Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN HEPATITIS C

DI RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES


HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“HEPATITIS B”

Oleh:
STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo
Telah dilaksanakan pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 18 Desember 2019
Pukul : 09.00
Topik : Pengenalan Hepatitis C

Pembimbing klinik Pembimbing Institusi

................................ ....................................
PAKET PENYULUHAN DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENGENALAN HEPATITIS C

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah


Pokok Bahasan : Hepatitis C
Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung
Tempat : Ruang Hemodialisa RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang
Hari / Tanggal : Kamis, 18 Desember 2019
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : 1. STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

A. LATAR BLAKANG
Hepatitis C saat ini menjadi perhatian tersendiri dalam masalah kesehatan
masyarakat karena paling sering menyebabkan gejala sisa berupa hepatitis kronik, sirosis
hati dan kanker hati primer. Dibandingkan dengan hepatitis B, virus hepatitis C lebih
ganas dan lebih sering menyebabkan penyakit hati menahun. Replikasi virus ini sangat
cepat dan dapat mencapai 10 triliun kopi sehari. Infeksi Virus Hepatitis C (HCV)
didapatkan diseluruh dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar
3% atau 170 juta orang di seluruh dunia terinveksi Virus Hepatitic C (HCV). Penderita
hepatitis C akan terus bertambah seiring bertambahnya infeksi baru yang setiap tahunnya
mencapai 3 - 4 juta orang. Hal ini menyebabkan hepatitic C merupakan salah satu
penyebab dari 10 besar penyebab kematian umat manusia. Angka pasti prevalensi
hepatitis C di Indonesia belum diketahui. Namun bila memakai acuan angka kejadian
rata-rata dunia yang 3% bila dikalikan penduduk Indonesia sebanyak 220 juta, akan
diperoleh angka 6,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap virus berbahaya ini.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 meni tpeserta mampu mengetahui dan
memahami tentang Hepattis C
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Megetahui klasifikasi hepatitis
2. Mengetahui pengertian Hepatitis C
3. Mengetahui penyebab Hepatitis C
4. Mengetahui tanda dan gejala Hepatitis C
5. Cara penularan Hepatitis C
6. Kelompok resiko tinggi terkena Hepatitis C
7. Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis C
B. MATERI (terlampir)

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

D. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD, PPT

E. KRITERIA EVALUASI
Kriteria evaluasi struktur :
1. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Hepatitis C
2. Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun dengan
pembimbing
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4. Membentuk pengorganisasian dalam pelaksanaan penyuluhan, dengan susunan
sebagai berikut .
a) Penyaji
b) Moderator
c) Observer
d) Fasilitator
5. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan

F. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan
Peserta
Orientasi 5 Menit Pembukaan
1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
5. Menyampaikan kontrak waktu Menyetujui
Kerja 20 1. Menjelaskan klasifikasi
Menit hepatitis
2. Menjelaskan pengertian
Hepatitis C
3. Menjelaskan penyebab Memperhatikan
Hepatitis C
4. Menjelaskan tanda dan gejala
Hepatitis C
5. Menjelaska cara penularan
Hepatitis C
6. Menjelaskan penatalaksaan
Hepatitis C
Terminasi 5 Menit 1. Memberikan kesempatan untuk Bertanya dan
bertanya menjawab
2. Menjawab pertanyaan pertanyaan
3. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
4. Memberi salam penutup

Kriteria evaluasi proses :


1. Penyuluhan diharapkan berjalan dengan lancar
2. Peserta penyuluhan datang tepat waktu
3. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan aktif bertanya
4. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
5. Penyuluhan dapat berlangsung sesuai dengan kontrak waktu
6. Struktur organisasi dapat melaksanakan tugas sesuai peran dengan baik

Kriteria evaluasi hasil :


1. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan tentang
materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan.
2. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan setelah
penyampaian materi penyuluhan.
3. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.

Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
PENGENALAN HEPATITIS C

A. Klasifikasi Hepatitis
Jenis-jenis Hepatitis

 Hepatitis A

Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui


kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran
cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi
adalah anak-anak dan dewasa muda.

 Hepatitis B

Penularan virus ini melalui rute tranfusi darah/produk darah, jarum suntik,
atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering
tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan
masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan
perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu
dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan
sampai timbul gejala klinis.

 Hepatitis C

Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering


infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan
dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah.
Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu
yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan
kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa
inkubasinya adalah selama 18-180 hari.

 Hepatitis D

Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV


bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu
yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila
individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien
tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV).
Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

 Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti
air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup
pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi
buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

 Kemungkinan hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

B. Pengertian Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit
ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak
memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada
hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang
yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh
yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan
perdarahan hingga kematian.

C. Penyebab Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). HCV adalah virus RNA yang digolongkan
dalam Flavivirus bersama-sama dengan virus hepatitis G, Yellow fever, dan
Dengue. Virus ini umumnya masuk kedalam darah melalui tranfusi atau kegiatan-
kegiatan yang memungkinkan virus ini langsung terpapat dengan sirkulasi darah.

D. Tanda dan gejala Hepatitis C

Umumnya infeksi akut HCV tidak memberi gejala atau hanya bergejala
minimal. Hanya 20-30% kasus yang menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut 7 – 8
minggu (berkisar 2 – 26 minggu) setelah terjadinya paparan.
Tanda dan gejala :
 Malaise.
 Jaundice (kulit atau mata menjadi kuning), jarang terjadi.
 Fatigue (lelah).
 Loss of appetite (anorexia/hilang selera makan).
 Nausea and vomiting (mual dan muntah).
 Low-grade fever (demam rendah).
 Pale or clay colored stools (pucat).
 Dark urine (urine menjadi gelap).
Manifestasi klinis hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut,
fulminan, kronis, yang dapat berkembang menjadi serosis atau kanker hati.
 Hepatitis C akut
Umumnya secara klinik gejala HCV akut lebih ringan daripada hepatitis virus
akut lainnya. Masa inkubasi HCV terletak anatar HAV dengan HBV, yaitu sekitar
2 – 26 minggu, dengan rata-rata 8 minggu. Pada penderita hepatitis akut
ditemukan Anti HCV positif pada 75,5% HNANB pasca-tranfusi, 35% pada
HNANB sporadik dan hanya 2,4 pada HBV. Sebagian besar penderita yang
terserang HCV akan menjurus jadi kronis.

 Hepatitis C kronis
Infeksi akan menjadi kronik pada 70 – 90% kasus dan sering kali tidak
menimbulkan gejala apapun walaupun proses kerusakan hati erjalan terus.
Hilangnya HCV setelah terjadinya hepatitis kronis sangat jarang terjadi.
Diperlukan waktu 20 – 30 tahun untuk terjadinya serosis hati yang sering tejadi
pada 15 – 20% pasien hepatitis C kronis. Progresivitas hepatitis kronik menjadi
sirosis hati tergantung bebrapa faktor resiko yaitu : asupan alkohol, ko-infeksi
dengan virus hepatitis B atau Human Immunodeficiency Virus (HIV), jenis
kelamin laki-laki dan usia tua saat terjadinya infeksi. Setelah terjadi sirosis hati,
maka dapat timbul kanker hati dengan frekuensi 1 – 4% tiap tahunnya. Kanker
hait dapat terjadi tanpa melalui sirosis hati walaupun hal ini amat jarang terjadi.

E. Cara Penularan Hepatitis C

Pada umumnya cara penularan HCV adalah parental. Semula penularan HCV
dihubungkan dengan transfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi
setelah ditemukan bentuk virus dari hepatitis, makin banyak laporan mengenai cara
penularan lainnya, yang umumnya mirip dengan cara penularan HBV.
1. Penularan horizontal
Penularan HCV terjadi terutama melalui cara parental, yaitu tranfusi darah
atau komponen produk darah, hemodialisa, dan penyuntikan obat secara intravena.
2. Penularan vertikal
Penularan vertikal adalah penularan dari seseorang ibu pengidap atau
penderita Hepatitis C kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan
atau beberapa saat persalinan.
F. Klompok Resiko Tinggi

Angka kejadian HCV akan lebih tinggi pada kelompok resiko tinggi. Berdasar
laporan hasil penelitian, diperoleh dara mereka yang dapat digolongkan kelompok
resiko tinggi ialah
1. Penerima tranfusi darah atau produk darah (resipen).
2. Yang sering menggunakan obat-obat intravena (intravena drug users/ab-users).
3. Tenaga medis/paramedis yang sering kontak dengan darah atau komponen
darah.
4. Penderita yang mendapat hemodialisa dan anggota staf ruang hemodialisis.

G. Penatalaksanaan Hepatitis C
Diagnosa dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan penting. Persentase
yang signifikan dari orang yang melakukannya dapat sembuh dari Hepatitis C dan
menunjukan perbaikan hatinya. Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah
menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan
yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan hepatitis C kronik
adalah dengan menggunakan infterferon alfa dan ribafirin. Umumnya disepakati bila
genotipe HCV adalah genotipe 1 dan 4, maka terapi perlu diberikan selama 48
minggu dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan selama 24 minggu.
1. Interferon alfa.
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk
meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas dan mengatur fungsi sel lainnya.
Obat yang direkomendasikan untuk penyakit Hepatitis C kronis adalah dari
inteferon alfa bisa dalam bentuk alami ataupun sintetisnya.

2. Pegylated interferon alfa.


Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang disebut "polyethylene
glycol (PEG)" dengan molekul interferon alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih
lama ada dalam tubuh, dan penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat
respon bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis dibandingkan
interferon alfa biasa.
3. Ribavirin.

Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk pengobatan
Hepatitis C kronis. Ribavirin kalau dipakai tunggal tidak efektif melawan virus
Hepatitis C, tetapi dengan kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada
inteferon alfa sendiri.
Kontra indikasi terapi adalah berkaitan dengan penggunaan Interferon dan
Ribavirin tersebut. Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun, Hb < 10 g/dl,
leukosit darah < 2500/ul, trombosit < 100.000/uL, adanya ganggguan jiwa yang
berat dan adanya hipertiroid tidak diindikasikan untuk terapi Iinterferon dan
Riabvirin. Pasien dengan gangguan ginjal juga tidak diindikasikan menggunakan
Ribavirin karena dapat memperberat gangguan ginjal yang terjadi.
Untuk Interveron alfa yang konvensional, diberikan seriap 2 hari atau 3 kali
seminggu dengan dosis 3 juta unit subkutan setiap kali pemberian. Interveron
yang telah diikat dengan poly-ethylen glycol (PEG) atau dikenal dengan Peg-
Interferon, diberikan setiap minggu dengan dosis 1,5 ag/kgBB/kali (untuk Peg-
Interferon 12 KD) atau 180 ug (untuk Peg-Interveron 40 KD). Pemberian
Interferon diikuti dengan pemberian Ribavirin dengan dosis pada pasien dengan
berat badan < 50 kg 800 mg setiap hari, 50 – 70 kg 1000 mg setiap hari, dan > 70
kg 1200 setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.
DAFTAR RUJUKAN

Hadi, Sujono. 1999. Gastroenterologi. Bandung: P.T. ALUMNI.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Media
Aesculapius FKUI.

Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tanbayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).

Anda mungkin juga menyukai