar, menunjukkan

penderita dismenore mencapai 60-70% wanita di indonesia. Angka kejadian

dimenore tipe primer di Indonesia adalah 54,89%,sedangkan sisanya 45,11%

adalah tipe sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja

sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Calis,

2011). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Noranita (2016)

yang dilakukan pada siswi kelas VII (rentang usia 12-13 tahun) di SMP

Muhammadiyah 1 Yogyakarta didapatkan prevalensi dismenore 81%.

Prevalensi dismenore lebih tinggi pada dismenore primer dengan persentase

iii
90% pada dismenore primer dan 15% pada dismenore sekunder (Dewi,

2012). Sedangkan angka kejadian dismenore di Riau pernah diteliti oleh Putri

(2012) pada remaja putri (rentang usia 15-16 tahun) di Kecamatan Bangko

Kabupaten Rokan Hilir didapatkan prevalensi dismenore sebesar 95,7%.

Berdasarkan hasil penelitian dari (Maruf et al 2013), mengemukakan

data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES),

umur rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak remaja di Indonesia

yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun. Di Indonesia angka kejadian

dismenore tipe primer adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita

dengan dismenore sekunder. Dismenore terjadi pada remaja dengan

prevalensi berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74-80% remaja

mengalami dismenore ringan, sementara angka kejadian endometriosis pada

remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja

yang tidak memberikan respon positif terhadap penanganan untuk nyeri haid,

endometriosis ditemukan pada 67% kasus di laparoskopi.

Wanita yang sudah mengalami menstruasi biasanya akan merasakan

keluhan-keluhan yang mengganggu. Salah satunya adalah dismenore.

Dismenore berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri atas “dys”

berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran (Madhubala dan

Jyoti, 2012). Dismenore merupakan nyeri di bagian perut bawah selama

menstruasi. Dismenore diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan

dismenore sekunder. (Simanjuntak, 2014).

Dismenore primer adalah nyeri saat menstruasi tanpa adanya kelainan

pada alatalat genital. Nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan

permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam. Dismenore

iv
sekunder adalah nyeri saat menstruasi dengan adanya kelainan pada alat-alat

genital. Biasanya terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti

endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain (Simanjuntak,

2014).

Wanita yang haid tidak dibolehkan untuk shalat, puasa, thawaf,

menyentuh mushaf, dan berhubungan intim dengan suami pada kemaluannya.

Namun ia diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan tanpa menyentuh

mushaf langsung (boleh dengan pembatas atau dengan menggunakan media

elektronik seperti komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh melayani

atau bermesraan dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.

Allah Ta’ala berfirman:

ْ َ‫يض َوالَ تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّ َى ي‬


َ‫رْ ن‬JJُ‫طه‬ ِ ‫وا النِّ َساء فِي ْال َم ِح‬
ْ ُ‫يض قُلْ هُ َو أَ ًذى فَا ْعت َِزل‬
ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِح‬
َ َ‫َويَسْأَلُون‬

ُ ‫فَإ ِ َذا تَطَهَّرْ نَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن َحي‬


ُ ‫ْث أَ َم َر ُك ُم هّللا‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid.

Katakanlah, “Dia itu adalah suatu kotoran (najis)”. Oleh sebab itu

hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di tempat haidnya

(kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati mereka, sebelum

mereka suci (dari haid). Apabila mereka telah bersuci (mandi bersih),

maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah

kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid

biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung

(Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012) bisa juga berupa kram perut bagian bawah

yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala

gastrointestinal dan neurologis seperti kelemahan. Permasalahan dismenore

v
adalah permasalahan yang sering dikeluhkan saat wanita datang ke dokter

atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan haid. Kondisi ini akan

bertambah parah apabila disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil.

Terlebih lagi di kalangan wanita yang bekerja dan harus tetap masuk kerja

dalam kondisi kesakitan (Anurogo & Wulandari, 2011). Meski kebanyakan

nyeri haid dapat hilang dengan sendirinya, tetapi jika berlangsung sepanjang

hari, akan mengganggu aktivitas (Oktavia,2016).

Penelitian terdahulu oleh Saguni (2013) menunjukkan bahwa siswi

yang mengalami gangguan dalam aktivitas belajar diakibatkan karena nyeri

haid yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswi

sulit untuk berkonsentrasi karena ketidak- nyamanan yang dirasakan ketika

mengalami nyeri haid. Siswi yang mengalami nyeri haid (dysmenorrhea)

pada saat jam pelajaran berlangsung juga ada yang sampai meminta izin

untuk pulang dan terkadang ada yang meminta izin untuk diberikan

dispensasi beristirahat di ruangan UKS.

Penelitian lain oleh Handayani (2011) menyebutkan bahwa dismenore

merupakan salah satu penyebab utama absen sekolah pada remaja putri untuk

beberapa jam atau beberapa hari. Hal tersebut dihubungkan pada pengaruh

negatif terhadap aktivitas sosial pada kebanyakan remaja putri. Remaja putri

yang mengalami dismenore pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak

libur sekolah atau absen dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah

dibandingkan mereka yang tidak mengalami dismenore.

Umumnya saat menstruasi banyak wanita yang merasakan keluhan

berupa nyeri yang berlangsung 2-3 hari, dimulai sehari sebelum mulai haid.

Nyeri saat haid (dysmenorrhea) yang dirasakan setiap wanita berbeda-beda,

vi
ada yang sedikit terganggu namun ada pula yang sangat terganggu hingga

tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan membuatnya harus istirahat

bahkan terpaksa absen dari sekolah (Andriyani, 2013).

Pelvic rocking exercise adalah salah satu bentuk latihan efektif dan

mempunyai beberapa keuntungan. Pelvic rocking exercise mudah dilakukan

dimana saja. Pelvic rocking exercise dapat memperkuat otot-otot perut dan

pinggang. Latihan ini dapat mengurangi tekanan pada pinggang, tekanan

pembuluh darah di area uterus, dan mengurangi tekanan pada kandung

kemih. Pelvic rocking exercise juga membantu untuk relaksasi dan

meningkatkan proses pencernaan (Rini, 2013). pelvic rocking exercise dapat

memperlancar aliran darah yang masuk kedalam uterus dan otot-otot rahim

sehingga otot-otot rahim mendapat suplay darah dan rangsangan nyeri

berkurang. Pelvic rocking exercise juga dapat memberikan rasa nyaman pada

tubuh sehingga tekanan pada pinggang berkurang (Aprilia, 2011)

Cats stretch exercise merupakan sebuah senam yang tujuan utamanya

adalah untuk meningkatkan peredaraan darah, meningkatkan kekuatan otot-

otot, dan sendi-sendi. Dengan teratur melakukan Cats stretch exercise maka

dapat menyebabkan pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya desminore

adalah adanya factor sumbatan disaluran rahim, akibatnya ketika darah

menstruasi akan keluar diperlukan kontraksi yang kuat dari rahim untuk

mengeluarkan darah tersebut sehingga menyebabkan nyeri saat menstruasi

dengan Cats stretch exercise dapat pula meningkatkan kadar hormone

endorphin empat sampai lima kali dalam darah sehingga hal tersebut dapat

menurunkan rasa nyeri saat menstruasi. (Haruyama, 2011)

vii
B. Rumusan masalah

1. Apakah ada penurunan nyeri haid dengan pemberian latihan pelvic

rocking dan latihan Cats stretch exercise ?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian pelvic rocking exercise

terhadap penurunan nyeri haid (dismenore).

2. Untuk mengetahui pengaruh latihan Cats stretch exercise terhadap

penurunan nyeri haid (dismenore).

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Remaja Putri

a. Pengertian Remaja Putri

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seseorang. Salah satu tanda keremajaan secara

biologi yaitu mulainya remaja mengalami haid (Lestari, 2013).

Remaja (adolescence) merupakan masaa transisi dari masa

kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan seperti,

aspek fisik, psikis, dan psikososial masa ini dimulai pada usia 12

tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Pada masa remaja akan muncul

serangkaian perubahan fiiologis yang kritis, yang membawa individu

pada kematangan fisik maupun biologis (Sarwono, 2010).

Pada periode ini berbagai perubahan yang dapat terjadi baik dari

perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan

secara cepat dan bahkan tanpa kita sadari. Perubahan ini terjadi secara

cepat dan bahkan tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang paling

menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya

pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan

lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan

penyakit atau kelainan tertentu bila tidak diperhatikan. Maturasi

seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya

anak siap dengan fungsi fertilisasinya. Laki-laki dewasa dengan


spermatogenesis, dan anak pertama dengan ovulasi. Disamping itu

juga terjadi perubahan psikologis pada anak. Baik dalam tingkah laku,

hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis.

b. Karakteristik Remaja

Sebagian besar perempuan yang dismenorea, mengalami

kondisi psikologis yang tidak nyaman, seperti mudah marah, dan

cepat tersinggung, sehingga akan mengganggu aktivitasnya karena

nyeri yang dirasakan (Anurogo & Ari, 2011).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

(Saguni et al (2013) yang menunjukkan bahwa remaja putri yang

mengalami gangguan dalam aktivitas belajar diakibatkan karena

dismenorea yang dirasakan saat proses belajar mengajar berlangsung.

Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena

ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid.

Batasan usia pada remaja adalah 12 tahun sampai 21 tahun,

sedangkan batasan pada usia remaja akhir adalah usia 17 tahun

sampai 21 tahun (Paramitasari dan Alfian, 2012).

Menurut sarwono (2006 : 204 dalam Ramadhan, 2013)

menyatakan bahwa proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3

tahap perkembangan pada remaja yaitu :

1) Remaja Awal (Early Adolescence)

Tahap awal pada remaja ini antara usia 12-15 tahun. Pada

tahap ini remaja masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi

pada tubuhnya sendiri serta dorongan-dorongan yang menyertai


perubahan tersebut mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru

dan adanya ketertarikan pada lawan jenis.

2) Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap pada usia remaja ini yaitu antara usia 15-18 tahun. Pada

tahap ini remaja yang sangat membutuhkan kawan-kawan dan

adanya kecenderunan untuk narsistik. Selai itu, pada tahap ini,

remaja juga berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu

harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai

atau sendiri, isialis atau materialis, dan yang lain sebagainya.

sedangkan pada remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus

Complex dengan cara mempererat hubungan dengan kawan-

kawan dari lawan jenis.

3) Remaja Akhir (Late Adoscence)

Tahap ini adalah merupakan masa konsolidasi melalui

periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian dibawah ini :

a) Minat yang makin menetap terhadap fungsi-fungsi intelektual

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain

dan mencari pengalaman baru

c) Terbentuknya identitas sosial yang sudah tidak akan berubah

lagi.

d) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadi dengan

masyarakat
c. Anatomi Terapan

1. Anatomi organ reproduksi wanita menurut Wahyuni (2010)

a) Ovarium (Indung Telur)

Ovarium merupakan kelenjar klamin pada perempuan.

Panjang ovarium 3-5 cm, lebar,2-3 cm, tebal 1 cm, dan

berbentuk seperti kacang kenari. Ovarium berfungsi untuk

memproduksi ovum dan mensekresi hormone estrogen dan

progesteron.

b) Tuba Fallopi

Tuba falopi merupakan saluran setelah infundibulum

yang merpakan tempat terjadinya fertilisasi dan jalan bagi sel

ovum menuju uterus dengan batasan silia pada dindingnya.

c) Servix

Servix merupakan bagian dasar dari uterus dan biasa

disebut dengan leher rahim. Servix adalah penghubung antara

saluran uterus dan saluran vagina dan juga sebagai jalan

keluarnya janin dari uterus ke saluran vagina.

d) Klitoris

Merupakan homolog dari penis pada laki-laki tetapi

memiliki ukuran yang kecil serta tidak memiliki uretra.

Klitoris sendiri terdiri dari dua krura (akar), satu batang dan

satu glans klitoris bundar yang banyak mengandung ujung

saraf dan sangat sensitive.


e) Vagina

Vagina merupakan tuba fibromuskularis yang dapat

berdistans yang merupakan jalan lahir bayi dansebagai aliran

menstrual yang berfungsi sebagai organ kapulasi perempuan.

f) Uterus

Merupakan organ tunggal muscular dan berongga seperti

buah pir terbalik dengan ukuran pada saat tidak hamil yaitu

panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter 2,3 cm. uterus terletak

didalam rongga pelvis diantaranya rectum dan kandung

kemih. Uterus memiliki beberapa bagian yaitu:

(1) Perimetrium yaitu lapisan paling terluar dari uteru yang

berfungsi sebagai pelindung uterus.

(2) Myometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi sebagai kontraksi dan relaksasi, uterus akan

kembali ke bentuk semula setiap bulannya.

(3) Endometrium merupakan lapisan terdalam dari uterus yang

kaya akan sel darah merah. Bila tidak tejadi pembuahan,

maka dinding dari endometrium akan meluruh bersama

dengan sel ovum yang sudah matang.


Gambar 2.1 Anatomi Reproduksi Wanita
(Samodra dan Suhartono, 2009)
2. Anatomi Otot Perut (Abdominal Muscle)

Menurut Aras, Ahmad & Ahcmad (2014) anatomi otot perut

terdiri dari bagian otot, yaitu:

a) Rectus Abdominis

Rectus berarti lurus, abdominis berarti abdomen/ perut

Origo : Pubis dan simpisis pubis

Insertio :Cartilago costa 5-7 dan

processus xypoid sternum

Innervasi :Anterior rami nervus

intercostal enam ke bawah.

Fungsi konsentrik : Fleksi dan lateral fleksi trunk

pada spinal joint, posterior tilt

pelvis pada lumbaosacral joint.

Fungsi Eksentrik :Memungkinkan ekstensi dan

kontralateral fleksi trunk dan


memungkinkan anterior tilt

pelvis.

Sinergis Utama :Obliqus eksternal dan internal

abdominis.

Antagonis Utama : Ekstensor Spine

Gambar 2.2 M. Rectus Abdominis


(Aras, Ahmad & Ahcmad 2014)

b) Obliqus Eskternal Abdominis

Obliqus berarti miring dengan sedikit berputar, eksternal

berarti bagian luar, abdominis berarti abdomen/perut.

Origo : Sisi luar crista iliaca, tulang pubis,

dan linea alba.

Insertio : Permukaan eksternal costa

delapan ke bawah.

Innervasi : Ventral rami nervus thoracal spinal

ke bawah.

Fungsi Konsentrik : Fleksi, lateral fleksi, dan

kontralateral rotasi trunk pada


spinal joint; posterior tilt pelvis

pada lumbosacral joint.

Fungsi Eksentrik : Memugkinkan ekstensi, kontralateral

latera fleksi dan ipsilateral rotasi

trunk.

Sinergis Utama : Obliqus internal abdominis pada

sisi berlawanan dan rectus

abdominis

Antagonis Utama : Ekstensor spine dan obliqus

eksternal abdominis pada sisi

yang berlawanan

Gambar 2.3 M. Obliqus Eksternal Abdominis


(Aras, Ahmad & Ahcmad, 2014)

c) Obliqus Internal Abdominis

Obliqus berarti miring dan sedikit berputar, internal

berarti bagian dalam; abdominis berarti abdomen/ perut.

Origo : Ligamen inguinal, fascia iliaca, 2/3


antero medial crista iliaca, dan

fascia lumbar.

Insertio : Didalam serabur upper cartilage costa

tiga terakhir; Aponeurosis dari cartilag

costa sepuluh sampai tulang pubis

dalam linea alba.

Innervasi : Ventral rami nervus thoracal spinal

enam ke bawah dan nervs lumbar

spinal

pertama.

Fungsi konsentrik : Fleksi, Lateral fleksi, dan ipsilateral

rotasi trunk pada spinal joint; posterior

tilt pelvis pada lumbalosacral joint.

Fungsi Eksentrik : Memungkinkan ekstensi, kontralateral

lateral fleksi, kontralateral rotasi

trunk; memungkinkan anterior tilt

pelvis.

Gambar 2.4 M. Obliqus internal Abdominis


(Aras, Ahmad & Ahcmad, 2014)
d) Transversus Abdominal

Transversus berarti melintang, abdominis berarti abdomen/ perut.

Origo : Permukaaan dalam enam cartilago costa

terakhir, 2/3 anterior anterior crista iliaca, 1/3

lateral ligament inguinal dan fascia

thoracolumbar.

Insertio : Linea alba, aponeurosis abdominis, pubis.

Innervasi : Ventral rami thoracal enam ke bawah dan

nervus lumbar spinal pertama.

Fungsi Konsentrik :Menekan abdomen, meningkatkan tekanan

intraabdominal, membantu force expiration

Sinergis Utama :Rectus abdominis, obliqus eksternal dan

internal abdominis.

Antagonis Utama : Belum diketahui secara jelas.

Gambar 2.5 M. Transversus Abdominis


(Aras, Ahmad & Ahcmad, 2014)
2. Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

a. Menstruasi atau haid

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium)

yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali


pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap

bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya

terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause

(biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya menstruasi

berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap

wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan

hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa

wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi

indikasi adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi

dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari dimana

pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian

dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum

perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai. (Rhefrianty, 2014)

b. Pengertian Dysmenorrhea

1) Dysmenorrhea adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani dan

berarti siklus haid yang sulit (Gerzson, dkk., 2014).

Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani: dys yang berarti sulit,

nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran.

Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti

nyeri pada saat haid. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak

enak pada perut bagian bawah saat haid (Sukarni & Margareth,

2013 dalam Purba, dkk, 2014).

2) Nyeri haid (Dysmenorrhea) merupakan gangguan fisik yang

sangat menonjol pada wanita yang sedang mengalami menstruasi

berupa gangguan nyeri/kram pada perut (Lestari, 2011). Rasa nyeri


yang dirasakan wanita yang dysmenorea berbeda, sebagian dapat

melakukan aktivita rutin dan tidak sedikit yang mengganggu aktivitas

sehari-hari.

3) Nyeri haid (Dysmenorrhea) memiliki dampak yang cukup besar

bagi remaja putri karena menyebabkan terganggunya aktivitas

sehari-hari. Remaja putri yang mengalami nyeri haid

(Dysmenorrhea) pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam

melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar di sekolah.

3. Klasifikasi Dysmenorrhea

Dysmenorrhea diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Dismenorea primer

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa ditemukan

keadaan patologi pada panggul. Dismenorea primer berhubungan

dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi myometrium

sehingga terjadi iskemik akibat 8 adanya prostaglandin yang

diproduksi oleh endometrium fase sekresi. Perempuan dengan

dismenorea primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi

dibandingkan perempuan tanpa dismenorea (Prawirohardjo, 2011).

Dismenorea primer terjadi sejak pertama menstruasi , biasanya

tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai pada saat

seorang wanita berumur 2 – 3 tahun setelah menarche dan mencapai

puncaknya pada usia 15 – 25 tahun (Andira, 2010).

b. Dismenorea sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang

berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genital,

mislanya endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks,


penyakit radang panggul, perlekatan panggul (Prawirohardjo, 2011).

Dismenorea ini sangat jarang terjadi. Biasanya terjadi pada wanita

yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25 % wanita

yang mengalami dismenorea (Andira, 2010)

4. Derajat Dysmenorrhea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut

Manuaba (2010) dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

a. Dysmenorrhea ringan

Seseorang akan mengalami nyeri atau masih dapat ditolerir

karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa

saat dan dapat dilanjutkan kerja seharihari.

Dysmenorrhea ringan terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 1-4, untuk sekala wajah dismenore ringan terdapat pada

skala nyeri dengan tingkatan 1-2 (Rakhma, 2012).

b. Dysmenorrhea sedang

Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan

menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa

nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Dysmenorrhea sedang

terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah

dysmenorrhea sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3

(Rakhma, 2012).

c. Dysmenorrhea berat

Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada

kemungkinan seorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa


dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain,

pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut. Dysmenorrhea

berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala

wajah Dysmenorrhea berat terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 4-5 (Rakhma, 2012).

5. Faktro – faktor yang mempengaruhi Dysmenorrhea

a. Faktor internal

1) Usia

Kebanyakan wanita yang biasanya menserita nyeri

Dysmenorrhea primer pada umumnya berusia 15-30 tahun dan

paling sering terjadi dismenore pada usia 15-25 tahun dan

kejadian Dysmenorrhea ini akan menghilang pada akhir usia 20

tahun atau menghilang pada usia awal 30 tahun (Novia &

Puspitasari, 2008).

2) Faktor Endokrin

Kejang pada dysmenorrhea disebabkan oleh adanya

kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena

endometrium pada fase sekresi mamproduksi prostaglandin F2α

yang menyebabkan kontraksi pada otot polos. Jika jumlah

prostaglandin F2α berlebihan akan dilepaskan dalam peredaran

darah, maka selain dysmenorrhea dijumpai juga efek umum

seperti diare, nausea, dan muntah (Lestari, 2013).

3) Keturunan

Keturunan merupakan salah satu faktor resiko seorang

wanita untuk menderita atau mengalami dysmenorrhea primer.


Dikarenakan adanya pengaruh riwayat keluarga atau keturunan

dismenore primer terhadap kejadian dysmenorrhea primer.

Dengan kata lain untuk responden atau sampel yang

menagalami dysmenorrhea primer sebagian besar terjadi pada

mereka yang mempunyai riwayat keluarga atau riwayat

keturunan. Responden ang mempunyai riwayat keluarga atau

keturunan dysmenorrhea primer mempunyai resiko 0,191 kali

terkena dysmenorrhea primer dibandingkan dengan responden

yang tidak mempunyai riwayat keluarga atau keturunan yang

menderita dysmenorrhea primer (Novia & Puspitasari, 2008).

b. Faktor eksternal

1) Faktor status gizi

Status gizi yang kurang atau tebatas yaitu selain

mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan

menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi hal tersebut akan

berdampak pada gangguan haid, tetapi dapat membaik jika

asupan nutrisinya juga baik (Mulastin, 2011).

Pada wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik,

dengan cara mengonsumsi makanan yang seimbangan karena

sangan dibutuhkan pada saat haid, fase luteal akan terjadi

peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan apabila hal tersebut

diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang

dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid

(Mulastin, 2011). Kenaikan atau berkurangnya berat badan

secara signifikan. Status gizi (kurus jika IMT <17,0 dan obesitas
jika IMT > 27,0) akan mempengaruhi kerja berupa peningkatan,

keseimbangan ataupun penurunan hormon (Wiknjosastro &

Hanifah, 2012).

Orang yang mempunyai kelebihan berat badan (overwight)

dapat mengakibatkan nyeri haid karena didalam tubuh orang

yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak

yag banyak, hal ini menyebabkan hiperplasi pada kelenjar

reproduksi wanita (terdesak oleh jaringan lemak) sehingga

menyebabkan haid terganggu dan menimbulkan nyeri (Hartatik

& Putri, 2015).

2) Kurang berolahraga.

Kurang berolahraga atau tidak berolahraga akan

memungkinkan terjadinya dysmenorrhea primer. Kurang atau

tidak berolahraga dapat menyebabkan sirkulasi darah dan

oksigen menurun, akibatnya aliran darah dan oksigen menuju

uterus menjadi tidak lancar dan menyebabkan sakit dan produksi

endorphin di otak akan menurun yang mana dapat meningkatkan

stress sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan

dismenore primer (Novia & Puspitasari, 2008).

3) Belum menikah

Belum menikah merupaka salah satu faktor seorang wanita

menderita dismenore primer. Menurunnya tingkat kejadian

dismenore pada mereka yang pernah menikah disebabkan oleh

karena keberadaan sperma suami dalam orang reproroduksi yang

memiliki manfaat untuk mengurangi produksi prostaglandin atau


zat seperti hormone yang menyebabkan otot rahim berkontraksi

dan merangsang nyeri pada saat datan bulan. Jadi pernikahan

dengan ditandai dengan hubungan seksual dan sperma yang

masuk ke rahiim dapat menghambat dari peningkatan

prostaglandin untk mngurangi nyeri pada saat haid. Selain itu ada

alasan lain karena pada saat melakukan hubungan seksual maka

otot rahim akan mengalami kontraksi yang dapat mengakibatkan

leher rahim menjadi lebar (Novia & Puspitasari, 2008).

4) Faktor stress

Stres merupakan salah satu faktor psikologis manusia

dimana faktor ini dapat menyebabkan suplai darah tidak lancar

sehingga terjadinya defisiensi oksigen di uterus serta

meningkatan produksi serta merangsang pengeluaran

prostaglandin (PGs) di uterus (Silviana, 2012). Pengaruh stress

terhadap nyeri pada saat terjadinya menstruasi karena stress

melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar

peranannya dalam sistem reproduksi wanita. Nyeri menstuasi ini

melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang dapat

mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh

termasuk otak dan psikologis.

Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur

hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan

mekanisme kontrol umpan balik. Pada kondisi stress terjadi

aktivasi dan pelepasan hormon corticotropic releasing hormone

(CRH) dari hipotalamus, yang secara langsung akan


menghambat dari sekresi GnRH hipotalamus dari tempat

produksinya di nucleus arkuata.

Pada kondisi tres tubuh akan memproduksi hormone-

hormon secara berlebihan mengakibatkan kotraksi otot rahim

akibat peningkatan dari kadar prostaglandin dan menyebabkan

terjadinya vasospasme arteriol uterin sehingga terjadi iskemia

dan kram pasa abdomen bagian bawah yang dapat merangsang

timbulnya nyeri (Martini, Mulyati dan Fratidina, 2014).

6. Penyebab nyeri haid (Dysmenorrhea)

Penyebab dysmenorrhea primer karena terjadi kontraksi yang kuat

atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi, dan

pelebaran leher rahim saat mengeluarkan darah haid (wong, et al, 2009).

Vasopresin ikut berperan dalam meningkatkan kontraktilitas uterus dan

menyebabkan nyeri iskemik akibat dari vasokontriksi pembuluh darah di

uterus (Celik, et al 2009).

Prostaglandin F2 alfa (PGF2α) yang disekresi berlebihan akan

berdifusi ke dalam jaringan endometrial yang selanjutnya meningkatkan

amplitudo dan frekuensi kontraksi otot uterus dan menyebabkan

vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia uterus dan

hipoksia jaringan uterus serta kram abdomen bawah yang bersifat siklik

(Ningsih, 2011).

7. Alat ukur

Nyeri merupakan perasaan subyektif dan personal serta

pengalaman pribadi, sehingga pada saat melakukan penilaian kepada

pasien yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik akan sangat sulit.
Penilaian nyeri yang terkenal adalah VAS (Visual Analogue Scale) dan

NRS (Numerical Rating Scale). VAS dan NRS paling sensitive dalam

menilai nyeri akut setelah operasi dan lebih unggul 4 poin dibandingkan

VRS (Verbal Categorical Rating Scale). Hal ini memberikan fungsi

terbaik dalam menilai subyektif pasien terhadap intensitas nyeri (Breivik,

dkk, 2008).

a. Visual Analogue Scale (VAS)

1) Pengertian

Visual analogue scale merupakan pengukuran intensitas

nyeri yang dianggap paling efisien yang telah banyak digunakan

penelitian dan pngaturan klinis. VAS pada umumnya disajikan

ke dalam bentuk garis horizontal (Breivik,dkk, 2008).

2) Cara Pengukuran Visual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale merupakan metode pengukuran

skala linear yang menggambarkan secara visual gradasi dengan

tingkat nyeri yang dialami oleh seorang pasien. Metode ini

menilai nyeri dengan menggunakan skala kontinu terdiri garis

horizontal atau vertikal. Tanda pada kedua ujung garis dapat

berupa angka atau pernyataan deskriptif, biasanya panjangnya

10 cm (100 mm), skor nol menunjukan tidak nyeri dan skor 100

menunjukan nyeri sangat hebat.

Penguukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien

untuk memberikan tanda pada garis lurus yang telah disediakan

dan memberikan tanda pada garis lurus yang telah disediakan

dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri yang dirasakan


pasien. selanjutnya interpretasi mengunakan penggaris ,

kemudian lihat dimana skala nyeri pasien.

Kelebihan dari pengukuran dengan menggunakan VAS ini

adalah pengukuran memerlukan waktu kurang dari 1 menit.

Adapun kelemahannya adalah interpretasi VAS harus

melakukan pengukuran ulang dengan menggunakan penggaris,

dan tidak bisa digunakan untuk pasien dengan gangguan

kognitiv, dementia dan pasien dengan penurunan kesadaran

Hawker, dkk, (2011, dalam Marandina, 2014).

Gambar 2.6 Visual Analogue Scale (VAS)

3) Interpretasi Visual Analogue Scale (VAS)

Menurut Hawker, dkk (2011) nilai score visual analogue

scale (VAS) dapat dikategorikan sebagai berikut : (1) 0-4 mm :

tidak ada rasa sakit, (2) 5-44 mm: nyeri ringan, (3) 45-74 mm :

nyeri sedang, (4) 75-100 mm : nyeri berat/ sakit parah (Hawker,

dkk, 2011).

4) Reliability

Keandalan dari test-retest reliability telah terbukti baik,

tetapi lebih tinggi diantara penglihatan yang normal (r= 0,94,

p<0,001) dan pasien yang mengalami buta huruf (r= 0,71,


p<0,001) sebelum dan sesudah pemeriksaan (Hawker, dkk,

2011).

5) Validity

Dengan tidak adanya standar emas untuk rasa sakit,

kriteria dari validitas tidak dapat dievaluasi. Untuk validitas

konstruk, pada pasien dengan berbagai penyakit rematik, dengan

menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) Telah terbukti

sangat berkolerasi dengan 5 poin skala deskriptif verbal (nihil,

ringan, moderat, parah dan sangat parah)dan peningkatan skala

numeric (dengan pilihan respon terdiri dari, tidak sakit dan sakit

yang tidak tertahankan) dengan korelasi antara 0,71-0,78 dan

0,62-0,91, masing-masing korelasi vertical dan orientasi

horizontal dari Visual Analogue Scale (VAS) adalah 0,99

(Hawker, dkk, 2011).

b. Numeric Rating Scale (NRS)

1) Pengertian

Numeric Rating Scale (NRS) merupakan versi numeric

yang tersegmentasi dari Visual Analogue Scale (VAS) dimana

responden memilih bilangan bulat (0-10) yang paling

mencerminkan intensitas rasa sakit mereka. Format yang umum

yang digunakan dalam NRS yaitu garis Horizontal. NRS hampir

mirip dengan VAS, dimana NRS dapat menggambarkan tingkat

keparahan nyeri yang ekstrim (Hawker, dkk, 2011).


2) Cara Pengukuran Numeric Rating Scale (NRS)

Pasien diberi pengertian yang menyatakan bahwa angka 0

bermakna intensitas nyeri yang minimal (tidak ada nyeri sama

sekali) dan angka 10 bermakna nyeri yang sangat (nyeri paling

parah yang dapat mereka bayangkan). Pasien kemudian dimintai

untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dalam

mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan pada

suatu waktu.

Gambar 2.7 Numeric Rating Scale (NRS)

3) Interpretasi Numeric Rating Scale (NRS)

Menurut Hawker, dkk (2011) penilaian intensitas nyeri

pada NRS terdapat 11 poin. Interpretasi nilai score Numeric

Rating Scale (NRS) dimana interpretasinya yaitu 0-10, dimana

angka 0 mewakili satu rasa sakit yaitu tidak ada nyeri dan angka

10 mewakili rasa sakit yang ekstrem yaitu sakit yang buruk yang

bisa anda bayangkan.

4) Reliability

Tinggi test- retest reliability telah diamati pada pasien

dengan penglihatan normal dan yang buta huruf dengan nilai

reliability (r=0,96 dan r=0,95) yaitu sebelum dan sesudah

melakukan konsultasi medis.


5) Validity

Untuk validitas, NRS ditujukan sangat berkolerasi

dengan VAS pada pasien dengan rematik ataupun kondisi kronis

lainnya (Nyeri 6 bulan) korelasi berkisar antara 0,86 sampai 0,95

(Hawker, dkk, 2011).

c. Verbal Description Scale (VDS)

1) Pengertian

Verbal description scale merupakan alat ukur dari tingkat

keparahan yang lebih bersifat obyektif. Skala deskriptif verbal

merupakan sebuah garis yang terdiri atas beberapa kalimat

pendeskripsian yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang

garis. Kalimat pendeskripsian dirangking dari tidak adanya nyeri

sampai nyeri hebat Mubarak, (2005, Prasetyo, 2010; Lestari, dkk,

2014).

2) Cara pengukuran Verbal Description Scale (VDS)

Skala pendiskripsi verbal merupakan garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak

yang sama di sepanjang garis. pendiskripsi ini diurutkan dari

“tidak terasa nyeri” sampai nyeri tidak tertahankan. VDS Ini

juga memungkinkan klien untuk memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan rasa nyeri (Potter & Perry, 2005) dalam

Wahyuningsih,2014).
3) Validity dan Reliability

Uji reliabilitas menunjukan validitas dan reliabilitas yang

sangan baik yaitu dengan nilai (0,673-8,825) Li, Liu, & Herr,

(2007, dalam Fitriani & Sidabutar (2016).

8. Tanda dan gejala dysmenorrhea

Pada dysmenorrhea ringan digambarkan nyeri dysmenorrhea adalah

nyeri (kram) pada perut dimulai 24 jam sebelum terjadinya proses

menstruasi, nyeri yang terjadi sampai 12 jam setelah proses menstruasi,

nyeri terjadi pada punggung, daerah ekstremitas serta paha bagaian dalam,

malaise, fatigue, dapat juga disertai mual dan muntah, diare, sakit kepala

atau migrain, perasaan cemas, gelisah, bahkan kolaps (Anurogo, 2008;

Proverawati, 2009).

9. Dampak dysmenorrhea pada remaja

Nyeri haid (dysmenorrhea) memiliki dampak yang cukup besar bagi

remaja putri karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

Remaja putri yang mengalami nyeri haid (dysmenorrhea) pada saat

menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya

aktivitas belajar di sekolah. Menurut Rohmat (2013) aktivitas belajar

adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk sikap, pikiran dan perhatian

dalam kegiatan belajar sebagai penunjang keberhasilan proses belajar

mengajar sehingga diperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Remaja putri yang sedang mengalami nyeri haid (dysmenorrhea)

sekaligus mengikuti kegiatan pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas

pembelajaran menjadi terganggu, tidak bersemangat, konsentrasi menjadi

menurun bahkan sulit berkonsentrasi sehingga materi yang disampaikan


selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik bahkan sampai ada

yang tidak masuk sekolah.

10. Patofisiologi dysmenorrhea

Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama

PGF2a) dari endmetrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi

uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbukan

nyeri. Selama priode menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat

dysmenorhrea mempunyai intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki

kadar prostaglindin dua kali lebih banyak darah (menstruasi) di

bandingkan dengan wanita yang tidak mengalami nyeri. Uterus lebih

sering kontraksi dan terkoordinadasi atau teratur. Akibat peningkatan

aktivitas yang abnormal tersebut, aliran darah menjadi berkurang

sehingga terjadi iskemia dan hipoksia uterus yang menyebabkannya

timbul nyer. Mekanisme nyeri lainya disebabkan oleh protaglandin

(PGE2) dan hormon lain yang membuat saraf sensoris nyeri diuterus

menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta stimulus nyeri dan

kimiawi lainya (Reeder, 2013).

Kadar vasopren mengalami peningkatan selama menstruasi pada

wanita yang mengalami dismenorea primer. Apabila disertai dengan

peningkatan kadar oksitosin, kadar vasoprensi yang lebih tinggi

menyebabkan ketidak teraturan kontraksi uterus yang mengakibatkan

adanya hipoksia dan iskemik. Pada wanita yang mengalami dismenorea

primer tanda disertai peningkatan prostaglandin akan menjadi

peningkatan aktivitas alur 5-lipoksigenase. Hal ini menyebabkan


peningkatan sintesis leukotrien, vasokontriktor sangat kuat yang

menginduksi kontraksi otot uterus (Reeder, 2013)

11. Penatalaksanaan fisioterapi terhadap penurunan nyeri dysmenorrhea pada

remaja putri

a. Pelvic Rocking Exercise

1) Pengertian

Pelvic rocking merupakan latihan menggerakkan panggul

searah putaran selama kontraksi berlangsung. Kapoor et al (2017)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa exercise dapat membantu

mengurangi nyeri, stress, meningkatkan mood dan kesehatan. Wanita

yang berolahraga menunjukkan berkurangnya kejadian dismenore

dan memliki efek lebih positif daripada wanita yang hanya duduk

berdiam diri. Salah satu exercise yang dapat mengurangi kram

menstruasi dan gejala terkait adalah pelvic rocking exercise. Selain

itu, pelvic rocking exercise dapat mengurangi nyeri pada bagian

punggung bawah (Zaky, 2016).

Hestianingsih (2017) menyatakan bahwa olahraga tetap bisa

dan aman dilakukan bahkan ketika darah menstruasi sedang banyak-

banyaknya keluar. Aktif bergerak tidak akan memengaruhi kondisi

ketika menstruasi. Begitu pun sebaliknya, menstruasi tidak

berpengaruh banyak terhadap aktivitas olahraga. Aktif bergerak,

justru bisa membantu mengurangi nyeri atau kram saat menstruasi.

Dokter spesialis kandungan Maria Sophocles, M.D., menerangkan

bahwa keringat yang keluar saat olahraga bisa mencegah perut kram.
2) Tujuan Pelvic rocking exercise

Tujuan Pelvic rocking exercise dapat memperkuat otot-otot perut

dan pinggang. Latihan ini dapat mengurangi tekanan pada pinggang,

tekanan pembuluh darah di area uterus, dan mengurangi tekanan pada

kandung kemih. Pelvic rocking exercise juga membantu untuk relaksasi

dan meningkatkan proses pencernaan (Rini, 2013). Latihan pelvic

rocking exercise juga dapat memperlancar aliran darah yang masuk

kedalam uterus dan otot-otot rahim sehingga otot-otot rahim

mendapat suplay darah dan rangsangan nyeri berkurang. Pelvic

rocking exercise juga dapat memberikan rasa nyaman pada tubuh

sehingga tekanan pada pinggang berkurang (Aprilia, 2011)

3) Indikasi dan kontraindikasi

Pelvic Rocking Exercise adalah latihan untuk memperkuat otot perut.

a. Indikasi:

(1) kelamahan otot perut yang menimbulkan ketegangan otot

(2) pemendekan otot, jaringan ikat dan kulit.

(3) adanya nyeri tajam, akut ketika sendi pada pelvic dan

vertebra

b. Kontraindikasi :

(1) fraktur pada daerah yang akan di pelvic dan vertebra

(2) mengalami cidera atau keseleo pada tulang pelvic dan

vertebra.

(3) terdapat penurunan fungsi pada daerah pada tulang dan

otot pelvic dan vertebra. (Bimaariotej, 2010)


4) Dosis Pelvic rocking exercise

Suhartono (2011) menyatakan bahwa latihan olahraga akan

memberikan efek yang berarti bagi kesehatan dan kebugaran apabila

dilakukan 3 kali dalam seminggu. penelitian yang dilakukan di

University of Arkansas oleh Dr. Fort menyatakan bahwa untuk

membantu menghilangkan gejala pramenstruasi, harus melakukan

latihan selama 20 menit setidaknya 3 sampai 4 kali seminggu.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan dilakukan selama tiga hari.

Selain itu dysmenorrhea dirasakan sehari sebelum haid dan berlangsung

2 hari sampai berakhirnya masa haid (Larasati & Alatas, 2016).

5) Prosedur pelaksanaan pelvic rocking exercise

a. Pelvic rocking exercise dengan posisi terlentang (Jones, 2017)

1) Terlentang dengan lutut tertekuk, dan tangan di samping tubuh.

Lutut anda harus terpisah dengan jarak yang nyaman.

Gambar 2.4 Pelvic Rock terlentang (Howlett, 2013)

2) Tekan bagian bawah tulang belakang anda dengan kuat ke

lantai, dan tahan selama beberapa detik.


Gambar 2.5 Pelvic Rock terlentang (Howlett, 2013).

3) Tekan pinggang anda (punggung kecil anda) dengan kuat

ke lantai,dan tahan selama beberapa detik.

4) Gerakkan pelvis anda ke belakang dan ke depan dengan

menekan terlebih dahulu bagian dasar tulang belakang

anda, lalu bagian belakang pinggang anda ke lantai.

Lengkapi gerakan 1 kali, lalu rileks

6) Mekanisme pelvic rocking dengan penurunan nyeri pada

dysmenorrhea

Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk

mengurangi dysmenorrhea. Latihan dapat meningkatkan pelepasan

beberapa neurotransmitter termasuk endorfin alami (penghilang rasa

sakit alami otak), katekol, estrogen, dopamin dan peptida opiat

endogen, serta mengubah reproduksi sekresi hormon, menekan

prostaglandin agar tidak dilepaskan dan meningkatkan rasio estrone-

estradiol yang bertindak untuk mengurangi proliferasi endometrium

dan mengalirkan aliran darah dari uterus.


b. Cats Stretch Exercise

1) Pengertian

Cats stretch exercise merupakan sebuah senam dengan

peregangan dengan melibatkan otot punggung bawah. Peragaan ini

tidak dilakukan untuk mengurangi nyeri. Dengan teratur melakukan

latihan Cats stretch exercise maka dapat menyebabkan pembuluh

darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Sebagaimana diketahui

bahwa salah satu penyebab terjadinya desminore adalah adanya

factor sumbatan disaluran rahim, akibatnya ketika darah menstruasi

akan keluar diperlukan kontraksi yang kuat dari rahim untuk

mengeluarkan darah tersebut sehingga menyebabkan nyeri saat

menstruasi dengan Cats stretch exercise dapat pula meningkatkan

kadar hormone endorphin empat sampai lima kali dalam darah

sehingga hal tersebut dapat menurunkan rasa nyeri saat menstruasi.

(Haruyama, 2011)

2) Tujuan latihan Cat strech exercise

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan peredaraan

darah, meningkatkan kekuatan otot-otot, dan sendi-sendi. Tujuan

latihan peregangan otot adalah membantu meningkatkan oksigenasi

atau proses pertukaran oksigen dan karbohidrat didalam sel serta

menstimulasi aliran sistem getah bening sehingga dapat

meningkatkan kelenturan otot dengan cara mengembalikan otot-otot

serta dapat memelihara fungsinya dengan baik (Santi, 2013). Remaja

dengan dismenore akan mengalami kram pada saat menstruasi

terutama pada abdomen bagian bawah yang bersifat kronis dan siklik.
Nyeri spasmodik berkaitan dengan menstruasi tanpa adanya indikasi

patologis (Suparto, 2013). Selain itu, kontraksi yang kuat dan lama

pada dinding uterus menyebabkan terjadi kelelahan otot sehingga

diperlukan exercise untuk menghilangkan kram otot tersebut

(Anderson, 2010).

Latihan fisik (exercise) sangat dianjurkan untuk mengatasi

disminore dan exercise lebih aman dan tidak mengandung efek

samping karena menggunakan proses fisiologis tubuh. Salah satu

manfaat exercise adalah merangsang produksi endorphin dalam otak.

Endorphin adalah hormone yang dihasilkan oleh kelenjer pituitari

yang dapat memberikan perasaan tenang dan daya tahan terhadap

nyeri (wahyuni, 2013). Salah satu exercise yang dapat dilakukan

untuk menurunkan intensitas nyeri haid (disminore) adalah dengan

melakukan latihan Abdominal Streching Exercise. Abdominal

Streching Exercise merupakan suatu latihan peregangan otot terutama

pada perut yang dilakukan selama 10 menit.

3) Indikasi dan Kontraindikasi.

Indikasi ditemukan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi

(ROM) akibat adanya perlengketan, gejala terjadi nya pembentukan

jaringan parut yang berperan dalam ketegangan otot, jaringan ikat

dan kulit Beberapa penelitian menyebutkan kontraindikasi pada,

antara lain :

a. Fraktur pada area tertentu yang di indikasikan untuk dilakukan

cat stretching

b. Adanya tanda inflamasi akut


4) Prosedur pelaksanaan Cat Strech Exercise dan Dosis

Posisi awal : tangan dan lutut dilantai, tangan dibawah bahu

lutut dibawah pinggul, kaki rileks, dan meta menatap lantai.

a) Punggung dilengkungkan dan perut didorog kearah lantai

perlahan sejauh mungkin serta dagu dan mata menatap lantai.

Tahan kondisi tersebut dengan hitungan 10, kemudian hitung

dengan suara keras setelah itu rileks dan tarik nafas.

Gambar 2.8 Cat Stretch Step 1


Thermacare (2009, dalam Hidayah, Rusnoto & Fatma, 2017)

b) Punggung didorong keatas dan turunkan kepala menundukan

kearah lantai tahan kondisi ini dalam hitungan 10, hitunglah

dengan suara keras, kemudian rileks.


Gambar 2.9 Cat Stretch step 2
Thermacare (2009, dalam Hidayah, Rusnoto & Fatma,
2017)
c) Posisi duduk ke belakang diatas tumit, rentangkan lengan ke

depan menjauhi badan sejauh mungkin hingga terasa tarikannya.

Kemudian tahan kondisi tersebut dalam hitungan 2x10 lalu rileks

dan ambil nafas dalam melalui hidung dan keluarkan melalui

mulu

Gambar 2.10 Cat Stretch step 3


Thermacare (2009, dalam Hidayah, Rusnoto &
Fatma, 2017)
5) Mekanisme cat sretch exercise dengan penurunan nyeri pada

dysmenorrhea

Cat sretch exercise adalah dilakukan berturut-turut saat nyeri

mulai dirasakan, dapat mereleksasikan otot-otot uterus dan

meningkatkan perfusi drah ke uterus, sehingga tidak terjadi

metabolisme anaerobik yang menghasilakn asalm laktat. Hal ini

menyebabkan implus nyeri yang diterima serabut C tidak akurat.

Akibatnya pengeluaran subtansi p dihambat, sehingga pintu gerbang

substansi gelatinoa (SG Gate) tertutup dan tidak ada atau terjadi

penurunan informasi intensitas nyeri yang dipresepsikan ke korteks

cerebri (jeremia 2013 dalam utami 2014)


B. Kerangka Konsep

Remaja Putri

Faktor Internal Faktor Eksternal


1. Usia 13-15 thn 1. Faktor Gizi
2. Faktor endokrin 2. Kurang Olahraga
a 3. Keturunan 3. Belum Menikah
4. Faktor Stres

NRS Nyeri Dismenorea

Palvic rocking exercise Cat stretching exercise

Dapat mengurangi nyeri


NRS dysmenorrhea

Gambar 2.12 Kerangka Konsep penurunan nyeri haid

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti


C. Hipotesis

1. Ada pengaruh latihan palvic rocking exercise dan latihan Cat Stretching

exercise terhadap penurunan nyeri haid remaja putri


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Narrative Review adalah salah satu bagian dari literature review.

Narrative Review merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk

mengidentifikasi, menganalisis dan meringkas literature yang telah

diterbitkan sebelumnya serta mencari bidang studi baru yang belum ditangani

(Ferrari, 2015). Tujuan narrative review adalah untuk memberikan gambaran

dan signifikasi dari masalah yang dibahas dalam naskah.

Terdapat beberapa yang dilakukan dalam ulasan narrative review,

tahapannya sebagai berikut :

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

a. Palvik recking exercise

b. Cat strach exercise

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri dhysminorreah.

A. Jalannya Peneletian

Jalannya penelitian ini merupakan langkah-langkah dalam mencari

artikel (berdasarkan dari identifikasi pertanyaan menggunakan PICO) hingga

menetukan artikel yang akan digunakan sebagai narrative review. Langkah-

langkah tersebut yaitu :


1. Mengindentifikasi Pertanyaan Literatur Review

PICO merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membantu tenaga

medis dalam pencarian literature. PICO merupakan metode pencarian literature

yang merupakan akronim dari : P (Population, Patient, Problem), I

(Intervention), C ( Compresion), O (Outcome)

Dengan menggunakan PICO, penulis dapat mencari literature sesuai

dengan pertanyaan yang terdapat dalam kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

dibuat dalam pencarian literature sesuai dengan evidence based.

Tabel 3.1 Kerangka Pertanyaan

P I C O
Adolesen Palvik rocking Dhysminorreah
exercise dan cat - primery
strecht exercise

Berdasarkan kerangka pertanyaan diatas maka pertanyaan narrative

review yaitu, apakah ada Pengaruh Pemberian Intervensi Pelvik Rocking Dan

Cat Strecht Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Dhysminorreah

2. Menentukan Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Dalam melakukan pencarian artikel terdapat kriteria insklusi dan kriteria

eksklusi. Penentuan kriteria inklusi dan eksklusi bertujuan agar artikel yang

digunakan sesuai dengan tujuan narrative review yang dibuat penulis. Kriteria

tersebut, sebagai berikut :


Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi Kriteria ekslusi

a. Artikel yang berisi full text. a. Artikel yang tidak tersedia


b. Artikel dalam bahasa inggris full text.
maupun bahasa indonesia. b. Artikel yang berjudul
c. Artikel terkait dengan bahasa inggris tetapi
manusia. penjabarannya
d. Diterbitkan 10 tahun terakhir. menggunakan bahasa lain
e. artikel yang membahas seperti German, spanyol,
tentang ’’ Pengaruh Cina, dan lain – lain.
Pemberian Intervensi Pelvik c. Artikel dalam bentuk
Rocking Dan Cat Strecht naskah publikasi.
Exercise Terhadap d. Artikel yang terkait dengan
Penurunan Nyeri hewan.
Dhysminorreah’’ e. Artikel yang diterbitkan
sebelum 2010.

3. Mengindentifikasi Dan Strategi Pencarian Keyword

Tabel 3.3 Strategi Pencarian Keyword

PICO
KEYWORD SEARCH STRATEGIES
ELEMENTS
P (Population or
dysminorrhea in Dhysminorea primer or
Patient or
young women menstrual pain
Problem)
Pelvik rocking Pelvik rocking exercise or
I (Intervention) exercise and cat gymnastics dysmenorrhea
strecht exercise and cat strecht exercise

C (Comparison) - -

O (Outcome) Mengurai pain Pain


4. Melakukan Pencarian

Hasil study literature dari 2 (dua) database yang telah diperoleh

kemudian masuk dalam proses screening judul secara menyeluruh dengan

menggunakan kata kunci terindentifikasi yang diperoleh dari 15 artikel. Artikel

tersebut merupakan artikel yang dianggap penulis dapat memberikan kontribusi

data yang ingin dicapain penulis. Berikut rincian perolehan artikel dari 2 (dua)

database :

a. Google Scholar: 27 artikel dari 1030 pencarian pada google scholar.

b. pubmed: 18 artikel dari 101 pencarian dengan pubmed

Artikel yang telah dilakukan screening abstrak secara menyeluruh,

kemudian disimpan pada faktor khusus, lalu tahap selanjutnya melakukan

penyaringan data termasuk duplikasi artikel, screening abstrak, full text,

flowchart.

Proses screening full text dilakukan untuk melihat apakah artikel yang

diperoleh telah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, penulis berorinteasi

pada kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Studi teks

lengkap diambil dan ditinjau secara independen berdasarkan kriteria tersebut.

Berdasarkan artikel yang diambil dalam pencarian putaran pertama, referensi


tambahan diidentifikasi dengan pencarian manual sehingga meninggalkan 15

artikel untuk dilakukan review akhir sesuai dengan flowchart seleksi literat

Google Scholar Pubmed


(n=27) (n=18)

Artikel yang sudah


dipilih dan diperiksa
(n=20)

Artikel tambahan
dengan pencarian
manual
(n=6)
Artikel yang telah
dikurangi
berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi
(n=20)

Total artikel untuk


Narrative Review
(n=15)

3. Membuat Ekstraksi Data


Berdasarkan 15 artikel yang telah dipilih dan sesuai dengan topik,

selanjutnya dilakukan ekstraksi data untuk menggolongkan beberapa poin

atau bagian dari artikel, seperti tujuan penelitian, desain penelitian, jumlah

sampel, dan hasil atau temuan dari penelitian ini. Pada langkah ini penulis

juga menggolongkan beberapa hal yang diamati dari setiap artikel

1) penurunan nyeri haid dengan pemberian latihan pelvic rocking

2) penurunan nyeri haid dengan pemberian latihan Cats stretch exercise

3) Dosis intervensi yang diberikan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Hasil Penelitian
No Judul/Penulis/ Negar Tujuan Penelitian Jenis Pengumpulan Data Populasi/Jumalh Hasil
a Penelitian Sample
Tahun
1. Prevalence of mesir untuk mengetahui A cross - data dilakukan Totalnya adalah hasil saat ini
Dysmenorrhea prevalensi sectional melalui kuesioner (188) peserta, mengungkapkan
and its Impact on dismenore dan wawancara diklasifikasikan bahwa rata-rata usia
Quality of Life dampaknya terstruktur sendiri sebagai berikut: menarche siswa
among Nursing terhadap kualitas untuk data yang (47, 41, 51 & 49 adalah 13,2 ± 1,2,
Students at Assuit hidup. berkaitan dengan siswa masing- berkisar antara 9
University, Egypt/ karakteristik sosio- masing), berasal sampai 15.
Dr. Heba A. demografi, dari siswa Mengenai usia
Osman and Dr. karakteristik pertama, kedua, menarche sekitar tiga
Amira A. El- menstruasi, ketiga dan tahun perempat dari
Houfey/2016 kebiasaan dan keempat. mereka adalah antara
karakteristik medis, mahasiswa 13 dan 14 (74%).
aktivitas gejala keperawatan di Selain itu, 73%
terkait menstruasi. Assuit University, melaporkan
Mesir. mengalami
menstruasi yang
teratur. Rata-rata
durasi siklus
menstruasi siswa
pada kelompok
belajar adalah 27,1 ±
4,4 hari) min 20,
maks 35). Sebagian
besar siswa memiliki
durasi menstruasi
antara 21 dan 34 hari
(97%), rata-rata
durasi menstruasi
mereka 5,8 ± 1,8
hari, berkisar antara
2 dan 10. Durasi
menstruasi sebagian
besar siswa kurang
dari 7 hari (63,3%).
Lebih dari separuh
siswa 55%
melaporkan tidak
menggunakan obat
yang mengatur
menstruasi. Sekitar
62% siswa
melaporkan
memiliki riwayat
keluarga dismenore
2. Prevalence of iran mengetahui cross- semua peserta 311 mahasiswa prevalensi dismenore
Primary prevalensi sectional diwawancarai perempuan primer adalah
Dysmenorrhea dismenore primer dengan bantuan sarjana berusia 18 89,1%, dengan
and Factors dan untuk kuesioner pra-tes hingga 27 tahun 30,3%, 36,5%, dan
Associated with mengetahui faktor- yang terdiri dari 33,2% responden
Its Intensity faktor yang karakteristik sosio melaporkan nyeri
Among berhubungan demografis dan intensitas ringan,
Undergraduate dengan faktor menstruasi, sedang, dan berat.
Students: A Cross- intensitasnya. termasuk skala Usia peserta berkisar
Sectional penilaian nyeri antara 18 sampai 27
Study/Nahal numerik dan grafik tahun (rata-rata
Habibi, MSc, penilaian 20,69 1,56). Ada
Mary Soo Lee kehilangan darah hubungan yang
Huang, PhD, Wan bergambar. signifikan antara usia
Ying Gan, PhD, (r 0,233, p <0,01)
Rejali Zulida, dan tahun
MD, and Sayyed pendidikan formal
Morteza Safavi, ibu (r ¼ 0,143, p
PhD/2015 <.05) dengan
intensitas dismenore
primer.
3. Prevalence and India mengetahui A Kuesioner standar 200 mahasiswa Prevalensi
risk factors for prevalensi dan prospective digunakan untuk keperawatan dismenore 62,5%.
dysmenorrhoea faktor risiko study mendapatkan data berusia antara 18- Usia rata-rata, usia
among nursing dismenore pada yang relevan. Data 20 tahun saat menarche dan,
student and its mahasiswa dianalisis dimasukkan. rata-rata PABC
impact on their keperawatan dan menggunakan Chi- siswa masing-
quality of life/ pengaruhnya sq. uji, korelasi dan masing adalah 18,7 ±
Shashikala terhadap kualitas analisis regresi 0,48, 13,3 ± 1,20 dan
Karanth, S. R. hidup mahasiswa. dengan SPSS versi 74,96 ± 16,14, yang
Liya/2018 23. tidak signifikan.
Rata-rata lama siklus
menstruasi antara
28-30 hari, lama
perdarahan 3-5 hari.
Durasi tidur, siklus
haid teratur dan IMT
rendah menunjukkan
korelasi positif (p
<0,05) sedangkan
riwayat keluarga dan
kebiasaan olahraga
tidak menunjukkan
pengaruh yang
signifikan.
Dismenore secara
signifikan dikaitkan
dengan
ketidakhadiran
sekolah berulang
(16%)
4. Prevalence of Ethio memperkirakan cross- Pengisian 307 kuesioner menunjukkan bahwa
Dysmenorrhea pia prevalensi sectional Kuesioner dan yang dibagikan bukti signifikansi
and its Effects on dismenore dan study dilakukan sendiri, 295 statistik ditemukan
School pengaruhnya wawancara perempuan siswa di antara tingkat
Performance: A terhadap kinerja mengenai mengembalikan keparahan nyeri dan
Crosssectional sekolah kerakteristik kuesioner setelah kelas absen (X2df =
Study/ Derseh Sebelum melengkapi 2 = 15, p <0,001);
BT1, Afessa N, pengumpulan data informasi yang kehilangan
Temesgen M, sebenarnya, diminta, konsentrasi di kelas
Semayat YW, dilakukan pretest memberikan (X2df = 2 = 12,85, p
Kassaye M, Sieru pada 30 mahasiswi tingkat tanggapan <0,05) dan
S, Gizachew S and untuk mengecek 96,1%. Usia kurangnya fokus
Ketsela K/2017 kelayakan alat responden pada ujian (X2df = 2
pengumpul data berkisar antara = 7,4, p <0,05).
dan untuk 18-29 tahun Selain itu, siswa
menentukan waktu dengan rerata (± yang menderita
pengumpulan data. SD) 20,35 ± 1,55. dismenore memiliki
kemudian, siswa kemungkinan 8 kali
diminta lebih tinggi untuk
memberikan pendidikannya
informasi tentang kinerja telah
sosio demografis terpengaruh
dan informasi dibandingkan siswa
ginekologi atau yang tidak
kebidanan. mengalami
dismenore (AOR =
8.013, 95% CI: 3.41,
17.305). Ini juga
memiliki efek
psikologis pada
siswa (AOR = 2.52,
95% CI: 1.135,
5.595).
5. Dismenore Indon Penelitian ini Cross Data diambil Sampel Sejumlah Uji statistik
Sebagai Faktor eia Adalah untuk Sectional dengan cara 94 responden. menunjukkan nilai
Stres Pada Remaja mengetahui pemberian daftar pearson chi-square
Putri Kelas X Dan hubungan tingkat pertanyaan terdapat hubungan
Xi Di Smakristen stres dengan (kuesioner). Yang bermakna
Kanaan dismenore pada Analisis data antara tingkat stres
Banjarmasin/ m. remaja putri kelas x Menggunakan uji dengan dismenore
Bahrul ilmi1, dan xi di chi square. yakni p value =
fahrurazi, Sma kristen kanaan 0,037 dengan tingkat
mahrita/2017 banjarmasin. kemaknaan Α = 0,05
(5%) sehingga p
value < α.
6 Effectiveness of india menilai tingkat pre- A quasi Alat yang 60 remaja putri. penelitian
pelvic rocking test dan post-test experimenta digunakan untuk Di antara mereka, menunjukkan bahwa
exercise on dismenore pada l pengumpulan data 30 sampel skor rata-rata pre-test
Dysmenorrhoea remaja putri adalah Variabel dialokasikan untuk dismenorea
among adolescent kelompok Demografi, untuk percobaan adalah 75,67 +
girls /Nizy John1, eksperimen dan Variabel Klinis dan kelompok dan 30 13,085 dan skor rata-
Rajitha SR/2019 kontrol, untuk Skala Numerical sampel rata post-test adalah
mengetahui Pain Rating Scale. dialokasikan ke 45,33 + 27,17.
keefektifan latihan kelompok Perbedaan rata-rata
pelvic goyang pada kontrol. Mereka adalah 30,34 dan
dismenore pada dipilih dengan nilai 't' berpasangan
remaja putri dan teknik purposive adalah 5,511. Nilai 't'
untuk mengaitkan sampling pada yang diperoleh lebih
tingkat pre-test. dasar kriteria tinggi dari nilai tabel
dismenorea dengan inklusi. pada kelompok
variabel eksperimen. Oleh
demografis dan karena itu, sangat
klinis yang dipilih signifikan pada
dalam kelompok tingkat 0,05. Pada
eksperimen dan kelompok kontrol,
kontrol. skor rata-rata pre-test
untuk dismenorea
adalah 75,33 +
14,079 dan rata-rata
skor post-test adalah
70,33 + 17,221.
Perbedaan rata-rata
adalah 5 dan nilai 't'
berpasangan adalah
1,231. Nilai 't' yang
diperoleh lebih
rendah dari nilai
tabel. Oleh karena
itu, tidak signifikan
pada tingkat 0,05.
Latihan goyang
panggul yang
dilakukan dari hari
terakhir haid sampai
haid berikutnya
dimulai, dilakukan
selama 20 menit
setiap hari, 5 kali
dalam seminggu.
7. A study to assess India untuk menilai Quantitative Teknik purposive Subjek 60 remaja Perbandingan pra
the effectiveness keefektifan latihan experimenta sampling putri .dengan intervensi dan pasca
of pelvic rocking goyang panggul l digunakan untuk desain pretest intervensi dismenore
exercises on pada dismenore memilih sampel. posttest. ditemukan signifikan
dysmenorrhea pada remaja Profil secara statistik
among adolescent perempuan yang sosiodemografi dan dengan nilai 't'
girls/ Jyoti tinggal di asrama skala peringkat 12.443 pada tingkat
Kapoor, Navpreet perawat terpilih intensitas nyeri p <0.05 makna. Oleh
Kaur, Meenu Amritsar, Punjab numerik standar (0- karena itu, dapat
sharma and 10) digunakan disimpulkan bahwa
Sarbjot Kaur/2018 untuk menilai latihan goyang
dismenore di panggul berpengaruh
kalangan gadis si dismenore di
remaja kalangan remaja
putri. Latihan
goyang panggul
dimulai pada setiap
remaja putri. setiap
hari di pagi hari
selama 20 menit
selama 21 hari secara
teratur

8 Effect of mesir untuk mengetahui A quasi- Kuesioner yang seratus (100) Setelah intervensi,
practicing Pelvic pengaruh latihan experimenta dikelola sendiri, siswa (kelompok skor intensitas nyeri
Rocking Exercises goyang panggul l Skala Analog eksperimen dan menurun secara
on Primary terhadap dismenore Visual dan tindak kontrol) yang signifikan (p
Dysmenorrhea primer pada remaja lanjut digunakan merupakan <0,0001) pada
among Adolescent putri untuk perwakilan dari kelompok
Girls: A pengumpulan data. pengaturan yang eksperimen
Randomized disebutkan dibandingkan
Controlled Trial/ sebelumnya, dengan kelompok
Hoda Abedel setiap kelompok kontrol selama siklus
Azim Mohamed, terdiri dari 50 pertama dan kedua.
Azza Mohamed siswa. Latihan goyang
Hafez/2017 panggul: 20 mts
9 Pengaruh Pelvic Indon untuk mengetahui quasi Data diperoleh 163 siswi penelitian didapatkan
Rocking Exercise esia pengaruh pelvic eksperimen dengan cara perempuan kelas bahwa penurunan
Terhadap Nyeri rocking exrcise memilih responden VIII MTs N 1 nyeri primary
Primary terhadap penurunan dalam penelitian Pangandaran. dysmenorhea
Dysmenorhea nyeri primary sesuai tujuan Teknik sebelum melakukan
Pada Siswi Kelas dysmenorhea pada penelitian pengambilan pelvic rocking
Viii/ Novi Nur siwi kelas VIII di kemudian sampel dalam exercise pada siswi
Ratnasari, Sinar MTs N 1 mengukur tingkat penelitian ini sebagian besar
Pertiwi, Ir Ir Pangandaran nyeri primary menggunakan dengan kategori
Khairiyah/2018 dysmenorhea purposive nyeri sedang, dan
sebelum dilakukan sampling dan setelah melakukan
tindakan pelvic diperoleh pelvic rocking
rocking exercise. sebanyak 77 exercise nyeri
orang siswi. menurun menjadi
nyeri ringan.
Didapatkan nilai ρ
value sebesar 0,000
yang berarti bahwa
ada pengaruh pelvic
rocking exrcise
terhadap nyeri
primary
dysmenorhea pada
siwi kelas VIII di
MTs N 1
Pangandaran. teknik
pelvic rocking
exercise selama 30
menit.
10 Effect Of Aerobic cairo Mengetahui A Mereka secara acak Sampel enam Kedua kelompok
Combined With pengaruh aerobik randomized dibagi menjadi dua puluh relawan, (A&B) menunjukkan
Pelvic Rocking yang controlled kelompok yang perempuan penurunan yang
Exercises On dikombinasikan sama jumlahnya (A perawan yang signifikan (P <0,001)
Quality Of Life In dengan latihan & B). Kelompok didiagnosis pada skor PPi dan
Primary goyang panggul (A) berpartisipasi sebagai peningkatan yang
Dysmenorrhea/Gh terhadap kualitas dalam program dismenore primer signifikan (P <0,001)
ada E. El-Refaye, hidup wanita pelatihan senam dipilih dari pada skor kualitas
Asmaa M. El- dengan dismenore aerobik selain mahasiswa hidup setelah
Bandrawy, And primer. senam panggul. Fakultas Terapi berakhirnya tiga
Hassan O. Kelompok (B) Fisik, Universitas bulan program
Ghareeb/2014 hanya melakukan Kairo. Usia pelatihan berturut-
latihan goyang mereka berkisar turut. Namun,
panggul. Kedua antara (17-25) kelompok senam
kelompok tersebut tahun dan indeks aerobik plus goyang
melanjutkan massa tubuh panggul (A)
aktivitas (BMI) <30kg / menunjukkan
kesehariannya yang m². penurunan skor PPi
biasa. yang lebih besar dan
peningkatan kualitas
hidup yang lebih
besar dengan
persentase
peningkatan masing-
masing 83,33% &
13,4% sedangkan
pada kelompok
latihan goyang
panggul (B)
persentase
peningkatan
peningkatan masing-
masing adalah
46,32% & 3,4%.
Latihan goyang
panggul: Setiap
subjek pada kedua
kelompok (A&B)
melakukan latihan
Kontraksi otot
dipertahankan
selama 5 detik
diikuti dengan
relaksasi 10 detik
dan diulangi 10 kali /
sesi, 3 kali
seminggu, selama 3
bulan berturut-turut.
11 Cat Stretch indon Untuk menjelaskan kuasi Mengunakan Remaja putri di Penelitian
Exercise Sebagai esia pengaruh cat eksperimen kuensioner, skala SMP 1 bendosari menunjukan bahwa
Upaya stretch exercise nyeri numeric pain kabupaten ada penurunan yang
Mengurangi Nyeri terhadap tingkat rating skala sukoharjo, sampal signifikan dalam
Haid Pada Remaja nyeri haid pada (NPRS) 40 responden tingkat nyeri haid
Putri Dewi remaja putri. diabagi mejadi 20 pada remaja putri (p
Kartika Sari, kelompok value=0,0001) pada
Riyani Wulandari, intervensi dan 20 kelopok intervensi
Ikrima Rahmasari sebagai kelompok setelah diberikan cat
STIKES kontrol. stretch exercise,
‘Aisyiyah analisa lebih lanjut
Surakarta/2016 menunjukan ada
perbedaan tingkat
nyeri haid pada
remaja putri secara
signifikan antara
kelompok intervensi
dan kelompok
kontrol dengan p
Value =0.0001.
dilakukan selama 20
menit selama 5
minggu.
12 Comparison Of indon Untuk mengetahui A Quasy Nyeri haid diukur 46 responden Penelitian
Effects Of esia pengaruh latihan Experiment dengan dengan cara menunjukkan bahwa
Abdominal peregangan perut al Study menggunakan VAS consecutive rerata nyeri haid
Stretching dan terapi kompres with two (skala analog sampling yang sebelum intervensi
Exercise And dingin terhadap group visual). Data terdiri dari 23 pada senam
Cold Compress penurunan comparison dianalisis sampel kelompok abdominal stretching
Therapy On intensitas nyeri pretest- menggunakan uji latihan sebesar 7,04 dan
Menstrual Pain haid pada remaja postest Mann-Whitney, peregangan perut pada terapi kompres
Intensity In putri di SMK Bakti design Chi-Square, dan dan 23 sampel dingin sebesar 6,74
Teenage Girls/ Indonesia Medika Wilcoxon. kelompok dengan p-value
Desta Ayu Cahya kompres dingin 0,211 (<0,05) yang
Rosyida, Agus menunjukkan bahwa
Suwandono, Ida tidak terdapat
Ariyanti, perbedaan rerata
Suhartono, Imam nyeri antara kedua
Djamaluddin kelompok. . Namun,
Mashoedi1, Diyah setelah intervensi,
Fatmasari/2017 nyeri haid berkurang
dari 7,04 menjadi
1,91 (perbedaan
5,09) pada kelompok
latihan peregangan
perut; dan dari 6,74
menjadi 5,52 (selisih
1,22) pada kelompok
kompres dingin
dengan nilai p 0,000
(<0,05), yang
menunjukkan bahwa
secara statistik
terdapat perbedaan
nyeri haid yang
bermakna sebelum
dan sesudah
intervensi, baik
latihan peregangan
perut maupun terapi
kompres dingin.
Pada terapi kompres
dingin dilakukan
pada hari pertama
saat sampel
mengalami nyeri
haid, dilakukan
sebanyak 8 kali
dalam durasi 15
menit dengan suhu
18 ° C. Pelaksanaan
peregangan perut
adalah peregangan
otot terutama pada
bagian perut yang
dilakukan selama 15
menit.
13 Different of indon mengetahui quasi semua sampel nyeri sebanyak 20 uji wilcoxon pada
Influence between esia perbedaan experiments haid diukur dengan orang yang dibagi kelompok perlakuan
Abdominal pengaruh senam skala VAS (Visual secara acak diperoleh nilai p =
Exercise and perut dan kompres Analoge Scala). menjadi 2 0,004 (p <0,05)
Warm Compress hangat terhadap Prosedur kelompok yaitu sedangkan pada
on the Change of perubahan pengukurannya kelompok kelompok kontrol
Dysmenorrhea/ dismenore yang adalah: 1) VAS perlakuan diperoleh nilai p =
Anshar Anshara, akan digunakan adalah alat ukur (Latihan Perut 0,005 (p <0,05). Ini
Darwis Durahimb, untuk mengatasi yang digunakan dan Kinesio menunjukkan efek
Sudaryanto masalah dismenore. untuk memeriksa Taping) sebagai pada setiap
Sudaryantoc, Sitti intensitas nyeri dan sebanyak 10 perlakuan.
Muthiad/2018 biasanya berupa orang, dan Berdasarkan uji beda
garis sepanjang 10 kelompok kontrol kelompok dengan
cm, dengan setiap (Kompres Hangat menggunakan uji
ujung ditandai dan Penyadapan Wann-Whitney
dengan tingkat Kinesio) diperoleh nilai p =
intensitas nyeri sebanyak 10 0,002 (p <0,05) yang
(ujung kiri ditandai orang. menunjukkan adanya
"tidak nyeri" dan perbedaan pengaruh
ujung kanan adalah antara kelompok
ditandai "sakit perlakuan dan
parah"). 2) Pasien kelompok kontrol.
diminta memindai Intervensi senam
sepanjang garis perut dan kinesio
sesuai dengan taping lebih efektif
tingkat intensitas pada perubahan
nyeri yang dismenore
dirasakan pasien. dibandingkan
3) Kemudian dengan intervensi
diukur jarak dari kompres hangat dan
batas kiri ke tanda kinesio tapping.
yang diberikan oleh Siswa perempuan
pasien (ukuran atau remaja yang
mm) dan itulah mengalami
skor yang dismenore
menunjukkan dianjurkan untuk
tingkat intensitas menerapkan
nyeri 4) Kemudian intervensi senam
skor tersebut perut dan kinesio
dicatat untuk taping. selama 10
melihat kemajuan menit diulang
terapi selanjutnya. sebanyak 2 kali
dengan frekuensi
terapi 2 kali /
minggu.

14 Pengaruh Indon Untuk mengetahui Quasi dengan lembar Populasi dalam Ada pengaruh
Abdominal esia pengaruh Latihan Experiment observasi penelitian ini Latihan Peregangan
Stretching Peregangan Perut al pelaksanaan adalah seluruh Perut terhadap
Exercise terhadap penurunan abdominal siswa kelas X dan penurunan kadar
Terhadap tingkat dismenore stretching dan XI di SMA dismenore pada
Penurunan pada siswi SMAN lembar pengukuran Hasyim Asyari kelompok intervensi
Dismenore Pada Hasyim Asyari skala nyeri dengan Bangsri Jepara dengan nilai p =
Siswi Remaja Di Bangsri Jepara. Numeric Pain dengan teknik 0,002 dan kelompok
Madrasahaliyah Intensity Scale pengambilan kontrol dengan p =
Hasyim Asy’ari sampel yaitu 0,059. peregangan
Bangsri purposive otot perut yang
Kabupaten Jepara/ sampling dengan dilakukan kurang
Noor Hidayah1), jumlah responden lebih 10-15 menit
Rusnoto Ika berjumlah 30
Fatma/2017 orang, yang
dibagi menajdi 2
yaitu, 15 orang
kelompok
intervensi dan 15
kelompok
kontrol.
15 Stretching or Core Mesir Untuk Randomize Mereka secara acak 150 peserta yang Intensitas dan durasi
Strengthening membuktikan d controlled ditugaskan ke dua datang ke nyeri berkurang
Exercises for bahwa latihan fisik latihan dan satu poliklinik rawat secara signifikan
Managing Primary dapat mengatasi kelompok kontrol jalan mengeluh pada kelompok
Dysmenorrhea/ dismenore primer menggunakan nyeri haid. latihan (P <0,001)
Hend S Saleh, secara menyeluruh daftar pengacakan Sampel dipilih dibandingkan
Hala E Mowafy menggunakan dua yang dibuat melalui dengan kelompok
and Azza A abd El jenis (latihan komputer. convenience kontrol tetapi tidak
Hameid/2016 peregangan dan Kelompok sampling dan ada perbedaan yang
penguatan inti) dan interferensi diminta kemudian signifikan antara
membandingkanny untuk melakukan ditugaskan untuk pembacaan post test
a dalam hal peregangan aktif intervensi dan pada kedua
intensitas dan atau latihan kelompok kontrol kelompok intervensi.
durasi nyeri. penguatan inti dengan melakukan 4 latihan
selama 8 minggu (4 pengacakan blok penguatan inti
hari per minggu, 2 permutasi. selama 4 hari per
kali sehari, 10 minggu sebanyak
menit) di rumah. tiga kali selama 20
Pre-test dan dua menit (8 minggu).
post test untuk
semua kelompok
diperiksa intensitas
nyeri dengan
menggunakan
Visual Analog
Scale (VAS). Dan
durasi nyeri per
jam. Data
dimasukkan ke
dalam software
statistik SPSS (v.
20) dan dianalisis
menggunakan uji-t
independen,
pengukuran
berulang ANOVA,
uji Mean dan Post
hoc Bonferroni.
Selain itu, P <0,05
dianggap signifikan
secara statistik.
B. Pembahasan

1. Prevelensi disminore primer pada remaja putri

Dari 15 jurnal yang dilakukan review di dapatkan hasil bahwa 5 jurnal

menyatakan Nyeri haid (dismenore) merupakan gangguan fisik yang sangat

menonjol pada wanita yang sedang mengalami menstruasi berupa gangguan

nyeri/kram pada perut (Lestari, 2011). Nyeri haid (dismenore) memiliki

dampak yang cukup besar bagi remaja putri karena menyebabkan

terganggunya aktivitas sehari-hari. Remaja putri yang mengalami nyeri haid

(dismenore) pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan

aktivitas khususnya aktivitas belajar di sekolah.

Pada jurnal “Prevalence of Dysmenorrhea and its Impact on Quality of

Life among Nursing Students at Assuit University, Egypt ” oleh Dr. Heba A.

Osman1 and Dr. Amira A. El-Houfey tahun 2016 Prevalensi dismenore

sangat tinggi (90,4%) lebih tinggi berpengaruh signifikan terhadap kegiatan

rutin dan berpengaruh buruk terhadap kualitas hidup remaja putri. Hal ini juga

di dukung oleh jurnal “Prevalence of Primary Dysmenorrhea and Factors

Associated with Its Intensity Among Undergraduate Students: A Cross-

Sectional Study ” oleh Nahal Habibi, MSc, Mary Soo Lee Huang, PhD, Wan

Ying Gan, PhD, Rejali Zulida, MD, and Sayyed Morteza Safavi, PhD tahun

2015 Dismenore primer adalah masalah kewanitaan di seluruh dunia dan

berdampak negatif pada kualitas hidup. Prevalensi dismenore primer adalah

89,1%. periode menstruasi yang lebih pendek secara signifikan dikaitkan

dengan intensitas dismenore primer yang lebih tinggi. Sama halnya dengan di

sampanikan jurnal “Prevalence of Dysmenorrhea and its Effects on School

Performance: A Crosssectional Study”/ Derseh BT1, Afessa N, Temesgen M,


Semayat YW, Kassaye M, Sieru S, Gizachew S and Ketsela K tahun 2017

Dismenore primer adalah masalah umum di kalangan wanita siswa dan

membawa sejumlah gejala fisik dan emosional. Akibatnya hal itu

mempengaruhi kinerja sekolah siswa perempuan dan membatasi kegiatan

sekolah sehari-hari mereka. Oleh karena itu, strategi harus dirancang untuk

deteksi dini masalah dan manajemen melalui perubahan gaya hidup siswa

seperti mempromosikan latihan fisik secara teratur. Melakukan latihan fisik

secara teratur mengurangi gejala dismenore primer seperti yang disebutkan

oleh Noorbakhsh Mahvash et al.

Berdasarkan analisis literatur review yang telah di paparkan dengan

hasil terjadinya nyeri disminore di pengaruhi berbagai faktor. Dari 15 jurnal

yang di lakukan review di dapatkan hasil bahwa, Terdapat ada beberapa faktor

resiko yang berpengaruh terhadap munculnya dismenore primer pada wanita

yang mengalami menstruasi, yaitu menarche dini dengan usia <11 tahun,

jarang atau tidak pernah olahraga, siklus dan lama haid lebih dari normal (7

hari), riwayat keluarga, stres, kebiasaan lain seperti mengonsumsi makanan

junkfood atau makanan cepat saji, merokok, dan mengkonsumsi alkohol, dan

jarang berolahraga(Joshi, Patil, Kural, Noor, & Pandit, 2015).

Pada Jurnal “Prevalence And Risk Factors For Dysmenorrhoea Among

Nursing Student And Its Impact On Their Quality Of Life” Oleh Shashikala

Karanth, dan S. R. Liya tahun 2018, menyatakan bahwa Prevalensi dismenore

pada penelitian ini tinggi, siklus menstruasi yang teratur, IMT rendah, durasi

tidur (kurang dari 8 jam) merupakan faktor risiko terjadinya dismenore.

Dismenore berdampak negatif pada kualitas hidup yang berhubungan dengan

kesehatan. Ini adalah penyebab utama ketidakhadiran di sekolah dan


perguruan tinggi. Hal ini juga di bahas oleh jurnal “Dismenore Sebagai Faktor

Stres Pada Remaja Putri Kelas X Dan Xi Di Smakristen Kanaan Banjarmasin”

oleh m. Bahrul ilmi1, fahrurazi, mahrita tahun 2017, dari 94 responden dapat

dilihat 8 responden (88,9%) kategori tidak stres dengan kategori dismenore

nyeri ringan, 1 responden (11,1%) kategori tidak stress dengan kategori

dismenore nyeri sedang, 0 responden (0,0%) kategori tidak stres dengan

kategori dismenore nyeri berat, 36 responden (57,1%). kategori stres ringan

dengan kategori dismenore nyeri ringan, 17 responden (27,0%) kategori stres

ringan dengan kategori dismenore nyeri sedang, 10 responden (15,9 %)

kategori stres ringan dengan kategori dismenore nyeri berat, 1 responden (4,5

%) kategori stres berat dengan dismenore nyeri ringan, 13 responden (59,1%)

kategori stres berat dengan dismenore nyeri sedang dan 8 responden (36,4%)

kategori stres berat dengan dismenore nyeri berat. Berdasarkan hasil uji chi-

square, didapatkan nilai p value yang terlihat pada Asymp. Sig. (2-sided) =

0,037 dengan α = 0,05 (5%) sehingga nilai ρ < α, maka dengan demikian Ho

ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat stres dengan

dismenore pada remaja putri kelas XI dan XII di SMA Kristen Kanaan

Banjarmasin.

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku

manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan

internal dan eksternal (stressor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian

dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku,

masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik

salah satunya gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap


menstruasi, stres melibatkan sistem nueroendokrinologi sebagai sistem yang

besar peranannya dalam reproduksi wanita.

Penatalaksanaan dimenore yaitu hindari stress. Stress dapat

menimbulkan dampak postif dan negative, dampak postifi seseorang menjadi

termotivasi utnuk melakuakn sesuatu. Sedangkan dampak negative nya adalah

membuat kesehatan terganggu sehingga berdampak secara psikologis yaitu

cemas maupun depresi (Anurogo, D & Wulandari, A, 2011). Pola makan yang

teratur dengan gizi yang memadai. Mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang dapat meningkatkan kesehatan. Sayur dan buah-buahan guna

meningkatkan kualitas hidup seseorang (Lowdermilk et al., 2015). Istirahat

yang cukup, tidak kelelahan dan pembatasan penggunaan energi secara

berlebihan dengan menerapkan pola tidur 6-8 jam sehari sesuai dengan

kebiasaan (Anurogo, D & Wulandari, A, 2011). Olahraga secara teratur,

olahraga membantu mengurangi rasa tidak nyaman pada menstruasi melalui

peningkatan vasodilatasi dan penurunan iskemia. Olahraga juga dapat

melepaskan beta-endorfin, menekan prostaglandin dan mengalirkan darah dari

organ dalam sehingga mengurangi kongesti panggul, salah satu olahraga yang

disarankan adalah goyang pangggul (Lowdermilk et al., 2015).

2. Pengaruh Pemberian Intervensi Pelvic Rocking Exercise Dan Cat Streach

Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dysmenorrhea) Pada Remaja Putri

Dari 15 jurnal di review di dapatkan hasil bahwa ada 10 jurnal

memiliki pengaruh nyeri disminore pada remaja putri, Exercise merupakan

salah satu intevensi terapeutik yang aman digunakan karena menggunakaan

proses fisiologis, CSE berhasil dalam menurunkan nyeri haid (dismenore

primer).
Pada jurnal “Pengaruh Pelvic Rocking Exercise Terhadap Nyeri

Primary Dysmenorhea Pada Siswi Kelas Viii” oleh Novi Nur Ratnasari, Sinar

Pertiwi, Ir Ir Khairiyah tahun 2018, jumlah 18 responden menunjukan

sebagian besar responden yang mengalami dysmenorhea berumur 13-14 tahun

yaitu sebanyak 12 responden (66,7%). Dari hasil penelitian didapatkan

dysmenorhea primer paling banyak terjadi pada siswi dengan umur 13-14

tahun, hal ini karena pada usia ini terjadi optimalisasi fungsi rahim sehingga

prostaglandin meningkat, akhirnya timbul rasa sakit ketika menstruasi atau

yang disebut dengan primary dysmenorhea. Remaja wanita sering mengalami

dysmenorhea. Penanganan dysmenorrhea non farmakologi dapat dilakukan

dengan exercise (Latihan fisik), hasil penelitian yang telah dilakukan

mengenai pengaruh Pelvic Rocking Exercise terhadap nyeri primary

dysmenorhea pada siswi SMP Ma’arif Gamping Yogyakarta tahun 2019, dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pelvic rocking exercise terhadap

penurunan nyeri primary dysmenorhea

Menurut Strong, Ummi (2010) beberapa cara ataupun teknik

nonfarmakologi dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat

membantu menghilangkan nyeri memiliki resiko yang sangat rendah. Untuk

menurunkan nyeri primary dysmenorhea ini dapat ditangani dengan

nonfarmakologi yaitu pelvic rocking exercise.

Pada jurnal “Effectiveness of pelvic rocking exercise on

Dysmenorrhoea among adolescent girls” oleh Nizy John1, Rajitha SR tahun

2019, Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk menilai pre-test dan

post-test tingkat dismenore pada remaja perempuan dalam kelompok

eksperimen dan kontrol. Pada pre-test, mayoritas 80% remaja putri mengalami
nyeri berat 20% mengalami nyeri sedang dan tidak ada satupun yang

mengalami nyeri ringan dan tidak nyeri. Pada post test 46,67% mengalami

nyeri berat, 30% nyeri ringan, 13,33% tidak nyeri dan 10% nyeri sedang pada

kelompok eksperimen. Diantara 30 remaja putri, 73,33% remaja putri

mengalami nyeri hebat, 26,67% mengalami nyeri sedang dan tidak ada

satupun yang mengalami nyeri ringan dan tidak nyeri pada saat pre-test. Pada

post test, 73,33% mengalami nyeri berat, 23,34% nyeri sedang, 3,33% nyeri

ringan dan tidak ada satupun yang tidak nyeri pada kelompok kontrol. Latihan

Goyang Panggul merupakan salah satu latihan fisik yang dapat digunakan

untuk mengurangi dismenorhea dengan cara memperkuat otot perut dan

melancarkan peredaran darah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, latihan

mengayun panggul membantu mengurangi tingkat dismenorea di kalangan

remaja putri. hal ini juga dibahas pada jurnal “A study to assess the

effectiveness of pelvic rocking exercises on dysmenorrhea among adolescent

girls” oleh Jyoti Kapoor, Navpreet Kaur, Meenu sharma and Sarbjot Kaur

tahun 2018. Enam puluh sampel dipilih dengan teknik purposive sampling.

Profil sosio-demografis dan skala penilaian intensitas nyeri numerik standar

(0-10) digunakan untuk menilai dismenorea pada remaja perempuan. Analisis

data mengungkapkan bahwa 41,7% mengalami nyeri berat, 45% nyeri sedang,

13,3% nyeri peniti ringan dan tidak ada satupun yang tidak nyeri. penelitian

menunjukkan bahwa sejumlah besar remaja putri menunjukkan dismenore

ringan, yang menunjukkan dismenore sedang sebelum intervensi. Jadi, latihan

mengayun panggul merupakan tindakan yang efektif, sederhana dan non

farmakologis untuk mengurangi dismenore. Di sisi lain, latihan ini dapat


dilakukan di semua tempat, tidak memerlukan biaya apa pun, dan merupakan

metode alami untuk mengurangi nyeri.

Hal ini didukung oleh jurnal “Effect of practicing Pelvic Rocking

Exercises on Primary Dysmenorrhea among Adolescent Girls: A Randomized

Controlled Trial” oleh Hoda Abedel Azim Mohamed, Azza Mohamed Hafez

tahun 2017, Dismenore adalah masalah ginekologi yang sangat umum terjadi

pada wanita yang sedang menstruasi dan tingkat prevalensi yang dilaporkan

setinggi 90 persen. Latihan goyang panggul membantu mengurangi kram

menstruasi dan memperbaiki gejala terkait. Berdasarkan hasil penelitian ini

bahwa penerapan senam pelvic goyang pada remaja putri penderita dismenore

primer sedang sampai berat berpengaruh positif dalam menurunkan skor

intensitas nyeri, lama nyeri, menstruasi. durasi aliran dan jumlah konsumsi

tablet analgesik selama siklus menstruasi pertama dan kedua setelah

intervensi. Oleh karena itu, latihan goyang panggul dapat digunakan sebagai

metode non farmakologis untuk mengatasi dismenore primer.

Pada jurnal “Effect Of Aerobic Combined With Pelvic Rocking

Exercises On Quality Of Life In Primary Dysmenorrhea” oleh Ghada E. El-

Refaye, Asmaa M. El-Bandrawy, And Hassan O. Ghareeb tahun 2014, Hasil

penelitian ini mengungkapkan bahwa aerobik yang dikombinasikan dengan

latihan goyang panggul (kelompok A) menghasilkan penurunan skor intensitas

nyeri dismenore yang signifikan dan peningkatan kualitas hidup yang

signifikan dibandingkan dengan melakukan latihan goyang panggul saja

(kelompok B) setelah 3 bulan pengobatan, yang menunjukkan bahwa

melakukan aerobik dengan latihan goyang panggul lebih efektif dalam

meredakan dismenore primer daripada saat melakukan latihan goyang panggul


saja. Perbandingan antara kedua kelompok (A) dan (B), mengungkapkan

perbedaan yang tidak signifikan secara statistik (P> 0,05) di SF-36 sebelum

pengobatan dan perbedaan yang signifikan secara statistik (P <0,05) setelah

kelompok yang disukai perlakuan (A) sebagai ditunjukkan pada tabel (3). P>

0,05 = tidak signifikan; P <0,05 = signifikan. P <0,01 = sangat signifikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa latihan aerobik yang dikombinasikan dengan

latihan goyang panggul efektif dalam menurunkan nyeri dismenore dan

meningkatkan kualitas hidup pada anak perempuan penderita dismenore

primer.

Cat Stretch Exercise yang merupakan bagian dari Abdominal

Strteching Exercise. Cat Stretch Exercise yang dilakukan pada saat dismenore

mampu meningkatkan kekuatan otot rahim, daya tahan otot dan fleksibilitas

otot (Fauziah, 2015; Studi et al., 2017; Utami, 2014) kemudian dapat

meningkatkan kebugaran tubuh, optimalisasi daya tangkap, mengurangi

ketegangan otot (kram), meringankan nyeri otot, dan serta mengurangi rasa

sakit pada saat menstruasi (dismenore) (Vispute et al., 2011).

Pada jurnal “Cat Stretch Exercise Sebagai Upaya Mengurangi Nyeri

Haid Pada Remaja Putri “ oleh Dewi Kartika Sari, Riyani Wulandari, Ikrima

Rahmasari tahun 2016, sebagai kita ketahui bhwa salah satu penyebab

terjadinya disminore adalah faktor sumbatan saluran rahim, akibatnya ketika

darah menstruasi akan keluar diperlukan konstrasi yang kuat dari rahim untuk

mengeluarkan darah tersebut sehingga menyebabkan nyeri menstruasi

tersebut. Gerakan pada cat scretch exercise Merupakan gerakan peregangan

yang dapat mempengaruhi peredaran darah menjadi lebih lancar dan otot otot

terus lebih rileks sehingga nyeri saat menstruasi dapat berkurang.


Hal ini didukung oleh jurnal “Comparing the Effects of Aerobic and

Stretching Exercises on the Intensity of Primary Dysmenorrhea in the Students

of Universities of Bushehr” oleh Farideh Vaziri; M.Sc., Azam Hoseini; M.Sc.,

Farahnaz Kamali; M.Sc., Khadijeh Abdali; M.Sc., Mohamadjavad

Hadianfard;M.D., Mehrab Sayadi; M.Sc tahun 2014, penelitian menunjukkan

bahwa masing-masing dari kedua jenis senam ini mampu menurunkan

intensitas dismenore dibandingkan kelompok kontrol. Latihan aerobik dan

peregangan efektif dalam mengurangi keparahan dismenore. Oleh karena itu,

wanita dapat memilih salah satu dari dua metode ini terkait dengan minat dan

gaya hidup mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Ortiz, et al (2015) di Meksiko

menunjukkan bahwa latihan fisioterapi, seperti peregangan dan relaksasi otot

yang dilakukan pada remaja dengan nyeri menstruasi dapat mengurangi gejala

dismenore. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dehnavi, et al (2018)

menunjukkan bahwa penggunaan latihan aerobik teratur dengan intensitas

sedang dapat mengurangi atau mencegah terjadinya gangguan menstruasi

tertentu. Oleh karena itu, latihan aerobik dapat digunakan sebagai pendekatan

preventif, untuk mengontrol dismenore dan gangguan menstruasi lainnya.

Dalam jurnal “Comparison Of Effects Of Abdominal Stretching

Exercise And Cold Compress Therapy On Menstrual Pain Intensity In

Teenage Girls” oleh Desta Ayu Cahya Rosyida, Agus Suwandono, Ida

Ariyanti, Suhartono, Imam Djamaluddin Mashoedi1, Diyah Fatmasari tahun

2017, Nyeri saat haid tidak jarang terjadi, terutama pada remaja putri, yang

berdampak pada aktivitas hidup mereka. Pada penelitian Ada pengaruh yang

signifikan secara statistik latihan peregangan perut dan terapi kompres dingin
terhadap nyeri haid pada remaja putri. Latihan peregangan perut lebih efektif

daripada terapi kompres dingin dalam mengurangi intensitas nyeri haid. Oleh

karena itu, disarankan agar senam abdominal stretching dapat menjadi salah

satu alternatif pilihan penanganan dismenore pada remaja putri, dan dapat

menjadi bagian subjek dalam pembelajaran. pendidikan sebagai kedokteran

non farmakologis. hal ini jelaskan juga Pada jurnal “Different of Influence

between Abdominal Exercise and Warm Compress on the Change of

Dysmenorrhea” oleh Anshar Anshara, Darwis Durahimb, Sudaryanto

Sudaryantoc, Sitti Muthiad tahun 2018, Kesehatan reproduksi merupakan

masalah penting bagi remaja. Perubahan paling awal yang muncul pada

remaja putri adalah terjadinya menstruasi, yang dapat menyebabkan

dismenore. Latihan perut dan perekatan kinesio menghasilkan perubahan

dismenore yang signifikan. pemberian kompres hangat dan perekaman kinesio

menghasilkan perubahan dismenore yang signifikan. Latihan perut dan

perekatan kinesio secara signifikan lebih berpengaruh daripada kompres

hangat dan perekatan kinesio pada perubahan dismenore.

Hal ini didukung dalam jurnal “Pengaruh Abdominal Stretching

Exercise Terhadap Penurunan Dismenore Pada Siswi Remaja Di

Madrasahaliyah Hasyim Asy’ari Bangsri Kabupaten Jepara” oleh Noor

Hidayah1), Rusnoto Ika Fatma tahun 2017, Angka kejadian dismenore yang

tinggi pada usia produktif sekitar 55% di Indonesia, 56% di Jawa Tengah,

68,4% di Jepara dan di SLTA Hasyim Asyari Bangsri sekitar 92 siswa dari

118 siswa kelas X dan XI. Faktor penyebab dismenore primer adalah

rendahnya kadar prostaglandin, faktor psikologis dan gangguan psikis, faktor

konstitusional seperti anemia dan penyakit kronis, serta faktor alergi.


penelitian mengenai Abdominal Stretching Exercise terhadap penurunan

tingkat nyeri dismenore pada siswi remaja putri di MA Hasyim Asyari Bangsri

Jepara dihasilkan adanya pengaruh yang signifikan dengan nilai p-value 0,002

(p-value <0,005).

Pada jurnal ini “Stretching or Core Strengthening Exercises for

Managing Primary Dysmenorrhea” oleh Hend S Saleh, Hala E Mowafy and

Azza A abd El Hameid tahun 2016, Dismenore primer merupakan nyeri

panggul siklik yang paling sering terjadi yang mempengaruhi kualitas hidup.

Insiden dismenore primer dilaporkan antara 20% dan 90% di masyarakat yang

berbeda. Wanita yang ditugaskan dalam olahraga mengalami lebih sedikit

episode gejala dismenore. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa

penurunan dismenore pada wanita yang rutin berolahraga mungkin disebabkan

oleh efek perubahan hormonal pada jaringan epitel uterus atau peningkatan

kadar endorfin. Tampaknya olahraga memiliki efek analgesik yang bekerja

dengan cara yang tidak spesifik. hasil penelitian ini, melakukan latihan dalam

berbagai bentuk termasuk latihan peregangan dan penguatan inti mengurangi

intensitas nyeri dan durasi dismenore primer. Jadi ini dapat dengan aman

digunakan sebagai terapi alternatif untuk menghilangkan rasa sakit pada

dismenore karena kami tidak menjual dengan keadaan penyakit tetapi dengan

masalah fungsional.

Berbagai intervensi baik farmakologi maupun non farmakologi untuk

mengatasi masalah dismenore telah banyak diteliti dan menunjukkan hasil

yang efektif, salah satunya adalah cat stretch exercise. Exercise sebagai salah

satu manajemen nyeri non farmakologi (Fauziah, 2015). Cat Stretch Exercise

merupakan bagian dari Abdominal Stretch Exercise, tujuan dari latihan ini
adalah menambah kekuatan otot, daya tahan dan fleksibiltas otot, kebugaran

tubuh, optimalisasi daya tangkap, mengurangi ketegangan otot (kram),

mengurangi nyeri otot, mengurangi rasa sakit disaat menstruasi, memperbaiki

peredaran darah, mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan, serta

membuat perasaan lebih baik (Puspita & Anjarwati, 2019; Utami, 2014;

Vispute et al., 2011).

latihan peregangan (stretching) merupakan salah satu penanganan

dismenore secara non farmakologis yang bermanfaat dalam meningkatkan

kebugaran, merelakskan tubuh,mengurangi kecemasan, mengurangi

ketegangan otot dan menurunkan rasa sakit/nyeri. Dalam penelitian Sari dkk

(2016), abdominal stretching exercise dirancang khusus oleh berbagai pakar

kesehatan dan ahli fisioterapi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan serta

kelenturan otot perut sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat nyeri

menstruasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data intervensi 15 jurnal penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya mengenai “Pengaruh Pemberian Intervensi Pelvic

Rocking Exercise Dan Cat Streach Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Haid

(Dysmenorrhea) Pada Remaja” dapat disimpulkan bahwa :

Terdapat pengaruh pengaruh Pelvic Rocking Exercise dan Cat Streach

Exercise terhadap nyeri dhysminorreah pada remaja putri.

B. Saran

1. Bagi ilmu dan profesi fisioterapi, Pelvic Rocking Exercise dan Cat Streach

Exercise dapat menjadi pilihan dalam pemberian intervensi fisioterapi terkait

dengan penurunann nyeri dhysminorreah.

2. Bagi institusi tempat penelitian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pedoman dalam menjaga kesehatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah referensi yang lebih

baik untuk kesempurnaan penelitian yang dilakukan selanjutnya menggunakan

metode narrative review.

Anda mungkin juga menyukai