Anda di halaman 1dari 5

KEAMANAN PANGAN DI INDONESIA

Dengan semakin meningkatnya status social dan dan pendidikan masyarakat, maka
negara mempunyai tanggungjawab, tidak hanya untuk menjamin pasokan pangan
dalam jumlah dan gizi yang cukup tetapi juga produk pangan tersebut harus
aman.Dalam hal ini, keamanan pangan merupakan prasayarat bagi pangan bermutu
dan bergizi baik. Makanan sangat penting bagi kehidupan, karenanya keamanan
makanan adalah hak dasar manusia. Ribuan orang di dunia berisiko mengalami
makanan yang tidak aman. Banyak jutaan menjadi sakit sementara ratusan ribuan
mati setiap tahun, Karena itu, keamanan pangan menyelamatkan nyawa. Makanan
yang aman meningkatkan individu dan populasi kesehatan. Keamanan pangan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di mana keamanan pangan
dipraktikkan dan ditingkatkan. Pasokan keamanan pangan tergantung pada ilmu
pengetahuan yang sehat dan penegakan hukum yang adil. Dengan kemajuan
teknologi, peraturan harus diberlakukan untuk melindungi pasokan produk makanan
yang berkelanjutan, aman dan sehat untuk kesehatan dan kesejahteraan orang.

Keamanan pangan merupakan salah satu isu sentral yang berkembang di


masyarakat, baik karena masih banyaknya kasus-kasus keracunan bahan pangan
maupun semakin meningkatnya kesadaran dan tuntutan masyarakat terhadap
makanan yang sehat dan halal.

Sehingga pemerintah melalui Undang-Undang Pangan No. 18 Tahun 2012 di mana


pada salah satu pasalnya mengatur tentang keamanan pangan. Keamanan pangan
diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Keamanan
pangan juga dimaksudkan untuk mencegah cemaran biologis dan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan manusia.

Hal yang perlu diketahui oleh masyarakat selaku konsumen adalah bahwa setiap
bahan pangan baik segar maupun olahan, pada dasarnya sangat memungkinkan
mengandung residu bahan kimia yang dilarang dan sangat membahayakan
kesehatan manusia. Penggunaan pestisida seperti insektisida, fungisida, bakterisida,
nematisida dan rodentisida yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan.

Insektisida merupakan jenis pestisida yang sering digunakan untuk memberantas


serangga seperti belalang, kepik, wereng, ulat, nyamuk, kutu busuk, rayap dan
semut, sedangkan fungisida digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Bakterisida digunakan untuk memberantas virus dan nematisida untuk memberantas
cacing sedangkan rodentisida adalah jenis pestisida untuk hewan pengerat seperti
tikus.

Kondisi tersebut semakin di perparah dengan adanya ulah sebagian oknum yang
sengaja menjual bahan pangan yang tidak layak dikonsumsi, seperti sayuran dan
buah-buahan yang mengandung residu pestisida di atas ambang batas. Residu
pestisida dapat berpengaruh terhadap kesehatan apabila dikonsumsi dalam jangka
waktu yang panjang seperti menyebabkan kanker, cacat kelahiran dan mengganggu
sistem saraf. Anak-anak yang terpapar pestisida beresiko memiliki stamina dan
tingkat kecerdasan yang kurang baik selain itu dapat juga berakibat perubahan
orientasi seksual.

Boraks, formalin dan rhodamin B adalah bahan yang dilarang karena dapat
membahayakan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
dikonsumsi dalam dosis tinggi. Ironisnya bahan-bahan berbahaya tersebut juga
banyak ditemukan pada makanan jajanan anak sekolah. Data Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) Tahun 2008-2010 menunjukkan 40%-44% produk
jajanan anak-anak di sekolah tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan,
karena bahan pangan tersebut mengandung bahan berbahaya berupa pewarna
tekstil, rhodamin B.

Selain itu, buruknya higiene dan sanitasi ikut berkontribusi dalam memperburuk
keamanan pangan jajanan anak sekolah. Apabila anak-anak mengkonsumsi
makanan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan, bisa dipastikan akan
terkena penyakit lever atau hati yang dapat menyebabkan hepatitis pada usia
produktif. Misalnya mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dan
rhodamin-B, menyebabkan gangguan fungsi lever, bahkan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penyakit kanker hati.

Bahan pangan dapat menjadi tidak aman karena adanya atau masuknya bahan-
bahan berbahaya yang dapat berupa agen biologi (terutama mikroba pathogen),
agen kimia atau benda lain (fisik) yang dapat meracuni atau membahayakan
kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

Keracunan pangan tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi maupun


sosial tidak sedikit, tetapi juga mengakibatkan banyaknya korban menderita sakit
bahkan meninggal dunia.
Pengawasan Bahan Pangan
Melihat permasalahan dan dampak negatif akibat mengkonsumsi pangan yang tidak
sama, di banyak negara masalah tersebut sudah menjadi perhatian yang sangat
serius. Perlu disadari bahwa semua kejadian dan akibat buruk dari pangan yang
tidak aman, baik terhadap kesehatan maupun terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, menjadi peringatan bagi pemerintah dan pelaku usaha (petani, eksportir
maupun importir pengolah bahan pangan), serta konsumen tentang pentingnya
penanganan keamanan pangan secara terus menerus. Untuk dapat mewujudkan
pangan asal pertanian yang aman dan berdaya saing tinggi, diperlukan program
yang berkelanjutan. Misalnya melalui publikasi di media massa, sosialisasi kepada
berbagai pemangku kepentingan, dan advokasi terhadap para pengambil kebijakan
baik di eksekutif maupun legislatif.

Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan selain akan memberikan pemahaman


dan kesadaran kepada konsumen untuk dapat memilah dan memilih produk pangan
berkualitas, juga meminimalkan pihak-pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan,
tanpa memperhitungkan dampak kerugiannya. Oleh karena itu, berkembanglah
berbagai sistem yang dapat memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan sejak
proses produksi hingga ke tangan konsumen serta ISO-9000, QMP (Quality
Management Program), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan lain-
lain. Sebagai konsekuensi logis, strategi pembinaan dan pengawasan mutu pada
industri pangan nasional harus bergeser ke strategi yang juga wajib memperhatikan
aspek keamanan pangan tersebut, disamping aspek sumber daya manusia,
peningkatan keterampilan serta penguasaaan dan pengembangan teknologi. Salah
satu konsep dan strategi untuk menjamin keamanan dan mutu pangan yang
dianggap lebih efektif dan ”safe” serta telah diakui keandalannya secara
internasional adalah sistem manajemen keamanan pangan HACCP. Filosofi sistem
HACCP ini adalah pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan pangan
berdasarkan pencegahan preventif (preventive measure) yang dipercayai lebih
unggul dibanding dengan cara-cara tradisional (conventional) yang terlalu
menekankan pada sampling dan pengujian produk akhir di laboratorium. Sistem
HACCP lebih menekankan pada upaya pencegahan preventif untuk memberi
jaminan keamanan produk pangan. Adanya beberapa kasus penyakit dan
keracunan makanan serta terakhir adanya issue keamanan pangan (food safety) di
negara-negara maju, maka sejak tahun 1987 konsep HACCP ini berkembang,
banyak dibahas dan didiskusikan oleh para pengamat, pelaku atau praktisi
pengawasan mutu dan keamanan pangan serta oleh para birokrat maupun kalangan
industriawan dan ilmuan pangan. Bahkan karena tingkat jaminan keamanannya
yang tinggi pada setiap industri pangan yang menerapkannya, menjadikan sistem ini
banyak diacu dan diadopsi sebagai standar proses keamanan pangan secara
internasional. Codex Alimentarius Commission (CAC) WHO/FAO pun telah
menganjurkan dan merekomendasikan diimplementasikannya konsep HACCP ini
pada setiap industri pengolah pangan.

Keamanan pangan harus ditangani secara terpadu melibatkan berbagai


stakeholders; baik dari pemerintah, industry dan konsumen. Karena itu pada
dasarnya upaya penjaminan keamanan pangan di suatu Negara merupakan
tanggungjawab bersama oleh berbagai stakeholder (WHO,1996). Secara mendasar
upaya menjamin keamanan berarti pula menjamin pemenuhan hak-hak azasi
masyarakat. Lebih lanjut, peningproduk dan pada gilirannya katan kondisi keamanan
pangan suatu negara akan menyebabkan peningkatan status kesehatan
masyarakat, peningkatan daya saing produk, dan pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas yang akan berkontribusi pada peningkatan daya saing
bangsa.

Kondisi keamanan pangan yang baik akan menghasilkan manusia yang lebih sehat,
lebih produktif,menurunkan kasus-kasus penyakit asal pangan (foodborne disease)
dan menurunkan beban biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk kasus atau
wabah penyakit asal pangan, menurunkan kasus-kasus penolakan ekspor,
meningkatkan arus turisme, dan meningkatkan reputasi Negara Indonesia dalam
kancah Internasional. Karena itulah perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh dari
Pemerintah untuk membenahi permasalahan keamanan pangan ini.

Referensi :
1. Mieke Uyttendaele ,Elien De Boeck, Liesbeth Jacxsens, 2016 : Challenges in
Food Safety as Part of Food Security: Lessons Learnt on Food Safety in a
Globalized World, pp.16-22.Volume 6, 2016. Procedia Food Science.
2. Purwiyatno Hariyadi: Beban Ganda Permasalahan Keamanan Pangan di
Indonesia, pp 17-27.Edisi no.54/XVII/Juli-September/2008.Majalah Pangan
ARTIKEL
KEAMANAN PANGAN

Oleh :
dr. Rizky Fauzia Ratnasari Surya NIM 2204181910004

Pembimbing :

Prof. Dr. HM. Sulchan, M.Sc, DA. Nutr. Sp.GK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG
2019

Anda mungkin juga menyukai