Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat kerja
Menurut Undang undang No. 01 tahun 1970 (pasal 1 ayat 1) tentang
Keselamatan Kerja yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atautetap
dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usahadan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya. Termasuk tempat kerja adalah semuaruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagianbagian
atau yang berhubungandengan tempat kerja tersebut.
2. Bahaya
Bahaya (hazard) adalah sumber atau suatu usaha keadaan yang
memungkinkan atau dapatmenimbulkan kerugian berupa cedera,
penyakit, kerusakan ataupun kemampuan melaksanakan fungsiyang
telah ditetapkan. Bahaya pekerjaan adalah faktorfaktor dalam
hubungan pekerjaan yang dapatmendatangkan kecelakaan (Suma’mur
1996).Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera,sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses
dansistem kerja (Tarwaka, 2008).
Hazard atau bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan
kerusakan dan kerugian pada :
a. Manusia, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
terhadap pekerjaan
b. Properti, termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin yang ada di
tempat kerja
c. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di
luar perusahaan
d. Kualitas produk barang dan jasa
e. Nama baik perusahaan.
3. Kecelakaan kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga karenadibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur
kesengajaan, lebihlebih dengan adanya unsurperencanaan. Tidak
diharapkan karena peristiwa kecelakaan menimbulkan adanya
kerugian baik itumaterial maupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai pada yang paling berat. Kecelakaanakibat kerja adalah
kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerjadisini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktumelaksanakan pekerjaan
(Suma’mur, 1996).Menurut Tarwaka (2008), kecelakan kerja adalah
suatu kejadiaan yang jelas tidak dikehendaki dansering kali tidak
terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta
benda atauproperti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu
proses kerja industri atau yang berkaitandengannya.
Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa
kecelakaan tidak terdapat unsurkesengajaan dan perencanaan.
b. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa
kecelakaan akan selalu disertaikerugian baik fisik maupun mental.
c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-
kurangnya menyebabkangangguan proses kerja
4. System Manajemen K3
System manajemen K3 merupakan bagian dari manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan prosedur, proses, dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselematan, kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
tercipatnya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Penerapan
Sistem Manajemen K3 ini dapat menjadi kewajiban bagi perusahaan
yang mempekerjakan pekerja, dan memilik potensi bahaya sedang
maupun tinggi, namun juga terdapat standar SMK3 yang dapat
diterpkan secara opsional. Di Indonesia berdasarkan standar
berlakunya SMK3 terdapat 2 standar SMK3 yang bisa digunakan
perusahaan dalam menerapkan SMK3, antara lain:
a. System manajemen K3 berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012
System Manajemen K3 berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012
merupakan pedoman bagi pelaksanaan SMK3 yang berlaku secara
nasional dan merupakan regulasi/peraturan yang dibuat Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja Indonseia. PP No. 50
Tahun 2012 seperangkat peraturan terkait implementasi Sistem
Manajemen K3 yang didasarkan pada Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 dan diamanatkan oleh Undang-Undang No. 13 Tahun
2003. SMK3 berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 diwajibkan bagi
perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 oranng dan
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Standar SMK3 PP No.
50 Tahun 2012 memiliki langkah penerapan yang meliputi:
1) Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 yang telah dibuat oleh perusahaan minimal harus
memuat visi, tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan kebijakan, serta program kerja yang mencakup
kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
2) Perencanaan K3
Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha. Rencana
K3 mengacu kepada kebijakan K3 yang dirancang.
3) Pelaksanaan rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 sesuai dengan rencana yang telah
dirancang.
4) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan melalui pemeriksaan
pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3. Hasil
pemantauan dilaporkan dan digunakan untuk melakukan
tindakan perbaikan.
5) Peninjauan dan peningkatan kinerja K3
Peninjauan dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan
efektivitas penerapan SMK3. Hasil peninjauan ini digunakan
untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.
b. Sistem Manajemen K3 berdasarkan ISO 4500:2018
ISO 45001 merupakan standar Internasional baru untuk
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3 yang
menggantikan standar OHSAS 18001. ISO 45001 didasarkan pada
ISO Guide 83 (Annex SL) yang menetapkan struktur tingkat tinggi
yang umum, teks, dan istilah serta definisi umum untuk system
manajemen. ISO 45001:2018 menggunakan metode Plan-Do-
Check-Action (PDCA). Dalam implementasinya ISO 45001:2018
ini dapat dilakukan secara opsional, dan tidak bersifat wajib.
Dalam hal ini, kedua standar SMK3 tersebut dapat membantu
perusahaan dalam menerapkan K3 dalam rangka pencegahan
kecelakaan kerja, dan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
B. Landasan Teori
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
3. ISO 45001:2018

Anda mungkin juga menyukai