Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MANAJEMEN KEADAAN DARURAT

KELOMPOK II
KELAS (A)

1. Andika Elvira Damayanti R0017013


2. Bayu Anindhita Galih Rubadi R0017025
3. Devi Mega Novitasari R0017029
4. Faiqotussalama Suraemba R0017043
5. Muhamad Ricky Abimanyu R0017077
6. Nadya Arwie Sariningrum R0017079
7. Nahda Yumna Andya R0017081
8. Nur Pasa Hindun Tahira R0017085
9. Swastika Wendy Adimukti R0017101
10. Tri Handayani R0017103
11. Yuliana Dewi Puspitasari R0017109

PROGRAMDIPLOMA 3HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5
B. Perundang-undangan .................................................................... 7
BAB III. HASIL .............................................................................................. 9
A. Langkah Penyelesaian Tugas ........................................................ . 9
B. Hasil Ceklist Manajemen Keadaan Darurat ................................... 9
BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................... 18
A. Struktur Organisasi Tanggap Darurat ........................................... 18
B. Jalur Evakuasi dan Komunikasi .................................................... 19
C. Sistem Proteksi Kebakaran............................................................ . 19
D. Pelaksanaan TanggapDarurat ........................................................ . 21
E. Pemeliharaan Sistem Proteksi Kebakaran ..................................... . 22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 24
A. Kesimpulan ..................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam situasi keadaan darurat bencana sering terjadi kegagapan


penanganan dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi
kerusakan, sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk
penanganan darurat bencana. Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun
dengan baik, Penyaluran bantuan, distribusi logistik sulit terpantau dengan baik
sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap darurat kurang terukur dan
terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan
belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi Tanggap
Darurat Bencana dapat dilengkapi dengan tim lapangan untuk kesiagaan tanggap
darurat bencana yang ada di tempat kerja dengan memiliki gugus tugas yang terdiri
dari unit kerja ataupun pihak K3 sekalipun yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan sistem yang terpadu dalam penanganan Kedaruratan bencana.
Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas
dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai pemeliharaan dan
peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan
mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang disebabkan
kondisi kerja dengan pekerja ( ILO, 1996).
Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat
berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan
menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi
perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.
Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi
secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk terlaksananya
penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang terampil

1
2

dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur
yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek
paling sedikit enam bulan sekali. Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan
sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan Penanggulangan Keadaan
Emergency. Dan akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik
harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai.
Dalam hal Manajemen Tanggap Darurat, Keadaan darurat bisa diartikan
dalam beberapa definisi yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang dan
konteks kejadiannya. Akan tetapi pada dasarnya semua mengandung pengertian
yang sama, yaitu suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan
yang dapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk
hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda dan lain-
lain. Seseorang yang terkena serangan jantung, stroke atau demam yang tinggi bisa
dikategorikan ke dalam keadaan darurat. Demikian juga dengan kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran bahan kimia beracun di tempat kerja
adalah beberapa. Contoh keadaan darurat yang sering terjadi, yang semuanya itu
tidak dapat diperkirakan kapan dan di mana akan terjadi.
Meskipun berbagai usaha pencegahan sudah dilakukan, diorganisasi dan
dikelola secara baik, akan tetapi keadaan darurat masih saja bisa terjadi. Bahkan
di instansi-instansi yang mempunyai keterlibatan dalam keadaan darurat ini seperti
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Barat, yang
pernah mengalami kejadian kebakaran dan perlu di tanggulangi, dimana pada saat
itu sebagian internal Rumah Sakit ikut dalam hal tanggap darurat bencana untuk
mengevakuasi seluruh pasien yang terkena dampak dari bencana kebakaran
tersebut. Maka untuk itu kita harus selalu mengembangkan kemampuan kita
tentang bagaimana memanage keadaan darurat mulai dari persiapan, latihan dan
penanggulangan darurat sampai pada bagaimana mencegah terjadinya atau
terulangnya keadaan darurat. Pencegahan disini adalah berupa totalitas
pelaksanaan program-program K3 mulai dari tingkat nasional, perusahaan sampai
3

ke tingkat personal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit


akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tercermin dalam
pokok – pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja yaitu bahwa tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang
lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
Perencanaan merupakan kata kunci untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga perencanaan dalam hal ini mempunyai peran yang luar biasa.
Perencanaan tanggap darurat tidak berarti hanya merencanakan tindakan yang
harus dilakukan pada saat terjadinya keadaan darurat saja, akan tetapi juga
meliputi tindakan pencegahan dan persiapan-persiapan jika terjadi keadaan
darurat, latihan dan simulasi tanggap darurat, manajemen tanggap darurat, dan
sampai pada pemulihan kondisi pasca keadaan darurat. Yang dapat dikategorikan
dalam keadaan darurat (emergency) adalah keadaan-keadaan yang tidak dapat
ditangani dengan segera oleh petugas pada waktu terjadinya insiden,
menimbulkan ancaman/keresahan yang selanjutnya dimungkinkan dapat
mengakibatkan korban jiwa, menimbulkan kerusakan harta benda dan melukai
manusia, menimbulkan kerusakan peralatan yang membahayakan (terjadinya
ledakan, kebakaran, dsb).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang diteliti adalah “Bagaimana sistem penanganan evakuasi / tanggap darurat di
PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai
penanganan evakuasi / tanggap darurat di perusahaan.
4

2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui sistem tanggap darurat dan evakuasi apabila terjadi
bencana di perusahaan.
b) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
penanganan evakuasi / tanggap darurat saat menghadapi bencana di
perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi dalam penerapan sistem penanganan evakuasi /
tanggap darurat terhadap bencana.
2. Sebagai bahan masukan bagi pegawai dalam hal tata cara penanganan khusus
sistem evakuasi / tanggap darurat terutama dalam hal penyelamatan manusia
dan harta benda apabila terjadi bencana sewaktu – waktu.
3. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman, khusus tentang
penanganan yang dapat diterapkan dalam sistem evakuasi / tanggap darurat di
bagi penulis sendiri.
4. Terjalin kerjasama yang baik dengan pihak institusi pendidikan dalam
kaitannya peningkatan sumber daya manusia.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. TinjauanPustaka
1. Pengertian kebakaran
Kebakaran adalah peristiwa saat munculnya reaksi kimia dari segitiga api
(panas,bahan,oksigen). Reaksi kimia inilah yang menyebabkan api semakin
membesar dan terjadi peristiwa kebakaran.
2. Faktor penyebab kebakaran
a. Peralatanlistrik
b. Kompor gas
c. Benda-benda yang mudah terbakar
d. Panas
3. Klasifkasi kebakaran
a. Kebakaran kelas A
Kebakaran bahan padat kecuali logam, misal: kayu, kertas, plastik, dll.
b. Kebakaran kelas B
Kebakaran karena bahan cair dan gas, misal: bensin, solar, minyak tanah,
gas alam, gas LPG, dll.
c. Kebakaran kelas C
Kebakaran yang terjadi pada instalasi listrik.
d. Kebakaran kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam, misalnya: magnesium dan
alumunium.
4. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
a. Unit penanggulangan kebakaran

5
6

Unit penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan


ditugasi untuk menagani masalah penanggulangan kebakaran di tempat
kerja.
b. Sistem proteksi kebakaran pasif
1) Pintu keluar
Sarana jalan keluar yang dapat digunakan penghuni Gedung sehingga
memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman
saat terjadi keadaan darurat.
2) Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan atau tangga yang
digunakan saat terjadi keadaan darurat.
3) Titik kumpul
Titik kumpul adalah area terbuka di dekat bangunan atau Gedung untuk
titik pertemuan sebelum diungsikan ketempat yang aman.
c. Sistem proteksi kebakaran aktif
1) Sistem springkel otomatik
Suatu system pemadam kebakaran yang dipasang permanen berada di
dalam bangunan dan dapat menyemprotkan air di tempat terjadinya
kebakaran secara otomatis.
2) Pompa pemadam kebakaran
3) Detektor dan alarm kebakaran
Detektor adalah suatu alat untuk mendeteksi kebakaran secara
otomatis, cepat, akurat dan tidak memberikan informasi palsu.
a) Detektor panas
Alat yang mendeteksi temperature tinggi dan laju kenaikan
temperature yang tidak normal
b) Detektor asap
Alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau tidak terlihat dari
suatu pembakaran.
7

c) Detektor nyala api


Alat yang mendeteksi sinar infra merah, sinar UV, atau radiasi yang
ditimbulkan oleh suatu kebakaran.
d) Detektor gas kebakaran
Alat yang mendeteksi gas-gas yang terbentuk dari suatu kebakaran.
e) Alarm kebakaran adalah tanda setelah terdeteksinya sebuah
kebakaran agar tidak menjadi kebakaran yang besar dan meluas
serta mendapat kerugian.

Suatu bangungan yang memiliki risiko kebakaran yang tinggi perlu


melakukan pemasangan detektor dan alarm kebakaran.

4) Alat pemadam api ringan


APAR adalah suatu alat untuk memadamkan api pada awal terjadi
kebakaran dan dapat dioperasikan oleh satu orang. APAR ada beberapa
jenis yaitu:
a) APAR jenis cairan
APAR jenis air adalah APAR yang diisikan oleh air dengan tekanan
tinggi. APAR jenis ini cocok untuk memadamkan api karena bahan-
bahan padat non logam seperti kertas, kain, kayu (kebakaran kelas
A), tetapi akan berbahaya untuk kebakaran kelas C ( listrik).
b) APAR jenis busa
APAR jenis ini dapat digunakan pada kebakaran kelas A dan B.
c) APAR jenis serbuk kimia
APAR jenis ini dapat digunakan padak kebakaran kelas A,B,C.
d) APAR jenis karbondioksida
APAR jenis ini sangat cocok untuk kebakaran kelas B dan C
B. Perundang–Undangan
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung
8

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman


Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Bencana di Tempat Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26./PRT/M/2008 tentang Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
7. SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bagunan Gedung
8. NFPA 101 tentang Life Safety Code Cheklist
BAB III
HASIL

A. Langkah Penyelesaian Tugas


1. Mahasiswa menghubungi perusahaan yang akan dituju.
2. Mendapatkan persetujuan dari perusahaan dengan ketentuan dari perusahaan.
3. Menentukan waktu untuk observasi dan mahasiswa yang akan melakukan
observasi.
4. Melakukan wawancara kepada pekerja yang bersangkutan.
5. Melakukan observasi di perusahaan.
6. Mengumpulkan data-data yang ada untuk pemenuhan tugas.
7. Penyusunan laporan.
8. Pengumpulan laporan.
B. Hasil Ceklist Manajemen Keadaan Darurat

CHECK LIST STANDAR UNTUK TINDAKAN PENCEGAHAN


KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA
NO URAIAN YA / TID KETERANGAN
SUD AK (PENJELASAN)
AH/ AD
AD A/
A BEL
UM

(√)
(√)

1. Per-Undang-Undangan
a. Sudahkah dimiliki sertifikat √ Sudah terdapat sertifikat
kebakaran terbaru yang kebakaran kelas D.

9
10

meliputi semuatambahan (yang


terakhir) ?
b. Apakah semua jalan untuk √ Jalan pintu darurat telah
meloloskan diri dari kebakaran bebas dari rintangan,
bebas dari rintangan- karena merupakan jalan
rintangan? utama yang ada di
perusahaan.
c. Apakah semua pintu darurat √ Selama jam kerja, pintu
dapat dibuka pada saat darurat tidak dikunci.
diperlukan?
d. Apakah sudah yakin telah √ Terdapat APAR.
mempunyai alat-alat pemadam
atau gulungan pipa-pipa
penyemprot untuk melawan
kebakaran?
e. Sudahkah pegawai-pegawai √ Tidak semua pegawai
dijelaskan dan dilatih tentang mendapat pelatihan, hanya
cara-cara menyelamatkan diri beberapa, namun setiap
dari tempat kerja ketempat rapat atau pertemuan
yang aman di luar selalu ada safety induction
pabrik/tempat kerja? dan edukasi tentang
penyelamatan diri.
f. Apakah alat-alat tanda bahaya √ Tidak ada alat-alat tanda
diuji secara teratur? Menurut bahaya.
peraturan perundang-undangan
alat tanda bahaya harus diuji
tiap tiga bulan, namun bila hal
ini dilakukan sekali seminggu
adalah lebih baik
g. Apakah telah dicatat setiap √
pengujian ini dalam buku
catatan?
11

h. Apakah telah ditepati adanya √ IKA penanggulangan


peraturan-peraturan yang dapat kebakaran
digunakan di beberapa tempat
proses, seperti di tempat
bahan-bahan produksi,
pengerjaan bahan-bahan kimia,
dll ?
i. Apakah telah diikuti/ditaati √ Sudah diikuti dengan
adanya peraturan tindakan prosentase 70%
pencegahan kebakaran?
2. Cara menghindarkan diri

a. Apakah bersama-sama dengan √ Hanya beberapa pegawai


pegawai telah mencoba dan pelatihan security rutin
melewati (lalu) pintu darurat? satu bulan sekali.
b. Apakah telah direncanakan √ Terdapat dua pintu utama
membuat dua pintu darurat yang sekaligus menjadi
untuk setiap seksi seandainya pintu darurat.
salah satu pintu darurat
terhalang oleh api?
c. Apabila terjadi suatu √ Tidak ada petugas
kebakaran pintu darurat sangat pengawas kebakaran,
sulit terbuka ,apakah namun security memiliki
mempunyai seorang pengawas peran tersebut. Security
(sipir) kebakaran dan seorang menjadi penunjuk jalan
wakilnya di tempat kerja, dan mengatur pegawai
sehingga salah seorang dapat untuk keluar melalui pintu
menjadi penunjuk jalan bagi darurat yang ada.
pegawai-pegawai keluar dari
gedung, sementara yang lain
mencari orang-orang yang
masih ketinggalan?
d. Apakah telah disimpan suatu √ Sudah terdapat data nama
daftar nama pegawai di pokok pegawai yang
dalamlingkungan tempat kerja, bekerja di perusahaan
sehingga pengecekan dapat tersebut.
dilakukan terhadap pegawai-
12

pegawai di luar pabrik setelah


menghindar?
e. Apakah semua jalan keluar (ke √
pintu darurat) telah diberi
panah penunjuk dan tanda-
tanda, dan sudahkah dicoba
untuk dilewati untuk
memperoleh keyakinan bahwa
tanda-tanda tersebut tidak
membingungkan?
f. Apakah tangga dan lantai √
menuju pintu darurat dalam
keadaan baik?
g. Apakah pegawai-pegawai telah √ Terdapat petunjuk untuk
mengetahui bagaimana membuka pintu di setiap
(menggunakan) membuka grendel pintu
Grendel pintu bila pintu ( geser,dorong/tarik ).
tertutup rapat?
h. Apakah ruang tempat kerja √
telah mempunyai pintu yang
dihubungkan dengan di luar
pabrik?
3. Gedung
a. Apakah pintu-pintu antara √
ruang dengan ruang lain
mempunyai penutup sendiri
untuk mencegah
(merambatnya) meluasnya api
kebakaran?
13

b. Apakah semua lobang-lobang √


(pengeluaran) di tempat kerja
yang harus tetap terbuka
dihubungkan dengan mata
rantai gabungan untuk pintu-
pintu, misalnya pintu-pintu,
pintu-pintu palka, pipa-pipa
saluran (gas, debu, uap) keluar,
konveyor terbuka, dan lift
terbuka?
c. Apakah ada tempat-tempat √ Perusahaan tidak
penyimpanan yang khusus, melakukan penyimpanan
disediakan bagi cairan-cairan untuk cairan-cairan mudah
yang mudah terbakar? terbakar.
d. Apakah suatu rencana dari √ Terdapat denah dan jalur
pabrik diperlihatkan tepat di evakuasi.
jalan masuk untuk regu
pemadam kebakaran?
e. Apakah bangunan dinding √ Dinding pemisah pekerja
pabrik, dinding pemisah dan terbuat dari gypsum.
atap di pabrik dapat membantu
merambatnya api?
f. Apakah di tempat kerja ada √
suatu tempat yang
memungkinkan orang dapat
terperangkap bila suatu api
kebakaran timbul di dekat
pintu keluar/pintu darurat?
g. Apakah ruangan-ruangan yang √
berasap dihubungkan dengan
tangga-tangga yang menuju ke
tempat ruang kerja?
h. Apakah pintu keluar terbuka √
ke arah jalan penyelamatan
diri?
14

i. Apakah lampu-lampu atas √


yang otomatis dihubungkan
dengan kotak lampu di tangga
atau dinding-dinding lift?
4. Alat-alatPemadamKebakaran/Api
a. Kapan alat-alat pemadam √ Alat pemadam kebakaran
kebakaran di tempat kerja yang ada adalah APAR.
tersebut diuji? Setiap satu bulan selalu
dicek dan diuji.
b. Adakah orang pertama di √ Tim tanggap darurat dan
tempat kerja tersebut yang security.
dapat mempergunakan alat
pemadam kebakaran?
c. Apakah mereka pernah √
mengeluarkan gulungan pipa
air dan mempergunakannnya
dalam praktek/latihan?
d. Apakah ada suatu proses yang √ Semua jenis APAR yang
membutuhkan suatu tipe alat ada yaitu powder.
pemadam kebakaran yang
berbeda dengan alat-alat
pemadam kebakaran yang
sudah ada?
e. Apakah mempunyai selimut √ Belum ada, namun sudah
atau penutup api? diusulkan.
f. Apakah staff keselamatan √
mengetahui bahaya-bahaya di
tempat kerja tersebut, dan
apakah alat-alat pemadam
kebakaran/api yang ada sesuai
dengan bahaya-bahaya
tersebut?
15

g. Apakah semua pegawai √


mengetahui bahaya-bahaya
sesak napas (yang disebabkan
oleh karena kekurangan
oksigen di dalam darah)
setelah alat pemadam
kebakaran jenis B.C.F atau
jenis larutan yang mudah
menguap lainnya digunakan?
h. Apakah ember-ember √ Tidak tersedia.
pemadam api cukup?
Apakah ember-ember tersebut
tertutup?
i. Apakah gong/alarm tanda √ Tidak terdapat alarm
bahaya alat penyembur api bahaya.
(sprinkler alarm) diuji secara
teratur?
5. Ketata-rumah-tanggaan
a. Apakah sampah disapu √ Dilakukan pembersihan
(dibersihkan) dua kali sehari? sebanyak 3 kali.
b. Apakah debu dihisap keluar √ Tidak terdapat alat
ruangan dengan menggunakan penghisap debu keluar
motor (penggerak) secara seperti exhaust fan, dan
teratur? tidak terdapat proses
produksi yang
menimbulkan debu dan
pembersihan debu
menempel menggunakan
vacum cleaner.
c. Apakah gang-gang di tempat √
kerja tidak terhalang dan
dalam keadaan baik?
16

d Apakah cairan yang mudah √ Tidak terdapat proses


terbakar disimpan dalam penyimpanan cairan
tempat penyimpanan tertutup mudah terbakar.
dan tidak tumpah?
e. Apakah larutan yang mudah √ Solar yang digunakan
terbakar yang digunakan di untuk mesin genset dan
tempat kerja dalam jumlah pemakaian dilakukan
minimum (tidak berlebihan)? dengan sekali isi sesuai
kebutuhan.
f. Apakah adanya api terbuka √
pada jarak 20 kaki dari cairan
yang mudah terbakard ilarang?
g. Apakah bagian-bagian √
belakang dari radiator dan
pemanas dalam keadaan
bersih?
h. Apakah alat-alat pemanas √
yang dapat dipindahkan
dilarang?
i. Apakah semua bak sampah √
mempunyai penutup?
j. Apakah pekerjaan-pekerjaan √
pembersihan dilakukan dengan
cairan yang tidak mudah
terbakar?
k. Apakah bekas kain-kain √
pembersih dibuang ke
dalambak-bak sampah yang
terpisah?
l. Apakah instalasi listrik dalam √
keadaan baik?
m. Apakah ada pemasangan √
kabel-kabel sementara yang
sudahlebih dari tiga (3) bulan?
17

n. Apakah semua alat-alat listrik √ Listrik tetap menyala


dimatikan pada waktu malam? karena terdapat piket
security.
o. Apakah menggunakan plastik? √
p. Apakah diketahui bahwa bila √
plastic atau bahan-bahan lain
terbakar, uapnya dapat
terbakar atau beracun?
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Tanggap Darurat


Pada pelaksanaan sistem tanggap darurat kebakaran di perusahaan, PT. PLN
(Persero) UP3 Sukoharjo melalui pihak P2K3 telah memiliki regu tim tanggap
darurat di UP3 dan tiap ULP yaitu UP3 Sukoharjo, ULP Sukoharjo, ULP Grogol,
ULP Karanganyar, ULP Wonogiri, dan ULP Jatisrono. Dengan pembagian tugas
atau jobdesk yaitu koordinator DAMKAR, koordinator P3K, dan koordinator
pengamanan personil, dokumen, dan komunikasi.
Hal ini telah sesuai dengan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor sebagai 20/PRT/M/2009, mengenai unsur pokok organisasi
penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung jawab,
personil komunikasi, pemadam kebakaran, pemegang kebakaran lantai dan
keamanan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186/MEN/1999, syarat
dari organisasi tanggap darurat antara lain setiap anggota organisasi sudah
mengetahui tugas masing-masing, setiap anggota organisasi sudah terlatih dan
dilakukan peninjauan terhadap organisasi tanggap darurat. Struktur organisasi
penanggulangan kebakaran terdiri dari petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli
K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis. PT.
PLN (Persero) UP3 Sukoharjo telah mengirim pekerja/anggota untuk menjalani
pelatihan sesuai dengan kebutuhan guna menunjang kelengkapan SDM tanggap
darurat kebakaran di PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo.
Dalam pelaksanaan sistem tanggap darurat di PT. PLN (Persero) UP3 petugas
yang terlibat dalam organisasi sistem tanggap darurat kebakaran telah memiliki
kompetensi dan sertifikasi eksternal pelatihan. Hal ini telah sesuai persyaratan yang

18
19

telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186
tahun 1999 bahwa regu penanggulangan kebakaran harus mempunyai kursus teknis
penanggulangan kebakaran kelas c dan d atau telah mengikuti kursus teknis
penanggulangan kebakaran tingkat dasar I dan II.
B. Jalur Evakuasi dan Komunikasi
Jalur evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area
yang aman (titik kumpul). Jalur evakuasi di PLN Sukoharjo terdiri dari jalur
menuju tangga darurat dan jalur menuju titik kumpul luar gedung. Jalur evakuasi
di PT. PLN UP3 Sukoharjo cukup lebar dan mudah dilewati. PT. PLN UP3
Sukoharjo juga bekerja sama dengan Dinas Pemadam kebakaran Surakarta, Rumah
sakit Dr.Oen, POLRES Surakarta, POLTRES Sukoharjo dan POLSEK Grogol.
Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan Permen RI nomor 36 tahun 2005 pasal
59, setiap gedung harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi: Pintu darurat,
jalur evakuasi, dan penyediaan tangga darurat.
C. Sistem Proteksi Kebakaran
1. Sistem Proteksi Aktif
Sarana proteksi aktif yang digunakan di PLN Sukoharjo dalam mencegah
terjadinya kebakaran didalam gedung yaitu menggunakan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan). APAR yang disediakan di PLN Sukoharjo berjumlah 5
dengan rincian jenis APAR yaitu powder/tepung. Jenis APAR ini disesuaikan
dengan karakteristik sumber bahaya potensial di tempat kerja. Penempatan
APAR di pasang di dinding yang dapat mudah terlihat dan terjangkau oleh
karyawan disertai pemberian tanda dan petunjuk penggunaan.
Hal tersebut sudah sesuai berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.Per- 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR, pada pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap
satu/kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah untuk dilihat,
mudah dijangkau dan diambil serta dilengkapi pula dengan pemberian
20

tanda pemasangan. Serta pada Permenaker No.Per- 04/MEN/1980 pasal 4 ayat


4 diperjelas bahwa pemasangan dan penempatan APAR ni harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan sumber bahaya.
2. Sistem Proteksi Pasif
Sarana proteksi pasif yang terdapat di PLN Sukoharjo yaitu:
a. Tangga dan pintu darurat
Tangga dan pintu darurat yang ada di PLN Sukoharjo ini menjadi satu
dengan tangga utama. Terdapat tanda arah evakuasi menuju tangga darurat
yaitu tulisan “KELUAR” atau “EXIT” dan terlihat jelas dari jarak 20 m. ini
sudah sesuai dengan persyaratan menurut SNI 03-1735-2000.
Pintu darurat pada gedung PLN ini berjenis dorong-tarik dimana pintu
diharuskan didorong dari luar dan ditarik dari dalam. Pintu seperti ini tidak
efisien apabila saat terjadi kebakaran dikarenakan akan menghambat proses
evakuasi.. Pintu darurat ada dua untuk setiap seksi seandainya salah satu
pintu darurat terhalang api. Pintu darurat ini selalu terbuka sehingga bisa
langsung digunakan saat terjadinya kebakaran.
Dengan demikian pintu darurat di PLN Sukoharjo belum sesuai
dengan persyaratan menurut Permen PU No.26.PRT/M/2008, yaitu : Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun, pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh.
Tangga darurat yang berada di PLN Sukoharjo ini juga sudah sesuai dengan
persyaratan mengenai tangga darurat menurut Permen PU
No.26.PRT/M/2008 yaitu: terdapat tanda evakuasi menuju tangga darurat.
b. Titik kumpul

Titik kumpul atau assembly point di PLN Sukoharjo terdapat di depan


gedung PLN sekaligus dibuat tempat lahan parkir. Penempatan titik kumpul
ini disesuaikan agar para karyawan dengan mudah mengaksesnya setelah
evakuasi jika terjadi keadaan darurat kebakaran. Dengan demikian PLN
21

Sukoharjo belum sesuai dengan persyaratan menurut NFPA 101 karena titik
kumpul yaitu tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi. Lokasinya
memiliki akses menuju tempat lebih aman dan tidak menghalangi
kendaraan penanggulangan kebakaran.

D. Pelaksanaan Tanggap Darurat


1. Pelatihan Tanggap Darurat
Pelatihan tanggap darurat yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) UP3
Sukoharjo, Bertujuan untuk melatih karyawan bagaimana cara memadamkan
api pada saat keadaan darurat kebakaran, dimulai dari penggunaan apar,
hydrant dll.
Pelaksanaan Pelatihan Tanggap Darurat dilatih oleh pihak ke-3 yang
dilaksanakan tiap 3 bulan sekali yang diikuti oleh tim tanggap darurat PT. PLN
(Persero) UP3 Sukoharjo. Tidak semua karyawan di PT. PLN (Persero) UP3
Sukoharjo mengikuti pelatihan ini sehingga ada beberapa karyawan yang tidak
mengetahui fungsi dan cara penggunaan APAR dan prosedur tanggap darurat.

Pelatihan yang di lakukan secara berkala oleh perusahaan telah


menunjukan bahwa PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo telah sesuai berdasarkan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum PU No. 20/PRT/M/2009, yaitu bahwa
sumber daya manusia yang berada dalam manajemen secara harus dilatih dan
di tingkatkan kemampuannya. Serta serta dalam pelaksanaanya sudah sesuai
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, pasal 2 yaitu “Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di
tempat pelatihan atau tempat kerja.”

2. Simulasi Tanggap Darurat

PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo belum melaksanakan simulasi tanggap


darurat, sehingga hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri
22

Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2009, yaitu dalam melaksanakan simulasi


harus dirancang bekerja sama dengan pihak yang berwenang setempat, latihan
menuju jalan ke luar dan menuju relokasi darurat, tanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan latihan hanya ditugaskan kepada orang yang
kompeten untuk melatih, latihan dilakukan pada waktu yang ditentukan, peserta
latihan harus di relokasi seperti yang ditetapkan sebelumya dan tetap pada
lokasi tersebut sampai panggilan ulang atau sinyal pembebasan. Serta belum
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186
Tahun 1999 pasal 2 ayat 2 poin f yaitu “penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala”.

E. Pemeliharaan Sistem Proteksi Kebakaran


1. Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo menyediakan alat pemadam api ringan
atau APAR yang secara rutin dilakukan inspeksi setiap 1 bulan sekali. Selain
itu, penggantian isi tabung juga dilakukan secara rutin setiap tahun. Kegiatan
Pemeliharaan APAR dan Pengisian Ulang APAR meliputi :
a. Kebersihan APAR
b. Kelengkapan APAR
c. Kesiapan APAR
d. Menjaga keandalan APAR

Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi Apar


apakah ada yang rusak atau tidak, baik handle (tidak lepas), segel (tidak lepas),
presure gauge (kondisi tekanan), hose (tidak rusak),nozle (tidak pecah), wheel
(tidak macet), troly, body (tidak berkarat), dan house keeping (4S) sehingga
apabila ditemukan kerusakan pada apar akan lebih cepat di perbaiki dan di
ganti. Pengecekan dilakukan secara langsung oleh pihak pelaksana K3, dengan
mengamati menggunakan lembar cheklist yang sudah dibuat oleh pihak P2K3.
23

Dengan demikian PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo telah sesuai dengan
standar Pemeliharaan APAR berdasarkan Permenakertrans
No.Per.04/MEN/1980, yaitu “Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2
(dua) kali dalam setahun, cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan
yang ditemui waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut
segera diganti dengan yang tidak cacat.”
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pada pelaksanaan sistem tanggap darurat kebakaran di perusahaan, PT. PLN
(Persero) UP3 Sukoharjo melalui pihak P2K3 telah memiliki regu tim tanggap
darurat di UP3 dan tiap ULP ,ini telah sesuai dengan telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor sebagai 20/PRT/M/2009.
2. Jalur evakuasi di PLN Sukoharjo terdiri dari jalur menuju tangga darurat dan
jalur menuju titik kumpul luar gedung. Jalur evakuasi di PT. PLN UP3
Sukoharjo cukup lebar dan mudah dilewati , ini sudah sesuai dengan
persyaratan Permen RI nomor 36 tahun 2005 pasal 59.
3. Penempatan APAR di pasang di dinding yang dapat mudah terlihat dan
terjangkau oleh karyawan disertai pemberian tanda dan petunjuk penggunaan.
Hal tersebut sudah sesuai berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Per- 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR, pada pasal 4 ayat 1.
4. PLN Sukoharjo belum sesuai dengan persyaratan menurut NFPA 101 karena
titik kumpul yaitu tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi. Lokasinya
memiliki akses menuju tempat lebih aman dan tidak menghalangi kendaraan
penanggulangan kebakaran.
5. Pelatihan yang di lakukan secara berkala oleh perusahaan telah menunjukan
bahwa PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo telah sesuai berdasarkan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum PU No. 20/PRT/M/2009.
6. PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo belum melaksanakan simulasi tanggap
darurat, sehingga hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 26 Tahun 2009. Serta belum sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186 Tahun 1999 pasal 2 ayat 2 poin f

24
25

yaitu “penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara


berkala”.
7. PT. PLN (Persero) UP3 Sukoharjo telah sesuai dengan standar Pemeliharaan
APAR berdasarkan Permenakertrans No.Per.04/MEN/1980, yaitu “Setiap alat
pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, cacat pada alat
perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan, harus
segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.”

B. SARAN
1. Mempertahankan program yang sudah sesuai dengan perundang undangan
2. Memperbaiki program yang belum terealisasi
DAFTAR PUSTAKA

Api,Kebakaran & Tips Pencegahan Kebakaran. www.klopmart.com/article/detail/api-


kebakaran-tips-pencegahan-kebakaran. Diakses pada 30 Oktober 2019 pukul
09.01 WIB

Titik Kumpul. 2017. http://bencanapedia.id/Titik_Kumpul.Diakses pada 30 Oktober


2019 pukul 09.35 WIB

Tangga Umum dan Tangga Darurat.2017. www.arsitur.com/2017/12/tangga-umum-


dan-tangga-darurat-pada.html?m=1. Diakses pada 30 Oktober 2019 pukul 09.29

Arifatul Ummah, Hadharatina. 2016. GAMBARAN SISTEM PENANGGULANGAN


KEBAKARAN DI PT.PLN AREA PENGATUR DISTRIBUSI JATENG DAN
DIY.skripsi.http://lib.unimus.ac.id. Diakses pada 17 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai