BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di
dunia. Menurut UNICEF, setiap detik satu balita meninggal karena karena diare. (Ridwan
Amiruddin, 2007).
Diare sering kali dianggap sebagai sepele. Padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi. Tingginya kejadian
diare di negara barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella Spp, compylobacter jejuni, strafilococcus aureus, bacillus careus,
clostridium perfringens dan enterhemorragic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara
berkembang menyebabkan kematian disekitar 3 juta penduduk setiap tahunya. Di Afrika anak-
anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunya di banding di negara berkembang lainnya
mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. (Ridwan Amiruddin, 2007).
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan salah
satu sendi utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan keterkaitan yang erat
dengan upaya untuk mewujudkan pola hidup bersih dan sehat. Menurut Blum (1974)
menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu keturunan,
pelayanan menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor lingkungan dan prilaku
merupakan faktor yang amat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, kedua faktor ini banyak
disebabkan oleh berbagai pihak diluar sektor kesehatan. Oleh karena itu masalah kesehatan
tidak hanya ditanggulangi bersama oleh berbagai pihak dan segenap masyarakat termasuk
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada
bayi dan balita, serta seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Di Indonesia sekitar
162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Penyakit diare di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Hasil survei Program
Pemberantasan (P2) diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia
pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5
kali pertahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000
penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD. Survei
Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada
balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima pada semua umur. Kejadian diare pada golongan
balita secara proposional lebih banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur
yakni sebesar 55%.
Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan diare antara lain bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, angka kematian dan penganggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Departemen
kesehatan RI melalui keputusan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
lingkungan (PPM & PL) telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan dan pemantauan Program
Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada semua umur dari
54 per 100.00 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian balita
dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25 per 1000 balita dan menurunkan angka fasilitas kasus
(CER) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen. Penyakit diare merupakan salah
satu yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominant berpengaruh adalah
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Hal ini sering berinterkasi bersama perilaku maka akan
dapat menimbulkan kejadian diare. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang
buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk.
Daerah endemis penyakit diare tersebut di empat kabupaten di Sumatera Selatan yaitu Ogan
Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Banyu Asin dan Musi Banyu Asin. (Ridwan Amiruddin,
2007)
Data yang tercatat di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan, sejak Januari hingga 31
September 2008 penderita diare di provinsi Sumatera Selatan mencapai 143.822 jiwa yang
umumnya diderita oleh balita dan anak-anak. (Ridwan Amiruddin, 2007)
Di Kabupaten OKU pada tahun 2006 jumlah kasus penyakit diare 1.151 orang, diantaranya
pada balita terdapat 577 orang. Pada tahun 2007 jumlah kasus penyakit diare 10.432 orang,
diantaranya pada balita sebanyak 5.440 orang (Dinkes OKU, 2007).
Di desa Kemalaraja pada tahun 2007 jumlah kasus penyakit diare pada balita sebanyak 315
orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah kasus diare pada balita sebanyak 425 orang (Data
Puskesmas, 2008)
Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Kemalaraja
Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Belum Diketahuinya Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian
Diare Pada Balita Di Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tahun 2009.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran upaya pencegahan diare pada balita di desa Kemalaraja?
2. Adakah hubungan pendidikan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di
desa Kemalaraja?
3. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di
desa Kemalaraja?
4. Adakah hubungan sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa
Kemalaraja?
5. Adakah hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita
di desa Kemalaraja?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare
Pada Balita Di Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran upaya pencegahan diare pada balita di desa Kemalaraja.
b. Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita
di desa Kemalaraja.
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita di desa Kemalaraja.
d. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di
desa Kemalaraja.
e. Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita di desa Kemalaraja.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu
Memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita. Dan sebagai bahan masukan
dan informasi serta menambah pengetahuan ilmiah mengenai diare. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan keilmuan di bidang kesehatan khususnya
tentang penyakit diare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita.
1. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti seseorang sampai selesai
secara formal (Depdikbud, 1997). Menurut pendapat Kuncoro Ningrat (1992) dalam
(Depdikbud, 1997) bahwa semakin tinggi pendidikanya seseorang akan semakin mudah
menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya,
pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Pendidikan juga mampu merubah tingkah laku seseorang sehingga mencapai
kualitas hidup. Pendidikan merupakan faktor internal dari seseorang yang mengetahui orang lain
dalam berprilaku (Blum, 1980).
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses penginderaan manusia terhadap objek di luarnya melalui indera-
indera yang dimilikinya seperti penginderaan, penglihatan, penciuman. Dengan sendirinya pada
waktu proses penginderaan ini dalam diri individu terjadi proses perhatian, persepsi dan
penghayatan terhadap stimulus atau objek dari luar individu (Notoatmodjo, 1993).
Semua ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Rogers dan Shoemeker tentang teori inovasi
yang dikenal dengan adaption prosess. Menurut teori ini, untuk mencapai perubahan
perilaku/pengetahuan diperlukan tahap-tahap (Notoatmodjo, 2002), yakni :
a. Awerness (tahu)
Pada tahap, pendidikan kesehatan diperlukan untuk menyadarkan masyarakat dengan penerangan
yang bersifat informatif dan deduktif dalam penyediaan.
b. Interest (tertarik)
Tahap ini, masyarakat telah untuk menggunakan BAB sehingga perlu diberikan tambahan
penerangan untuk pesan kesehatan yang telag didengarnya.
c. Evaluation (penilaian)
Tahap dimana masyarakat mulai melakukan penilaian terhadap pentingnya menggunakan sarana
air bersih, untuk itu petugas perlu meyakinkan, memberikan bimbingan dan penyuluhan yang
lebih mantap.
d. Trial (percobaan)
Melakukan suatu uji coba di hadapan masyarakat, akan perbedaan air bersih dengan air yang
tidak bersih atau kotor.
3. Sikap
a. Pengertian
1) Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek.
2) Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)
b. Tingkatan sikap
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghagari (valoving)
4) Bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2007)
c. Pengukuran sikap
1) Secara langsung : pendapat responden terhadap objek
2) Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
dipertanyakan pendapat responden (Azrul Azwar, 2003)
4. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia, di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Untuk tubuh orang dewasa dan anak-anak memerlukan air sekitar 55-60%
dari berat badan dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia dan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.
Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju setiap orang memerlukan air antara 20-120
liter perhari. Sedangkan di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60 liter perhari oleh karena itu untuk keperluan minum termasuk
untuk memasak, air harus mempunyai persyaratan khusus (Notoatmodjo, 2003)
5. Sumber-sumber Air Minum
a. Air hujan
Air hujan dapat ditampung di jadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung
kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan
kalsium di dalamnya.
b. Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari hujan yang mengalir melalui
saluran-saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber ini sering juga disebut air
permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh
berbagai macam kotoran, makanya bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
c. Mata air
Air yang keluar dari mata iar ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.
Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air
minum langsung. Tapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah
baiknya air tersebut di rebus dahulu sebelum di minum.
d. Air sungai dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, sering juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam
tanah dari tempat yang satu ke tempat yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar 5 sampai 15
meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal belum begitu sehat, karena kontaminasi
kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu disebus dahulu sebelum di
minum.
D. Kerangka Teori
Menurut teori L. Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu perilaku (beahavior causes) dan faktor luar perilaku (non
behavior causes), selanjutnya perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu presdisposing
factors meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma dan unsure lain yang terkait
pada individu. Enabling factors meliputi semua karakter lingkungan dan sumber daya atau
fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku, yang termasuk sebagai faktor pendukung ini
adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan dan reinforcing factors
yaitu sikap dan perilaku di luar individu yang menguatkan perilaku seseorang, misalnya
pengaruh dari teman atau kelompok sebaya, tokoh masyarakat, pemimpin dan sebagainya.
Secara skema di gambarkan sebagai berikut:
Keturunan
Pelayanan Status
Kesehatan Kesehatan Lingkungan
Perilaku
Pemberdayaan
Komunikasi Masyarakat Training
(Penyuluhan) (Pembedayaan sosial)
Promosi kesehatan
A. Kerangka Konsep
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua factor, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes) di simpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Dikarenakan keterbatasan waktu dan sesuai dengan
kepentingan penelitian maka peneliti hanya meneliti faktor yang terdapat didalam kerangka
konsep dibawah ini.
B. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1
Variabel Dependen
Semua tindak tanduk responden dalam upaya pencegahan diare pada balita.
Kuesioner
wawancara
Ordinal
1
2
variabel Independen
Pendidikan
Pengetahuan
Pendidikan formal yang pernah dijalani sesuai dengan ijazah terakhir yang dimiliki sesuai
dengan pengakuanya.
Hal-hal yang diketahui responden tentang diare, meliputi penyebab diare dan pencegahan diare.
Kuesioner
Kuesioner
wawancara
wawancara
Ordinal
Ordinal
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
3
4
Sikap
Sumber air yang digunakan masyarakat baik dari air sumur maupun air sungai.
Kuesioner
Kuesioner
Wawancara
Wawancara
1. Positif, bila responden memberikan jawaban positif ≥ mean (kode 2).
2. Negatif, bila responden memberikan jawaban positif < mean (kode 1).
1. Memenuhi syarat kesehatan bila responden memberikan jawaban benar sama / diatas mean
(kode 2).
2. Tidak memenuhi syarat kesehatan bila responden memberiakan jawaban benar dibawah mean
(kode 1).
Ordinal
Ordinal
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita
2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita.
3. Ada hubungan antara sikap ibu dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita
4. Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional (non-experimen) yaitu penelitian ini tidak
dilakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi penelitian dengan melakukan observasi
apa yang terjadi sesungguhnya pada subjek penelitian di populasi dengan rancangan potong
lintas (cross sectional) yang digunakan untuk analisa data yang menyangkut variabel dependen
dan variabel independent yang di observasi dan diambil pada waktu bersamaan. (Notoatmodjo,
2003).
Z2.1-α/2.P (1-P).N
n =
d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p (1-p)
n = 1,962.0,5 (1-0,5).425
0,12 x (540-1) + 1,962. 0,5.(1-0,5)
n = 3,8416.0,5.0,5.425
0,01.540 + 3,8416.0,5.0,5
n = 408,17
5,2004
D. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, responden akan menandatangani formal persetujuan sebagai
responden dalam penelitian. Hal ini dilakukan sebelum penelitian menyerahkan kuesioner
untuk dilakukan wawancara.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Puskesmas Kemalaraja
Puskesmas Kemalaraja merupakan salah satu Puskesmas yang berada dalam Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Puskesmas Kemalaraja berdiri pada tahun
1991 dengan Luas Wilayah Kerja 36,79 Km2 dan membawahi 4 Kelurahan yaitu Kemalaraja,
Baturaja lama, Kemelak dan Sepancar. Jumlah Penduduk pada tahun 2009 yaitu 31.468 jiwa,
terdiri dari 14. 183 laki-laki dan 17.285 Perempuan.
Secara geografis, batas-batas Puskesmas Kemalaraja meliputi:
- Utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaraya
- Selatan berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Penyandingan
- Barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD PuskesmasbTanjung Agung
- Timur berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Martapura
Sebagian wilayah merupakan daerah perkotaan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi
dalam bentuk persawahan dan perkebunan
327
4
74
52,94
5,43
2,95
20,59
2,36
4,59
9,21
2,08
total
3. 550
100
2. Keadaan Geografi
Kelurahan Kemalaraja merupakan salah satu dari keluran yang ada di kecamatan Baturaja
Timur dengan luas wilayah 850 ha dan batas wilayah
1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tanjung Kemala
2. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai ogan.
3. Barat berbatasan dengan desa Sukajadi
4. Timur berbatasan dengan sungai ogan
3. Trasnsportasi
Kelurahan Kemalaraja berada ditengah kota Baturaja yang mudah dijangkau artinya transportasi
di Kelurahan adalah lancar, dapat di jangkau dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda
empat jarak ke Kota Kecamatan terdekat ± 5 Km, jarak ke Kota Kabupaten 7 Km.
(Propil Kelurahan Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur, 2009).
1. Hasil Penelitian
a. Hasil analisa univariat
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi upaya pencegahan diare pada balita di desa Kemalaraja Wilayah Kerja
Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun
2009
No
Upaya pencegahan diare pada balita
Jumlah
Persentase
1
2
Negatif
Positif
40
39
50,6
49,4
Jumlah
79
100
Hasil analisis upaya pencegahan diare pada balita mayoritas negative sebanyak 40 orang
(50,6%) sedangkan yang positif 39 orang (49,4%).
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi menurut tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan diare pada balita di
desa Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
2
Rendah
Tinggi
49
30
62
38
Jumlah
79
100
Dari tabel distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui sebagian besar pendidikan responden
rendah sebanyak 49 responden (62%), sedangkan yang berpendidikan tinggi sebanyak 30
responden (38,0%).
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi menurut tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan diare pada balita
di desa Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009
No
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
1
2
Tidak baik
Baik
54
24
68,4
31,6
Jumlah
79
100
Hasil analisis pengetahuan tentang upaya pencegahan kejadian diare pada balita mayoritas
yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 54 orang (68,4%), sedangkan yang berpengetahuan
baik sebanyak 24 orang (31,6%).
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi menurut sikap dengan upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
No
Sikap
Jumlah
Persentase
1
2
Negatif
Positif
42
37
53,2
46,2
Jumlah
79
100
Dari tabel distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui responden yang bersikap negatif sebanyak
42 responden (53,2%), sedangkan yang bersikap positif sebanyak 37 responden (46,2%).
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi menurut penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan diare pada balita
di desa Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
No
Penyediaan air bersih
Jumlah
Persentase
1
2
Tidak memenuhi syarat kebersihan
Memenuhi syarat kebersihan
42
37
53,2
46,8
Jumlah
79
100
Hasil analisis penyediaan air bersih responden mayoritas tidak memenuhi syarat kesehatan 42
orang (53,2%) sedangkan memenuhi syarat kesehatan sebanyak 37 orang (46,8%).
b. Hasil analisa bivariat
Tabel 5.7
Hubungan pendidikan responden dengan upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
Pendidikan
Upaya pencegahan kejadian diare pada balita
p.value
Negatif
Positif
Jumlah
Rendah
30
(61,2%)
19
(38,8%)
49
(100%)
0,030
Tinggi
10
(33,3%)
20
(66,7%)
30
(100%)
Jumlah
40
(50,5%)
39
(49,4%)
79
(100%)
Dari tabel 5.7. hasil analisis hubungan antara pendidikan responden dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita diperoleh bahwa ada sebanyak 19 dari 49 responden (38,8%) yang
berpendidikan rendah dan berperilaku positif, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi
ada 20 orang (66,7%) dan berperilaku positif.
Berdasarkan uji statistik didapat hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dengan
upaya pencegahan kejadian diare pada balita dengan nilai p.value 0,030 (p.value < 0,5).
Tabel 5.8
Hubungan pengetahuan responden dengan upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
Pengetahuan
Upaya pencegahan kejadian diare pada balita
p.value
Negatif
Positif
Jumlah
Tidak baik
34
(63%)
20
(37%)
54
(100%)
0,003
Baik
6
(24%)
19
(76%0
25
(100%)
Jumlah
40
(50,6%)
39
(49,4%
79
(100%)
Dari tabel 5.8 hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan upaya
pencegahan kejadian diare pada balita diperoleh ada sebanyak 20 responden (37%) yang
berpengetahuan tidak baik dengan perilaku positif, sedangkan ibu yang berpengetahuan baik
sebanyak 19 orang (76%) dengan prilaku positif. Berdasarkan uji statistik didapat hubungan
yang bermakna antara variabel pengetahuan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada
balita dengan p.value 0.003 (p < 0,5).
Tabel 5.9
Hubungan sikap responden dengan upaya pencegahan diare pada balita di desa Kemalaraja
Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering
Ulu Tahun 2009
Dari tabel 5.9 hasil analisis hubungan sikap responden dengan upaya pencegahan kejadian
diare pada balita diperoleh ada sebanyak 14 dari 37 responden (33,3%) yang bersikap negative
dengan perilaku positif. Sedangkan ibu yang bersikap positif sebanyak 25 orang (67,6%) dengan
perilaku positif. Berdasarkan uji statistik didapat hubungan yang bermakna antara variabel
sikap dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita dengan p.value 0.005 (p < 0,5).
el 5.10
Hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan diare pada balita di desa
Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Tahun 2009
Negatif
Positif
Jumlah
Jumlah
40
(50,6%)
39
(49,4%)
79
(100%)
Dari tabel 5.10 Hasil analisis hubungan penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita diperoleh ada sebanyak 17 responden (40,5%) yang penyediaan air
bersihnya tidak memenuhi syarat kesehatan dengan prilaku positif. Sedangkan yang penyediaan
air bersihnya memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (59,5%) dengan perilaku positif.
Berdasarkan uji statistik, tidak di dapat hubungan yang bermakna antara variabel penyediaan
air bersih dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita dengan nilai p.value 1,045 (p >
0,5).
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross sectional dengan
potong lintang karena data yang dikumpulkan baik variabel independent maupun variabel
dependen dikumpulkan dan dianalisa secara bersamaan. Dalam penelitian ini variabel yang
diteliti adalah upaya pencegahan diare pada balita, pendidikan, pengetahuan, sikap dan
penyediaan air bersih. Tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak variabel yang terkait
dengan penelitian ini namun karena keterbatasan waktu yang dimiliki maka peneliti hanya
membahas beberapa faktor diatas saja.
2. Waktu penelitian
Karena keterbatasan waktu penelitian, maka hasil penelitian ini masih banyak kekurangan,
yang mana penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita di desa Kemalaraja Wilayah Kerja Puskesmas Kemalaraja Kecamatan
Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009.
3. Kualitas Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup
yang memerlukan jawaban singkat. Penelitian ini tidak dilakukan pengkajian yang mendalam
kualitas data sangat tergantung dari kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Data yang didapatkan adalah bentuk angka-angka yang telah
dikategorikan sesuai kebutuhan penelitian. Maka informasi yang didapat tidak dapat
mengungkapkan lebih banyak mengenai upaya pencegahan diare pada balita.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari permasalahan dan pembahasan yang dikaji pada bab-bab terdahulu, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Distribusi frekuensi upaya pencegahan kejadian diare pada balita sebagian besar negatif yaitu
sebanyak 40 (50,5%) sedangkan yang positif 39 (49,4%), pendidikan tinggi 30 (38%) sedangkan
pendidikan rendah 49 (62%), pengetahuan baik 24 (31,6%) sedangkan pengetahuan tidak baik
54 (68,4%), sikap positif 37 (46,8%) sedangkan sikap negatif 42 (53,2%), penyediaan air bersih
yang memenuhi syarat kesehatan 37 (46,8%), penyediaan air bersih responden yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 42 (53,2%).
2. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita dengan p.value 0.030 di
3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita dengan p.value 0.003 di desa kemalaraja tahun 2009.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan proses
penginderaan manusia terhadap objek diluarnya melalui indera-indera yang dimilikinya seperti
penginderaan, penglihatan, penciuman. Dengan sendirinya pada waktu proses penginderaaan
dalam diri individu terjadi proses perhatian, persepsi dan penghayatan terhadap stimulus atau
objek dari luar individu. Jadi, semakin baik tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan
diare maka akan semakin rendah kejadian diare.
4. Ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan upaya pencegahan kejadian
diare pada balita dengan p.value 0.005 di desa kemalaraja tahun 2009.
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek serta sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Jadi,
kesimpulanya bahwa tidak ada kecenderungan responden untuk melakukan tindakan pencegahan
terhadap terjadinya diare dan melakukan pengobatan atau pertolongan pertama terhadap
kejadian diare secara tepat dan benar.
Tetapi, dari sebagian besar responden yang penyediaan air bersihnya tidak memenuhi syarat
kesehatan untuk kebutuhan dapur seperti memasak dan kebutuhan minum sehari-hari responden
menggunakan air isi ulang sebagai antisipasi terhadap terjadinya diare. Sedangkan kebutuhan
mandi dan mencuci mereka menggunakan sumber air yang ada dirumah mereka seperti air
sumur dan air sungai
5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan upaya pencegahan
kejadian diare pada balita dengan p.value 1,045 di desa kemalaraja tahun 2009.
Tetapi, dari sebagian besar responden yang penyediaan air bersihnya tidak memenuhi syarat
kesehatan untuk kebutuhan dapur seperti memasak dan kebutuhan minum sehari-hari responden
menggunakan air isi ulang sebagai antisipasi terhadap terjadinya diare. Sedangkan kebutuhan
mandi dan mencuci mereka menggunakan sumber air yang ada dirumah mereka seperti air
sumur dan air sungai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dikemukakan beberapa usulan berupa saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih di intensifkan penyuluhan, pengarahan, kunjungan
rumah dan pengawasan secara konsisten terhadap penanggulangan diare pada anak usia 0-5
tahun.
2. Agar masyarakat khususnya ibu dapat berupaya meningkatkan pengetahuan dengan cara
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit diare.
3. Diharapkan agar masyarakat khususnya para ibu mempunyai motivasi dan kemauan dalam
upaya pencegah penyakit diare pada balita.
4. Bagi peneliti lain yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi, hendaknya dapat
melakukan penelitian berikutnya dengan lebih mendalam dan menjelaskan dengan lebih rinci
guna mempermudah penelitian yang berikutnya guna menyusun Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH
EGA NARA CITRA
NIM. PO.71.20.2.06.01
OLEH
EGA NARA CITRA
NIM. PO.71.20.2.06.01
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di
Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009
ABSTRAK
Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan frekuensi dan
kematian yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan dampak pada
sektor-sektor lain. Faktor-faktor yang menjadi landasan berfikir penulis untuk melakukan
penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan, sikap dan penyediaan air bersih yang
berhubungan dengan upaya pencegahan kejadian diare pada balita di desa Kemalaraja
Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan upaya
pencegahan kejadian diare pada balita di desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur
Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2009.
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pendidikan ibu p.value 0,030, pengetahuan
= 0,003, sikap 0,005 dan tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih terhadap upaya
pencegahan diare pada balita dengan p.value = 1,045.
Dari hasil penelitian ini ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti. Pertama, bagi petugas
kesehatan dapat memotivasi diri untuk memberikan penyuluhan kesehatan mengenai diare serta
mampu melakukan tindakan secara cepat dan tepat bila menemukan anak balita yang mengalami
penyakit diare. Kedua, masyarakat jika anak balita terkena penyakit diare hendaknya dibawa
ke pusat kesehatan masyarakat terdekat.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Diare Pada Balita Di
Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009
xiv + 65 halaman + tabel + lampiran
ABSTRAK
MOTTO
• Jika matahari terbit janganlah engkau lewatkan matahari ini yang begitu indah. Jikalau
matahari sudah tenggelam dan diganti rembulan malam, buatlah kenangan dan janganlah engkau
melupakan yang sudah engkau jalani dihari ini.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Berjudul ” Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan
Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tahun 2009” Ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Sumsel.
Mengetahui,
Ketua Perwakilan Jurusan Keperawatan Baturaja
Anggota
M. SUPRI, SKM
NIP. 140097130
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Tahun 1993 – 1994 : TK. Islam Imam Bonjol Baturaja
Tahun 1994 – 2000 : SDN 8 Putri Baturaja
Tahun 2000 – 2003 : SMP N 2 Baturaja
Tahun 2003 – 2006 : SMA Negeri 1 Baturaja
Tahun 2006 – 2009 : Poltekes Jurusan Keperawatan Baturaja
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah mencurahkan seluruh hidayah dan keselamatan kepada
makhluk dan seluruh alam semesta, nikmat kehidupan dan nikmat keimanan yang telah diberikan
oleh Allah SWT kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Kemudian salawat dan salam tak lupa senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju
alam yang terang benderang yaitu dinul Islam yang bisa kita nikmati sampai detik ini bagi
kehidupan umat Islam.
Tuntasnya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berkat ridho Allah dan pertolongan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Suharmasto, SKM,M.Pid selaku Kepala Dinas Kesehatan Baturaja.
2. Bapak Sulaiman, S.Pd,M.Pd. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Palembang.
3. Ibu Zanzibar, S.Pd,M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Baturaja.
4. Bapak Asmawi Nazori, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar
membimbing dan memberikan masukan yang amat berharga serta pengarahan yang sangat
dibutuhkan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Staf dan dosen, karyawan dan karyawati Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan
Baturaja yang telah membimbing dan membantu dalam kelancaran penyusunan proposal ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
mengingat terbatasnya kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu dengan hati yang terbuka, penulis menerima semua masukan dan kritikan yang bersifat
membangun demi perbaikan, kesempurnaan dan kualitas yang lebih baik dimasa mendatang.
Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua
dan akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin
Baturaja, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
Kode
Lulus SMA
Tidak lulus SMA
Bekerja
Tidak Bekerja
Petunjuk :
1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kenyataan!
2. Ibu tidak perlu takut atau ragu dalam mengisi kuesioner ini karena pertanyaan hanya untuk
kepentingan peneliti dan tidak akan berpengaruh dengan kualitas pelayanan kesehatan yang
akan diberikan pada ibu.
3. Apapun jawaban yang ibu beri akan kami jaga kerahasiaanya.
4. Terima kasih atas partisipasinya.
2
Ketika akan memberikan makanan pada anak sebaiknya mencuci tangan dengan air sabun
terlebih dahulu
3
Salah satu upaya ibu untuk melindungi anak yang bermain di luar rumah agar terhindar dari
penularan penyakit terutama diare yaitu memakaikan anak alas kaki dan tangan tidak
menyentuh atau sesuatu yang kotor.
4
Memberikan makanan pendamping untuk anak yang di masak sendiri hingga menjadi setengah
bubur adalah anak yang baik agar anak terhindar dari diare.
5
Untuk mencegah agar makanan anak tidak tercemar oleh kotoran atau lalat yang dapat
menyebabkan penyakit diare sebaiknya tempat penyimpan makanan anak ditutup rapat.
6
Apakah ibu memberikan imunisasi yang lengkap pada balita sebagai upaya pencegahan diare.
7
Memperbaiki keadaan gizi melalui perbaikan makanan, akan membawa dampak terhadap
berkurangnya keadaan kurang gizi dan lamanya kesakitan diare.
8
Salah satu upaya ibu terhadap pencegahan diare pada balita adalah membuang tinja anak secara
baik dan benar.
C. Pengetahuan
No
Upaya pencegahan
Benar
Salah
Kode
1
Yang dimaksud diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan bentuk cair.
2
Balita dapat diserang diare bila sering memasukan tangan kedalam mulut.
3
Apakah buang air besar lebih dari biasa, rewel dan panas termasuk gejala diare.
4
Balita yang tidak tahan susu sapi/susu botol dapat terkena diare.
5
Apakah memebrikan ASI tanpa di selang seling dengan susu botol dapat mencegah anak terkena
penyakit diare.
6
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan
berat badan pada balita.
7
Diare dapat disebabkan oleh keracunan makanan.
8
Terdapat darah dan lendir dalam kotoran merupakan gejala diare.
9
Memberikan oralit dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan pada balita yang terkena
diare.
10
Penggunaan air bersih yang cukup salah satu upaya pencegahan diare pada balita.
D. Sikap
No
Upaya pencegahan
Setuju
Tidak Setuju
Kode
1
Ketika anak terkena diare hal pertama dan terpenting dilakukan yaitu memberikan anak cairan
lebih banyak dari biasanya.
2
Sebaiknya anak mencuci tangan dengan air dan sabun setelah pulang dari bermain.
3
Ketika peralatan makan anak akan digunakan sebaiknya di siram terlebih dahulu dengan air
panas.
4
Tempat pembuangan sampah yang tidak sehat merupakan sumber penyakit. Oleh karena itu
tempat pembuangan sampah harus ditutup dan tidak terletak di tempat sampah basah atau
lembab.
5
Bila anak sering buang air besar lebih dari biasa dan rewel sebaiknya anak segera dibawa ke
petugas kesehatan.
6
Prilaku yang buruk seperti membuang kotoran ditempat terbuka menyebabkan terjadinya diare.
7
Mengkonsumsi makanan yang terjangkit kuman bisa menyebabkan diare pada balita.
8
Buang air besar di jamban merupakan salah satu upaya pemberantasan penyakit diare dan
penyakit lainnya.
2
Apakah air di saring terlebih dahulu sebelum digunakan
3
Air di saring dengan menggunakan pasir, kerikil dan sabut
4
Apakah air di masak sampai mendidih dan setelah ± 15 menit dari mendidih baru diangkat.
5
Jarak antara sumur gali dengan septitank ± 10 meter
6
Apakah air yang digunakan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
7
Apakah air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari diberi kaporit terlebih dahulu sebelum
digunakan.
http://www.nakaturi.com/kti-akbid-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-upaya-pencegahan-
kejadian-diare-pada-balita/