LP Demam Thypoid
LP Demam Thypoid
1.2 Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah
dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600
selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
- Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen
O (berasal dari tubuh kuman).
- Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
- Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien
menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009.
Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing)
1.6 Komplikasi
Komplikasi intestinal :
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ilius paralitik
1.7 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas
b. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya
di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien
diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta
higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
c. Diet dan terapi Penunjang
1. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
2. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa
gejala meteorismus ( kembung perut), dan diet bubur saring pada
penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi
usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan
umum dan mempercepat proses penyembuhan. Cairan yang
adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
3. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala
mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan
dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual
lagi.
4. Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan
tatalaksana tifoid adalah:
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg
perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7
hari bebas panas.
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,
selama 2 minggu.
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa
100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama
3-5 hari.
6. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001).
7. Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga
kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan
pembuluh kafiler.
1.8 Pathway
II. Rencana asuhan keperawatan klien dengan demam thypoid
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama : demam
- Riwayat Keluhan Utama : demam yang tidak terlalu tinggi dan
berlangsung selama 3 minggu
- Keluhan yang menyertai : anoreksia, nyeri perut, nyeri kepala,
jual, muntah, batuk, diare.
Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat Kehamilan / Persalinan
Prenatal
Kondisi ibu saat hamil
Ada kelainan / tidak, pecahnya ketuban dini
Nutrisi yang dikonsumsi / obat-obatan yang dipakai
Berapa kali priksa kehamilan di RS / puskesmas
Dapat diimunisasi / tidak
Natal
Lahir premature / aterm atau posaterm
Lahir spontan / dengan alat atau spontan
Letak bokong atau sungsang atau normal
Ditolong oleh siapa
Ada cacat bawaan
Neonatal
Kondisi bayi waktu lahir
BB / PB apgar score
Warna kulit waktu lahir
Ada masalah / tidak setelah lahir / aspirasi
Post Natal
Lamanya ibu dirawat di RS setelah persalinan
Bagaimana produksi ASI setelah persalinan
Apa bayi bisa menetek dengan baik
2. Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana riwayat tumbuh kembang bayi
3. Riwayat Imunisasi
Pola Kebiasaan
1. Pola pernafasan : frekuensi nafas cepat dan dangkal
2. Makan dan minum : tidak ada nafsu makan
3. Eliminasi : BAK : tidak terganggu
4. BAB : > 5 x /hari, konsistensi encer,
berbau busuk
5. Pergerakan yang berhubungan dengan sikap : aktivitas
terbatas karena kelemahan
6. Istirahat dan tidur : mengalami gangguan karena sering
defekasi
7. Memilih, mengenakan dan melepaskan pakaian : karena
adanya kelemahan tubuh maka pasien memerlukan bantuan
dalam mengenakan dan melepaskan pakaian
8. Suhu tubuh : terjadi peningkatan
9. Kebersihan dan kesegaran tubuh : perlu bantuan orang lain
dalam membersihkan tubuh
10. Mencegah dan menghindari bahaya : pasien rentang terhadap
bahaya karena kelemahan fisik
11. Beribadah sesuai keyakinan : umumnya pasien lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
12. Komunikasi dengan orang lain : komunikasi terbatas karena
adanya kelemahan, adanya keterbatasan dalam mengerjakan
dan melaksanakan sesuai dengan kemampuan pasien
13. Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi : pasien kurang
berminat dalam melakukan rekreasi
14. Belajar memuaskan keingintahuan yang mengarah pada
perkembangan kesehatan : pasien banyak bertanya-tanya
tentang penyakitnya
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : hipertermia (00007)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan hpertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentan normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
Terapi demam
R: penatalaksaan pasien yang mengalamihiperpireksia akibat faktor
selain lingkungan
Regulasi suhu
R: mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal
Pemantauan TTV
R: mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,
pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah
komplikasi
Terapi nutrisi
R: Pemerian makanan dan cairan untuk mendukung proses
metabolic pasien yang malnutrisi atau beresiko tinggi malnutrisi
Pemantauan nutrisi
R: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah
dan meminimalkan kurang gizi
Suriadi dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada anak. Cv Sagung Seto.
Jakarta : 2010.
Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta:
Interna Publishing
Sjamsuhidayat. (2008). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2008). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Jakarta: IDAI)
(……………………………) (…………………………..)